Narendra Binaya Abhitama, lelaki tampan Si most wanted boy sekolah sekaligus anak
pemilik yNayasan yang mempunyai sikap dingin, cuek, tak peduli sekitar dan sedikit irit
berbicara, sekalinya bicara ucapanya pedas dan menyakitkan. Ia merupakan anak dari
pasangan Bagas Abhitama dan Rina Abhitama. Ia juga memiliki 3 sahabat.
Raka Andrian, lelaki imut yang memBuat para gadis tergila karena wajahnya yang terkesan
baby face. Ia merupakan sahabat Narendra yang paling jahil dan cerewet.
Gevan Rahaja, lelaki plNayboy yang mantannya ada di mana mana, hampir setiap minggu ia
bergonti-ganti pasangan karena ketampanannya.
Arya Reynandhika Dirgantara, merupakan sahabat yang paling dekat dengan Narendra. Biasa
di sapa Arya. Ia juga kembarannya Naya tetapi tidak ada yang mengetahui. Arya lah yang
sikapnya paling dewasa, ia juga murah senyum, tampan dan mempunyai lesung pipi di
sebelah kiri. MemBuat para gadis gila akan senyumnya.
Naren, Raka, Gevan dan Arya bersahabat sejak SD.
Nayara Reynandita Dirgantara, gadis cantik berlesung pipi kiri dan kanan sangat
disNayangkan ia tak pernah senyum merupakan murid pindahan Bandung yang memiliki
sikap datar, dingin, cuek dan sedikit ketus, untuk semua orang kecuali keluarganya ia akan
berubah meskipun sedikit. Ia mempunyai kembaran bernama Arya Reynandhika Dirgantara.
Naya dan Arya merupakan anak dari pasangan Adhika Candra Dirgantara dan Andita Putri.
Dan Naya rasa bahwa hidupnya hanya mengenal hitam-putih, tidak ada warna lain. Naya
memiliki masa lalu yang kelam. Mungkin sikap datar, dingin, cuek dan ketusnya itu karena
kenangan masa lalunya.
BAB 1
Seorang siswi dengan berseragam lengkap SMA FERNANDO baru saja turun dalam mobil.
Ia tidak mengendarai sendiri melainkan diantar sang supir, setelah turun dari dalam mobil
banyak yang menatapnya sambil berbisik bisik tentangnya.
Inilah yang tak ia sukai menjadi pembicaraan topik. Tetapi Naya Dirgantara
menghiraukannya. Lalu berjalan melewati koridor untuk mencari dimana ruang kepala
sekolah itu berada.
Hingga dirinya sampai di depan pintu ruang kepala sekolah. Naya mengetuk pintu terlebih
dahulu lalu masuk setelah mendapatkan jawaban dari dalam.
"Permisi," Kata Naya dengan suara dinginnya.
Hingga suara pintu terBuka dan "Ya ampun kamu Naya kan udah besar makin cantik aja,
Tante kangen banget sama kamu," Ucap Bu Indah, selaku kepala sekolah sekaligus adik
Mamanya dan wali kelas XII MIPA 1.
Naya hanya memutar bola mata jengah karena kecerewetan tantenya dan membalas dengan
deheman malas, "Hmm"
"Kamu tetap tidak berubah ya Nay, ya udah tante antar kamu ke kelas ya?"
"Iya" Jawab Naya.
.....
Narendra, Raka dan Gevan baru saja sampai di sekolah, mereka berangkat bersama
menggunakan mobil Raka, karena mereka tetanggaan. Kenapa Arya tidak berangkat bareng?
Alasannya simpel beda arah.
Mereka berjalan beriringan di koridor sekolah dengan Naya masing masing, banyak sekali
pasang mata menatap mereka kagum, apalagi siswi-siswi di sekolah ini.
Sampailah di ruang kelas mereka, Narendra berjalan ke arah mejanya lalu menyimpan tasnya
di atas meja. Ia duduk sendirian tak ada yang boleh duduk bersamanya meskipun sahabatnya.
"Hey" Arya setelah melihat sahabat sahabatnya datang.
"Eh, Arya udah dateng lo?" Sapa Gevan setelah duduk di bangkunya.
"Iya" Jawab Arya.
"Lo bareng Gevan berangkatnya, Ren?" Lanjut Arya.
"Hm" Yang dibalas dengan deheman oleh Narendra.
"Iih babang Arya kok dedek Raka nggak ditanya cih?" Rengek Raka sambil mengerucutkan
bibirnya. Dibalas gedikkan ngeri oleh Arya.
"Jijik goblok" Celetuk Gevan.
"Iih bang Naren bantuan dedek Raka dong," Pinta Raka pada Narendra sambil menggoyang
goyangkan lengan Naren.
"Bacot" Ucap Naren.
Arya dan Gevan hanya tertawa dan dibalas tatapan tajam oleh Narendra, dan di ketawain oleh
Raka karena mereka tak berani dengan tatapan tajam milik Narendra.
Bel berBunyi pertanda jam pertama akan dimulai. Semua murid berhamBuran masuk
sekelasnya masing masing. Seorang guru memasuki kelas XII MIPA 1 bersama gadis cantik
berwajah datar.
Narendra dan sahabat sahabatnya ini sama sama berada dikelas XII MIPA 1, otak otak
mereka lumayan diatas rata rata jadi mereka satu kelas. Sejak SD mereka satu kelas entah ini
kebetulan atau memang takdirnya mereka selalu bersama, tidak ada yang tahu.
Seketika kelas menjadi hening ketika Bu Indah memasuki kelas.
"Selamat pagi semua," Sapa Bu Indah ramah.
"Pagi," Jawab mereka serempak.
"Oke, sekarang Ibu bakal memperkenalkan keluarga baru kita, Naya perkenalkan namamu,"
Ucap Bu Indah mempersilahkan Naya memperkenalkan diri.
"Saya Nayara Reynandita D. pindahan dari Bandung," Ucap Naya dingin dengan wajah
datarnya.
"Ada yang ingin ditanyakan kepada Naya?" Tanya Bu Indah.
"Naya minta no teleponnya dong"
"Minta no WA dong"
"Pacar gue itu"
"Alamat rumahnya mana?"
"Pacaran yuk?"
"Cantik banget sih"
"Anjir ice nya nambah satu"
"Cocok tuh sama Naren sama sama dingin, yang satu ganteng yang satunya cantik perfect
banget"
"Cocokan juga sama gue"
"Idih pede amat mbak ngaca dong"
"Oh ya kenapa namanya di singkat?"
Begitulah celetukan celetukan yang terlontar dari mulut para siswa siswi di kelas XI MIPA 1.
"Hey udah dong jangan berisik! Silahkan Naya duduk di samping Narendra," Ucap Bu Indah
sambil menunjuk bangku Narendra.
Setelah itu Naya berjalan kearah bangkunya dan mendaratkan bokongnya.
Kelas pun seperti biasanya sampai bel istirahat berbunyi, para murid pun memasukkan buku-
bukunya kedalam tas masing masing lalu beranjak pergi dari kelas.
"Hai nama gue Raka Andrian panggil aja Raka. Gue yang paling ganteng diantara geng gue,"
Ucap Raka percaya diri.
"Ngaca bos, yang paling ganteng tu yang lagi duduk disamping Naya," Tunjuk Arya kepada
Narendra.
"Ya kali kali kek gue yang paling ganteng," Kesal Raka.
"Hai, aku Gevan Rahaja. Kamu panggil aja Gevan atau kalau mau panggil sayang juga gak
papa kok," Ucap Gevan.
"Jangan mau sama Gevan, dia ceweknya banyak," Celetuk Raka.
"Bilang aja lo iri karena gak laku," Jawab Gevan sambil menjitak kepala Raka.
"Halo gue Arya Reynandhika Dirgantara panggil aja Arya," Ucap Arya.
'Udah tau' Batin Naya sambil memutar bola jengah.
Naya dan Narendra hanya melihat perdebatan mereka dengan wajah datar.
"Berisik," Ucap mereka bersamaan.
Arya melihat tingkah sahabat dan kembarannya hanya geleng geleng kepala. Naya pun pergi
keluar keluar kelas untuk pergi ke belakang sekolah.
"Ciee ngomongnnya bareng," Goda Raka pada Naren
"Jodoh kali," Celetuk Gevan.
Arya hanya tersenyum 'Semoga Naren bisa balikin sifat lo Nay' Batin Arya memandang
Narendra dengan tatapan permohonan.
"Bacot," Ucap Naren sembari beranjak dari bangkunya yang diikuti oleh Arya dan Gevan.
"Ish main tinggal tinggal aja sih," Gerutu Raka.
"Tungguin," Teriak Raka.
.....
Sesampai di taman Naya hanya diam dan memejamkan mata sembari menikmati udara yang
menerpa wajahnya.
‘Sepi’ Batinnya.
‘Tapi gue suka’ Lanjutnya sambil terkekeh dalam hati.
Ditempat lain suara pekikan ketika sang most wanted datang dari pintu kantin.
“Tish ganteng banget sih”
“Wah pacar gue datang”
“Kak Naren dingin banget sih”
“Ya Allah manis banget sih Arya”
“Ya ampun imut banget Raka”
“Dasar playboy, bisanya cuma tebar pesona doang”
Dan masih banyak lagi celotehan celotehan murid SMA Fernando. Ada yang menatap
mereka kagum, haru, sinis dan iri pokoknya banyak deh.
Mereka hanya tersenyum mendengar celotehan celotehan tersebut ralat kecuali Narendra.
Mereka berjalan ke arah meja pojok, karena cuma meja tersebut yang kosong.
Mereka dijuluki NAGR a.k.a Narendra, Arya, Gevan dan Raka. Apalagi Narendra ia di juluki
sebagai ‘Penakluk Rasa’ karena semua orang takluk akan pesona Narendra.
Mereka memesan makanan, beberapa menit kemudian makanan mereka datang dan mereka
segera memakannya.Tiba tiba ada tiga siswi dengan muka menor, baju ketat, rok lima belas
centi di atas lutut datang menghampiri mereka a.k.a Narendra, Arya, Gevan dan Raka. Salah
satu dari mereka langsung duduk disebelah Narendra dan memeluk lengan kekar Narendra
posesif.
Dia Kartika Angel dan dua orang antek anteknya yaitu Nuri Nafiya dan Winda Arini.
Mereka adalah bad girl SMA Fernando tukang bully jika ada yang dekat dengan NAGR.
Narendra pun tak tinggal diam karena ada yang berani memeluk lengannya dan mengganggu
aktivitas makannya.
“Lepas,” Suara Narendra dingin. Angel malah mengeratkan pelukannya.
Merasa tak dilepas Narendra pun menyentak tangannya kasar sehingga membuat Angel
hampir terjatuh. Seisi kantin melihat kearah Angel dan ada yang mem-vidio. Mereka
menahan tawa melihat kejadian tersebut.
Narendra pun langsung pergi dari kantin diikuti ketiga temannya. Setelah Narendra dan
teman temannya pergi seisi kantin pun tertawa. Angel tak tinggal diam, Ia menggebrak meja
dengan wajah merah padam karena marah, malu, kesal menjadi satu.
“Lihat aja lo bakal bertekuk lutut di depan gue Narendra,” Desis Angel geram.
“Tenang gel Narendra bakal suka sama lo kok,” kata Winda diangguki Nuri. Mereka pun
pergi keluar kantin.
Setelah keluar kantin Narendra meyuruh ketiga temannya kekelas duluan.
“Kalian ke kelas aja. Gue mau ke rooftop” Ucap Narendra.
Mereka mengerti jika Narendra ingin sendiri. Akhirnya mereka menyetujui ucapan Narendra.
Bukannya ke rooftop Narendra malah pergi ke taman belakang karena jarang ada siswa-siswi
lewat disana.
Sesampai disana ia melihat seorang siswi yang tak asing baginya. Naya merasa ada seseorang
melihatnya, ia pun mencari seseorang yang melihatnya hingga mata mereka bertubrukan
mengunci tatapan masing masing.
Naya memutuskan tatapan mereka dan membuyarkan lamunan Narendra yang terpesona
dengan manik mata coklat milik Naya. Narendra sungguh terkejut ketika ia mulai menyadari
bahwa ia sedang menatap Naya tapi dengan cepat ia merubah ekspresi nya menjadi datar.
Narendra sangat pandai mengubah ekspresi.
“Ngapain lo liatin gue?” Tanya Naya ketus.
Narendra hanya menaikkan sebelah alisnya sembari menjawab “Geer,” dengan nada dingin.
“Siapa?” Tanya Naya datar.
“Lo,” Jawab Narendra ketus.
“Ngapain?” Tanya Narendra datar.
“Kepo,” Jawab Naya ketus sambil pergi dari taman karena bel masuk berbunyi sejak lima
menit yang lalu.
Narendra hanya mengedikkan bahunya dan pergi menyusul.
.....
Bel pulang berbunyi. Semua murid memasukkan bukunya kedalam tas masing masing.
“Saya akhiri pertemuan kali ini dilanjut minggu depan, Assalamualaikum Wr. Wb,” Ucap Bu
Nina guru kimia.
“Waalaikum salam wr. Wb,” Ucap siswa siswi XI MIPA 1. Semua murid beranjak keluar
kelas.
Di depan halte terdapat seorang siswi yang sedang menunggu sang supir menjemputnya.
Hampir satu jam ia menunggu. Ada beberapa siswa siswi yang sedang menunggu jemputan
kira kira lima orang dengan dirinya. Lima menit kemudian mereka di jemput. Tinggal lah
Naya sendiri di halte.
Tak lama kemudian suara klakson motor terdengar.
Tin...
Tin...
Tin...
“Belum pulang,” Kata seorang pria sambil melepaskan helm.
Naya langsung melihat siapa yang bertanya. Lalu Naya menggeleng lemah dan berkata
“Belum,” Dengan lirih.
“Kata mang Rudi mobilnya bocor terus jalanan macet kamu pulang bareng aku ya?” Ucap
cowok itu lembut.
“Nggak ada penolakan,” Ucapnya tegas.
“Bang Ar, Naya pulang nya nunggu Mang Rudi aja kasian jauh jauh malah ditinggal,” Ucap
Naya.
Iya dia Arya, abangnya Naya.
“Mang Rudi udah di rumah mobilnya ditinggal dibengkel Nay, kamu nggak ada alasan lagi
buat jauh dari kakak. Sampai kapan kamu kayak gini, kakak rindu sama kamu,” Ucap Arya
lemah.
Mata Naya berkaca kaca menatap Arya. Kemudian Arya membawa Naya ke dalam
pelukannya, Naya makin terisak. Arya melepaskan pelukannya dan menatap mata Naya
lembut dengan penuh kerinduan.
Arya menghapus air mata Naya dengan ibu jarinya. “Udah jangan nangis lagi oke,” Ucap
Arya.
Naya hanya mengangguk. Kemudian Arya menuntun Naya untuk naik ke jok motornya.
Kemudian mereka pergi menuju ke rumah.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menatap mereka heran. ‘Sebenarnya ada hubungan
apa mereka. Tadi mereka di kelas gak saling mengenal tiba tiba mereka pelukan, aneh’ Batin
orang tersebut.
Jangan tanya mengapa Arya kok belum pulang alasannya karena tadi ada kumpulan tim
basket inti.
.....
Sesampai di rumah, Naya dan Arya mendapati rumahnya kosong. Hal seperti itu sudah biasa
bagi mereka, apalagi Arya yang tinggal bersama kedua orang tua mereka. Kemudian mereka
menuju kamar masing masing.
Malam harinya, Naya merasa lapar akhirnya ia turun menuju dapur. Ia membuka kulkas
untuk mengambil bahan makanan, tetapi ia mendapati isi kulkas kosong. Naya berniat
membeli bahan masakan di supermarket depan kompleks.
Keadaan rumah sepi, biasanya jam segini Adhika dan Dhita pulang ke rumah, Arya pamit
pergi main ke apartemen Narendra. Tadi Naya mendapat pesan dari Adhika sang papa,
katanya Papa dan Mama tidak pulang dulu soalnya kerjaan mereka numpuk mereka memilih
nginap di hotel dekat kantor tempat kerjanya.
Naya berjalan ke luar rumah menuju supermarket. Sesampainya disana ia mengambil
keranjang dan memilih bahan yang di butuhkan.
Di tempat lain, tepatnya di apartemen milik Narendra. Narendra, Arya, Gevan dan Raka
sibuk dengan handphone masing masing, tepatnya main game.
Tiba tiba Gevan bertanya serius memecah keheningan.
“Tadi gue pulang sekolah liat lo Ar, pelukan sama anak baru itu di depan halte. Kalau nggak
salah sih namanya Nayala apa Alaya ya?”
Yang ditanya langsung mendongak.
“Siapa, tadi gue langsung pulang kok,” jawab Arya tenang.
“Iya kalik mungkin gue salah liat. Eh tapi namanya siapa sih Alya, Ayala atau Naya, bener
deh gue lupa,” tanya Gevan sambil menggaruk pelipis nya yang tidak gatal.
“Naya, dedek gemes,” celetuk Raka antusias.
“Nah iya Naya, dia manis banget deh, sayang banget nggak pernah senyum,” timpal Gevan.
Raka hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Tiba tiba Narendra berdiri membuat para temannya bingung.
“Mau kemana Al?” tanya Arya.
“Keluar,” Jawabnya singkat.
“Sekalian beli nasi goreng deket kompleks Arya," Ucap Gevan.
"Hmm, apalagi?" tanya Narendra kepada para sahabatnya.
"Sekalian minumnya ya," Timpal Arya.
Narendra hanya mengangguk dan berjalan mengambil dompet, kunci motor dan jaketnya.
Sesampai di warung nasi goreng ia memesan empat porsi nasi goreng.
"Empat bungkus, saya tinggal bentar," ucap Narendra.
Pemilik warung itu hanya mengangguk, karena sudah hafal betul siapa pelanggannya yang
satu itu. Ia kemudian pergi ke supermarket untuk membeli beberapa minuman dan camilan.
Ia kemudian mengambil keranjang dan berjalan ke tempat snack. Ia kemudian mengambil
permen karet kesukaannya, belum sampai ia ambil sebuah tangan mengambil permen karet
favoritnya.
"Yes, gue dapat," Ucap orang yang mengambil permen karet favoritnya.
"Itu punya gue," Ucap Naren dengan nada dingin.
Orang tersebut hanya mengedikkan bahunya acuh dan berbalik menuju meja kasir. Belum
sempat jalan Narendra mencengkeram tangan orang tersebut, sehingga membuat orang
tersebut meringis.
“Lepasin tangan gue,” Ucap orang itu dingin.
“Nggak sebelum lo kasih itu permen ke gue,” Jawab Narendra tak kalah dingin.
“Kalau orang bicara itu liat orangnya, bukannya liat orangnya malah liat bawah,” Ucap
Narendra ketus.
Orang tersebut masih diam dan melihat tangannya yang masih dicengkeram. Sesekali
meringis kesakitan.
Kemudian orang tersebut mendongak melihat orang yang mencengkeram tangannya.
“Lo, anak baru itu kan?” Tanya Narendra kaget.
Naya masih diam menatap Narendra dengan wajah datarnya dan sesekali mencoba menepis
tangan Narendra yang mencengkeram pergelangan tangannya.
Tapi apalah daya ia cewek tenaganya lebih lemah dibandingkan dengan tenaga cowok.
“Tolong, jangan buat keributan di sini,” Ucap pegawai supermarket dengan senyum yang di
arahkan kepada Narendra. Narendra hanya menatap pegawai tesebut dengan datar.
Tanpa Narendra sadari tangannya melepaskan cengkeraman.
“Asal lo tau, ini permen karet kesukaan gue, gue yang masukin di keranjang duluan,” Ucap
Naya penuh penekanan. Kemudian berjalan mendahului Narendra.
Namun, langkahnya terhenti saat tangan Narendra mencekal lengannya.
“Aduh ma-maaf atas kelalaian kami, sebenernya permen tersebut banyak di gudang. Tetapi
para pegawai saya tidak cekatan menaruh permen ini di rak. Sekali lagi saya mohon maaf atas
nama supermarket ini,” Ucap perempuan memakai jas sambil menyodorkan permen tersebut
ke Narendra.
“Lepasin tangan gue,” Ucap Naya dengan menepis kasar tangan Narendra.
Kemudian Naya menuju kasir untuk membayar belanjaannya dan segera pulang untuk
memasak karena ia sangat lapar. Begitu pula dengan Narendra, ia menuju ke kasir dengan
wajah yang merah karena kesal sama Naya. Setelah membayar Narendra langsung kembali
ke warung milik pak de Jo pemilik warung nasgor tempat ia memesan nasgor.
.....
Narendra pulang masih dengan wajah merah padam menahan amarah. Gimana gak marah
coba ia tidak suka dibikin malu apalagi sama anak baru.
“Kenapa muka lo kok merah?” Tanya Arya.
“Gue kesel sama tuh cewek,” Jawabnya ketus.
“Wih, tumben lo kesel sama cewek. Siapa cewek yang berhasil membuat hati bos kesel,”
Ucap Raka dengan penasaran.
“Iya juga ya padahal Narendra gak pernah perduli sama cewek meski dibikin malu, biasanya
kan Naren yang membuat para cewek itu malu, mana kata kata pedesnya mas kok nggak di
pakek,” Ucap Gevan dengan nada jail.
‘Eh,bener juga ngapain gue peduli’ batin Narendra.
“Siapa ren cewek itu?” Tanya Arya.
“Murid baru itu tuh,” Jawab Narendra kesal.
“Kesel amat tuh muka, emang lo ketemu dimana?” Tanya Arya sambil membuka snack yang
baru di beli Narendra.
“Supermarket,” Jawabnya masih dengan nada kesel.
“Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya Engkau telah mengabulkan doa-doa ku,” Ucap Raka
dengan wajah menengadah ke atas.
“Ngapain sih lo?” Tanya Gevan.
“Bersyukur,” Jawab Raka polos.
“Ya bersyukur karna apa bego,” Ucap Gavin sambil menjitak kepala Raka.
“Ais sakit goblok, gue tuh bersyukur karna Narendra tu mulai ada kemajuan,” Jawab Raka
ngegas.
“Ya gausah ngegas goblok,” Ucap Gavin.
“Bisa diem sehari bisa, kayak anak kecil aja,” Ucap Narendra pedas.
Akhirnya mereka diam dan makan nasi goreng yang di beli Narendra di depan kompleks
Arya. Selesai makan mereka mereka berbincang bincang.
“Ar, lo kan punya kembaran yang tinggal bareng nenek lo. Kok gue nggak pernah liat ya kalo
kembaran lo itu nginep atau mampir gitu di rumah lo?” Tanya Gevan penasaran.
Memang betul sih Naya jarang banget ke Jakarta. Paling kalau keluarga kangen mereka yang
bakal nyamperin Naya di Bandung.
“Oh Aya, dia udah tinggal di sini kok,” Jawab Arya.
“Nggak sekolah memang?” Tanya Raka.
“Sekolah, satu sekolah malahan,” Jawab Arya.
“Kok lo nggak ngenalin ke kita sih Ar?” Tanya Gevan.
“Dia nggak mau kalau ada yang tau kalau gue sama Aya sekeluarga,” Jawab Arya.
“Masa sama sahabat lo pelit sih Ar,” Timpal Raka.
“Dia juga butuh privasi,” ucap Narendra yang dari tadi cuma jadi pendengar.
“Kapan kapan kalau dia mau gue kenalin deh ke kalian,” Ucap Arya.
Akhirnya mereka mengangguk tanda setuju.
“Gue pulang dulu, udah jam 22.00 Aya sendirian di rumah. Gue kasian,” ucap Arya.
“Gue juga nanti kena omel bokap kalau pulang malem,” Pamit Raka.
“Gue juga,” Timpal Gevan.
“Ati-ati,” Jawab Narendra.
Keesokan harinya, Naya berangkat mengendarai motor miliknya. Supirnya pulang kampung
karena istrinya akan melahirkan.
Sebelum berangkat sekolah ia membuat nasi goreng untuk Ia dan abangnya. Sebab keluarga
mereka mempekerjakan asisten rumah tangga setiap hari minggu. Itu aja cuma bersih bersih
rumah.
Sesampai di sekolah, Naya memarkirkan motornya di parkiran. Ia berjalan menuju ke kelas,
karena lima menit lagi bel berbunyi tanda jam pelajaran pertama di mulai. Ia berjalan
melewati lorong kelas 10. Namun, langkahnya berhenti sebab ada yang memanggil namanya.
“Naya, tungguin gue,” Ucap seorang gadis. Naya reflek menoleh “Siapa?” Tanya Naya
dengan wajah datar.
“Kenalin nama gue Risya Almerta Putri panggil aja gue Syasa, gue sekelas ama lo. Ke kelas
bareng yuk," Ucap Syasa dengan menggeret tangan Naya.
Naya bingung mau jawab apa orang di depannya nyerocos dan tanpa di duga orang tersebut
menggeret tangannya menuju ke kelas.
"Nanti istirahat gue mau ngomong serius ama lo tentang SMA Fernando ini ok," ucap Syasa
kepada Naya.
Naya cuma mengangguk tanda setuju. Kemudian mereka berjalan menuju meja masing
masing. Bel berbunyi, semua murid berhamburan menuju kelas masing masing. Tak
terkecuali NAGR. Pelajaran pertama dimulai, Bu Amal masuk dengan wajah ramah nya.
"Selamat pagi semua," Ucap Bu Amal ramah.
"Pagi" Jawab semua murid serentak.
“Hari ini kita akan bernyanyi ehmm lebih tepatnya duet" Lanjut Bu Amal.
"Tapi sebelumnya Ibu absen terlebih dahulu.
‘Afito Bramanto’
“Hadir,” Ucap Fito.
‘Narendra Binaya Abhitama’
“Hadir,” Ucap Narendra.
‘Arya Reynadhika Dirgantara’
“Hadir,” Ucap Arya.
‘Nayara Reynandhita’
“Hadir,” Ucap Naya.
“Oke sekarang kita bagi kelompoknya,
Kelompok ke delapan Diva dan Fito. Ke sembilan Chory dan Arya. Ke sepuluh Naya dan
Narendra. Ke sebelas Dinda dan Elvan…
Nah itu, kira kira minggu depan penilaiannya. Kalian tentuin lagu apa yang akan ditampilkan
silahkan kalian berdiskusi dengan kelompok masing masing. Sekarang ibu ada sesuatu yang
harus di urus. Ibu minta maaf karena ibu tidak bisa mengajar kalian, ibu akhiri pertemuan kali
ini di lanjut minggu depan. Sampai jumpa," Ucap Bu Amal.
Mereka semua mulai berdiskusi tentang lagu yang akan dinyanyikan minggu depan, tak
terkecuali Narendra dan Naya.
"Lagu apa?" tanya Narendra.
"Terserah," Jawab Naya sambil mengedikkan bahu.
"Hmm lo bisa nyanyi kan?" Tanya Narendra ragu.
"Lo ngeledek gue gitu?" Jawab Naya ketus.
“Siapa? gue nggak ngledek lo kok" Ucap Narendra.
Mendengar jawaban Narendra Naya hanya mendengus lirih.
"Emm, gimana kalau lo yang nyanyi, gue bawa gitar. Gimana?" Saran Narendra.
"Hmm, ide bagus," Jawab Naya dengan senyum tipis nyaris nggak terlihat.
"Ya iya lah Narendra gitu loh," Ucap Narendra dengan menepuk pelan dadanya.
"Pede. Gila," Ucap Naya.
“Nggak papa orang ganteng mah bebas,” Ucap Narendra dengan pede.
“Terserah lo deh,” Jawab Naya tak peduli dengan kepedeannya Narendra.
Narendra terpesona oleh mata Naya yang dari tadi memandangnya dengan raut dingin. Well,
ada yang berani menatap mata dingin dan tajamnya lebih dari lima detik. Ini sungguh
keajaiban dunia. Bahkan sampai ia terpesona dengan mata yang menatapnya lekat dengan
terang terangan. Hingga Naya memutuskan kontak dengan Narendra. Ia meminta maaf
kepada kekasihnya karena telah berani menatap mata lelaki selain kekasihnya.Sungguh Naya
sangat menyesal. Padahal sang kekasih memintanya untuk mencari pasangan hidup agar ia
tak kesepian. Tapi apalah daya, Ia sangat sangat menyayangi bahkan mencintai sang kekasih.
'Maaf kalau aku buat kamu marah. Maaf sudah lama tak berkunjung, Insyaallah aku bakal
cepat cepat berkunjung. Aku rindu kamu, Sayang' Batin Naya.
BAB 2
Bel istirahat berbunyi, semua siswa dan siswi berhamburan pergi keluar kelas, ada yang pergi
ke kantin, ke perpustakaan ada juga ke lapangan basket. Naya memenuhi janjinya dengan
Syasa, mereka sekarang berada di meja kantin.
“Lo pesan apa biar gue pesenin,” Kata Syasa.
“Jus jeruk sama siomay,” Ucap Naya.
“Oke tunggu 5 menit oke,” Ucap Syasa. Naya hanya mengangguk dan memberi uang lima
puluh ribu ke Syasa.
Lima menit berlalu, pesanan mereka datang diantar oleh Mang Ucok pemilik dagangan yang
mereka pesan.
“Hallo neng neng geulis sapada. Nih, pesanannya udah dateng. Siapa nih neng Syasa kok
Mang Ucok ndak weruh. Best friend nya ya neng?” Tanya Mang Ucok dengan tingkah
kelucuan nya.
“Iya, kenalin Mang ini Naya temen baru Syasa. Cantik kan Mang kaya Syasa?” Ucap Syasa
dengan nada bercandanya.
Apa kata Syasa teman baru, nggak Naya sangat sangat membenci apa arti teman. Bahkan
selama kejadian empat tahun lalu ia sama sekali tak pernah punya teman
“Iya neng Naya uayu tenan, anak baru neng?” Ucap Mang Ucok.
“Iya,” Jawab Naya dengan senyum tipis.
“Yaudah Mang Ucok mau ke sana lagi banyak yang beli,” Kata Mang Ucok sambil menunjuk
ke arah dagangannya.
“Terima kasih,” Ucap Naya yang dibalas senyum oleh Mang Ucok. Mereka makan dengan
khidmat.
Tiba tiba suara riuh terdengar karena dari arah pintu kantin, karena terdapat Narendra dengan
kawan kawannya.
“Halo Naya” Sapa Gevan.
“Ngapain sih lo disini sana pergi deh. Ganggu orang makan aja,” Bukan, bukan Naya yang
menjawab melainkan Syasa.
“Gue sapa Naya kok lo yang nyolot sih. Masih nggak terima atau marah lo gue putusin,”
jawab Gevan santai.
Syasa hanya bungkam dan tak bisa menjawab. Karena ucapan Gevan memang benar adanya.
"Kenapa diem enggak bisa jawab," Sindir Gevan kepada Syasa.
Yang di sindir menatap Gevan dengan raut terluka. Belum sempat Syasa jawab, Narendra
telah memotong terlebih dahulu dengan bertanya kepada Naya. Jadi ia mengurungkan
perkataannya.
"Boleh duduk sini?" Ucap Narendra ke Naya. Karena semua meja penuh.
"Boleh" Jawab Naya.
"Sya saya duluan. Ceritanya nanti," Ucap Naya dengan wajah datar ke arah Syasa.
"I-iya gue ikut lo deh," Jawab Syasa.
Setelah kepergian Naya dan Syasa, Raka menyalahkan Gevan.
"Lo tuh Vin, Naya pergi kan. Kalau lo gak ribut sama mantan lo itu mungkin Naya nggak
akan pergi," Ucap Raka menyalahkan Gevan.
"Kok lo nyalain gue sih," Sungut Gevan tak mau disalahkan.
"Ya karna lo itu ribut mulu kalo ketemu Syasa, ya jadi Naya pergi kan," ucap Raka tetap
menyalahkan Gevan.
"Ya, gimana lagi, resiko orang ganteng mah kagak usah diragukan. Karena tuh nenek lampir
masih cinta ama gue," Kata Gevan percaya diri.
"Alah, mantan aja sok sok an," Gerutu Raka.
"Dari pada lo masih aja berharap sama Disya Deitala, udah tahu Disya itu suka sama Ghozy
Anggara. Makanya move on dong," Kata Gevan meledek.
"Kata siapa gue udah move on kalik. Tapi gue masih trauma aja," Sungut Raka tak terima di
kata belum bisa move on. Karena sudah empat tahun setelah Raka mengungkapkan
perasaannya ia tak pernah dekat dengan seorang wanita.
"Jadi pesen makanan atau ribut sih?" Ujar Arya menengahi perdebatan Raka dan Gevan.
"Ya, makan lah" Jawab Raka ngegas.
"Nggak usah ngegas juga bego," Jawab Gevan lalu menjitak kepala Raka. Membuat si
empunya marah.
“Udah gede masih aja kayak anak kecil. Kalau kalian tetap nggak bisa diam, sana pergi
nggak usah di sini, sekalian adu jotos di lapangan biar orang orang pada tahu,” Sinis
Narendra yang dari tadi jengah melihat dan mendengar perdebatan keduanya.
Nah, loh pedes banget ucapannya.
“Udah udah mau pesan apa kalian, biar gue traktir,” Ucap Arya menengahi perdebatan
tersebut.
Tapi yang membuat Raka dan Gevan menggeleng tak percaya itu Arya yang tiba tiba
mentraktir.
“Wuih, tumben tumbenan loh mau traktir kita pada. Ya nggak Rak?” Kata Gevan tak
percaya.
“Hooh, pasti ada apa apanya nih,” Lanjut Raka. Memang sih Arya itu lumayan pelit kalau
soal traktir mentraktir para sahabatnya.
“Tadi pagi, obat kerinduan gue terobati,” Jawab Arya ambigu dengan senyum yang sangat
sangat sulit diartikan.
“Maksud lo apa Ar?” Tanya Raka nggak mengerti maksud ucapan Arya.
“Nanti lo juga tau. Jadi pesen nggak nih?” Kata Arya.
“Ya jadilah kan lo jarang banget traktir kita kita pada,” balas Gevan.
“Ya udah sana pesen. Kayak biasa,” Ucap Narendra menyuruh Gevan.
“Kok gue sih,” Balas Gevan nggak terima.
“Ya udah kalau nggak ma-“ Ucapan Narendra terpotong karena pekikan Gevan.
“Ya maulah, kayak biasa kan oke tunggu lima menit ok” Pekik Gevan keras sehingga
membuat orang yang berada di kantin melihat ke arahnya.
Sedangkan Raka meminta maaf kepada siswa siswi yang terganggu dengan teriakan Gevan
tersebut.
“Maap maap, temen saya ini lagi semangat jadi maklum ya. Silahkan kembali melanjutkan
aktivitas kalian yang tertunda” Kata Raka dengan wajah di imut imut kan kepada membuat
para gadis berteriak akan imutnya wajah Raka seperti bayi yang minta permen kepada orang
tua nya.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di perpustakaan. Naya dan Syasa sedang berbincang
bincang tentang SMA Fernando, lebih tepatnya si Syasa, Naya hanya diam dan mendengar.
"Gue kasih tau hal hal yang berkaitan dengan SMA Fernando. Pertama lo jangan pernah
masuk ke rooftop dan gudang belakang sekolah. Karena itu tempat terlarang untuk dimasuki
para siswa siswi. Kedua, jangan pernah punya urusan apalagi masalah dengan geng NAGR
alias Narendra, Arya, Gevan dan Raka meskipun mereka keliatan kalem tapi kalau milik
mereka di usik maka orang tersebut tidak akan pernah bisa keluar dari lingkaran yang dibuat
oleh orang tersebut. Apalagi Narendra, orang tersebut mempunyai aura dingin, datar, dan
misterius siapapun takluk oleh pesonanya ia dijuluki 'Penakluk Rasa'. Jadi lo jangan ganggu
Narendra. Ketiga, jika lo dekat dengan Narendra, ralat wanita yang dekat dengan Narendra
akan di bully habis habisan oleh Angel, Winda dan Nuri. Jadi gue mohon ama lo jangan
pernah berurusan sama mereka" Kata Syasa serius.
"Thanks info nya," Ucap Naya serius.
"Sama sama," Jawab Syasa dengan tersenyum.
"Tapi ini masih banyak nanti gue kasih tau lagi, tapi gue boleh minta nomor WhatsApp lo?"
Lanjut Syasa dengan memohon.
"085 683 *** ***11 Kata Naya ketika Syasa mengeluarkan Handphone nya.
"Thank you Naya, you are my bestfriend," Ucap Syasa dengan wajah yang sangat bahagia
sambil memeluk erat badan Naya. Mendengar itu badan Naya menegang seketika.
'My BestFriend' Batin Naya dengan tawa yang getir.
"Mau ya lo jadi sahabat gue?" Kata Syasa dengan wajah penuh harap.
"Gue mohon, gue nggak punya sahabat apalagi temen setelah pacaran sama Gevan," Lanjut
Syasa. Hal inilah yang ia hindari dan sampai akhirnya terjadi.
“Maaf, saya belum siap. Saya belum percaya sama orang baru,” Kata Naya.
Syasa mengangguk maklum, Ia paham karena ia pernah mengalaminya. Ia terlalu percaya
kepada orang orang, setelah ia putus dengan Gevan kedua sahabatnya pergi menghindar.
“Iya gue paham, meski lo belum percaya. Gue bakal selalu ada untuk lo,” Ucap Syasa tulus.
“Terima kasih. Saya tahu kok kalau kamu itu orang baik, kamu tulus. Tapi saya masih belum
bisa mempercayai orang asing. Sekali lagi maaf yang bisa saya ucapakan,” Ucap Naya
dengan senyumnya sehingga menampilkan dua lesungnya.
“Kyaa...Sumpah senyum lo manis banget apalagi lo punya dua lesung. Astaga gue bener
bener nggak nyangka kalau dihadapan gue malaikat yang menjelma sebagai manusia,” Kata
Syasa nggak percaya.
“Terima kasih, tapi pujiannya sangat berlebihan,” ucap Naya merendah.
“Nggak memang bener kok” Kata Syasa.
“Kamu jauh lebih cantik,” Puji Naya kepada Syasa.
Yang dipuji malah senyum senyum dengan wajah merah seperti tomat. Karena ia merasa baru
pertama kali di puji cantik oleh malaikat berwujud manusia.
“Kamu ke kelas nggak? bel udah berbunyi” Lanjut Naya dengan beranjak keluar
Perpustakaan.
“Tungguin..” Pekik Syasa mengejar Naya.
Untung saja koridor ini sepi. Jika tidak ia malu karena kelakuan teman barunya. Apa tadi
teman baru, perlu di garis bawahi teman baru. Berati ia sudah menerima Syasa secepat ini.
Sungguh luar biasa.
.....
Bel sekolah berbunyi, semua murid mengemasi barang barangnya dan beranjak keluar kelas
untuk pulang ke rumah masing masing. Ralat ke tujuannya masing masing. Seperti Naya,
bukannya pulang ke rumah malah pergi ke toko bunga untuk membeli bunga lavender bunga
favorit seseorang. Setelah membeli bunga tersebut ia pergi ke suatu tempat. Di tempat
tersebut, Naya mencabuti rumput liar yang dengan nakalnya bertengger di tempat tinggal
kekasihnya. Masih pantas kah ia menjadi kekasihnya. Well, Naya bahkan menepati janjinya
kepada Sang kekasih. Karena Ia sangat rindu kepada kekasihnya. Meski mengingkari janjinya
dengan sang papa. Tapi gimana lagi jika rindu. Ya, Naya tetap lah Naya gadis keras kepala.
Ia menaruh bunga tersebut di atas tanah tepatnya di depan batu nisan yang bertuliskan.
Algatra Ardito Sinaga Bin Ardi Sinaga
Lahir: 19-05-2000 Wafat 20-07-2014
Ya, Naya berada di TPU (Tempat Pemakaman Umum) yang berada di Bandung. Ia mengelus
lembut batu nisan tersebut.
Gimana masih pantas kah ia jadi kekasihnya? Kalau nggak pantas, gimana lagi ia dan
kekasihnya belum ada kata putus. Ralat nggak ada kata putus, ya kalian tahu sendiri kan?
“Assalamualaikum Alga, Maafin Naya kalau Naya jarang datang kesini karena Naya dilarang
datang kesini lagi sama papa. Kamu tahu kan kalau Papa nggak suka kita punya hubungan,
maafin Papa ya? Naya rindu sama Alga, apa Alga nggak rindu sama Naya? Maafin Naya
kalau tadi mata Naya liat mata selain Alga dan keluarga Naya” Ucap Naya dengan mengelap
kasar air mata yang lancang keluar dari matanya.
“Andai saja waktu itu Naya nggak minta Alga buat ngerayain ulang tahun Naya pasti Alga
masih ada di dunia ini. Andai kalau sahabat kita tidak menaruh perasaan sama Naya pasti
semua gak bakal terjadi. Ralat dia itu cuma mantan sahabat, dia nggak pantas di sebut
sahabat. Nggak ada sahabat yang ingin mencelakai sahabatnya sendiri, yang ada cuma dia.
Semua cuma andai andai. Semoga Alga bahagia di sana" Ucap Naya dengan terisak.
"Naya pamit pulang dulu. Semoga Alga suka sama bunganya, eh tapi kan itu lavender bunga
favorit Alga. Naya pulang dulu ya. Wasalammualaikum wr. wb." Kata Naya dengan
mengecup batu nisan tersebut.
'Maafin aku kalau aku ingkar janji sama kamu. Aku nggak bisa bahagia dan tersenyum
setelah apa yang terjadi. Aku nggak bisa nggak sedih dengan takdir yang telah merengut
semua kebahagiaan ku dalam sekejap. Bagaimana aku bisa selalu bahagia kalau alasan
tersenyum ku itu kamu. Sekali lagi maaf kalau aku ingkar akan permintaan terakhirmu' Lirih
Naya dengan mengusap kasar air matanya dan beranjak pergi dari tempat tersebut.
Ya, Sang kekasihnya meninggal tepat saat hari ulang tahunnya yang ke empat belas tahun.
Di tempat lain, tepatnya Narendra dan para sahabat sahabatnya sedang latihan basket.
Karena dua minggu yang akan datang akan diadakan lomba antar sekolah sebelah yaitu SMA
Cakrawala. Yang dimana SMA Fernando dijadikan tempat diakannya lomba tersebut
maksudnya tuan rumahnya. Mereka latihan dengan serius. Karena lomba ini adalah lomba
yang sangat ditunggu tunggu oleh mereka. Sebab untuk ke ratusan kali mereka akan menjadi
tuan rumah. Dan berharap memenangkan perlombaan ini lagi. Ya, selama satu tahun
belakangan SMA Fernando sudah beberapa kali memenangkan pertandingan. Pertandingan
antar sekolah, Kabupaten bahkan se Wilayah Jawa.
"Latihan kali ini kita akhiri sampai disini. Ingat kita latihan setiap Hari Selasa, Rabu, Kamis,
dan Sabtu. Saya mohon kalian jaga kesehatannya agar badan kita tetap vit sampai Hari
pertandingan dan kita bisa latihan lebih semangat dari ini. Mengerti?” Ucap Narendra tegas.
“Mengerti Kapten” Jawab mereka dengan tegas dan semangat yang menggebu.
“Oke kalian bisa pulang ke rumah masing masing. Ingat kalian wajib memberi tahukan hal
ini kepada orangtua masing masing. Siap” Ucap Arya sang wakil ketua Basket.
“Siap” Jawab mereka.
“Sekali lagi yang perlu kalian ingat, SMA Cakrawala adalah saingan yang paling berat. Jadi
saya mohon untuk kerja samanya. Agar sekolah kita menjadi sekolah kebanggaan bangsa.”
Kata Narendra dengan tegas dan jangan lupakan wajah dan mata dinginnya.
Narendra pulang ke Apartemennya dengan wajah lesunya. Kemudian Ia mengambil dan
membuka kotak yang di berikan seseorang. Ia mengambil foto disana terdapat dua orang
lelaki yang tersenyum bahagia melihat kamera.
"Gue kangen sama lo, lo sepupu sekaligus sahabat yang paling bisa ngertiin gue sebelum
Arya. Gue bahkan belum sempet ngenalin lo ke sahabat sahabat gue dan lo juga janji bakal
ngenalin gue ke pacar lo. Gue penasaran banget sama pacar lo. Gue itu pengen banget buka
kotak dalam kotak yang lo kasih ke gue. Tapi lo nggak ngebolehin sebelum gue punya dan
bener bener cinta sama wanita. Tantangan lo terlalu sulit sih. Yang gue kangen lo curhat
tentang pacar dan sahabat sahabat lo dan gue juga pengen curhat sama lo tentang keluarga
gue. Meski gue udah curhat sama sahabat sahabat gue tapi kurang lega gitu. Intinya gue
kangen sama lo. Semoga lo bahagia. Kapan kapan gue datang ke rumah lo" Ucap Narendra
panjang lebar ke arah foto tersebut.
Kemudian Narendra bangkit dari meja belajarnya dan menyimpan kembali kotak tersebut dan
beranjak mengambil handuk untuk mandi. Setelah mandi dan sholat Magrib Narendra
mengambil Handphone nya.
Group Chat
NAGR
Naren Binaya : Ad org g
Raka.Adrn: Hadir
Gevan.Rhja : Hadir
Arya.Ryndka : Ada. Ada apa?
Naren Binaya : Pnya no ank baru!
Raka.Adrn : Ciee... ada apa pak bos ko minta no Naya? By the way, nggak ada.
Arya.Ryndka : Syasa punya mungkin.