Anda di halaman 1dari 5

Judul: 

Teman Seminggu

Tema: Sekolah, persahabatan, dampak kenakalan remaja

Tokoh: Nadya, Elvira, Agus Bu Novi

Sinopsis:

Nadya adalah siswi pindahan dari SMA lain yang pindah ke SMAN 1 Bengkulu selatan. Nadya
pindah dari sekolah lamanya karena tidak nyaman dengan kelakuan siswa-siswi di sekolah
lamanya tersebut, yang mana Nadya adalah seorang pengidap Penyakit yang langkah yang mana
membuatnya kehilangan ingatan dengan selang waktu seminggu, alhasil dia pun sering dibully
oleh siswa siswi di sekolahnya itu. Nadya sebetulnya ingin homeschooling saja, dikarenakan
juga dirinya hanya bisa mengingat anggota keluarganya saja setelah seminggu itu. Namun, orang
tuanya tidak mengizinkannya, karena ayahnya Nadya percaya bahwa Nadya bisa mendapatkan
kesempatan sekali lagi untuk dapat bersekolah sambil mendapatkan sahabat yang dapat menjaga
serta mengerti dengan keadaannya dengan baik kedepannya di lingkungan sekitarnya. Nadya pun
akhirnya memutuskan untuk mengikuti keinginan ayahya itu. Karena trauma, Nadya pun
menjadi siswi yang tertutup di sekolah barunya. Namun, kehadiran Elvira, Agus dan Bu Novi
serta teman-teman kelas barunyalah yang telah merubah diri Nadya.

Dialog:

Suatu hari di kelas XI IPS 1 SMAN 1 Bengkulu selatan, Bu Novi yang merupakan wali kelas
dari kelas XI IPS memperkenalkan kepada murid-muridnya seorang siswi baru bernama Nadya.

Bu Novi: “Anak-anak, hari ini Ibu akan memperkenalkan siswi baru pindahan dari SMAN lain.
Ayo, Nadya, perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu.”

Nadya (dengan nada datar serta sedikit gugup): “Hai semua, nama saya Nadya. Saya pindahan
dari SMAN lain. terima kasih.”

(murid-murid lain tidak bereaksi apapun, selain menatap heran Nadya yang memperkenalkan
dirinya dengan nada suara yang datar dan gugup)

Bu Novi: “Terima kasih, Nadya. Oke, mulai hari ini dan seterusnya, Nadya akan menjadi bagian
dari kelas kita. Ibu mohon kepada kalian supaya kalian memperlakukan Nadya dengan baik.
Mengerti?”

Murid-murid: “Iya, Bu Guru.”

Bu Novi: ” Nah, Nadya, ayo silakan duduk. Kamu duduk di sebelah Elvira ya (sambil menunjuk
bangku Elvira yag ada di sebelah kanan Bu Novi)”

Nadya: “Iya, Bu.”


(Nadya pun duduk di bangku yang dimaksud Bu Novi tersebut)

Elvira: “Hai, Nadya, namaku Elvira.”

Nadya: “Iya, aku tahu. Kan tadi Bu Novi sudah bilang. ” (berbicara dalam hati: Ih, sok ramah
sekali anak ini. Nanti juga ujung-ujungnya dia bakal mejahili dan menggosipi aku seperti sisw-
siswi lain di sekolahku yang dulu)

Elvira: Huh, kenapa sih perempuan ini? Diajak kenalan malah ketus jawabannya.

Nadya, Elvira, dan mrid-murid lainnya pun kemudian belajar seperti biasa. Singkat cerita, bel
pulang pun berbunyi. Itu artinya, pelajaran pun telah usai, dan murid-murid pun dipersilakan
untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat bel pulang tersebut berbunyi, Elvira pun mengajak
Nadya untuk pulang bersama.

Elvira: “Nad, rumah kamu dimana? Kita pulang bareng, yuk.”

Nadya: “Kamu nggak usah tahu di mana rumahku. Lagian, aku bisa pulang sendiri.”

Nadya pun kemudian bergegas pergi dari hadapan Elvira.

Elvira: Huh, menyebalkan sekali anak itu. Apa dia aku gampar saja ya, supaya dia tidak begitu
padaku? Ah, nggak usahlah! Nanti ujung-ujungnya ada masalah! Mending aku ceritakan saja
kelakuannya pada Bu Novi, sekaligus aku tanya beliau soal kelakuannya itu. Kali aja Bu Novi
tahu dari orang tua Nadya soal kelakuan anaknya tersebut.

Elvira pun lalu bergegas ke ruang guru untuk mencari Bu Novi.

Di ruang guru

Elvira: “Assalamualaikum.”

Bu Novi: “Waalaikumsalam. Eh, Elvira. Ada apa datang ke sini?”

Elvira: “Eh, Ibu, kebetulan Ibu di sini. Begini Bu, saya ingin cerita soal perlakuan Nadya ke
saya.”

Bu Novi: “Loh, memangnya apa yang Nadya lakukan ke kamu sampai kamu mengadu ke Ibu?”

Elvira pun menceritakan semua perlakuan Nadya tersebut kepada Bu Novi.

Bu Novi: “Oh, jadi begitu. Kebetulan, sebelum Nadya Ibu perkenalkan ke kelas, Ibu sempat
berbincang sebentar dengan orang tuanya. Kata orang tuanya, Nadya itu pindah ke sini karena di
sekolah sebelumnya dia sering diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya. Oleh karena itu,
dia jadi tertutup dan trauma atas kejadian tersebut. Tadinya Nadya ingin di-himeschooling-kan
leh orang tuanya. Tapi, orang tuanya tidak mau karena mereka percaya bahwa Nadya bisa
mendapat teman baru dan bisa berbaur dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, saran Ibu buat
kamu, kamu jangan marah atau benci sama Nadya. Tapi, kamu justru harus membuat Nadya
nyaman di sekolah kita. OK?”

Elvira: “Oke, Bu.”

Keesokan harinya di kelas pada waktu istirahat.

Elvira: “Nad, aku mau bicara sesuatu sama kamu. Bolah kan?”

Nadya: “Kamu mau bicara apa?”

Elvira: “Nad, maaf kalau aku lancang. Nad, aku tahu dari Bu Novi soal alasan kamu pindah ke
sekolah ini. Aku tahu bahwa apa yang kamu alami di sekolah bikin kamu jadi waspada dan
enggan bergaul sama aku dan yang lain. Tapi Nad, murid-murid di sini tidak sama seperti di
sekolah kamu dulu. Insya Allah aku dan teman-teman lainnya tidak akan melakukan apa yang
dilakukan oleh murid-murid di sekolah kamu yang dulu. Aku tahu mungkin kamu nggak bakal
langsung terbuka sama kami. Tapi, kalau kamu ada apa-apa, Insya Allah kami akan bantu kamu
sebisa kami.”

Nadya: Ih kamu gak usah sok akrab seperti itu ya, urus saja urusanmu sendiri, toh yang punya
masalah kan aku juga.

(Nadya lalu berlari keluar dari kelas menuju kearah kelas atas yang tidak terpakai)

Elvira: (Terheran-heran) “kenapa dia gak mau ya, padahal kan niatku dari awal tadi kan sudah
baik ingin mengajaknya berteman dan juga sudah menjelaskan kronologis kejadiannya bukan”

(hari pun berlalu dengan Nadya yang hanya menangis menyesalkan perkataannya kepada Elvira
dikelas kosong yang dia datangi dari tadi)

Nadya: (sambal menangis tersendu) “huhuhuuuuu…. Maafkan aku Elvira… kalau bukan karna
penyakitku ini pasti sudah kupeluk kamu tadi… huhuhuhuhuuuuu….

(datanglah Agus, yang sudah biasa bolos dikelas kosong ini. seorang anak berandalan yang
kebetulan sekelas juga dengan Nadya)

Agus: hu, bodoh amat ah dengan nilai peajaran dikelas sih, yang ngebosenin (dia menggerutu
sambil membuka pintu kelas kosong tersebut sambil membawa handphone)

Nadya: huhuhuhuhuhuuuu…. Huhuhuhuhuhuhuhuuuuu….

Agus: (berbicara dalam hati: aduh bahaya ini, dapat juga karmanya aku sering bolos disini, kan
jadinya nimbul juga penghuninya)
(Agus yang masih dibarengi dengan rasa takut akan suara tangisan tadi perlahan mulai mendekat
kearah balik meja belakang yang menjadi sumber suara)

Agus: (berbicara dalam hati dengan sedikit terkejut: ih gimana nih ada cewek, aduh terus kenapa
pula dia menangis disini, bikin repot orang mau bolos saja) Hei, kamu kenapa kok nangis
ditempat seperti ini ha?

Nadya: (terkejut dan akhirnya berlari keluar)

Agus: apa? Nadya? Si anak baru itu? Buat apa dia disini?

(namun belum sempat Agus menggumamkan apa yang terjadi barusan, Nadya pun masuk
kembali)

Nadya: aku boleh nanya gak?

Agus: hei jelasin dulu kenapa kamu tadi mangkal disini, padahal kamu kan anak yang baru
pindah kemarin kan?

Nadya: iya namaku Nadya, kamu pasti sudah tahu kan namaku, toh kita sekelas juga kok

Agus: emangnya apa alasan kamu menangis disini sendirian tadi?

Nadya: sebenarnya aku tadi berselisih sedikit dengan Elvira

Agus: iya aku juga lihat tadi, soalnya aku kan duduk di depan bangkumu

Nadya: nah aku ini sebenarnya pindah kesekolah ini dikarenakan disekolah lamaku aku sering
dibully karna penyakitku ini

Agus: penyakit? Penyakit apa? Kamu kelihatan sehat-sehat aja kok

Nadya: penyakitku ini tergolong penyakit langka dikarnakan aku akan kehilangan ingatan setelah
seminggu bertemu orang-orang kecuali keluargaku dan juga pelajaran disekolah, termasuk juga
kamu, Elvira dan bahkan teman-teman yang lain dikelas akan aku lupakan.

Agus: betulan nih? Aku sebenarnya nggak begitu percaya dengan omonganmu, tapi kalau kulihat
tampang dan juga gaya bicaramu sepertinya ini nyata, sepertinya kupunya solusi atas masalahmu
ini tadi nad

Nadya: percaya atau tidak itu terserah kamu gus, tapi cara apa yang kamu punya?

Agus: mudah saja, kan kalau ada yang dilupakan tinggal diingatkan saja

Nadya: iya mudah kamu bicara seperti itu, tapi gimana?


Agus: coba kamu buat Buku harian, lalu setelah seminggu berlalu tinggal kamu baca saja buku
buku harianmu itu

Nadya: cemerlang juga idemu gus, terus gimana nih caraku agar bisa berbaikan lagi dengan
Elvira serta yang lainnya gus?

Agus: itu masalah gampang, aku kan ketua kelas, jadi tinggal kamu katakana saja terus terang,
oh ya dan satu lagi, ingatkan juga orang tuamu untuk sebisa mungkin mengingatkanmu tentang
buku harian itu dan juga teman-temanmu disekolah

Nadya: iya yah, kenapa nggak dari dulu aja ya aku membuat Buku harian

Agus: baguslah kalau kamu sadar…

( belum sempat mengobrol panjang, datanglah guru BK yang sedang mencari agus yang ternyata
dikejar-kejar oleh guru BK)

Bagaimana kelanjutannya? Tunggu di episode selanjutnya

*tl episode selanjutnya akan kita luncurkan pada saat kami sudah kelas 12 nanti

Anda mungkin juga menyukai