Anda di halaman 1dari 11

SAMPAI AKHIR

Saat itu hari pertama Dinda masuk sekolah, “Wah… Cuacanya bagus.” Ucap Dinda. Ia
merasa seperti menjadi murid yang benar-benar baru, karena selama liburan semester lalu,
dietnya sukses besar. Dinda keluar dari masa kegelapan sebagai orang gemuk. Setelah
dietnya berhasil, Dinda membeli jaket, tas, dan sepatu baru, dan untuk pertama kali dalam
hidupnya, ia mengeriting rambutnya. “Sebenarnya nggak baik ngomong gini, tapi kayanya
hari ini bakal menyenangkan.” Ucap Dinda dalam hati. “Haha… kalau aku bisa menjalani
hari ini dengan baik, bisa saja untuk pertama kalinya orang bilang aku cantik heheheh!”
gumam Dinda “Gii-gimana kalau aku dapat pacar ganteng? Uhh, aku belum siaaaap!”

“Oh Dinda, ya?” Sapa seseorang, “Ha?” Dinda terkejut seketika. “Rupanya benar kamu
Dinda! Sudah lama tidak ketemu ya!” Dinda menjadi gagap seketika, “Ka-kamu?! Si anak
populer Riska?!” Dinda terkejut melihat Riska di sekolahnya, ”Kamu sudah banyak
berubah,ya. Aku hampir tidak mengenalimu.”

“Jangan-jangan Riska, kamu juga sekolah di SMA XY?” Alis Riska mengkerut dan
bibirnya cemberut, “Iya memangnya kenapa? Oh… Emang kamu nggak suka?! Ihh, jahat
banget, dehhh…” Dinda memutuskan untuk diam sejenak sambil menarik napas dalam-dalam
dan bersiap-siap untuk berteriak, “KYAAAAWWW!!”

Jelas saja Dinda tidak merasa senang bertemu dengan Riska di sekolahnya, karena Riska
adalah anak yang sangat cantik dengan rambut panjang yang indah, sedangkan Dinda sedang
mencoba menjadi pusat perhatian dengan merubah penampilannya. Riska mencubit pipi
Dinda, “Masa udah tiga tahun nggak ketemu teman masa kecil reaksi kamu begitu, sih?
Selama kita berpisah kamu cuma belajar yang nggak-nggak, yaa…”

Riska menyadari sesuatu dan melepaskan cubitannya, “Dinda, kamu kok… jadi kurus
gini, sih? Pipimu kok udah ga chubby lagi kayak dulu lagi, siiihh? Apa petshop keluargamu
bangkrut?” Seketika Riska menghujani Dinda dengan pertanyaan. “A-aku diet, tauuu!” Riska
terkejut dengan perubahan pada Dinda, “Ha...?! Diet..? Buat apa sih diet segala? Kalau berat
badanmu naik lagi, turunnya bakalan susah, loh.” Dinda menghela napas, “Haa… cewek ini
nggak berubah, ya?! Masih nyebelin sama kayak dulu!” ucap Dinda dalam hati.

Dinda langsung tidak bersemangat setelah itu dan memulai monolog di dalam kelasnya,
“Aku satu sekolah dengan Riska sekarang? Kenapa harus Riska??!” Dinda melamun
mengingat kejadian di depan sekolahnya tadi, “Dia masih tetap cantik, ya. Malah sekarang
cantik banget.” Dinda tertawa dengan putus asa dan merasa takdirnya begitu sial, “Ng-nggak!
Kalau dengan penampilanku saat ini, aku juga lumayan! Kecantikan Riska memang di atas
rata-rata manusia normal, tapi setidaknya di kelas ini…” Kepercayaan diri Dinda kembali
meningkat, “Aku termasuk 3 teratas! Hehehe.”

Dinda mengambil tasnya yang tadinya terjatuh dan mengambil sesuatu dari dalamnya,
“Ayo kita cari teman! Hehe mana ada cewek SMA yang nggak suka kue cokelat.” Dinda
memanggil anak perempuan yang duduk di depannya, “Permisi, hai! Aku punya kue, kamu
mau?”

“Zaman sekarang masih ada ya, yang gaya rambutnya dikepang dua kayak gini.” Ucap
Dinda dalam hati. Cewek itu menoleh ke Dinda, ”Eh? Oh itu buatku? Aku suka banget kue.
Makasih.” Dinda pun berimajinasi dengan visual yang dilebih-lebihkan. “Haa… yang duduk
di depanku ternyata seorang tuan putri yang ada di dalam dongeng! Aku harus mengabdi
padanya!”

Sejak saat itu Dinda mulai merasa ada yang aneh dan kembali memulai monolognya,
“Padahal belum lama ini aku merasa sudah menjadi tokoh utama…, tapi pada akhirnya
soerang figuran akan tetap menjadi seorang figuran. Haa… sepertinya aku terlalu
bersemangat karena berat badanku turun. Ah… sekarang aku malah berpikiran yang nggak-
nggak.”.

Jam istirahat pun tiba, “Oke!! Aku nggak boleh nyerah dong! Ini kan masa SMA yang
sangat kunanti-nantikan.” Dinda mengepalkan tangannya, lalu ia mengangkatnya ke atas dan
kembali bersemangat. “Tapi jujur, dia memang keren banget dan setelah dipikir-pikir dunia
mereka (*Riska, dan anak tadi) kan sangat berbeda. Kalau dibandingkan dengan mereka aku
hanya sekekor bebek, sedangkan mereka adalah merak yang indah T_T.”

Saat Dinda ingin berbicara dengan teman sekelas lainnya yang dia anggap mirip-mirip
sepertinya, tiba-tiba Riska datang dengan mencubit pipi Dinda. Dinda pun sangat terkejut,
“HUWAA!! Apa-apaan, sih?!”, “Dinda, reaksi kagetmu nggak berubah, ya xixixi. Makan
bareng, yuk!” Dinda melirik cewek yang berada di sebelah Riska yang wajahnya sa-sangat…
“Hai!” sapa cewek itu. “Ha...ha...ha... sekarang tambah 1 lagi! T_T.” Cewek itu adalah cewek
blasteran yang sangat cantik dan teman sekelas Riska yang tiba-tiba menempel padanya.
“Aku belum lama kenal, tapi dia selalu ngikutin aku. Kalau kamu nggak nyaman, abaikan
saja.” Gadis itu menggenggam tangan Dinda, “Senang berkenalan denganmu, namaku
Jessica.”
Sambil menggoyang-goyangkan tangan Dinda “Dinda ayo cepaaat, aku lapar banget,
nih!”, “Nggak tahu malu banget, memangnya kapan kamu kenal Dinda? Sok akrab banget!”
Cerca Riska. “Tunggu…Dinda…anu…emm…aku juga boleh ikut makan bareng?” Cewek
yang dilihat Dinda sebagai tuan putri tadi tiba-tiba menghentikan langkah mereka. “Oh…
kamu teman Dinda?” Ucap Jessica. “I…iya. Namaku Adel. Salam kenal.”, “Oke ayo pergi!”
Ajak Jessica. Akhirnya mereka berempat pergi ke kantin dengan istana kepercayaan diri
Dinda yang hancur. Semua anak menatap kearah mereka dan Dinda merasa bahwa dirinya
adalah bebek di antara para merak, “Ini benar-benar meremukkan hatiku T_T” Ucap Dinda
pelan sambil menangis dalam hati.

Tanpa Dinda sadari, sudah seminggu sejak hari pertama masuk sekolah. Dan sekarang
Dinda berada dalam situasi yang sama sekali tidak ia pahami. “Siapa aku? aku ada di mana
sekarang? Lalu kenapa… aku berada di antara kalian?” Ucap Dinda dalam hati. Sejak hari
pertama mereka makan bareng, tiap jam istirahat mereka selalu datang ke tempat Dinda.
Setelah Dinda sadar, ia sudah menjadi sekelompok dengan mereka. “Tahukah kalian apa
yang terasa sulit bagiku? Padahal kami tidak membawa tongkat Nabi Musa, tapi saat kami
lewat, anak-anak lain membuka jalan untuk kami! A… aku takut bangeet!” Ucap Dinda
dalam hati seolah-olah dia adalah tokoh utama dalam novel yang sedang menjelaskan situasi
yang dialaminya.

“Hwaa…gilaa cantik bangett… anak baru tahun ini keren-keren, ya? Kayaknya cewek-
cewek cantik masuk sekolah ini semua, deh.” Kata seorang anak laki-laki yang sedang
melihat mereka yang sedang lewat bak model, “I...iya, syukurlah aku masuk SMA ini. Pamer
ke teman-teman di sekolah lain ahh.”, “Tapi kok.., si keriting itu siapa?” Dinda berhenti
sejenak agar mereka mengira bahwa ia adalah anak baru yang sedang tersesat. “Bukannya dia
cuma kebetulan lewat ya?”

“Oh… gitu, ya?” Riska tiba-tiba merebut tangan Dinda ”Jalannya jangan jauh-jauh,
dong.”, “Iya, nanti orang lain kira kita nggak se-geng.”. Anak-anak yang melihat kelihatan
kebingungan, “Ha? Se-geng?”, “Dia nyogok ya?” Ucap seorang anak yang dari tadi melihat
mereka. “Nggak… ini bukan tempatku, seharusnya tempatku berada bersama mereka yang
mengagumi mereka bertiga. Kumohon para burung merak mainlah dengan para burung
merak!” Ucap Dinda dalam hati.

“Aduh, makanannya sulit ditelan gara-gara tatapan anak lain ke kami.” Gumam Dinda
pelan. “Ha? ada apa Dinda kok ga dimakan,sih? Ga enak? Dietmu belum selesai, ya?” Tanya
Riska, “Bukan itu!! Ini gara-gara kalian!! Gara-gara kalian anak-anak lain melihat kesini
teruuss” Riska menghela napas, “Sudah dengar, kan ? Dinda jadi nggak nyaman gara-gara
kalian, makanya jangan mengejar-ngejar dia terus!” Dinda bergumam, “Ya ampun anak ini.”

“Sebenarnya kamu yang paling bikin dia nggak nyaman, Dinda suruh aku sampaikan itu
padamu.” Sahut Jessica, “Bisa-bisanya ngomong gitu, tau nggak udah berapa tahun aku dan
dia saling kenal. Ya, kan?” Jawab Riska dengan sinis sambil mencubit kedua pipi Dinda.
“Hahaha jadi kalian berdua sudah lama berteman, ya? Aku iri, punya teman sejak kecil
sepertinya menyenangkan.” Sahut Adel. Dinda berucap dalam hati, “Menurutmu ini
meyenangkan?”

“Dari dulu aku sulit punya teman, makanya aku senang banget waktu Dinda ngajak
ngobrol.”, “Itu… makanya, Dinda… aku harap kedepannya kita selalu akrab.” Sambung
Adel. Dinda tertawa kecil karena merasa bersalah, sedangakan Riska, dan Jessica menatap
Dindadengan sinis, “I… iya.” jawab Dinda. “Oh iya, kita kan belum tukeran nomor WA, sini
aku pinjam HP kalian.” Ucap Jessica, “Nah… nanti jangan lupa kirim pesan ke aku, yaa!”
Sambung Jessica, “O… oke.” jawab mereka bertiga.

“Kriiiiing!” Semua murid berhamburan keluar kelasuntuk pulang, tapi tidak dengan
Dinda. Ia sedang berpura-pura piket agar ketiga anak yang selalu menempel padanya pulang
duluan. “Ayoo, Dinda! Udah gausah piket toh anak lain kan udah bersihin kelas, kan?.
Emangnya hari ini jadwal Dinda piket, ya, Adel?” Ucap Jessica. “Ah, maaf aku ketiduran
waktu pembagian jadwal piket kelas, jadwalnya juga belum ditempel.” Jawab Adel, “Ya udah
kita pulang duluan ya, Dinda.” Ucap Riska, “Kamu hati-hati pulangnya, ya!” Sambungnya.
“Oke, dah.” Jawab Dinda, “Fyuuuh… akhirnya aku bisa bernapas lega.” Gumam Dinda.

Setelah mereka pergi pulang, Dinda pun pergi pulang juga. Saat dalam perjalanan pulang,
Dinda melihat anjing kecil yang memakai kalung bertuliskan nama “ACE”, sedang mondar-
mandir kebingungan, “Sepertinya anjing kecil itu tersesat, sebagai warga Negara yang baik,
aku harus membantu mencari pemiliknya.” Ucap Dinda.

Sudah tiga jam Dinda mencari pemilik anjing itu, sampai terdengar suara, “Ace!! Kamu di
mana?!” Setelah mendengar suara laki-laki yang memanggil nama anjing yang ia bawa,
Dinda langsung berlari menuju asal suara itu. “Oh, kamu yang punya anjing ini, ya?!” Teriak
Dinda sambil berlari menuju pemilik anjing itu. “Oh, Ace?” ucap pemilik anjing itu. “Wah…
gilaa ganteng banget.” Ucap Dinda dalam hati, “Iya aku tadi nemuin dia di jalan depan
sekolahku.”
“Terima kasih banyak, ya. Ini nggak seberapa, sih. Tapi diterima aja, ya!” Ucap si pemilik
anjing sambil menyodorkan tas yang dari dalam tercium bau enak, “Wah!! Bau apa ini? Roti?
Mau, sih, tapi aku nggak enak sama si masnya. Ta-tapi kalau nggak diterima, nggak enak
juga, kan?” Ucap Dinda dalam hati. Tiba-tiba si pemilik anjing itu menarik tangan Dinda dan
memberikan ta situ, “Udah, diterima aja, ya.” Dinda menerima tas itu, “Hehe, makasih, aku
pulang dulu, ya, dah.” Ucap Dinda. “Oke, dah.”

Keesokan harinya adalah weekend, saatnya Dinda untuk membantu menjaga petshop
keluarganya. “Maaf, ya, Nda. Harusnya weekend gini, anak seumuran kamu pergi main sama
teman-temannya, tapi kamu malah harus bantu ayah.” Ucap ayah Dinda, “Nggak apa-apa
kok, yah. Dinda juga seneng kalau Dinda bisa bantu ayah.” Ucap Dinda.

“Cring” Suara lonceng pintu sebagai pertanda orang masuk, “Haii, Dinda!” Tiba-tiba suara
sapaan keras terdengar. “Hah?! Kenapa kalian kesini? Kalian kok tahu rumahku? Oh, iya, si
Riska, ya?” Ucap Dinda dengan kesal, “Ih, jahat banget, deh. Masa teman main ga boleh,
siih. Halo, om” Ucap Riska. “Oh, Riska? Kamu kok udah lama nggak mainke sini?” Ucap
ayah Dinda.”Iya, akhir-akhir ini Riska lagi sibuk,om.” Jawab Riska. “Wahh… seneng banget
sekarang Dinda punya banyak teman. Cantik-cantik juga, ya.hohoho.” Puji ayah Dinda.

“Cring” suara lonceng pintu kembali berbunyi, “Loh, kamu kan yang waktu itu, hah?! Ada
Riska juga?” ucap seorang anak laki-laki kepada Dinda dan Riska, “Daniel? Kamu mau beli
makanan hewan?” Tanya Riska ke anak laki-laki itu. “Kamu kenal, Ris?” Tanya Dinda
kepada Riska, “Iya, dia temanku di SMP dulu.”

“Oh, jadi kamu temannya Riska, ya? Kenalin namaku Daniel” Ucap Daniel, “I… iya.”
Jawab Dinda. “Waduh gila, dia jadi makin ganteng kalo siang.” Ucap Dinda dalam hati.
“Haduh anak ini, kenalin ini Dinda, ini Jessica, terus yang ini Adel.” Ucap Riska. “Oh iya,
aku mau beli makanan buat anjing, dong!” Ucap Daniel, “O…oh itu ada di rak kedua dari
belakang.” Jawab Dinda, “Oh oke, makasih, aku kesana dulu, ya. Em…boleh nggak aku
minta nomorWA kamu, Nda? Soalnya nanti aku mau nanya-nanya kamu soal makanan
hewan yng cocok” Ucap Daniel.

“Em… boleh boleh, boleh banget, ini.” Ucap Dinda sambil memberikan HP-nya. “Em…
kalau boleh aku juga mau minta nomor kamu, Ris.” Sambung Daniel. “Oke.” Ucap Riska
sambil memberikan HP-nya, “Oke, makasih ya, nanti malam aku chat, ya.” “I…iya.” Jawab
Dinda, “Wadoo… semalam aku mimpi apaaan!” Ucap Dinda dalm hati. “Hehehe kenapa, nih,
kok senyum-senyum sendiri?” Goda Jessica, “Ihh, apa, sih?”.” Dinda, kamu ajak temanmu ke
atas aja, nak.” Ucap ayah Dinda. “Oke, yah. Ayo ke atas aja, nggak enak juga kalo di sini.”

Sebulan pun berlalu, Dinda mulai menerima mereka bertiga sebagai sahabatnya. Ia pun
menjadi semakin dekat dengan Daniel berkat bantuan Riska dan pada hari ini, mereka
berencana pergi nonton berdua. “Aaahh… aku harus pake baju apa, nih?” Ucap Dinda.
“Wah,iya sih bener, nggak ada yang cocok.” Sahut Riska, “wah wah, anak ini mau mati, ya?”
ucap Dinda dalam hati, “Tapi kamu cantik pake baju apa aja kok, Dinda.” Puji Adel.
“Emm… gimana kalo kamu pinjam bajuku dulu?” Ucap Riska. “Wah, boleh juga, tuh. Aku
juga mau minta makan ya, Ris.” Ucap Jessica, “G.” Jawab Riska.

Akhirnya, Dinda memutuskan untuk meminjam baju pada Riska, dan acara nonton
mereka berjalan lancer. Mereka memutuskan untuk makan dulu sebelum pulang. “Em, Nda,
kata Riska kamu temannya sejak kecil, ya?” Tanya Daniel, “Hah?! Oh, iya.” Jawab Dinda.
“Em… kamu tahu nggak makanan kesukaan Riska?” Tanya Daniel lagi, “Kayaknya Riska
paling suka nasi goreng, deh.” Jawab Dinda, “Terus, Riska udah punya pacar nggak?”
“Kayaknya nggak, deh. Kenapa?” Jawab Dinda. “Anu…” ucap mereka berdua.

“Waduh, aku punya firasat buruk, nih.” Ucap Dinda dalam hati. “kamu duluan,deh.” Ucap
Daniel, “Ah, nggak jadi, kamu mau ngomong apa?” Tanya Dinda. “em… sebenernya aku…
suka sama Riska, ka-kamu mau bantu aku PDKT sama Riska, nggak?” Pinta Daniel. Dinda
terkejut mendengar itu, pernyataan dan permintaan Daniel membuat hati Dinda benar-benar
hancur, “A-apa?! Ja-jadi… dia nggak suka sama…” Ucap Dinda dalam hati.

“Nda? Hey, Nda!” Ucap Daniel menyadarkan Dinda dari lamunannya. “O… oh, i… iya,
deh.” Ucap Dinda, “Hmm? Kamu nggak enak badan?” Tanya Daniel, “Gi-gimana kalau kita
pulang aja, kayaknya aku masuk angin,deh.” Ajak Dinda. “Oh, oke.” “Aku kira kita bakalan
jadian, tapi ternyata aku yang salah paham kalau mengira Daniel suka sama aku. Riska… dia
suka sama Riska? Karena cantik? Memang masalahnya adalah wajah! Mana ada cowo yang
suka sama anak yang jelek dan biasa saja ini.” Ucap Dinda dalam hati sepanjang perjalanan
pulang.

Sesampainya di rumah, “Ibuuu!! Aku mau operasi plastik, ayo sekarang kita pergi ke
Korea, kalo nggak gitu ayo kita Thailand! Teriak Dinda dengan mata yang bercucuran air
mata. “Wah, anak ini bilang apa barusan?” Ucap ibu Dinda.”Kayaknya Dinda lagi masa
puber, bu.” Ucap kakak Dinda., “Udah sok puber segala, bisa-bisanya bilang begitu! Belajar
aja sana biar nilaimu bisa sebagus kakakmu, setidaknya seperempatnya!” Ucap ibu Dinda
sambil marah.

“Iya, lagian nggak guna juga oplas, jelek mah jelek aja, awokwok.” Ucap adik Dinda
sambil bermain game online, “Ah! Semuanya keterlaluan! Lagian kenapa ibu melahirkan kak
Thalia dan Diki cakep tapi aku jelek, sih?! Ternyata aku beneran dipungut dari kolong
jembatan, ya?! Aku benci kalian.” Teriak Dinda, lalu ia menutup pintu kamarnya keras keras.
“Ya ampun anak itu! Kenapa tiba-tiba dia jadi begitu, sih?!” “Dia kan di umur-umur yang
mulai memperhatikan penampilan, dimengerti aja, bu.” Ucap kak Thalia. “Tapi kak Dinda
emang beneran jelek. Kenapa dia bisa lahir begitu, sih?” Ucap Diki, “Aduh, kamu diam aja
deh.”

keesokan harinya, teman-teman Dinda mengunjungi rumahnya. “Ayo dong, Nda. Bukain
pintunya!” Bujuk Riska, ”Iya, Nda. Sini cerita dulu ke kita.” Ucap Adel. Akhirnya Dinda
membukakan pintu kamarnya, dan menyuruh teman-temannya masuk.

Riska terkejut mendengar cerita Dinda, “Kamu jangan nyerah gitu aja, dong. Gimana
kalau kita bantu kamu? Kebetulan aku sekarang mulai ikut les make up, kamu bisa jadi
kelinci percobaaanku.” Tawar Jessica. “Iya, Nda. Ayo kita buat dia menyesal karena nggak
suka kamu.” Ucap Adel

“Em… aku nggak bilang, sih, Daniel sukanya sama siapa. Tapi aku jadi nggak enak sama
Riska.” Ucap Dinda dalam hati. Akhirnya, selama seminggu penuh Dinda menjadi kelinci
percobaan Jessica, Jessica juga mengajari Dinda untuk merias dirinya sendiri.

Dua bulan berlalu, Dinda sudah sangat mahir dalam bidang make up. Sekarang,
kecantikan teman-temannya sudah tidak ada apa-apanya. Daniel sudah berputus asa untuk
terus mengejar Riska, karena Riska yang selalu dingin kepadanya. karena bantuan dari
teman-teman Dinda, akhirnya Daniel dan Dinda menjadi seakin dekat. Akhirnya, Daniel
mengajak Dinda untuk pergi berdua minggu depan, dan untuk merayakan hal itu Dinda
mentraktir teman-temannya makan di rumah makan milik kerabatnya.

Mereka berkumpul di rumah Dinda sebelum berangkat, “Wah, baru kali ini yah kamu
nraktir kita, walau nanti pasti nggak bayar juga,sih. Hahaha.” Goda Jessica. “Hahaha, mana
ada aku uang buat nraktir kalian semua.” Ucap Dinda. Mereka memutuskan untuk berjalan
menuju rumah makan tersebut, tetapi di tengah jalan Riska tiba-tiba pingsan. Dinda segera
menelpon ibu Riska, dan akhirnya Riska dibawa ke rumah sakit.
“Aku nggak apa-apa, kok. Palingan gara-gara tadi aku nggak sarapan, kalian pergi bertiga
aja. Nggak usah khawatir.” Ucap Riska. “Mana bisa gitu! mending kita jagain kamu di sini,
ya kan?” Sahut Adel. “Iya, bener.”

“Kalian pulang aja, ini udah sore, loh! Nanti dicariin orang tua kalian gimana? Nggak
usah khawatir ada tante yang jagaain Riska.” Ucap ibu Riska. “Oke, deh. Kita pulang dulu,
Ris, tante.” Pamit Dinda. “Iya, hati-hati, ya!” Ucap Riska.

Sebulan berlalu sejak kejadian itu. “Riska kenapa ya kok ngaak masuk-masuk sekolah?
Nggak coba jenguk aja, nih, Nda?” Tanya Jessica.”Aku udah beberapa kali ke rumah Riska
sama ibuku, tapi selalu ga ada orang.” Jawab Dinda

“Nanti kita coba kesana lagi aja! Siapa tau Riska udah ada di rumahnya.” Ajak Adel.
“Oke!” Jawab mereka berdua.

“Kan, nggak ada orang.” Ucap Dinda. “Tunggu dulu aja dulu, siapa tau bentar lagi
pulang.” Ucap Adel. Akhirnya, sudah dua jam mereka menunggu di depan gerbang rumah
Riska. Sampai sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah Riska, seorang wanita paruh baya
keluar dari mobil itu. “Tante, Riska di mana? Kok nggak pernah masuk sekolah.”

“Ayo kita masuk dulu ke dalam, tante mau memberikan sesuatu buat kalian bertiga.”
Ajak ibu Riska. Ibu Riska pun pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu. “Ibu Riska
kenapa, ya? Kok keliatan murung banget.” Ucap Jessica. “Iya, kenapa, ya?”Ucap Dinda.

Ibu Riska kembali dengan mata yang berlinang air mata. “Ini, silahkan kalian baca!” Ucap
ibu Riska sambil memberikan sebuah surat. “Apa ini, tante?” Tanya Adel, “Dibaca aja dulu!”
Suruh ibu Riska. Mereka bertiga pun mendekatkan jarak duduk mereka dan memulai
membaca surat tersebut.

Mata mereka meneteskan air mata, “A-apa ini, tante?” Tanya Adel. “Riska menderita
penyakit kanker stadium akhir, meski begitu dia nggak mau kemoterapi. Dia mau
nyembunyiin penyakitnya dari kalian, karena Riska nggak pengen kalian prihatin dan
berteman secara terpaksa karena cuma kasian ke Riska. Tepat satu bulan yang lalu, Riska
dibawa ke rumah sakit di Amerika karena kondisinya sudah sangat kritis. Riska sering
pingsan, bahkan di rumah sekali pun. Dan tepat dua minggu yang lalu, Riska dipanggil Yang
Maha Kuasa. Riska nggak mau ngasih tahu kalian dan lebih memilih menulis surat itu, karena
Riska nggak mau lihat muka kalian nangis dan sedih.” Ucap ibu Riska sambil terisak.
Mereka bertiga menangis dengan sangat keras. “Sekarang, ayo ikut tante!” Ajak ibu Riska.
Tanpa berkomentar, mereka langsung menuruti perkataan ibu Riska. “Ayo, naik! Tante mau
ajak kalian ke suatu tempat.

Di sore hari yang terselimuti awan hitam, mobil yang mereka tumpangi berhenti di suatu
tempat. Mereka keluar dari mobil dan pergi mengikuti ibu Riska. “Ini adalah makam Riska.
Sebelumnya tante mau berterima kasih kepada kalian semua, karena udah mau berteman baik
dengan Riska. Beberapa jam sebelum kematiannya, Riska menyuruh tante untuk bilang
terima kasih kepada kalian semua.” Ucap ibu Riska. Tangisan mereka pun pecah di tengah
rintikan gerimis dan makam yang sunyi.

Biografi
Nama : Ari Wardana Hendriatna

Tempat/tanggal lahir : Pasuruan, 01 Maret 2004

Alamat : Pucang-Ngerong-Gempol

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan : SMA Negeri 1 Pandaan

Anda mungkin juga menyukai