Anda di halaman 1dari 17

KANDUNGAN UNSUR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) DI

BAGIAN TENGAH SUNGAI CIBEUREUM KOTA CIMAHI JAWA BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

HAFIDZ AR RASHIF HABIBI


230110200159

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2022
KANDUNGAN UNSUR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) DI
BAGIAN TENGAH SUNGAI CIBEUREUM KOTA CIMAHI JAWA BARAT

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Risetdan Ujian Tengah Semester

HAFIDZ AR RASHIF HABIBI


230110200159

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga proposal skripsi yang berjudul “Kandungan Unsur Logam Berat Tembaga
(Cu) dan Timbal (Pb) di Bagian Tengah Sungai Cibeureum Kota Cimahi Jawa Barat”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan usulan penelitian ini terutama kepada :
1. Alm. Dr. Achmad Rizal, S.Pi., M.Si., dan Dr. Asep Agus HS, S.Pi., MT. selaku
dosen penanggung jawab matakuliah Metodologi Riset Penelitian
2. Alexander M.A. Khan, S.Pi., M.Si., Ph.D., selaku dosen wali
3. Keluarga tercinta atas kasih sayang, do’a serta dukungan baik moral maupun
material
4. Teman-teman FPIK Unpad

Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Akhir kata semoga isi tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
orang lain pada umumnya. Amin.

Jatinangor, November 2022

Hafidz Ar Rashif Habibi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................3
DAFTAR ISI..................................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................4
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................6
1.2 Latar Belakang.......................................................................................................................6
1.3 Identifikasi Masalah...............................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................................................6
1.5 Kegunaan Penelitian..............................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................7
1.6 Sungai Cibereum....................................................................................................................7
1.7 Aktifitas di Sungai Cibereum.................................................................................................8
1.8 Pencemaran Air......................................................................................................................9
1.9 Logam Berat.........................................................................................................................12
1.9.2 Tembaga (Cu)................................................................................................................13
1.9.3 Timbal (Pb)....................................................................................................................14
BAB 3 METODE PENELITIAN...............................................................................................14
1.10 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................................................14
1.11 Alat dan Bahan...................................................................................................................14
1.11.1 Alat..............................................................................................................................14
1.11.2 Bahan...........................................................................................................................15
1.12 Metode Penelitian..............................................................................................................15
1.13 Parameter Penelitian..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Jaringan Sungai Kota Cimahi..............................................................................................6


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar aktifitas industri di Kota Cimahi.............................................................................4


Tabel 2 Klasifikasi Kelas Air Berdasarkan Peruntukannya............................................................5
Tabel 3 Baku Mutu Air Sungai........................................................................................................6
Tabel 4 Penentuan mutu air...........................................................................................................11
Tabel 5 Parameter yang Diamati..................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Sungai Cibeureum merupakan DAS dari sungai citarum yang melewati wilayah kota bandung dan
kota cimahi. Sungai Cibeureum berada di Kecamatan Cimahi Selatan melewati kelurahan Cibeureum,
Kelurahan Melong, dan berbatasan dengan Cijerah. DAS Sungai Cibeureum melewati beberapa kawasan
penting seperti kawasan industri, perumahan, pasar, terminal, dan Pendidikan seperti SD dan SMP
sehingga dapat menimbulkan potensi limbah buangan dari aktifitas kawasan tersebut masuk kedalam
aliran Sungai Cibeureum. Banyaknya juga industri pabrik pelapisan dan pemotongan logam berat dapat
meningkatkan kadar Cu dan Pb pada perairan sehingga dapat mengakibatkan perairan semakin
tercemar

1.3 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang diatas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Sejauh mana kandungan logam berat tembaga (Cu) dan timbal (Pb) yang ada di Sungai
Cibeureum
2. Berapa besar kandungan logam berat tembaga (Cu) dan timbal (Pb) di Sungai Cibeureum
dibandingkan dengan standar baku mutu PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kandungan logam berat Cu dan Pb di Sungai Cibeureum
2. Mengetahui kandungan logam berat Cu dan Pb untuk menentukan tingkat pencemaran
logam berat Cu dan Pb di Sungai Cibeureum
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai
tingkat pencemaran logam berat Cu dan Pb, sebagai data acuan (baseline data) bagi pengelolaan
Kawasan industri diwilayah kota Cimahi, serta dampaknya terhadap ekosistem sumberdaya
perairan yang ada disekitarnya. Selain itu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
tingkat keamanan air apabila dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan sehari-hari bagi
masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.6 Sungai Cibereum

Gambar 1 Peta Jaringan Sungai Kota Cimahi


Sungai Cibeureum merupakan salah satu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang
melintasi dua wilayah yaitu Kota Bandung dan Kota Cimahi. DAS Cibeureum berada di
Kecamatan Cimahi Selatan melewati Kelurahan Cibeureum, Kelurahan Melong dan berbatasan
dengan Kelurahan Cijerah, Kota Bandung. Kelurahan Cibeureum dan Kelurahan Cijerah
memiliki kepadatan penduduk tinggi, yaitu 225 jiwa/ha dan 282 jiwa/ha , sedangkan Kelurahan
Melong memiliki kepadatan rendah yaitu 91 jiwa/ha. Sungai Cibeureum mengalir melalui 2
wilayah yaitu Kota Bandung dan Cimahi Provinsi Jawa Barat. Sungai ini memiliki panjang 24.66
km Sungai ini bermuara ke Sungai Citarum dan masuk ke dalam Sub Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citarum (Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, 2020). DAS Cibeureum berdasarkan
fungsi kota diperuntukan untuk industri, perumahan, pendidikan, dan pelayanan umum, sehingga
aktivitas di DAS mempengaruhi kualitas air Sungai Cibeureum. Terdapat enam kelurahan di
Kota Cimahi yang memiliki resiko sanitasi tinggi sampai sangat tinggi, salah satunya yang
masuk DAS Cibeureum yaitu Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan yang memiliki
resiko sanitasi sangat tinggi (Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, 2020)
1.7 Aktifitas di Sungai Cibereum
Berdasakan peta polar ruang Sub DAS Cimahi yang diterbitkan oleh RPPLH Kota Cimahi
pada tahun 2017, kawasan disekitar DAS Sungai Cibereum bagian tengah merupakan kawasan
industri yang diantaranya meliputi industri tekstil, farmasi, logam, serta fasilitas Kesehatan yang
lokasi sebarannya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Daftar aktifitas industri di Kota Cimahi

Lokasi No. Nama industri Luas Jenis industri


lokasi
(km)
Kecamatan 1. Bandrek Hanjuang 1,98 Minuman
Cimahi Utara 2. Cihanjuang Inti Teknik 2,00 Manufaktur (Alat
(Hulu) Pembangkit Listrik)
3. RS Avisena 2,83 Fasilitas Kesehatan
(Rumah Sakit)
4. PT. Diamond Cold Storage 3,83 Susu
5. CV Alberta 4,40 Air Minum Kemasan
6. RSUD Cibabat 4,40 Fasilitas Kesehatan
(Rumah Sakit)
Kecamatan 7. PT. Nayaka Era Husada 4,61 Fasilitas Kesehatan
Cimahi Tengah (Klinik)
(Tengah) 8. Darso Putra Tailor 4,92 Tekstil
9. RS Mitra Kasih 5,22 Fasilitas Kesehatan
(Rumah Sakit)
10. PT. Dian Megah Indo Perkasa 5,82 Manufaktur (Peralatan
Rumah Tangga)
11. PT.Primatex 6,03 Tekstil
12. PT. Arianto Darmawan 6,19 Manufaktur (Peralatan
Industri)
13. Baros Information 6,54 Fasilitas Umum
Technology Creative
14. PT. Central Georgette 4,32 Tekstil
Kecamatan 15. Sinar Pangajaya 6,61 Tekstil
Cimahi Selatan 16. PT.Matahari Sentosa Jaya 6,69 Tekstil
(Hilir) 17. PT. Ayoe Indotama Textile 7,14 Tekstil
18. PT. Guna Mitra Prima 7,32 Tekstil
19. PT. Sinar Makin Mulia 7,33 Tekstil
20. PT. Sanbe Farma 7,42 Tekstil
21. PT. Mewah Niaga Jaya 7,42 Tekstil
22. PT. Nanjung Jaya 7,22 Tekstil
23. PT. Ragam Purna Sejahtera 7,47 Manufaktur (Peralatan
Rumah Tangga)
24. PT. Aswindo Jayasentosa 7,54 Tekstil
25. PT. Tirtha Ria 7,64 Tekstil
26. PT. Rajawali Hiyoto 7,64 Cat
27. PT. Garuda Mas Semesta 7,82 Tekstil
28. PT. Ginatex 7,90 Tekstil
29. PT. Bina Nusantara Prima 7,90 Tekstil
30. PT. Tegar Prima Nusantara 7,90 Tekstil
31. PT. Indowira Putra 7,90 Cat
32. PT. Dwitatex 8,28 Tekstil
33. PT. Sinar Continental 8,33 Tekstil
34. Fatatex 8,33 Tekstil
35. PT. Puji Palapa Textile 8,33 Tekstil
Industries
36. PT. Suritex 8,76 Tekstil

1.8 Pencemaran Air


Air adalah semua air yang terdapat didalam dan atau berasal dari sumber dan terdapat di atas
permukaaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air adalah air yang terdapat di bawah
permukaan tanah dan air laut. Air sangat penting untuk kehidupan, air menutupi dua pertiga dari
permukaan bumi dan tubuh setiap makhluk hidup di bumi terbentuk dari air dengan
perbandingan antara 50%-95% (Mursaha, 2009).
Di Indonesia, peruntukkan badan air menurut kegunaannya ditetapkan oleh Gubernur.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No.69 tahun 2010, klasifikasi mutu air
ditetapkan sebanyak empat kelas sebagai berikut.
. Tabel 2 Klasifikasi Kelas Air Berdasarkan Peruntukannya

Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukan


Kelas
Kelas 1 Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk minum dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut
Kelas 2 Air yang peruntukannya dapat digunakan sarana rekreasi, dan
atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut
Kelas 3 Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidaya
ikan air tawar dan peternakan, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
Kelas 4 Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Dalam peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup dijelaskan baku mutu air sungai dan sejenisnya yang bisa
dilihat pada table ….
BAKU MUTU AIR SUNGAI DAN SENJENISNYA
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang masih diperbolehkan keberadaannya
di dalam air pada sumber-sumber tertentu. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang
standar baku mutu air, kemudian dijadikan standar kadar maksimum pencemar yang terdapat
didalam air. Berikut adalah baku mutu air sungai dan sejenisnya :
Tabel 3 Baku Mutu Air Sungai

No Parameter Unit Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Keterangan


1. Temperatur O
C Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Perbedaan
dengan suhu
udara diatas
permukaan air
2. Padatan terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 Tidak berlaku
total (TDS) untuk muara
3. Padatan mg/L 40 50 100 400
tersuspensi
total
4. warna Pt-Co 15 50 100 - Tidak berlaku
Unit untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)
5. Derajat 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak berlaku
Keasaman (pH) untuk air
gambut
(berdasarkan
kondisi
alaminya)
6. Kebutuhan mg/L 2 3 6 12
oksigen
biokimiawi
(BOD)
7. Kebutuhan mg/L 10 25 40 80
oksigen
kimiawi (COD)
8. Oksigen mg/L 6 4 3 1 Batas minimal
terlalut
9. Sulfat (SO42-) mg/L 300 300 300 400
10. Klorida (Cl-) mg/L 300 300 300 600
11. Nitrat (sebagai mg/L 10 10 20 20
N)
12. Nitrit (sebagai mg/L 0,06 0,06 0,06 -
N)
13. Amoniak mg/L 0,1 0,2 0,5 -
(sebagai N)
14. Total Nitrogen mg/L 15 15 25 -
15. Total Fosfat mg/L 0,2 0,2 1,0 -
(sebagai P)
16. Fluorida (F-) mg/L 1 1,5 1,5 -
17. Belerang mg/L 0,002 0,002 0,002 -
sebagai H2S
18. Sianida (CN-) mg/L 0,02 0,02 0,02 -
19. Kloirn bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi air baku
air minum
tidak
dipersyaratkan
20. Barium (Ba) mg/L 1,0 - - -
terlarut
21. Boron (B) mg/L 1,0 1,0 1,0 1,0
terlarut
22. Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
terlarut
23. Arsen (As) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,10
terlarut
24. Selenium (Se) mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
terlarut
25. Besi (Fe) mg/L 0,3 - - -
terlarut
26. Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
terlarut
27. Kobalt (Co) mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
terlarut
28. Mangan (Mn) mg/L 0,1 - - -
terlarut
29. Nikel (Ni) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,1
terlarut
30. Seng (Zn) mg/L 0,05 0,05 0,05 2
terlarut
31. Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
terlarut
32. Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 0,5
terlarut
33. Kromium mg/L 0,05 0,05 0,05 1
heksavalen (Cr-
(VI))
34. Minyak dan mg/L 1 1 1 10
lemak
35. Deterjen total μg/L 0,2 0,2 0,2 -
36. Fenol μg/L 0,002 0,005 0,01 0,02
37. Aldrin/ μg/L 17 - - -
Dieldrin
38. BHC μg/L 210 210 210 -
39. Chlordane μg/L 3 - - -
40. DDT μg/L 2 2 2 2
41. Endrin μg/L 1 4 4 -
42. Heptachlor μg/L 18 - - -
43. Lidane μg/L 56 - - -
44. Methoxychlor μg/L 35 - - -
45. Toxapan μg/L 5 - - -
46. Fecal coliform MPN/ 100 1.000 2.000 2.000
100 mL
47. Total coliform MPN/ 1000 5000 10.000 10.000
100 mL
48. Sampah nihil nihil Nihil Nihil
49. Radioaktivitas
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1

1.9 Logam Berat


Logam (metal) adalah elemen atau campuran yang mempunyai karakteristik permukaan yang
mengkilap, daya hantar panas dan listrik yang tinggi serta tidak mudah mengalami dekomposisi.
Secara kimia, logam berat adalah logam yang dapat terurai oleh hidrogen sulfida dalam larutan
asam (Bennet, 1986). Menurut Clark (1986), logam berat adalah logam yang umumnya tidak
diperlukan dalam aktifitas metabolisme dan berbahaya bahkan dalam konsentrasi rendah. Logam
berat adalah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm 3 ,
logam yang memiliki berat kurang dari 5 gram disebut logam ringan (Darmono, 2006)
Logam berat memiliki sifat yang hampir sama dengan logam-logam lain seperti memiliki
kemampuan sebagai pengahantar daya listrik yang baik, memiliki kemampuan sebagai
pengahantar panas yang baik, memiliki rapatan tinggi, dapat membentuk alloy (campuran)
dengan logam lain dan untuk logam padat dapat dibentuk, namun perbedaan logam berat dengan
logam lainnya yaitu pengaruh toksik yang dihasilkan ketika logam berat berikatan dan atau
masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Palar, 2004)

Secara umum logam berat di bagi menjadi 2 yaitu (Darmono, 1995 :


1. Logam berat esensial; yakni logam yang dalam jumlah tertentu sangat dibutuhan oleh
organisme, namun dalam jumlah berlebihan logam tersebut bisa menimbulkan efek toksik.
Contohnya: seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), kobalt (Co) dan mangan (Mn)
2. Logam berat tidak esensial; yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya, bahkan lebiih bersifat toksik dalam tubuh organisme. Contohnya ;
merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb) dan Kromium (Cr).
Banyak logam berat, baik itu esensial maupun yang bersifat toksik terlarut di dalam air dan
dapat mencemari perairan. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari pertambangan, peleburan
logam, industri dan dapat pula berasal ari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti
hama yang mengandung logam. Di dalam air, logam dapat berikatan dalam senyawa kimia atau
dalam bentuk logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada. Tingkat
kandungan logam pada setiap kompartemen dan tingkat pencemarannya (Darmono, 2008)
Tingkat konsentrasi logam berat dalam air dapat dibedakan menurut tingkat pencemarannya,
yakni polusi berat, polusi sedang, dan nonpolusi. Perairan dengan tingkat polusi berat akan
memliki kandungan loam berat dalam air serta organisme hidup di dalamnya cukup tinggi.
Perairan dengan tingkat polusi sedang, memiliki kandungan logam berat dalam air dan biota
yang hidup di dalamnya berada dalam batas sedang. Sedangkan, perairan dengan tingkat
nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organismenya sangat rendah bahkan terdeteksi
(Darmono, 2008).

1.9.2 Tembaga (Cu)


Secara global sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan lingkungan adalah secara
alamiah dan non alamiah. Secara alamiah, Cu dapat masuk kedalam suatu lingkungan sebagai
akibat dari peristiwa alam. Sedangkan secara non-alamiah, Cu masuk kedalam suatu lingkungan
sebagai akibat dari aktivitas manusia (Palar, 2004).
Keberadaan Cu dalam lingkungan perairan disebabkan oleh aktivitas manusia dapat
berasal dari :
1. Buangan rumah tangga berupa limbah cair dan domestic
2. Kegiatan di pabrik merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan
kelarutan Cu dalam perairan sungai
3. Lumpur minyak yang juga menganduk logam berat dengan konsentrasi yang tinggi yang
dibuang keperairan sungai
1.9.3 Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah salah satu logam berat yang merupakan bahan buangan anorganik
yang berasal dari industri. Bahan buangan anorganik ini umumnya berupa limbah yang tidak
dapat membusuk dan sulit masuk ke lingkungan periaran, maka akan terjadi peningkatan jumlah
ion logam dalam air. Pb yang banyak terdapat dalam batuan dan tanah krust bumi dengan
konsentrasi sebesar 12 hingga 20 ppm, didapatkan melalui penambangan dan dapat dipisahkan
dari PbS dengan hanya memanaskan pada suhu yang rendah dengan cara membakar kayu atau
batubara.
Logam Pb yang masuk ke dalam perairan sebagai dampak dari aktifitas manusia dapat
membentuk air buangan atau limbah dan delanjutnya akan mengalami pegendapan yang dikenal
dengan istilah sedimen. Tingginya kandungan timbal dalam sedimen akan menyebabkan biota air
tercemar, seperti ikan, udang, dan kerang, dimana biota tersebut hidup di dasar sungai. Jika biota
air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat, maka dikhawatirkan akan menimbulkan efek bagi
kesehatan masyarakat (Palar, 2004).
Sumber timbal dapat dibedakan menjadi :
1. Sumber alamiah
Secara alami, timbal dapat ditemukan dalam air permukaan, dimana kadar timbal pada air
telaga dan air sungai sebesar 1-10 μg L -1 . Kandungan Pb yang terdapat di bawah air tanah
(ground water) berkisara antara 1-60 μg L-1 .
2. Sumber non-alamiah
Secara nonalamiah, sumber Pb berasal dari aktifitas manusia, yakni dari kegiatan industri,
dimana Pb dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan baterai, bahan pembuatan aki, bahan
peledak, pestisida, cat karat dan pelapisan logam serta terdapat juga pada pipa untuk aliran air
minum yang merupakan campuran di logam timbal dan juga pipa PVC. Logam Pb juga
banyak ditemukan pada buangan daria aki kendaraan.

BAB 3
METODE PENELITIAN
1.10 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan September 2022. Penelitian utama
ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 – November 2022. Pengambilan sampel air
dilakukan pada sungai cibeureum bagian tengah dimana DAS tersebut dilalui oleh berbagai
macam aktifitas seperti industri, pasar, dan pemukiman warga. Analisis logam berat dilakukan di
Laboratorium Bioteknologi FPIK Universitas Padjadjaran Jatinangor.
1.11 Alat dan Bahan
1.11.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi stasiun pengambilan
2. Refraktometer untuk mengukur salinitas perairan
3. Botol sampel untuk wadah sampel air
4. Cool box untuk penyimpanan sampel air
5. Sekop untuk pengambilan sedimen
6. Alat tulis untuk mencatat data pengamatan
7. Kamera untuk dokumentasi
8. Kertas label untuk penanda sampel
9. Thermometer untuk mengukur suhu perairan
1.11.2 Bahan
1. Sampel air sungai
2. Sampel sedimen
3. Aquades
4. Larutan HNO3 Pekat sebagai pendestruksi dan pengawet serta pembersh peralatan
5. Larutan standar Cu dan Pb
6. Larutan HNO3 (pH < 2) dan es batu untuk menjaga suhu sampel tetap.
1.12 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei pada Sungai Cibeureum
bagian Tengah pada 2 stasiun pengambilan sampel, yang diduga menghasilkan kandungan
limbah logam berat Cu dan Pb yang berbeda yaitu :
1. Stasiun 1 : Dekat industri, Jalan industri (kawasan industri dimana pabrik-pabrik logam
berat banyak membuang limbah kesungai
2. Stasiun 2 : Jembatan Cimindi (dimana banyak aktifitas warga terutama pasar yang
menghasilkan limbah cukup besar kedalam sungai)
Sampel penelitian yang diteliti adalah sampel air dan sampel sedimen yang dapat
memberikan informasi terkait kandungan apa saja yang ada didalam perairan Sungai Cibeureum
bagian tengah, hal ini dapat menunjukan kualitas air dari Sungai Cibereum bagian tengah.
Penentuan mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) yang mampu menentukan
klasifikasi pencemaran Sungai Cibeureum seperti ditampilkan pada Tabel …
Tabel 4 Penentuan mutu air

Nilai indeks klasifikasi


0 ≤ PIj ≤ 1.0 Kondisi sungai sesuai dengan baku mutu atau
tidak tercemar
1.0 < PIj ≤ 5.0 Pencemaran ringan
5.0 < PIj ≤ 10 Pencemaran sedang
PIj > 10 Pencemaran berat
Table ini dapat memperlihatkan bahwa klasifikasi sungai berdasarkan nilai indeksnya.
Semakin besar nilai indeks, maka semakin berat juga pencemaran sungai yang terjadi. Penentuan
mutu air dilakukan setelah analisis kualitas sungai dengan dilakukannya perhitungan pada setiap
lokasi sampling.

1.13 Parameter Penelitian


Parameter yang diamati adalah (a) Kandungan logam berat Cu dan Pb dalam air dan
sedimen, (b) Kualitas air pada Sungai Cibeureum bagian Tengah yaitu suhu, salinitas, pH,
oksigen terlalut.

Tabel 5 Parameter yang Diamati

No Parameter Satuan Alat Ukur


1 Suhu o
C Termometer
2 Salinitas Ppt Refraktometer
3 pH pH meter
4 DO mg/L DO meter
5 Kecerahan M Secchi Disk
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, I. 2000. Kandungan Logam Berat Cd, Pb, Cu, dan Zn dalam Air, sedimen dan beberapa
Organisme Benthos di Muara Sungai Asahan, SumateraUtara. Skripsi. Jurusan Ilmu
Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Daud, A., 2004. Pencemaran air dan dampaknya terhadap kesehatan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta.
Darmono. 2006. Toksikologi logam berat. UI Press. Jakarta.
Darmono. 2008. Lingkungan hidup dan pencemaran udara. UI Press. Jakarta.
Diponegoro, Wardan, M. 1997. Padi Bengawan Solo Mengandung Logam Berat. Kompas.
Jakarta.
Hadi, A., 2005. Prinsip pengelolaan pengambilan sampel lingkungan. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hutagalung, H.P., D. Setiapermana dan S.H. Riyono. 1997. Metode Analisis Air laut, Sedimen
dan Biota. Buku Kedua. P30-LIPI. Jakarta.
Mursaha, M. 2009. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mustafa, A., 2000. Kamus Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran Air dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Rahman, A., 2006. Kandungan logam berat timbal (Pb) dan kadmium pada ikan bandeng
(chanos Chanos Forsk). Di tambak kecamatan gresik. IP Press. Gresik.
Rahman, A. 2006. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Pada Badan Air
Dan Sedimen Di Tiga Pantai (Batakan,Takisung Dan Jorong) Pada Perairan Pantai Di
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Sarjono, A., 2009. Analisis kandungan logam berat Cd, Pb,dan Hg pada air dan sedimen di
perairan kamal muara, Jakarta Utara. Skripsi Sarjana. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, ITB.
Umar. 2001. Kandungan logam berat tembaga (Cu) pada air, sedimen dan kerang Marcia sp. di
teluk Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Wardhana, W., 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : ANDI Indonesia Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai