Anda di halaman 1dari 7

PENYESALAN

Nayla Kheyzha Nugraini


Cuaca mendung dengan rintik-rintik air yang menghujam ke bumi seperti
menggambarkan hari yang selalu Diana jalani. Tahun demi tahun ia selalu berdoa
agar tidak di pertemukan lagi dengan Dekara. Namun, sayangnya dua tahun
belakangan mereka selalu mendapatkan kelas yang sama. Pertemanan mereka yang
dulu bagai dua insan yang tidak bisa terpisahkan kini hancur. Semangat pagi untuk
berangkat sekolah kini berubah menjadi muram.

Dua tahun yang lalu, Diana dan Dekara selalu bersama mulai dari berangkat
ke sekolah, jajan di kantin, ngobrol saat jam pelajaran berlangsung hingga di tegur
oleh guru, pulang sekolah chattingan sampai lupa waktu hingga di marahi orang
tua, nonton bareng ketika ada film Marvel yang sedang tayang di bioskop. Inilah
yang bisa menggambarkan pertemanan mereka saat itu.
Sebelum pertengkaran itu terjadi Diana Obelia Maheswari cenderung
periang dengan sifatnya yang polos, lembut, rasional dan penyayang. Diana saat ini
mempunyai teman yang bernama Aileen. Aileen sosok teman yang baik ia selalu
menemani dan mendengarkan Diana. Meski begitu Diana bukanlah satu-satunya
teman yang dekat dengan Aileen ia hanya salah satunya, dan bagi Diana Aileen lah
satu-satunya teman yang ia miliki. Aileen tentu tahu akan pertemanan Diana dan
Dekara yang hancur dua tahun lalu. Tetapi, ia tidak tahu secara jelas apa alasan
pertemanan mereka hancur. Karena, saat Aileen menanyakan alasan tersebut Diana
selalu menghindar dan mengalihkan topik. Saat ini mereka berada di akhir Sekolah
Menengah Pertama. Aileen yang selalu melihat temannya muram berinisiatif untuk
mempersatukan kembali Diana dan Dekara.
Di sekolah, bel istirahat berbunyi. Aileen menghampiri temannya.
“Hey!” teriak Aileen dengan keras sambil memukul pelan lengan tangan
milik Diana yang sedang melamun.
Diana yang kaget karena ulah temannya itu, berlari di koridor untuk
mengejar Aileen yang lari ke arah kantin setelah mengagetkannya. Sesampainya,
di kantin Diana dan Aileen jajan barsama dan duduk di bawah pohon rindang milik
sekolahnya dengan kursi panjang yang muat untuk sekitar lima orang.
Aileen memberanikan diri bertanya pada Diana untuk kesekian kalinya
alasan mengapa ia dengan Dekara bertengkar hingga sekarang. Berharap akan di
jawab karena ia butuh alasan tersebut untuk bisa mempersatukan mereka kembali.
Tidak seperti biasanya, Diana menceritakan apa yang terjadi dua tahun yang lalu.
***
19 Agustus 2017
Matahari bersinar terang bagaikan semangat para siswa-siswi untuk
berangkat ke Sekolah setelah libur kenaikan kelas. Diana yang baru saja menaiki
bangku sekolah menengah pertama sangat bersemangat dan rindu untuk berangkat
ke Sekolah.
Sampainya, di Sekolah Diana cukup gugup karena ia menyadari bahwa
belum mempunyai teman. Ia ingin mengajak orang di sebelahnya berkenalan
namun, dari paras orang tersebut sedikit malas, tidak tertarik berbaur, dan
wajahnya yang jutek. Di jam pertama pertemuan murid dengan wali kelas, wali
kelas meminta masing-masing siswa dan siswi untuk memperkenalkan diri.
Satu per satu mulai memperkenalkan dirinya masing-masing sesuai dengan
urutan tempat duduk. Dan setelah beberapa murid memperkenalkan diri giliran
Diana pun tiba.
“Perkenalkan, nama saya Diana Obelia Maheswari biasa di panggil Diana,
pindahan dari Jakarta.” kata Diana dengan sedikit gugup.
Selanjutnya adalah orang yang duduk di sebelah Diana.
“ Perkenalkan, nama saya Dekara Vega Sifabella, pindahan dari Jakarta
juga.” Kata Dekara dengan nada sedikit malasnya.
Diana yang mendengar sontak terkejut karena sosok perempuan di
sebelahnya pindahin dari Jakarta juga, saat ini Diana berada di kota Cilegon karena
mengikuti pekerjaan ayahnya.
Dua hari kemudian, mereka mulai belajar dan mendapat tugas yang
berpasangan. Guru yang memilihkan anggotanya. Setelah, beberapa siswa-siswi di
sebut nama Diana pun akhirnya di panggil.
“Diana dengan Dekara ya.” kata Bu Guru dengan lantang.
Diana yang mendengar terkejut karena ia berpasangan dengan sosok yang cukup
mengerikan karena ia mempunyai parah jutek dan sepertinya pemalas yang hanya
menumpang nama. Setelah itu mereka duduk berhadapan dan mengerjakan tugas
sesuai dengan instruksi dari Bu Guru. Tanpa di sangka sosok Dekara yang Diana
fikir jutek dan malas itu, Ternyata ia asik dan bisa di andalkan untuk mengerjakan
tugas Bersama.
Setelah itu, Bel istirahat berbunyi. Dekara mengajaknya untuk ke Kantin
bersama dan jajan bareng, Lalu, mereka duduk sambil bercerita tentang keseharian
mereka setelah usai Sekolah. Di saat asik-asik bercerita Dekara memberitahu
Diana sesuatu.
“Diana tau ga? Aku bisa mengendarai motor loh!” ujar Dekara.
“Hah! Bukannya motor boleh di kendarai orang ketika genap umur tujuh
belas tahun ya? Tanya Diana pada Dekara dengan ekspresi bingung.
“Iya, tapi aku sudah bisa karena di ajari sama ayahku.” Jawab Dekara.
“Keren, tapi hati-hati ya takut mencelakai orang lain.” Ujar Diana dengan
khawair.
“Iya, tenang saja. Kapan-kapan aku akan ajari kamu membawa motor.” Ujar
Dekara.
Selanjutnya, Diana hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih di sisi lain
dalam hatinya ia sangat khawatir dan takut terjadi sesuatu karena membawa motor
di usia yang belum seharusnya itu dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Setelah kemarin mereka berbincang, mereka semakin dekat dan Dekara tadi
pagi menawari Diana untuk berangkat ke Sekolah bersama karena rumah mereka
yang ternyata dekat hanya terhalang oleh dua rumah dan beberapa pepohonan di
sebelah kanan rumah Diana. Mereka di Sekolah juga mulai suka ke Kantin
bersama, bercerita tentang layaknya anak ABG (Anak Baru Gede) yaitu seorang
cowok yang beberapa hari ini mengganggu fikiran Diana, Dekara yang sebelum
berangkat Sekolah di omeli ibunya karena susah di bangunkan dan banyak lagi.
Semakin hari mereka semakin dekat. Sampai akhirnya hari yang membuat
pertemanan mereka berakhir.
Di malam hari, Dekara mengirimkan pesan pada Diana bahwa ia akan keluar
membawa motor untuk mengisi bensinnya yang habis.
Dekara
Din, nanti lagi ya aku mau bawa motor dulu nih isi bensin
Diana
Oke, hati-hati

Di sisi lain, Diana memutuskan untuk makan malam karena perutnya yang
sudah mulai keroncongan. Lalu, ibu Diana sebelumnya memberitahu Diana bahwa
ia akan keluar membeli bahan makanan yang sudah mulai habis untuk bekal Diana
esok hari. Setelah makan ia membuka handphone miliknya dan sangat terkejut
karena ia menerima pesan dari Dekara bahwa ia menabrak seorang ibu-ibu. Diana
langsung menanyakan keberadaan Dekara dan segera bergegas menuju lokasi yang
di beritahu oleh Dekara yang kebetulan tempatnya tidak jauh dari rumahnya.
Sesampainya di lokasi Diana semakin terkejut karena ia melihat sosok ibu-
ibu yang diberitahu oleh Dekara melalui pesan itu adalah ibunya. Ibunya yang
terdampar di tengah jalan dengan sayuran dan bumbu-bumbu masakan yang
tadinya untuk bekal Sekolah ia esok hari bertebaran kesana-kemari. Orang-orang
bergerombolan mulai mengelilinginya dan menelfon Ambulance untuk membawa
ibu Diana ke Rumah Sakit. Sesaat bagi Diana waktu berhenti. Ia sangat murka
karena sosok ibu yang selalu bersamanya kini terdampar di tengah jalan dengan
keadaan tidak sadar. Ia bangkit dari duduknya untuk melihat ibunya. Lalu,
berhadapan pada Dekara yang kini mengalami shock dan rasa ketakutan yang
mendalam. Diana mendorong tubuh Dekara mencabik-cabiknya karena ia takut
kehilangan sosok ibu. Dekara hanya diam ia hanya bisa menyalahkan dirinya
sendiri karena tidak hati-hati dan menyadari bahwa ia baru saja menabrak seorang
ibu dari sahabatnya.
Setelah itu, Ambulance datang ibu Diana di bawa ke Rumah Sakit terdekat.
Diana pun ikut ke Rumah Sakit. Lalu, ayah Diana sampai di Rumah Sakit dengan
keadaan mata yang sembab dan membawa rasa ketakutan yang terdapat dalam
dirinya. Diana memeluk Ayahnya. Dekara juga datang ke Rumah Sakit bersama
orang tuanya setelah di marahi habis-habisan. Ayah Diana berbicara pada orang
tua Dekara meninggalkan Diana dan Dekara berdua. Suasana hening dengan dua
rasa bercampur rasa kebencian dan rasa bersalah. Kemudian, orang tau mereka
kembali dan memberitahu bahwa mereka memutuskan untuk damai dan pihak
keluarga Dekara bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya Rumah Sakit Ibunya
Diana sampai pulih. Namun, tetap saja bagi Diana itu tidak cukup dan ia masih
murka atas perbuatan sahabatnya itu.
***
Diana
Udah sampe mana sih kok lama banget?
Diana
Sabar, macet nih kayaknya ada kondangan di depan
jadi cuma setengah doang jalannya
Diana
Yaudah cepet, aku tunggu.
Rencana Aileen untuk membuat Diana dan Dekara masih berlanjut hari ini ia
berencana untuk mempertemukan Diana dan Dekara di suatu Kafe. Sebenarnya
Aileen sudah sampai jauh dari Diana sampai di Kafe tersebut. Ia hanya berbohong
dan menunggu Dekara sampai di Kafe itu.
Sampainya Dekara, Diana sangat terkejut dengan keberadaan Dekara yang
mulai memasuki Kafe tersebut. Aileen yang melihat sontak langsung pura-pura
ikut masuk di belakangnya dan menghampiri Diana. Ia berpura-pura terkejut
dengan keberadaan Dekara disana.
“Loh Dekara? Kok bisa disini juga? Gabung sama kita yuk sebentar aja.”
Ujar Aileen dan membawa Dekara untuk duduk bersama.
“Kalian gak mau berdamai aja apa?” tanya Aileen membuka percakapan.
Tidak ada yang menjawab. Aileen membuka percakapan lagi.
“Saya tau ini masalah kalian berdua tapi saya gabisa terus-terusan melihat
pertengkaran ini apalagi sudah bertahun-tahun,”
“Saya juga tau masalah di antara kalian bukanlah masalah kecil tapi tidak
biasakah Diana kamu merelakan yang sudah terjadi? Ibumu di Rumah Sakit juga
sudah membaik.” Tanya Aileen.
Diana hanya terdiam ia sebenarnya ingin berdamai juga karena ia sangat kangen
dengan sosok sahabatnya dua tahun lalu ini. Dekara dari dulu ingin berdamai tapi
ia hanya tidak percaya diri karena siapa yang berani berbaikan dan meminta
berteman baik seperti dahulu setelah menabrak ibu sahabatnya. Diana membuka
suara.
“Aku sudah mengikhlaskan yang terjadi karena pada dasarnya setiap
manusia punya kesalahan, ibuku juga sudah membaik. Semoga kamu belajar dari
kesalahan yang telah kamu perbuat. Kita bisa seperti dulu lagi, Dekara.” Ujar
Diana.
“Terima kasih Diana, sekali lagi aku minta maaf atas kesalahan aku dua
tahun yang lalu, dan ayo kita buat lembaran baru di pertemanan kita kali ini dengan
mengisi hal-hal positif dan saling mengingatkan. Setelah kejadian dua tahun lalu
aku tidak pernah membawa motor lagi, aku akan membawanya saat umurku sudah
mencukupi.” Ucap Dekara.
Terkadang, sesuatu harus terjadi dahulu. Lalu, orang itu akan sadar letak
kesalahannya dimana. Mereka berpisah untuk saling mengintrospeksi diri masing-
masing dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Lalu, mereka bersatu kembali
dengan versi terbaiknya untuk saling melengkapi dan mengingatnya kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai