Anda di halaman 1dari 4

PPKN

Selesai upacara pagi pada hari senin suasana kelas sangat ramai sekali. Edo, Beni, dan Badu sedang asyik
mengobrol sambil menunggu bu guru datang ke kelas. Edo , Beni dan Badu mendiskusikan terkait
pertanyaan pada pidato kepala sekolah saat upacara, mengenai makna dari sila keempat pancasila.

Edo : “Ben, Du. Menurut kalian mengapa ya sila keempat dilambangkan dengan kepala banteng?”

Beni : “Menurutku mungkin karena banteng seram. Jadi bisa lebih gagah dilihatnya, maka dari itu
dijadikan lambang sila keempat”.

Badu : “ngawur kamu ben, kalau menurutku mungkin karena lambang negara nya saja termasuk
hewan maka dari itu salah satu lambang pancasila juga harus hewan”.

Edo : “tapi, kalau alasannya kepala banteng itu seram, kan masih banyak hewan yang lebih seram.
Harimau mungkin contohnya?”

Beni : “Bagaimana, kalau kita tanyakan pada bu guru saja, agar lebih jelas alasannya?”

Badu dan Edo : “ setujuuuuu”

Kemudian Bu Guru datang dan menyapa semua murid di kelas

Bu Guru : “ Selamat pagi anak-anak”

Murid : “Pagi bu”

Bu Guru : “ sebelum kita mulai belajar, apakah ada hal yang ingin ditanyakan dari sebelumnya?”

Edo : “ ibu, aku mau bertanya. Tetapi bukan mengenai materi sebelumnya”

Bu Guru : “ oh tentu boleh dong, ada apa edo?”

Edo : “ seperti pertanyaan bapak kepala sekolah tadi bu. Kenapa sih sila keempat dilambangkan
dengan kepala banteng? Menurut Badu, karena banteng itu seram tapi kalau alasannya seram
mengapa tidak harimau saja yang lebih seram?”

Bu Guru : “ Baik, pertanyaan yang cukup bagus. Anak-anak tahu tidak? Sila keempat dilambangkan
dengan kepala banteng, karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul. Seperti
halnya musyawarah, orang-orang akan berdiskusi dan berkumpul untuk memutuskan sesuatu.
Banteng juga suka berkumpul dan jiwa sosial yang tinggi, ia menjadi salah satu kawanan
hewan yang kuat. Hal ini juga bisa berlaku untuk menggambarkan kita sebagai masyarakat
Indonesia. Semakin rakyatnya berkumpul, bersatu, dan bermusyawarah maka Indonesia akan
dapat mewujudkan cita-citanya. Karena itu, tidak heran jika banteng menjadi pilihan yang
tepat untuk melambangkan sila keempat pancasila kita. Jadi bukan karena banteng terlihat
seram ya. Nah, lalu ibu mau bertanya nih. Siapa yang tahu contoh penerapan dari sila keempat
pancasila dalam kehidupan sehari-hari?”

Beni : “Saya bu, contohnya yaitu saling menghargai pendapat”

Badu : “ Menerima kritik mungkin bu”

Edo : “Mengutamakan musyawarah, buuu”

Bu Guru : “ ya, betul semuanya. Jadi kita sebagai warga negara yang baik dalam melakukan segala hal,
harus tetap memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila!. Contohnya
seperti saling menghargai pendapat, menerima kritik, mengutamakan musyawarah dan lain
sebagainya. Paham semuannya?”

Murid : “ Paham buuu”

Bu Guru : “oke kalau sudah paham selanjutnya kita mulai saja pembelajaran”.

Setelah berdiskusi mengenai makna lambang sila keempat pancasila, Bu Guru dan Semua Murid
melanjutkan pembelajaran mereka.

B. Indonesia

Hari kamis kemarin, saat jam istirahat sekolah udin dan danu berjalan menuju kelas dengan membawa
sekantong kue sus kering, kemudian melihat dina duduk termenung di depan kelas dengan wajah yang
pucat. Seketika udin memberhentikan langkahnya.

Udin : “ Danu, tolong berhenti sebentar! “

Danu : “ada apa din, aku sudah lapar sekali”

Udin : “ lihat, sepertinya Dina sedang mengalami masalah, dia melamun dan wajahnya terlihat pucat, ayo
kita hampiri dia!”

Danu : “ah sudahlah biarkan saja, dia kan bukan teman kelas kita.”
Udin : “kamu tidak boleh seperti itu, walaupun dia bukan teman kelas kita, kita harus tetap
menolongnya!”

Danu : “hmmm, baiklah!.”

Udin : “ yasudah, ayo kita hampiri Dina sebentar dan mengajaknya ke kantin.”

Danu : “baiklah”

Udin dan Danu pun menghampiri Dina dan bertanya kepadanya mengapa duduk melamun dan terlihat
pucat

Udin : “ hai Dina. Mengapa kamu hanya melamun saja di depan kelas? Lalu, wajahmu juga terlihat
pucat”

Dina : “ hai Udin, Danu. Iya, tadi pagi aku tidak sempat sarapan di rumah dan aku lupa membawa bekal
sekolah dan uang saku. Sekarang aku merasa sedikit pusing”

Udin :”oh seperti itu”

Lalu Udin berbisik kepada Danu dan mengajaknya untuk membantu Dina

Udin : “nu, bagaimana jika kita beri sedikit kue ini kepada Dina. Kasihan sekali dia, karena kue ini juga
jumlahnya cukup banyak nu, bagaimana?”

Danu : “ iya, aku juga setuju din. Kasihan sekali Dina”

Lalu Udin dan Danu memberikan sedikit kue itu kepada Dina

Udin : “ Dina,aku dan danu punya kue sus kering, apakah kamu mau untuk sekadar mengganjal perut?”

Dina : “ tidak deh terimakasih, itu untuk kalian saja. Aku tidak ingin merepotkan kalian”

Danu : “ jangan seperti itu Dina! bagaimanapun kamu tetaplah teman kami. Kami tidak ingin melihatmu
sakit”

Dina : “ baiklah, terimakasih Danu, Udin”

Dan akhirnya mereka pun memakan kue tersebut bersama-sama.

Penerapann sila ke lima : membantu teman yang sedang mengalami kesusahan di sekolah

Kalimat ajakan :
 “lihat, sepertinya Dina sedang mengalami masalah, dia melamun dan wajahnya terlihat pucat, ayo
kita hampiri dia!”
 “yasudah, ayo kita hampiri Dina sebentar dan mengajaknya ke kantin”
 “nu, bagaimana jika kita beri sedikit kue ini kepada Dina. Kasihan sekali dia, karena kue ini juga
jumlahnya cukup banyak nu, bagaimana?”

Kalimat perintah:

 “ Danu, tolong berhenti sebentar! “


 “kamu tidak boleh seperti itu, walaupun dia bukan teman kelas kita, kita harus tetap
menolongnya!”
 “ jangan seperti itu Dina! bagaimanapun kamu tetaplah teman kami. Kami tidak ingin melihatmu
sakit”

Matematika
Dari teks dialog tersebut, kemudian Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan
1. Jika pada sekantong kue sus yang dibawa Udin itu sebanyak 168 kemudian kue yang
diberikan kepada Dina sebanyak 36 kue. Berapakah sisa kue sus yang dimiliki Udin?
2. Jika sisa kue yang dimiliki Udin sebanyak 150. Kemudian udin ingin memberikan kue nya
kepada danu sebanyak 75 kue. Berapakah sisa kue yang dibawa Udin sekarang?

Anda mungkin juga menyukai