Agoraphobia
Pemain
PROLOG
ADEGAN 1
Panggung gelap berangsur terang musik mengalun lirih. Lagu Balada terdengar
menyayat.
ALEA: Perkenalkan, namaku Alea Renata Putri. Orang yang mengenalku,
biasa memanggil diriku dengan sebutan Lea. Aku lahir dan tinggal di Kota Semarang,
persisnya di Perumahan Petompon, Semarang, Jawa Tengah. Aku tinggal
bersama Bunda dan kedua kakak ku yang bernama Dhimas serta Daniel. Sejak
kecil, aku tidak memiliki teman walau seorang pun. Aku terlalu takut. Takut
untuk berhadapan dengan dunia luar. Dahulu ayah mengatakan bahwa aku
menderita gangguan cemas yang menyebabkanku merasa panik jika berada
dalam keramaian. Dunia medis menyebutnya dengan kata Agoraphobia.
Bukannya menjawab, Bunda malah meneliti diri Alea. Setelah itu, mata Bunda
seperti mencari sesuatu.
Bunda memotong perkataan Alea di saat satu kalimat belum selesai terucap.
ALEA: Bunda mengapa?
Lea takut membuat perasaan Bunda semakin kecewa. Mata sendu Bunda menatap
kembali, gelengannya dibuat tegas.
ALEA: Iya, Bunda.
Setelah Bunda keluar, Alea tertunduk. Ia merasa sangat bersalah karena membuat
Bunda kecewa.
ADEGAN 2
DHIMAS & DANIEL: Ya Bunda.
BUNDA: Bagaimana lukamu Daniel?
DANIEL: Ya Bunda.
Dhimas tersenyum kecil, sementara Daniel tetap memasang wajah datar. Detik
berikutnya, Daniel berlalu ke dalam rumah. Sembari menepuk pundak Lea,
Dhimas mengajak masuk rumah. Lea yang penasaran menarik lengan Dhimas.
Lea diam. Kata Dhimas sedikit terkekeh. Lea hanya membisu. Takut jika
jawabannya akan membuat orang lain kecewa lagi.
Tanya Dhimas lagi untuk memastikan. Lea diam tak menjawab. Ia Cuma
memandang sekilas ke arah Dhimas lalu masuk ke dalam kamar. Dhimas
memandang dengan tatapan sedih. Di kamar Lea menumpahkan kesedihannya.
Tiba-tiba HP Dhimas berbunyi.
DHIMAS: Ya, ada apa Nia? Ujung gang? Ok. Aku segera ke sana. Tunggu
sebentar ya. Aku sudah siap kok. Nel, kakak berangkat dulu ya. Nia sudah
menunggu di ujung gang. Jangan Lupa jaga Alea.
ADEGAN 3
Panggung gelap berangsur terang musik mengalun lirih. Lagu Balada terdengar
menyayat. Sore hari. Daniel masuk membawa baskom air hangat. Kemudian ia
menuju kotak obat mencari perban untuk mengganti perbannya yang sudah lusuh.
Lea menonton televisi sambil merapikan tumpukan baju di keranjang.
DANIEL: Lea!
ALEA: Iya, Kak?
DANIEL: Mau kamu itu apa sih, Le? Mengapa kamu tidak pernah mau melawan rasa
takut kamu sama dunia luar? Mengapa???
DANIEL: Oh, jadi kamu juga tidak mau punya fobia itu? Namun yang Kakak
lihat, kamu nyaman-nyaman saja tuh sama fobiamu. Tidak ada rasa
mau naklukkan sama sekali.
Lea terdiam, enggan menjawab perkataan Daniel. Raut wajah Daniel tetap
memancarkan sebuah kemarahan. Tangannya bersedekap dan mata itu tetap fokus
menatap Lea.
Tanya Daniel dengan intonasi yang sedikit naik. Lea Diam. Tak ingin
menanggapinya.
ALEA: Kak …
Daniel terdiam.
DANIEL: Yakin?
ALEA: Iya.
ALEA: Iya, Kak!
ADEGAN 4
Panggung gelap berangsur terang musik mengalun lirih. Lagu balada terdengar
menyayat.Sore hari. Bunda masuk bersama Dhimas. Dhimas lantas duduk di
kursi sementara Bunda meletakkan barang bawaannya di kamar. Bunda keluar
dengan membawa dua gelas kopi kesukaan anak- anaknya.
BUNDA & DHIMAS: Apa?
DHIMAS: Kamu gila ya, Nel? Kamu tahu ‘kan Alea itu seperti apa? Kamu
sudah nggak waras ya? Bisa-bisanya melakukan semua ini kepada Lea!
ADEGAN 5
EPILOG
Lampu Padam.