Anda di halaman 1dari 11

Cerita Pendek

Karya : Alif Muhammad Ashari


Kelas : X MIPA-3

INDIGO
Sadira Nereida Luciana namanya. Dia terlahir berbeda dengan anak-anak pada
umumnya, sejak kecil dia dapat melihat makhluk yang tak kasat mata. Dia terlahir
spesial, tapi itu entah kekurangan atau kelebihannya. Ini menyebabkan Dira
(panggilannya) selalu sendirian dan dikucilkan. Orang tuanya menganggap dia
gangguan jiwa, tapi sebenarnya tidak, Dira dilahirkan secara spesial dia lebih dari
banyak manusia lainnya. Dira berusia 17 tahun, dia harusnya memiliki banyak teman
diusianya yang menginjak remaja ini, namun tidak dengan Dira.

Di suatu hari, saat sedang berjalan di lorong sekolah…

“Dia anak indigo itukan...”

“Dasar orang gila!”

“Apa anak ini gak tau malu?”

“Pulang aja orang aneh!”

Cacian dan makian terus terdengar ke telinga Dira setiap kali ia melangkah menuju
kelas, tidak pernah ada hari tanpa cacian dan makian seperti ini. Tapi Dira sudah
terbiasa dengan semua yang ia dengar itu, ia hanya berjalan ke kelasnya hingga ia
sampai di kelasnya. Di kelasnya pun ia tak pernah berhenti mendapatkan bullyan dan
cacian seperti tadi, kadang ia mendapat perlakuan kasar dari teman sekelasnya hingga
Dira kadang kesakitan.
Pada hari itu ada murid baru yang masuk ke kelas Dira, semua murid terkejud saat Bu
Kepala Sekolah masuk dengan membawa seorang gadis.

“Pagi anak-anak! Hari ini ibu membawa murid baru, dia pindahan dari Sumatera. Ayo

perkenalkan nama mu sekarang.”

“Nama saya Eira Murielle Valeriena, biasa di panggil Eira, saya pindah ke Bandung

ini karena orang tua saya bekerja disini, semoga kalian senang dengan saya.”

“Silahkan kamu duduk di sebelah Sadira di belakang sebelah sana.” ujar Bu Kepala

Sekolah.

Sontak seisi kelas kaget, karena menurut mereka Eira tidak boleh duduk sebangku
dengan Dira, menurut mereka nanti Eira bisa ketularan gila. Eira pun langsung pergi ke
belakang dan duduk di sebelah Dira. Eira pun menyapa Dira.

“Hai nama aku Eira, nama kamu Sadira ya, salam kenal!” Kata Eira.

“Iya salam kenal panggil aja Dira.” Balas Dira.

Semenjak hari itu Dira akhirnya memiliki teman sebangku, biasanya dia hanya duduk
sendiri di pojok kelas yang biasa menggunakan kursi rusak dan kotor.

Keesokan hari nya Dira kembali sekolah seperti biasa, dengan cacian dan bullyan pada
setiap lorong sekolah yang dia lewati. Bahkan hari ini lebih parah, ada anak laki-laki
yang sengaja menambrak Dira hingga jatuh. Saat Dira ingin berdiri, rambutnya di tarik
oleh anak tadi yang membuat Dira kesakitan, untung nya datang Eira yang memaksa
agar anak laki-laki tersebut mau untuk melepaskan Dira. Eira pun membantu Dira untuk
berdiri.

“Kamu gak apa-apa?” Tanya Eira.

“Gak, cuma rambut sama punggung doang sakit dikit.” Jawab Dira.
“Kenapa sih mereka itu jahat banget sama kamu?” Tanya Eira dengan kesal.

“Aku ini indigo, mereka ga suka aku ada disini.” Jawab Dira.

“Tenang aja aku bakalan jadi temen kamu kok.” Ujar Eira.

Mendengar kalimat itu hati Dira merasa tersentuh, karena baru kali ini ada orang yang
mau berteman dengan dirinya. Dira pun berterima kasih kepada Eira.

“Terima kasih ya udah bantuin aku tadi.”

“Sama-sama.” Balas Eira.

Pada saat sampai di kelas, mereka pun langsung menuju ke bangku mereka yang berada
dibelakang. Alangkah ketakutannya Dira, karena dia melihat sesosok hantu yang berada
dikelasnya. Dira pun langsung meringkuk ketakutan, tapi teman-teman yang lainnya
malah mentertawakannya, mereka tidak merasakan apa yang dirasakan oleh seorang
Dira. Eira pun memeluk Dira dan membela Dira.

“Ada apa kalian ini? Dira sedang ketakutan dan kalian malah menertawakan dia. Apa

kalian gak punya hati?” Kata Eira sambil memeluk Dira.

“Gak apa-apa Eira, aku emang kayak gini, kamu gausah belain aku.” Ujar Dira.

“Kamu gak salah apa-apa Dira, mereka yang kurang ajar udah ngetawain kamu.”

Balas Eira.

Dira pada saat itu juga tak kuasa menahan air mata nya karena dia sadar masih ada
orang yang peduli dan perhatian kepadanya selain dari sebagian para guru yang ada di
sekolahnya.
Akhirnya bel pun berbunyi dan pelajaran pun dimulai. Pada hari itu pelajaran pertama
adalah matematika, Dira lupa membawa buku paket matematika karena semalam dia
sibuk mendengar orang tua nya mengoceh soal dirinya. Dira pun panik, Eira pun
bertanya karena aneh melihat Dira yang seperti mencari-cari sesuatu.

“Dira kamu kenapa? Kok kaya yang panik gitu.” Tanya Eira.

“Aku lupa bawa buku paket matematika aku.” Jawab Dira.

“Kamu boleh pinjem buku paket aku. Kita bisa pake berdua.” Ujar Eira.

“Serius? Kamu gak apa-apa?” Tanya Dira.

“Iya gak apa-apa, kita kan temen.” Jawab Eira.

Eira Murielle Valeriena dia adalah teman pertama dari seorang gadis indigo, Sadira
Nereida Luciana… Dira sangat menaruh harapannya pada Eira, karena hanya dia yang
mau menjadi temannya.

Eira dan Dira sudah seperti teman yang tidak dapat dipisahkan, dimana pun ada Dira
sudah pasti ada Eira. Sungguh diluar dugaan, seorang Eira dapat mengubah sikap Dira
dengan ikatan pertemanan dari yang awalnya pendiam dan pemurung, menjadi orang
yang bahagia dan ceria. Akhirnya hidup Dira tidak lagi kesepian, ia berhasil
menemukan orang yang tulus dan perhatian dengan dia.

Pada hari kamis di sekolah itu ada mata pelajaran olahraga, pelajaran saat itu adalah
senam. Panas matahari sangat terik siang itu, Dira yang lemah itu tidak kuat menahan
panas nya suhu di lapang pada saat itu yang seakan- akan menyengat ke ubun-ubun
kepalanya. Pada saat akan dimulai Dira sudah meminta untuk tidak mengikuti aktivitas
karena tubuh nya tidak kuat, tapi guru pada saat itu tidak menghiraukan nya.

“Pak…boleh kah saya izin untuk tidak mengikuti aktivitas hari ini? Saya merasa tidak

enak badan.” Tanya Dira ke Guru Olahraga.


“Kalau kamu tidak mengikuti aktivitas ini saya akan kasih nilai 0 pada rapot kamu.”

Jawab Guru Olahraga itu.

Dengan terpaksa, Dira mengikuti aktivitas olahraga pada hari itu dengan tidak
bertenaga…

Pada saat sedang berlari dipinggir lapangan untuk pemanasan, dengan sengaja teman
Dira yang bernama Vianka menghadang kaki Dira hingga terjatuh. Dira pun jatuh dan
kepala nya terbentur ke tanah dengan cukup keras, Eira yang melihat kejadian itu
langsung berlari kearah Dira untuk membantunya.

“Dira kamu gak apa-apa?” Tanya Eira dengan panik.

Dira tidak menjawab, ternyata Dira pada saat itu pingsan hingga darah keluar dari
hidung nya. Eira langsung marah dan meminta seseorang untuk membawa Dira ke
rumah sakit.

“Kenapa kalian jahat banget sih, apa salah nya Dira sih sampe kalian kasar banget

sama Dira?!” Kata Eira dengan nada yang seakan-akan marah.

“Kenapa sih kamu peduli banget sama ni anak? Dia ini orang gila.” Jawab Vianka dan

diikuti dengan tawaan teman-temannya.

“Dira itu manusia sama kaya kamu, bahkan Dira lebih spesial dari kamu semua.”

Jawab Eira yang membela Dira.

Tidak lama kemudian Pak Satpam dan Guru Olahraga langsung membawa Dira ke
rumah sakit terdekat. Dira diantarkan menggunakan mobil dan Eira ikut
mengantarkannya.
Pada saat di rumah sakit, Dira di larikan ke UGD untuk mendapatkan perawatan
pertama, setelah itu dia dibawa ke salah satu ruangan untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut, di ruangan tersebut Dira belum juga sadar. Menurut dokter, Dira belum bisa
sadar karena masih ada masalah di kepalanya. Eira menunggu diluar ruangan, orang tua
Dira akhirnya datang dengan kesal.

“Ada-ada aja anak ini, kenapa sih selalu buat ulah.” Kata Ayah Dira.

“Memang anak ini selalu menyulitkan, pasti kita harus bayar perawatan rumah sakit

yang mahal. Dasar anak kurang ajar.” Jawab Ibu Dira.

Memang orang tua Dira ini tidak pernah sama sekali menyayangi Dira, mereka
menganggap Dira sebagai anak gila. Ini yang membuat Dira merasa sangat sendirian,
karena orang tua nya saja tidak menyayangi dirinya sebagai anaknya nya sendiri.
Karena sudah mulai malam, Eira yang menunggu Dira sadar pun pulang dengan Pak
Satpam dan Guru Olahraga. Kini hanya tinggal Dira dan orang tuanya yang tidak
menyayangi Dira.

Besok nya, Eira sekolah tanpa adanya Dira. Semuanya terasa berbeda tanpa hadirnya
Dira, tidak ada yang dibully, dicaci, terasa ada yang kurang dengan suasana sekolah
pada saat itu. Pada saat waktu pulang sekolah, Eira mendapat kabar bahwa Dira sudah
sadar dan Eira pun langsung pergi menjenguk Dira dengan wali kelas nya. Saat sampai
dirumah sakit, di dalam ruangan Dira hanya seorang diri, orang tua nya nampaknya
meninggalkan Dira sendirian.

“Hai Dira…kamu udah baikan?” Tanya Eira dan Bu Guru.

“Iya aku udah baikan.” Jawab Dira.

“Kapan kamu akan pulang Dira?” Tanya Bu Guru.

“Kalau kata dokter sih, mala mini aku bisa pulang.” Jawab Dira.

“Syukurlah kalau begitu.” Ujar Bu Guru.


Mereka pun berbincang-bincang soal sekolah, pelajaran, dan hal-hal yang bisa mereka
bahas pada saat itu. Akhirnya dokter datang dan memberitahu bahwa Dira sudah bisa
pulang lebih cepat karena perkembangan Dira sangat baik.

“Dira sudah boleh pulang sekarang, karena penyembuhannya sudah sangat baik.

Sekarang hanya tinggal mengurus administrasi nya saja dan sudah boleh langsung

pulang.” Ujar dokter tersebut.

“Baik dok, saya akan menghubungi orang tua nya.” Jawab Bu Guru.

Bu Guru pun menghubungi orang tua dari Dira untuk datang ke rumah sakit dan
memberitahu bahwa Dira sudah bisa untuk pulang.

“Halo dengan orang tua Dira? Saya wali kelas Dira, Dira sudah dapat pulang hari ini.

Mohon kepada orang tua Dira untuk datang kerumah sakit.” Kata Bu Guru saat

menelpon orang tua Dira.

Tidak lama kemudian, Ayah Dira datang dengan muka tidak peduli. Dia sama sekali
tidak menanyakan kabar anaknya dan hanya langsung membayar administrasi sesudah
itu dia menunggu di mobil hingga Dira datang dengan diantar oleh Eira dan Bu Guru.

“Nah…sekarang kamu bisa pulang dan istirahat di rumah. Aku tunggu kamu di sekolah

besok.” Ujar Eira.

“Oke, makasih ya Eira, Bu Guru udah bantuin aku tadi.” Jawab Dira.

“Sama-sama Dira.” Jawab Eira dan Bu Guru saat Dira pulang.

Keesokan harinya Dira kembali ke sekolah, saat dilorong Vianka menghadang nya dan
meledeknya.
“Gimana di rumah sakit, enak?” Tanya Vianka dengan diikuti oleh tawaan teman-

teman yang menertawakan Dira.

Dira memilih untuk tidak menjawabnya dan langsung menuju ke kelasnya. Tidak lama
kemudian Eira datang dengan bahagia, ternyata hari itu dia sedang ber ulang tahun yang
ke 17. Eira mengadakan pesta di rumahnya sebagai tanda dia sudah berusia 17 tahun,
dia pun mengundang seluruh teman seangkatannya untuk menghadiri pesta tersebut
pada jam 8 malam hari itu.

“Semuanya, aku undang kalian untuk datang ke acara ulang tahun aku yang ke 17, di

rumah ku jam 8 malam nanti yaa.” Kata Eira dengan senang.

“Oiya, Dira kamu harus datang ya, aku bakal ngasih kejutan buat kamu sebagai teman

dekat aku.” Kata Eira dengan paksa.

“Oke aku bakal dating ke pesta kamu.” Jawab Eira.

Pada saat sudah pulang sekolah, Dira bergegas pulang untuk bersiap-siap pergi ke pesta
Eira. Di rumah nya, Dira mencari-cari baju yang bagus untuk dia pakai ke pesta nanti.
Akhirnya dia menemukan satu gaun cantik berwarna putih yang akan dia pakai untuk
pergi ke acara pesta Eira tersebut. Dira pun bersiap-siap, dia ber make up yang jarang
sekali dia melakukan hal itu. Akhirnya persiapan nya pun selesai, Dira terlihat sangat
cantik dan anggun pada malam itu. Dia sendiri tidak percaya, bahwa dirinya bisa
menjadi gadis yang sangat cantik ini. Eira berhasil mengubah gadis yang pendiam ini
menjadi gadis yang mulai percaya diri

Dira pun pergi dengan diantar oleh ayah nya dengan terpaksa. Dia pun sampai dirumah
Eira, nampak rumah besar dengan halaman yang luas, terlihat juga panggung yang
megah dan meja-meja yang sudah di simpan bermacam makanan. Dira datang agak
terlambat, dia pun langsung mencari Eira. Akhirnya mereka bertemu, mereka pun
akhirnya berbincang-bincang.
“Akhirnya kamu datang juga Dira, aku piker kamu gaakan datang.” Ujar Eira.

“Aku pasti dating, rumah kamu besar juga ya.” Balas Dira.

“Orang tuaku berkerja sebagai tentara.” Jawab Eira.

“Ohh pantas saja.” Balas Dira.

Eira pun mengajak Dira masuk ke rumahnya. Di dalam terdapat banyak sekali senjata
pajangan, semua nya senjata api asli. Itu semua merupakan koleksi ayahnya. Acara pun
dimulai, semua nya di buka dengan Eira yang menyampaikan pesan dan kesan nya.

Tidak lama kemudian, Eira mengajak Dira ke atas panggung. Dia menjanjikan kejutan
untuk Dira dan meminta Dira untuk mata nya ditutup oleh sebuah kain. Dira hanya
mengikuti arahan dan melakukan semua yang di suruh. Dira naik ke panggung dan Eira
mengitung mundur. Pada saat hitung mundur berahkir, Dira disiram oleh air minyak
yang membuat dirinya sangat kotor, Dira terkejut dan menanyakan apa maksud semua
ini.

“Apa maksud dari semua ini Eira?” Tanya Dira yang kebingungan

“Ini semua hadiah untuk mu Dira, sebagai anak yang gila kau sudah pantas

mendapatkan itu.” Jawab Eira

Mendengar jawaban Eira, membuat Dira sangat sakit hati. Ternyata Eira sudah
bersekongkol dengan teman-teman yang lainnya agar mau berteman dengan Dira dan
pada akhirnya mempermalukannya di hadapan banyak orang seperti ini. Dira sangat
sedih pada saat itu, dia tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa mengeluarkan air mata.
Dia merasa segala harapan yang dia berikan kepada seorang Eira, semuanya hanya
permainan bagi Eira. Dia sangat kecewa dan tidak dapat percaya dengan apa yang
terjadi.
Dira pun langsung berlari ke toilet di rumah Eira sambil menangis dengan keras. Saat di
toilet dia merasa semuanya hilang, kepercayaannya, jati dirinya, harga dirinya, bahkan
orang yang selama ini dia anggap teman pun ternyata hanya mempermainkannya. Dira
pun keluar dari toilet dan hendak pulang kerumahnya. Tapi saat di ruangan rumah Eira,
dia melihat sebuah pistol yang ada di dalam lemari kaca. Tampaknya pistol itu terisi
oleh peluru, tanpa ragu dia membawa pistol itu kepanggung dan hendak membalaskan
apa yang dia terima dari teman-temannya.

Dira pun menghampiri Eira dan Vianka dan juga beberapa temannya yang ada di
panggung dengan menyembunyikan pistolnya di belakang badannya.

“Wah nampaknya si orang gila sudah kembali.” Ujar Eira.

Tanpa berkata-kata, Dira langsung menembak Eira, Vianka, dan beberapa temannya
yang ada disekitar situ. Mereka langsung terjatuh dan gaun Dira terkena cipratan darah
teman-temannya yang ia tembak tersebut. Ayah Eira yang menyadari anaknya ditembak
tersebut langsung membawa senjata jenis Shotgun dan menembak Dira tepat di kepala
nya. Semua orang yang ada diacara tersebut panik, acara yang tadi nya berjalan dengan
lancar berubah mencekam setelah kejadian itu terjadi. Semuanya berteriak histeris
karena mereka baru saja melihat aksi pembunuhan di depan mata mereka. Mereka
melihat 6 orang yang ditembak tepat di dada nya dan mereka melihat seorang Sadira
Nereida Luciana yang kehilangan kepalanya yang hancur karena menerima tembakan
Shotgun tepat di kepalanya.

Semua berakhir tragis, anak-anak yang mempermalukan seorang gadis indigo itu pun
tewas, begitu juga dengan gadis indigo tersebut. Berakhir lah kisah seorang gadis indigo
bernama Sadira Nereida Luciana dengan tragis, di khianati oleh orang yang dia berikan
banyak harapan dan di permalukan layaknya hewan sirkus di hadapan banyaknya orang.
semua kisah pun berakhir disini…
Pelajaran yang dapat kita ambil adalah…
Saat sesorang memberikan atau mempercayai kita suatu harapan, maka kita harus
menghargai itu dengan bersungguh-sungguh. Kita tidak boleh mempermainkan harapan
tersebut, karena orang yang mempercayai kita suatu harapan itu mempercayai kita
dengan tulus, dia akan merasa sangat kecewa dan sakit hati jika harapan yang dia
berikan kepada kita, hanya kita anggap sebagai permainan.

Sekian cerita pendek dari saya…mohon maaf jika ada kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai