Anda di halaman 1dari 5

MURID BARU YANG PENDIAM

(Cerpen karangan Amira Maheswari)

Anastasya Riska Prameswari adalah murid yang pintar, cantik, ramah, dan
rajin. Panggilannya adalah Riska. Hari ini Riska pulang sekolah dan memberitahu
ibunya bahwa minggu depan kelas 4 akan mengadakan camping di lapangan bola
dekat sekolah. Ibunyapun mengizinkannya untuk ikut.

Keesokan harinya Riska berangkat ke sekolah. Sebelum pelajaran dimulai,


teman-teman sekolah Riska sangat ribut membicarakan apa yang akan dibawa saat
camping.

“Aku akan membawa selimutku yang tebal nanti, pasti kalau malam disana dingin
dan banyak nyamuk” kata Layla, salah satu murid yang terkenal suka pamer di
kelasnya.

“ Kakak saya bilang kita harus bawa kaos kaki dan sarung tangan saja biar gak
kedinginan.” Rini ikut berkomentar.

Bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Ibu guru Ratna masuk kelas
bersama dengan seorang siswa.

“Assalamualaikum anak-anak, ibu guru datang kali ini tidak sendirian. Kita
kedatangan murid baru di kelas 4 ini, namanya Mutiara. Ayo Tiara, coba
perkenalkan diri dulu ke teman-temanmu” kata ibu guru.

“...”

Mutiara hanya diam, menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Dia tidak
mau bersuara sedikitpun. Para murid terlihat mulai saling lirik dan beberapa
terlihat cekikikan di belakang.

Ibu guru yang melihat Mutiara gugup mulai berkata : “ Ya sudah, nanti Mutiara
akan pelan-pelan berkenalan dengan kalian semua. Mutiara bisa duduk di
sebelahnya Desi, bangku yang kosong. “ Ibu Guru menunjuk ke arah satu bangku.
Mutira mengangguk dan kemudian pergi ke arah tempat duduknya.
Pada saat jam istirahat, terlihat Tiara dikelilingi oleh teman-temannya.
Mereka penasaran karena Tiara tidak mau berbicara sepanjang jam pelajaran.
Riska juga ikut mendekati anak baru itu.

“ Hei, namaku Riska. Kamu pindahan dari mana Tiara? Rumahmu dimana? “

“...” Mutiara hanya diam.

“ Hei kalian, Tiara itu rumahnya dekat dengan rumahku. Ya kan Tia? “ Layla
mulai pamer merasa dia yang paling tahu. Terlihat Mutiara perlahan mengangguk
dan tersenyum kepada Layla. Melihat itu, perlahan teman-temannya pergi
meninggalkan bangkunya. Mereka berfikir anak baru itu sangat sombong, tidak
mau berteman dengan mereka.

Ibu guru datang ke kelas membawa sebuah kertas “Anak-anak, ini ibu
guru sudah bagikan kelompok untuk acara camping minggu depan. Kalian bisa
lihat kelompoknya ibu tempel di papan pengumuman. Beberapa persiapan yang
harus dibawa jangan lupa dicatat di buku kalian biar tidak ada yang ketinggalan“

Riska dan anak-anak kelas 4 segera melihat ke papan pengumuman. Teman 1


kelompok Riska adalah Rini, Fitri, dan.. Mutiara. “Aduuuh... “ dalam hati Riska
bergumam. Kenapa harus satu kelompok sama anak baru yang sombong itu.

Seminggu berlalu, anak-anak sangat senang menyambut acara camping di


sekolah mereka. Mereka diminta berkumpul di halaman sekolah sebelum
bersama-sama berangkat ke lapangan tempat camping. Setelah pengarahan oleh
ibu guru, mereka berangkat menuju lapangan dengan berjalan kaki. Riska dan
teman teman lainnya terlihat bernyanyi sambil berjalan, kecuali Mutiara. Anak
baru itu masih saja tidak mau banyak bicara kepada teman-temannya.

Sesampainya di lokasi camping, Riska, Rini dan Fitri terlihat kerepotan


mendirikan tenda. Sementara Mutiara hanya melihat mereka dari kejauhan.

“Hei Tiara, sini dong bantuin kami bikin tenda. Kenapa kamu hanya melihat saja
dari situ?” Riska memanggil Tiara sambil melambaikan tangan. Mutiara pun
datang tanpa banyak bicara. Dia membantu teman kelompoknya memegangi
bagian sisi teda agar bisa tegak berdiri.
“Naah gitu dong, coba kamu bantuin dari tadi, pasti kita uda selesai bikin tenda “
Fitri berkata kesal karena Mutiara dianggap malas membantu mereka.

“Akhirnya selesai juga tenda ini “ Rini terlihat kelelahan dan sekaligus senang
karena akhirnya berhasil mendirikan tenda

“Anak-anak yang tendanya sudah siap, ayo duduk melingkar disini, kita mulai
kegiatan perkemahan kita. “ ibu guru dan bapak guru berteriak memanggil anak-
anak agar berkumpul di tengah lapangan. Ibu guru menjelaskan beberapa
permainan yang akan dilakukan saat acara kemah, termasuk api unggun saat
malam hari. Sebelumnya, anak-anak diminta untuk membawa kayu bakar dari
rumah dan akan digunakan untuk membuat api unggun tersebut.

Malam hari pun tiba, anak-anak ramai bermain tebak kata mengelilingi api
unggun. Jika ada yang melakukan kesalahan, maka hukumannya adalah harus
maju ke depan teman-temannya untuk bernyanyi. Sepanjang acara, Riska
memperhatikan Mutiara sesekali ikut tersenyum jika ada hal yang lucu terjadi.
Saat giliran Mutiara menebak kata, dia hanya diam. Akhirnya Mutiara pun kena
hukumannya. Riska khawatir membayangkan nantinya Mutiara akan bernyanyi di
depan teman-temannya hanya di dalam hati saja. Perlahan-lahan Mutiara maju ke
tengah lingkaran, sementara teman-teman lainnya tampak saling berbisik-bisik
dan tertawa kecil. Riska merasa kasihan melihat Mutiara yang mulai gugup di
depan. Riska memberanikan diri untuk maju menemani Mutiara agar berani untuk
bernyanyi. Riska menggandeng tangan Tiara, lalu berbisik : “ Kita nyanyi sama-
sama ya Tiara. Kamu bisa nyanyi lagu apa? “ Mutiara tersenyum melihat Riska
menemaninya.

“Iya, saya mau bernyanyi lagu ambilkan bulan bu. “

Mutiara mulai bernyanyi. Pada awalnya sangat pelan karena riuh suara
anak-anak berbicara. Lama kelamaan anak-anak mulai terdiam. Mendengarkan
suara Tiara. Ternyata, suara Tiara indah sekali. Riska yang menemani di
sebelahnya pun kaget. Dia tidak menyangka teman sekelompoknya yang pendiam
itu memiliki suara yang begitu merdu. Hingga lagu telah selesai, anak-anak masih
terdiam. Ibu guru mulai bertepuk tangan sambil memuji Tiara “ Luar biasa...
Suara Tiara bagus sekali.. ayo anak-anak beri tepuk tangan untuk Mutiara.. “ Riuh
suara tepuk tangan dari teman-temannya membuat Tiara terlihat sangat senang.
Dia tertawa. Riska ikut senang melihat teman-temannya menyukai penampilan
Tiara. Beberapa temannya berteriak yang diikuti oleh teman lainnya “Lagi.. lagi..
lagi.. ayo nyanyi lagi.. kurang.. kurang.. kurang “. Bu guru ikut tersenyum melihat
anak-anak meminta Tiara untuk bernyanyi lagi.

“Bagaimana Mutiara? Sepertinya semua menyukai suaramu.. apakah kamu bisa


bernyanyi satu lagu lagi?” tanya bu guru kepada Mutiara. Mutiara mengangguk.
“Bisa bu” jawabnya. Lagu kedua yang dinyanyikan Tiara adalah lagu Jangan
Takut Gelap. Riska yang menemani di sebelah Tiara ikut larut bernyanyi, begitu
juga dengan teman-teman yang lainnya.

Setelah acara api unggun usai, ibu guru meminta para murid untuk
beristirahat. Mereka kembali ke tenda masing-masing. Di dalam tenda, Riska,
Fitri dan Rini memberi selamat kepada Mutiara karena penampilannya sangat luar
biasa.

“ Waaah... kenapa kamu gak pernah cerita kalau kamu ternyata bisa bernyanyi
dengan merdu Tiara” kata Rini.

“Iya, trus kalau kamu mau cerita ke kami, kenapa kamu selama ini jarang mau
bicara dan bergaul Tiara? Kamu hanya mau kemana-mana sama Layla saja.
Padahal kamu tau kan kita semua gak terlalu suka sama dia. Dia suka pamer...”
Fitri ikut bertanya kepada Tiara

“Tiara, cerita saja ke kami... Kami bisa kok jadi teman baikmu. Kalau kamu diam
terus, kami jadi tidak tahu tentang kamu. “ Riska ikut mendesak Tiara untuk
bercerita.

Mutiara melihat ke arah Riska, Rini dan Fitri. Lalu ia mulai berbicara :
“Sebenarnya, saya malu sama kalian. Saya tinggal di dekat rumah Layla karena
ayah saya bekerja di sana. Ayah saya supirnya keluarga Layla. Ayah sering
berpesan supaya saya harus baik kepada Layla di sekolah. Jadi maaf kalau selama
ini saya jarang bermain bersama teman-teman yang lainnya.”
Riska melihat ke arah Tiara lalu tersenyum. “Tidak apa-apa Tiara. Kenapa kamu
harus malu. Pekerjaan ayahmu itu gak jelek kok. Ya kan teman-teman “ katanya
sambil meminta persetujuan Rini dan Fitri.

“Iya Tiara... Mulai sekarang kami juga adalah temanmu. Begitu juga teman-teman
yang lainnya pasti mereka senang sekali kalau kamu mau ikut bermain bersama.
Jangan malu lagi ya tentang pekerjaan ayahmu. “ Rini ikut berkomentar

Tiara terlihat senang sekali. Ia tersenyum dan memeluk ketiga temannya. “Oiya,
Riska, terimakasih ya tadi aku sudah ditemenin di depan. Kalo ga ada kamu, aku
ga akan berani mulai bernyanyi. Kalian semua terima kasih sudah menganggap
aku teman kalian.. “

“Iya, sama-sama.. ayo kita tidur sekarang. Mudah-mudahan besok kita bisa
sesenang tadi yaa.. suaramu keren Tiara.. “ Fitri masih memuji Tiara

“He he he.. Terimakasih yaa Fit. Saya memang suka bernyanyi dari kecil.

Mereka kemudian beristirahat di dalam tenda sambil membayangkan keseruan


hari esok.

Anda mungkin juga menyukai