Anda di halaman 1dari 3

DRAMA PEMBULLYAN

Latar Tempat : Sekolah


Pemain :
Geng Jahat : Rina, Dewi, Dan Eka
Yang Dibully : Dina
Pak Satpam : Pak Bandi
Tatib : Bu Lilis

Di rumah Dina
Pada hari Senin di SMK taman harapan bangsa, Dina memulai pagi yang cerah seperti biasanya.
Memakai baju putih abu dan kacamata kesayangannya. Tidak lupa Dina pamit dengan ibunya.
Kemudian, Dina jalan ke dapur untuk berpamitan dengan ibunya.
Dina: ibu, aku pamit pergi ke sekolah dahulu ya. (Sambil meraih tangan ibunya untuk Salim)
Ibu: iya Dina, semangat ya di sekolah. Jangan lupa berdoa dulu kalau mau masuk kelas.
Dina: Baik ibu, assalamualaikum Wr. Wb.
Dina pun berangkat ke sekolah menggunakan sepeda pancal kesayangannya. Sepeda
peninggalan ayahnya yang sudah meninggal dua tahun lalu.
Di jalan merpati sebelum ke sekolah. Dina mengayuh sepeda sambil memikirkan beberapa hal.
Termasuk juga mengenai beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dina takut saat
nanti dia tidak mendapatkan beasiswa, lalu bagaimana ibunya yang membiayainya.
Dina : Bagaimana ya, kalau nanti aku tidak mendapatkan beasiswa ini. Apa nanti aku tidak usah
melanjutkan kuliah saja. Lebih baik bantu keuangan ibu juga. Adi adikku juga akan naik kelas tahun
ini. Pasti ia lebih membutuhkan biaya yang cukup banyak. (dalam pikiran Dina)
Tiba-tiba ada mobil yang bergerak cepatnya. Dan di depan Dina ada genangan air yang cukup
banyak. Prat air itu menciprat ke baju Dina. Dina sepertinya tahu mobil siapa itu. Seperti cukup
mengetahuinya. Selang beberapa detik setelah baju Dina terkena cipratan mobil. Mobil itupun berhenti.
Dewi (membuka cendela mobil, dan Rina buru-buru melihatnya dari jendela)
Rina: hee Dina, anak orang miskin. Kasihan ya dirimu, hahaha (tertawa terbahak-bahak bersama
teman-temannya)
Eka: hahah, kasian deh loh. Mending pulang gih sana. Bantu ibu loh nyuci-nyuci dirumah gue.
Dewi: benar banget itu, orang miskin itu tidak pantas untuk pergi ke sekolah. Apalagi naik sepeda butut
dan rusuh seperti itu.
Setelah Dewi bilang seperti itu. Dina tidak menanggapi sedikit pun. Dina malah tersenyum dan
hanya memikirkan cara agar bajunya yang terkena kotoran air nanti hilang sebelum upacara dimulai.
Tak terasa beberapa menit kemudian, Dina sampai di sekolah. Dia bertemu dengan Rania, sahabat
dekatnya.
Rania: din, seragammu kenapa?
Dina: Tadi terkena air yang kotor di jalan, heheh..boleh minta tolong bantuin ke kamar mandi untuk
bersihkan?
Rania: Boleh, ayo. Parkirkan sepedamu dulu
Dina: terima kasih Rania
Kemudian mereka berdua membersihkan seragam Dina di dalam kamar mandi. Namun, tanpa
di sadari ada geng Dewi yang memiliki rencana jahat. Pintunya mereka kunci dari luar ruangan. Dina
dan Rania mencoba membuka dan menggedor-nggedor pintu, tapi tidak ada yang dengar dikarenakan
ada tulisan kamar mandi rusak. Tiba saat jam upacara, semua murid harus berada di lapangan upacara.
Satpam dan guru tatib pun mengecek ruang kelas, kamar mandi dan lain-lain untuk memastikan tidak
ada murid yang melarikan diri dari upacara hari Senin.
Pak Bandi: Tadi udah selesai di gedung D4, sekarang waktunya ke kamar mandi. Tapi terlihat sepi.
Dan kok ada tulisan rusak padahal tidak rusak. (Terdengar suara Dina dan Rania). Siapa yang ada di
dalam? Ngapain kabur, kalian udah tertangkap.
Rania: tidak pak, kami tadi terkunci.
Pak Bandi: apa tidak mungkin, kalian mau kabur ya. Sekarang kalian harus ke tatib untuk diberi
hukuman ayok.
Rania: tidak pak, bukan (sambil tetap teguh pendirian)
Dalam hati Rania, pasti ini ulah geng Dewi. Lihat aja kalian ya.
Dina: uda biarlah Rania ayo, maaf ya Rania kamu jadi ikut dihukum gara-gara aku.
Rania: endak papa Dina, ini bukan salah kamu. Aku tahu kok siapa yang ngerjain kita.
Pak Bandi pun membawa Dina dan Rania untuk ke ruang tatib. Untuk diberi hukuman yang
pantas bagi pelanggar peraturan. Apalagi untuk kabur.
Diruang tatib
Pak Bandi: permisi, Bu Lilis saya mendapatkan dua orang kabur dari upacara bendera kali ini.
Bu Lilis: silahkan masuk pak, siapa pak yang kabur? (sambil terkejut melihat Dina dan Rania) hal ini
dikarenakan Dina dan Rania terkenal dengan murid yang taat pada peraturan dan juga pintar meski
tampilannya memang culun.
Pak Bandi: Tidak terduga Bu, ini Rania dan Dina
Bu Lilis: Baik pak akan saya tanggani, terima kasih pak.
Pak Bandi: Baik Bu, saya kembali menjalankan tugas yang lainnya ya.
Pak Bandi pun meninggalkan ruangan tatib. Kini tersisa Dina, Rania dan Bu Lilis di ruangan
itu. Selain itu, sudah mendapatkan hukuman yang lainnya.
Bu Lilis: kenapa ini Dina, Rania kalian tidak seperti biasannya melakukan ini? Saya tahu pasti ada
alasan, tapi maafkan saya karena ini tugas saya..dan kalian telah terbukti pak Bandi. Maaf ya Dina dan
Rania.
Dina: Endak papa ibu memang sudah kewajiban ibu menjalankan tugas. Kami tidak keberatan ibu.
Terima kasih juga telah mempercayai kami ibu.
Rania: sebenarnya tadi kami mau membersihkan baju Dina ibu, karena terkena kotoran dijalan. Dan ini
ulah geng.. (tiba-tiba Dina menyelah)
Dina: maaf ibu bukan, ini murni karena kesalahan kami sendiri. Terima kasih ibu. (Rania pun tak bisa
berkutik meski benar, karena Rania percaya kebaikan Dina)
Bu Lilis: kalian saya hukum hanya membersihkan lapangan setelah upacara dan pulang saja. Ini
termasuk ringan, karena yang lainnya saya tugaskan untuk mencabut rumput selama 1 bulan setiap hari
Senin sepulang sekolah. Karena saya tahu kalian anak yang baik. Jadi jangan ulangi kesalahan ini lagi
ya..
Dina, Rania serempak menjawab, baik Bu terima kasih.
Dina dan Rania pun dihukum untuk membersihkan seluruh lapangan setelah selesai upacara
serta sepulang sekolah. Meski sebenernya bukan salah mereka, tapi Rania dan Dina tetap
mengerjakannya.
Selesai upacara, geng Dewi tetap berada di pinggir lapangan. Untuk mengamati keadaan atau
lebih tepatnya mencari Dina untuk mereka bully dan usili. Dan beberapa menit kemudian..Dina dan
Rania membawa peralatan untuk membersihkan lapangan..
Dina: rania, kamu bagian yang di sana ya aku disini nganti kita ketemuan di tengah agar cepat selesai.
Terima kasih juga ya Dina udah percaya sama diriku ini.
Rania: siap Dina, endak papa karena kita ini sahabat Dina.
Tiba-tiba diselah pembagian tugas keduanya. Geng Dewi tiba sambil membawa rencana yang
buruk.
Dewi: eh Dina, aku punya sesuatu untuk dirimu nih. Anak orang miskin. (Dewi menaburkan potongan
kertas dan tempat sampah ke lapangan)
Rina: Sambil menarik sapu yang dipegang Dina, ia pun menjatuhkannya dikali Dina. (Rania berusaha
mengelak tangan Eka yang memeluknya dari belakang agar tidak membantu Dina).
Tiba-tiba di saat aksi mereka membully Dina dan Rania. Ada Doni yang merekam aksi mereka
untuk diserakan kepada Bu Lilis sebagai bukti. Doni pun melerai mereka semua, dan memberikan
buktinya segera ke Bu lilis. Geng Dewi pun meminta maaf kepada Dina dan Rania. Tetapi mereka
harus membersihkan lapangan sebagai gantinya selama 2 bulan..dikarenakan Dina dan Rania
memaafkan mereka, jika tidak mungkin mereka terkena surat peringatan yang pertama bagi geng
Dewi..

Pesan Moral :
Pesan moral yang terdapat dalam drama ini adalah bahwa setiap manusia meski kaya ataupun
miskin berhak mendapatkan pendidikan. Kita juga sebagai manusia harus memahami bahwa setiap
orang memiliki keadaan yang berbeda-beda.
Hati yang baik akan menyelamatkan semua nya. Dan memaafkan adalah salah satu cara untuk
mendamaikan diri dari kebencian. Semangat dan kepercayaan juga menjadi pesan moral yang terselip.

Kekurangan Drama :
Keruangan yang ada dalam drama ini adalah mengenai cerita yang masih tidak kurang bullying.
Karena tidak jelas motif yang dilakukan oleh geng Dewi. Selain itu, untuk masalah kepercayan Bu Lilis
uang tidak jelas meski karena memang terkenal dengan anak baik. Pak Bandi juga, tidak mempercayai
dan memiliki bukti yang cukup padahal Dina dan Rania bisa menyerahkan atau menunjukkan baju
yang terkena noda kepadanya, namun tidak ditunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai