Anda di halaman 1dari 8

Tumbuh Habis Terkubur

Pada sore hari, menjadi kebiasaan Dea untuk bermain di taman dekat rumahnya. Dan
tak terlepas bersama Dini, teman sejak kecilnya. Entah bermain ayunan, seluncuran atau
jungkat-jungkit. Tapi kali ini mereka hanya berbincang, mengenai hal-hal yang akan mereka
raih untuk masa depan.

ADEGAN 1
Dea: “Kalau udah besar kamu pengen jadi apa, Din?”
Dini: “Emm, aku dari dulu pengen jadi pemilik rumah makan terkenal di kalangan kota.”
Dini: “Kalau kamu sendiri pengen jadi apa?”
Dea: “Aku pengen jadi pengusaha seperti ibu dan ayahku dulu.”
Dini: “Wah keren! Semoga kita bisa mencapai keinginan kita dan menjadi orang yang
sukses.”
Dini dan Dea: “Aamiin.”
Dini: “Janji ya”
Dea: “Janji.”
Dini: “Eh, udah mau maghrib nih. Pulang yuk!”
Dea: “Yuk!”

*Suara ketukan pintu


Irsyad: “Oh kalian, masuk-masuk. Silakan duduk dulu.”
April: “Terimakasih”
Irsyad: “Ngomong-ngomong ada perlu apa?”
April: “Tujuan kami datang kesini cuma mau ngasih surat undangan pendidikan di luar
kota.”
April: “Gimana menurutmu? Ini kesempatan sekali seumur hidup loh, Syad.”
Irsyad: “Kalau aku sendiri sih mau, tapi aku punya adik. Apalagi dia susah bersosialisasi”
Nanda: “Yahh, coba bujuk dia dulu deh. Kalau dia pinter, pasti mau menerima”
Irsyad: “Emm, nanti aku coba rundingin dulu sama adikku.”
Nanda: “Ya sudah kalau begitu, kami pulang dulu ya Syad”
*Ketukan pintu kamar
Irsyad: “Dea.. mas boleh masuk?”
Dea: “Iya mas, silakan masuk.”
Dea: “Ngomomg-ngomong mas pegang kertas apa itu?”
Irsyad: “Oh, ini?”
Irsyad: “Eee, ini undangan buat belajar di luar kota.”
Dea: “Terus, mas terima?”
Irsyad: “Belum mas terima, tapi kalau diterima itu artinya kita bakal pindah dari sini.”
Dea: “Hah, Pindah?”

Mereka merenung sejenak. Irsyad memikirkan adiknya, yang tentu akan menolak.
Karena mengingat semenjak kecelakaan orang tuanya, Dea takut untuk keluar. Di sisi lain
Dea sudah mengikat janji kepada Dini.

Dea: “Terima aja mas.”


Irsyad: “Lalu, gimana hubungan mu sama Dini?”
Dea: “Mas ga perlu khawatir, biar Dea aja yang urus.”
Irsyad: “Oke kalau gitu.”
Irsyad: “Ini udah malem, mending kamu tidur.”
Dea: “Iya mas”

*Keesokan harinya, pada saat jam istirahat di taman sekolah


Dini: “Dea, kamu kenapa?”
Dea: “Kenapa gimana? Aku baik-baik aja perasaan.”
Dini: “Bohong, kamu kira aku sahabatan sama kamu udah berapa lama?”
Dea: “Hehehe, aku baik-baik aja Din. Hanya memikirkan sesuatu.”
Dini: “Sesuatu apa?”
Dea: “Aku.. bakalan pindah rumah lusa besok.”
Dini: “Maksudnya gimana?”
Dea: “Aku bukan mau ingkar janji, tapi..”
Dini: “Tapi apa, Dea? Kemarin kamu udah janji, tapi sekarang malah mau pergi?”
Dea: “Maaf, Din.. tapi ini juga salah satu dari impian orang tuaku. Masku juga udah nahan
keinginannya selama ini karena aku.”
Dini: “Oke, gini aja. Temui aku kalau kamu udah sukses nanti.”

Dea menelan ludahnya. Dia tak percaya Dini memperbolehkannya, meski terlihat
sedikit kesal. Selama pelajaran di dalam kelas, Dini tak sedikit pun berbicara dengan Dea
sama sekali. Bahkan sampai pulang, Dini mengambil jalan lain dari Dea, sehingga Dea harus
pulang sendirian. Sesampainya di rumah, Dea melihat kakaknya yang sedang membereskan
buku-buku belajar dari rak buku. Dea jadi teringat perkataan Dini, yang terus terngiang-
ngiang di kepalanya.

Irsyad: “Gimana? Udah ngomong sama Dini?”


Dea: “Udah mas.”
Irsyad: “Lalu, gimana jawabannya?”
Dea: “Dia oke-oke aja, dengan syarat aku harus ketemu sama dia saat aku udah sukses
nanti.”
Irsyad: “Gapapa, tunjukkan ke Dini bahwa kamu ga sia-sia nerima undangan untuk belajar di
luar kota”
Dea: “Siap mas, Dea usahain ya.”

ADEGAN 2
Tiba di lingkungan yang baru. Dea bersiap diri untuk beradaptasi di sekolah barunya,
yaitu SMPN 1 Capiurang. Tak disangka dia berhasil mendapatkan dua teman, yaitu Chichi &
Shakira. Dari awal, mereka sering kali berdebat karena berbeda pendapat. Entah itu karena
mainan, makanan, hobi, apapun itu mereka selalu meributkannya. Walaupun begitu, Dea
tetap berteman dengan mereka, karena Chichi & Shakira termasuk teman yang baik.

Chichi:“Ngomong-ngomong nih De, kamu ada rencana apa hari ini?”


Dea: “Oh, aku? Mungkin cuma ngerjain tugas dari guru Matematika tadi.”
Shakira: “Rajinnya, kenapa ngga minggu depan aja ngerjainnya?”
Chichi:“Terserah dia dong, Ra. Gimana sih.”
Shakira: “Kan aku nanya, emangnya salah?”
Chichi:“Terserah deh.”
Dea: “Udah-udah jangan ribut, ini perpustakaan. Mending kita rapihin buku-buku yang ada
disana deh.”
Dea: (Sahabat Emas? Gimana ya keadaan Dini disana? Aku harap kita bakal ketemu
secepatnya.)
Shakira: “Dea, hei kamu kenapa? Ayo balik ke kelas.”
Dea: : “Oh, iya-iya ayo kita balik ke kelas.”
Dea: “Dewa, kapan ujian tengah semester dimulai?”
Dewa: “Aku dengar ujiannya bakal dimulai pada tanggal 12 November.”
Dewa: “Memangnya kenapa, Dea? Kamu belum siap?”
Dea: “Ngga, aku cuma tanya aja.”
Dewa: “Oh, oke”
Dea: “Assalamu’alaikum, Dea pulang.”
Irsyad: “Wa’alaikumsalam.”
Dea: “Oh iya mas, tanggal 12 November nanti ada ujian tengah semester.”
Irsyad: “Kalau gitu kamu harus belajar, biar hasilnya memuaskan.”
Dea: “Juga bisa buktiin ke Dini, kalau aku bisa sukses?”
Irsyad: “Iya, sekarang kamu mandi terus ganti baju. Langsung ke meja makan ya, kita makan
bareng.”
Dea: “Siap mas.”

Ujian akhir semester pun tiba. Dea lebih sering menghabiskan waktunya untuk
membaca buku-buku pelajaran. Bahkan bujukan dari Chichi & Shakira untuk mengajaknya
bermain sepulang sekolah saja ditolak. Karena, ingin membuktikan bahwa dia bisa sukses
walaupun jauh dari Dini.

Bu Diana: “Anak-anak, hari ini kalian akan melaksanakan ujian akhir semester. Ibu harap
nilai kalian tidak ada yang dibawah kkm.”
Semua murid: “Baik bu Diana.”
Semua murid: (mengerjakan soal yang sudah terlampir dilembar kertas ujian)
Dea: (Duh.. kenapa soalnya lebih sulit dari ulangan harian kemarin ya? Gimana dong ini..
waktunya udah mau habis.)
Bu Diana: “Baik anak-anak, waktu ujian kalian sudah habis. Tolong segera kumpulkan
kertas ujian kalian diatas meja saya. Lalu, kalian boleh istirahat.”
Semua murid: “Baik bu Diana.”
Chichi:“Bagaimana tadi saat ulangan, Dea? Sulit ga?”
Dea: “Hehe, iya.”
Shakira: “Ujian hari ini emang susah. Tapi semoga aja nilai kita diatas kkm.”
Dea dan Chichi: “Aamiin”

Hari demi hari sudah terlewati, tak terasa ujian akhir semester berakhir. Dan hasil
ujian akan dibagikan. Dea sudah merasa tak enak akan hasil ujiannya, tetapi ia tetap berharap
nilainya tidak turun.

Bu Diana: “Anak-anak ibu akan membacakan hasil nilai dari ujian akhir semester ini. Tolong
dengarkan baik-baik.”
Bu Diana: “Dewa 96, Shakira 94, Nanda 94, Chichi 95, Dea 76”
Semua murid: (melihat ke arah Dea)
Dea: (ya Allah...)
Shakira: “Kenapa rata-rata nilaimu bisa rendah, De?”
Chichi:“Iya tuh, ngga kayak kemarin-kemarin.”
Dea: “Mungkin aku kurang teliti, jadi nilaiku turun deh.”
Bu Diana: “Itu yang di tengah kenapa berisik ya? Terutama Dea, nilai sudah jelek banyak
omong lagi! Lihat itu teman-teman mu, harusnya kamu bisa lebih baik dari mereka!”
Dea: “Maaf, Bu Diana.”
Bu Diana: “Cukup, ibu izin meninggalkan kelas kalian dulu.”
Dewa: “Dea, kamu gapapa kan?”
Nanda: “Bu Diana emang kaya gitu orangnya, yang sabar ya Dea.”
Shakira: “Maafin aku sama Chichi ya Dea. Karena pertanyaan kita, kamu jadi kena marah
sama Bu Diana.”
Dea: “Udah gapapa, ini bukan salah kalian. Ini salahku.”

*Sesampainya di rumah
Irsyad: “Kenapa dek? Di sekolah ada masalah?”
Dea: “Hasil ujian akhir semester tadi diumumin sama bu Diana, dan nilaiku paling jelek
diantara temen-temenku.”
Irsyad: “Setidaknya kamu udah berusaha dan melakukannya dengan baik. Mas hargai usaha
mu”
Dea: “Iya mas, maaf ya.. udah buat mas kecewa”
Irsyad: “Udah lah dek, nasi udah jadi bubur. Mas yakin, selanjutnya kamu pasti bisa perbaiki
semuanya.”

*Di kelas
Bu Diana: “Dea.”
Dea: “Iya bu, ada apa?”
Bu Diana: “Murid-murid di Sekolah ini selalu mempertahankan nilainya supaya mendapatkan
predikat A. Dibanding kamu yang tidak mau mempertahankan nilai.”
Bu Diana: “Padahal kamu masuk jalur beasiswa, harusnya kamu lebih bisa menempatkan
posisi kamu sebagai juara kelas dong.”
Dewa: “Yang sabar ya, Dea.”
Shakira: “Aku yakin pelan-pelan kamu pasti bisa kok. Asalkan kamu lebih semangat dan giat
lagi dalam belajar.”
Chichi:“Betul itu apa kata Shakira. Semangat ya Dea!”
Nanda: “Kamu pasti bisa! Jangan patah semangat ya!”
Dea: “Terimakasih banyak ya Shakira, Chichi, Dewa, Nanda. Aku usahain lebih semangat
dan giat lagi dalam belajar.”
Dea: (Andai Dini ada disini.. pasti aku udah semangat banget belajarnya.)

Setelah sekian lama, bergantinya tahun ke tahun. Akhirnya Dea lulus dengan nilai
yang tinggi, rata-ratanya 97. Dan dia mendapatkan tawaran untuk masuk ke SMA favoritnya.

ADEGAN 3
Irsyad: “Jadi, kamu mau masuk kesana bareng temen-temenmu?”
Dea: “Iya.”
Irsyad: “Kamu ga mau balik ke rumah lama?”
Irsyad: “Seminggu yang lalu, mas ke rumah lama. Lagi ngecek tagihan air sama listrik, dan
ngga sengaja nge-lihat rumah Dini. Kayak nya dia pindah rumah.”
Irsyad: “Lalu kemarin, mas ke rumah lama lagi abis pulang kerja. Ternyata Dini pindah
karena keinginannya sendiri.”
Dea: “Pindah?”
Dea: (Din.. dimana aku bisa menemuan kamu.)
Irsyad: “Udah malem, tidur ya? Biar besok ga kesiangan.”
Singkat cerita, Dea sudah 3 tahun berada di SMA Cipajawe 1. Dia tidak merubah
sistem belajarnya, malah dia memperketatnya. Setiap hari Irsyad hanya mengawasinya, dan
seringkali mengingatkan Dea agar cukup istirahat.

Irsyad: “Dek, udahan dulu yuk? Mas perhatiin kamu dari tadi sibuk sama buku mu.”
Irsyad: “Makan ya?”
Dea: “Iya, ayo.”
Dea: “Sebentar lagi ada penerimaan rapot, bang.”
Irsyad: “Oh ya? Bagus dong.”
Dea: “Dea takut, kalau hasilnya nanti tidak memuaskan.”
Irsyad: “Bismillah aja ya dek.”

*Setelah terima rapor


Irsyad: “Coba liat ini, Alhamdulillah dek.. nilai kamu benar-benar memuaskan. Mas bangga
sama kamu!.”
Dea: “Hehehe, makasih mas.”
Dea: “Tapi dengan nilai segitu, aku masih bisa dapetin beasiswa kayak dulu lagi?”
Irsyad: “Mas ini udah kerja, gaji pun udah pasti bias menuhin kebutuhanmu. Kita bakal
pindah tempat tinggal lagi, dan mas juga udah ada biayanya. Jadi, kamu ngga perlu ngejar
beasiswa lagi.”
Dea: (Apa yang dibilang mas ada benar nya juga sih, kayak nya selama ini yang aku kejar
cuma nilai.)
Dea: “Oke deh kalau gitu.”

*Di perpustakaan kota


Dea: “Eh, maaf-maaf! Aku ga sengaja.”
Dea: (Tunggu.. notebook ini persis banget sama notebook yang aku kasih ke Dini.)
Dea: “Kalau boleh tau kamu dapat dari mana, notebook ini?”
Dini: “Oh, ini dari sahabat lamaku. Aku selalu bawa ini kemana-mana.”
Dini: “Sebentar, Dea?”
Dea: “Dini?”
Dini: “Jadi, kamu udah sukses?”
Dea: “Aku sempet mengalami masalah diawal pindahan, begitu juga sampai pertengahan.
Tapi karena ada nya support system dari orang-orang terdekat aku, Alhamdulillah aku bisa
lulus kuliah.”
Dini: “Lalu, gimana dengan impian mu yang ingin jadi pengusaha?”
Dea: “Belum tercapai, Din. Aku masih bingung buat memulai semuanya.”
Dea: “Kalau kamu?”
Dini: “Kurang lebih kisahmu sama seperti kisahku. Tapi Alhamdulillah sekarang aku bener-
bener sukses. Sekarang aku udah punya restoran sendiri.”
Dea: “Wah, keren!! Hebat ya kamu, Din.”
Dini: “Oh iya, aku dengar tadi kamu masih bingung mau mulai semuanya dari mana? Kalau
gitu kamu ikut samaa aku aja.”
Dea: “Maksudnya?”
Dini: “Iya. Karena aku udah punya restoran, dan kebetulan juga aku lagi butuh satu
pegawai buat jadi juru masak. Gimana?”
Dea: “Wah, boleh-boleh!!”
Dini: “Ya udah, yuk jalan. Restoranku ga jauh dari sini.”
Dea: “Oke deh.”

*Sesampainya di restoran milik Dini


Dini: “Ayo masuk.”
Dea: (Wih gede banget restorannya.. keren.)
Dea: “Enak ya jadi kamu, bisa sukses kayak gini.”
Dini: “Alhamdulillah.”
Dini: “Tapi sekarang yang ngerasain enaknya bukan cuma aku aja, kamu juga bisa
ngerasain enaknya.”

Dan mereka pun berbahagia. Dea yang senang melihat sahabatnya sukses dan Dini
yang senang karena Dea sekarang menjadi pegawai nya. Dan karena sudah sekian lama
mereka tak berjumpa, maka ini adalah jalan mereka untuk bisa bersama-sama kembali.

-TAMAT-
Sumber cerita: Cicil & Irsyad

Anda mungkin juga menyukai