Pada suatu hari, dua orang sahabat yang mendapat julukan “ Si gendut “ dan “ Si banci “ pergi sekolah
Seperti biasa. Mereka sudah sangat sering di panggil seperti itu. Mereka mendapat julukan tersebut
karena fisiknya yang diberi oleh teman sekelasnya. Ketika memasuki kelas, mereka di ejek oleh salah
satu teman sekelasnya.
Suara tawa itu berhasil membuat dua sahabat ini sakit hati. Bagaimana tidak sakit hati, ketika fisik
berubah menjadi candaan yang menurut mereka itu lucu. Dua sahabat ini memilih diam dan tidak
menggubris perkataan teman kelasnya itu.
Bel masuk berbunyi dan mereka belajar seperti biasa. Jam istirahat pun tiba. Ketika hendak berdiri dari
tempat duduknya, tiba – tiba Decha dan Elina menghampiri dua sahabat itu.
Decha : “ Eh gendut, beliin kita makanan dong. Laper nih “ . Ucap Decha
Dua sahabat itu hanya diam dan mengangguk menuruti keinginan Decha dan Elina. Mereka berdua pun
berjalan ke kantin. Sesampainya di kantin, mereka melihat stand nenek yang ternyata sangat ramai.
Naura : “ Duh iya, rame banget. Tapi nanti klo gak di sini mereka marah, gimana dong “. Tanya Naura
Hari : “ Gapapa deh, tempat lain aja. Nanti gak keburu makan “.
Setelah mencicipi sedikit makanan yang telah di beli tadi, Elina berkata
Hari : “ I – iya, ini bukan di sana. Tadi rame banget makanya gak di sana “ . Bela Hari
Decha : “ Halah, banyak alasan. Gak becus banget sih Cuma di suruh beli ginian ! “.
Lalu Elina dan Decha melempar makanan yang telah di beli tadi ke Naura dan Hari, yang membuat
keduanya kaget sekaligus takut.
Decha : “ Makan tuh, makanya kalo di suruh tuh yang bener “. Decha pun mendorong Naura hingga
terjatuh.
Lalu Decha dan Elina pun pergi meninggalkan Naura dan Hari. Namun, ketika hendak pergi Elina
terpeleset makanan yang di lemparnya tadi yang membuat Naura dan Hari tertawa. Sadar di tertawai,
Elina marah kepada mereka.
Sontak membuat keduanya terdiam. Kemudian, Decha membantu Elina berdiri dan langsung pergi
begitu saja.
Bel masuk pun berbunyi dan mereka belajar kembali. Singkat cerita, bel pulang berbunyi dan mereka
pun keluar kelas. Namun ketika Naura dan Hari hendak keluar kelas, mereka di hadang oleh Decha dan
Elina. Decha dan Elina pun lalu menarik keduanya kebelakang kelasnya. Tanpa di duga, Decha
melayangkan tamparannya kepada Naura dan diikuti oleh Elina yang menampar Hari dan memukul
keduanya menggunakan tangan. Naura dan Hari pun hanya bisa diam dan pasrah karena takut akan
keduanya. Sudah merasa puas, Elina pun mengajak Decha untuk menyudahi kelakuannya dan pulang.
Elina : “ Eh cha, udah yuk kita pulang aja. Udah capek nih “ .
Akhirnya Decha dan Elina pun pergi meninggalkan Naura dan Hari. Dua sahabat itu hanya bisa diam dan
merintih kesakitan, lalu keduanya juga pulang ke rumah.
Keesokan hari nya, Decha dan Elina merasa puas akan tindakan mereka kemarin. Dan tanpa mereka
sadari,orang tua Hari dan Naura mengadu ke guru nya karena tidak tahan melihat anak nya yang setiap
pulang sekolah membawa luka yang berbeda di tubuhnya. Ketika bel masuk berbunyi dan guru pun
masuk ke kelas nya lalu memanggil Decha dan Elina.
Decha dan Elina pun bertanya – tanya mengapa mereka di panggil oleh guru nya tersebut, kemudian
mereka mengikuti arahan dari gurunya. Sesampainya di ruangan guru nya, mereka berdua duduk
menghadap guru nya dan bertanya mengapa mereka di panggil ke sana.
Elina : “ Ada apa pak, bapak manggil kita ke sini ? “ . Tanya Elina
Pak guru : “ Saya memanggil kalian ke sini karena saya mendapat laporan bahwa kalian telah membully
teman sekelas kalian, apa benar begitu ? “ . Tanya pak guru kepada mereka
Pertanyaan pak guru tersebut sontak membuat mereka kaget dan terdiam. Akhirnya Decha membuka
suara dengan membela diri
Decha : “ Gak kok pak, kita gak pernah ngebully teman sekelas “ . Bela Decha
Pak guru : “ Kalian jangan berbohong. Saya mendapat laporan ini dari salah satu orang tua teman kalian
yang menjadi korban pembullyan kalian “ .
Pak guru : “ Kenapa kalian diam, berarti laporan ini benar kan ? “ .Tanya pak guru
Pak guru : “ Kalian itu teman sekelas, seharusnya saling menjaga bukan saling menyakiti dan
membahayakan satu sama lain. Decha, Elina, apakah kalian tahu perbuatan kalian ini berdampak buruk
bagi mental mereka berdua? Bagaimana fisik mereka itu bukan hak kalian untuk mencaci dan mengina
nya, itu bukan urusan kalian. Kalian di ciptakan oleh ALLAH yang Maha Esa dalam bentuk yang sebaik –
baiknya. Apa kalian mengerti ? “ .
“ Mengerti pak, maafkan kami berdua pak “ . Jawab Decha dan Elina serentak
Pak guru : “ kalian tidak perlu meminta maaf kepada saya, kalian harus meminta maaf kepada Naura dan
Hari.
Ketika mereka kembali ke kelas bersama pak guru, mereka tidak menemukan Naura dan Hari di kelas
dan tidak ada satu pun yang mengetahui dimana Naura dan Hari berada.
Singkat cerita
Ketika pulang sekolah, pak guru berinisiatif pergi ke rumah Naura dan Hari bersama Decha dan Elina
untuk meminta maaf. Namun, sesampainya di rumah Naura. Pak guru, Decha dan Elina terkejut karena
mengetahui bahwa Naura tidak mau dan takut bertemu siapapun . Ia mengalami depresi dan gangguan
mental akibat menjadi korban bullying. Dan ketika mereka sampai di rumah Hari, mereka mendapati
bahwa Hari bunuh diri akibat tidak tahan akan tindakan dan perkataan orang – orang sekitarnya yang
terus membully nya.
Decha dan Elina merasa menyesal dan menyadari bahwa tindakan mereka sudah di luar batas dan
sangat keterlaluan. Akhirnya, Mereka di hantui rasa bersalah karena tidak dapat meminta maaf kepada
Naura dan Hari.
Penyesalan sudah tidak berarti lagi ketika mendapati bahwa korban yang kalian bully sudah tidak
bernyawa. Apakah sepadan, jika tawa di balas dengan nyawa ? tentu tidak. Maka dari itu kita sebagai
generasi penerus bangsa harusnya sadar akan tindakan bullying yang sudah marak terjadi.
MARI KITA CEGAH PERUNDUNGAN DAN BULLYING YANG SUDAH MARAK TERJADI DI LINGKUNGAN
REMAJA SAAT INI