Anda di halaman 1dari 11

Menganalisis Struktur Film Denias

Kelompok 7

SMK NEGERI 2 SURAKARTA


XI RPL B

Anggota:

1. Arfiandi Wijatmiko /6
2. Fernandhar Doni /13
3. Shakila Zahra P /26
4. Utomo Dwi Saputro /29
SINOPSIS FILM Denias; Senandung Di Atas Awan

Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam menggapai cita-cita
dan impiannya. Usia anak itu adalah usia anak Sekolah Dasar. Kira-kira sembilan sampai dua
belas tahunan. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo. Tepatnya di daerah
Papua, Irian Jaya.
Nama anak itu adalah Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Meskipun
demikian, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Di daerahnya tida
ada lembaga sekolah secara resmi dan layak dijadikan sarana belajar dan pembelajaran.
Selama itu, ia dan anak-anak kampung yang lain bersekolah di sebuah Honai. Yaitu sebuah
bangunan rumah yang saat itu dijadikan tempat belajar darurat yang kondisinya sangat
memprihatinkan.

Denias merupakan seorang anak yang pandai, cekatan, berbakti kepada orang tua, serta
berobsesi tinggi. Di sekolah dan di lingkungan bermain, ia memiliki seorang teman yang
selalu mencuranginya dan berbuat tidak baik kepadanya. Dia adalah Noel. Suatu ketika, saat
di sekolah,mereka sempat berkelahi. Hal itu disebabkan oleh Noel yang bersikap curang dan
culas saat bermain.
Sebagai anak orang yang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak
perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang notabenenya
adalah anak seorang Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan
supranatural di kampungnya.

Pada mulannya Denias dan teman-temannya di Honai tersebut diajar oleh seorang guru yang
berasal dari Jawa. Ia terlihat cerdas dibanding dengan teman-temannya yang lain. Ia rajin
dalam bersekolah. Bersekolahnya Denias itu tidak cukup lama. Karena Istru guru tersebut
sakit keras di Jawa, ia akhirnya pulang ke Jawa. Honai itupun sekarang sepi. Sesepi hati
Denias. Tidak ada yang bersekolah lagi.

Denias bingung. Harus kemana lagi ia akan bersekolah. Ia kemudian menemui seorang
tentara RI yang bernama Pak Leo. Itu panggilan yang dilakukan oleh Denias kepada tentara
itu. Sebenarnya namanya bukan Pak Leo. Yang benar adalah Maleo. Yaitu suatu nama untuk
satu korps pasukan khusus TNI yang di tugaskan di kepulauan Irian Jaya. Pasukan itu terdiri
dari cukup banyak orang. Namun yang di tugaskan di daerah Denias hanya satu orang itu
saja. Denis kemudian mencurahkan isi hatinya yang merasa kalut sebab tidak dapat
bersekolah lagi. Mendengar keluhan tersebut, Pak Leo pun hatinya tersentuh. Ia kemudian
memutuskan diri untuk mengajar Denias dan teman-temannya di Honai itu.

Denias memang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal itu dilakukannya sehari-
hari. Suatu ketika ibunya terjatuh sebab kondisi kesehatannya yang kurang membaik. Melihat
hal itu, Denias langsung sigap menghampirinya dan menolongnya. Ia berteriak histeris.
Kebaktiannya terlihat sangat mendalam saat ia berkenan merawat ibunya. Dengan tulus dan
ikhlas ia merawatnya.

Beberapa saat kemudian ibunya pun tertidur. Saat itu Denias tiba-tiba dipanggil oleh
beberapa orang temannya. Yang namannya pasti pernah melakukan kesalahan dan
keteledoran. Apalagi seorang anak kecil seusia Denias. Denias dipanggil dan rencanannya
diajak berburu ke hutan. Ia dipaksa ikut oleh teman-temannya. Ia bingung. Ia berada dalam
sebuah dilema antara merawat ibunya dengan paksaan teman-temannya.

Melihat ibunya yang sedang tidur pulas, rasa solidaritasnya muncul. Ia kemudian bersedia
berburu ke hutan bersama teman-temannya. Namun sungguh naas, ia lupa bahwa sebelum
berangkat berburu, ia menggantungkan bajunya di atas perapian dekat ibunya yang sedang
tidur pulas. Baju tersebut kemudian terjatuh ke perapian. Api yang tadinya kecil kini menjadi
besar oleh baju itu. ibunya tidak menyadari hal itu sebab sedang tidur. Kobaran api itu
semakin membesar dan membakar rumah begitu juga ibunya. Denias melihat dari kejauhan
ada rumah yang terbakar. Ia memastikan bahwa arah rumah tersebut adalah rumahnya. Ia lalu
berlari dari hutan untuk pulang. Sesampainya di rumah, ia dikejutkan oleh kondisi fisik
ibunya. Ibunya meninggal sebab terbakar api. Tubuhnya hangus. Derai air mata tak sanggup
tertahan. Ia mengalami sok berat selama beberapa hari. Ia hanya bisa bermurung durja, meski
ayahnya kerap menasehati dan memotivasinya. Pak Leo pun juga menasehatinya dan
memberi semangat hidup yang baru kepada Denias. Akhirnya ia pun dapat menikmati hari-
harinya dengan ceria lagi. Dan bersekolah lagi.

Denias kembali belajar bersama-sama dengan temannya. Ia bersemangat. Tapi semangatnya


itu tidak didukung oleh orang tuanya. Ia kerap dilarang untuk bersekolah. Ia disuruh
membantu bapaknya di rumah. Dalam kondisi semacam itu, semangatnya tidak kunjung
padam. Ia bersekolah dengan sembunyi-sembunyi dari bapaknya.

Tidak lama kemudian, honai itu roboh dan hancur oleh gempa bumi. Denias dan teman-
temannya tidak punya tempat sekolah lagi. Pak Leo lalu berinisiatif untuk membangun
tempat sekolah yang sangat sederhana. Yang penting dapat dijadikan tempat belajar dan
pembelajaran.

Pembangunan tempat itu ternyata mendapat hujatan dari beberapa warga dan kepala suku.
Tempat itu dilarang berdiri di sana. Tidak lama dari kejadian itu, Pak Leo pun
dipindahtugaskan dari kampung enias. Kini Denias kembali dirundung duka sebab tidak
dapat belajar dan bersekolah lagi.

Dalam kondisi semacam itu, Denias terobsesi oleh kata-kata Pak Leo bahwa di balik gunung
ada tempat sekolah. Tepatnya di kota. Denias hatinya merasa terpanggil. Ia kemudian
memutuskan diri untuk meningalkan kampung halamannya dan juga orang tuanya. Ia pergi
dengan sembunyi-sembunyi. Ia melewati gunung dan lembah untuk sampai ke kota. Ia berlari
kencang untuk segera sampai di kota. Sungguh jauh tempat yang ditempuh Denias, namun
tidak menyurutkan api semangatnya untuk bersekolah.

Sesampainya di kota, mendapat seorang teman yang bernama Enos. Ia adalah gelandangan.
Untuk sementara waktu, Denias tinggal bersama Enos di pingguran jalan. Ia kemudian pergi
kesekolah yang dimaksud. Di sana ia bertemu dengan Bu Sam. Seorang wanita cantik dan
berbudi luhur. Bu Sam meanyakan tujuan Denias datang ke sekolah itu. setelah panjang lebar
dijelaskan, Bu Sam pun tahu maksid dan tujuan Denias ke tempat itu. yaitu tidak lain untuk
bersekolah.

Bu Sam dalam dilema. Berdasarkan aturan sekolah yang ada, Denias tidak dapat masuk di
sekolah tersebut. Hal itu disebabkan Denias tidak punya cukup uang untuk biaya sekolah.
Lebih dari itu, Denias tidak memiliki buku raport.
Bu Sam berusaha keras untuk bisa memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Ia
mensosialisasikannya kepada semua guru dan pengurus sekolah. Dan untuk sementara waktu,
Denias tinggal di rumah Bu Sam. Namun tidak lama. Ia kemudian tinggal di asrama sekolah.

Bu Sam berjanji kepada Denias bahwa ia akan dapat masuk di sekolah itu. Selama berada di
lingkungan sekolah, denias bertemu dengan seorang anak gadis yang berama Angel. Ia baik
hati. Ia berteman akrab dengan Denias. Hal itu menyebabkan hati Noel sakit. Dan saat itulah
Denias tahu bahwa Noel juga sekolah di tempat itu.

Denias mendapat syarat dari Bu Sam, bahwa jika ia ingin diterima bersekolah di tempat itu,
ia tidak boleh nakal dan membuat ulah. Meski ia mendapat perlakuan kurang baik dari
teman-temannya, ia harus dapat menahan emosinya. Ia harus mengalah jika ingin diterima.

Saat inilah perjuangan keras Denias diuji. Di sekolah dan di asramah itu, ia masih tetap sama
seperti di kampungnya. Ia masih mendapat perlakukan yang tidak baik dan culas dari Noel.
Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat dihajar
habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa diterima
sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukanya dia tidak berani
dengan Noel dan teman-temannya. Demi impian dan cita-citanya, ia harus besabar.

Saat di asrama, Noel juga bersikap sama. Ia bahkan lebih kejam. Ia membuat peraturan
sendiri untuk tidak memperkenankan teman-temannya memberi tempat tidur pada Denias.
Tempat tidur yang semestinya diperuntukkan Denias ia ambil alih. Sedangkan tempat
tidurnya dibiarkan kosong. Denias dalam setiap malamnya selalu tidur di lantai tanpa alas
suatu apapun. Dengan kondisi seperti itu, denias akhirnya jatuh sakit. Tapi tidak lama
kemudian dia sembuh.

Di sekolah itu Denias masih belum diterima sebagai murid. Ia di sana difungsikan sebagai
pelayan kantin. Melayani seluruh siswa yang sedang makan dan berjajan di sana. Suatu
ketika, saat jam istirahat dan makan, denias mengantarkan hidangan kepada siswa-siswa
tersebut. Denias dalam menjalankan tugasnya kembali mendapat perlakuan yang kurang baik
dari Noel. Denias dijatuhkan oleh Noel, denias tidak menghiraukannya, tapi Noel malah
mengajaknya berkelahi. Denias maunya dipukul oleh Noel, tapi kali ini ia sedikit membela
diri. Piring yang masih ada di genggaman tangannya, ia jadikan alat untuk menangkis
pukulan Noel. Tangan Noel pun patah dan berdarah sebab menghantam piring.

Denias merasa bersalah. Dalam hatinya, terbersit rasa salah yang begitu besar. Ia
beranggapan bahwa telah melanggar nasehat Bu Sam. Dan ia pasti tidak akan diterima
bersekolah di tempat itu. ia kemudian berlari kencang keluar. Entah kemana ia pergi.
Sungguh jauh ia berlari.

Bu Sam mencarinya kesana-kemari, namun tidak kunjung menemukannya. Denias pada saat
itu berencana untuk kembali ke kampung halamannya. Ia putus asa. Ia merasa bahwa impian
dan cita-citanya untuk bersekolah kini telah pupus oleh satu kesalahan yang dilakukannya,
yaitu dengan melukai Noel.

Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Dalam
kepedihan hati dan keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri berpamitan kepada Bu
Sam. Ia berpamit untuk pulang ke kampung halamannya. Saat itulah, Denias mendapat kabar
gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-
bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang
ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. Denias menari
di atas awan.

Struktur Teks Film DENIAS

Orientasi : Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam
menggapai cita-cita dan impiannya. Usia anak itu adalah usia anak Sekolah Dasar. Kira-kira
sembilan sampai dua belas tahunan. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo.
Tepatnya di daerah Papua, Irian Jaya.
Nama anak itu adalah Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Meskipun
demikian, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Di daerahnya tida
ada lembaga sekolah secara resmi dan layak dijadikan sarana belajar dan pembelajaran.
Selama itu, ia dan anak-anak kampung yang lain bersekolah di sebuah Honai. Yaitu sebuah
bangunan rumah yang saat itu dijadikan tempat belajar darurat yang kondisinya sangat
memprihatinkan.

Tafsiran Isi : Denias merupakan seorang anak yang pandai, cekatan, berbakti kepada
orang tua, serta berobsesi tinggi. Di sekolah dan di lingkungan bermain, ia memiliki seorang
teman yang selalu mencuranginya dan berbuat tidak baik kepadanya. Dia adalah Noel. Suatu
ketika, saat di sekolah,mereka sempat berkelahi. Hal itu disebabkan oleh Noel yang bersikap
curang dan culas saat bermain.

Sebagai anak orang yang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak
perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang notabenenya
adalah anak seorang Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan
supranatural di kampungnya.

Pada mulannya Denias dan teman-temannya di Honai tersebut diajar oleh seorang guru yang
berasal dari Jawa. Ia terlihat cerdas dibanding dengan teman-temannya yang lain. Ia rajin
dalam bersekolah. Bersekolahnya Denias itu tidak cukup lama. Karena Istru guru tersebut
sakit keras di Jawa, ia akhirnya pulang ke Jawa. Honai itupun sekarang sepi. Sesepi hati
Denias. Tidak ada yang bersekolah lagi.
Denias bingung. Harus kemana lagi ia akan bersekolah. Ia kemudian menemui seorang
tentara RI yang bernama Pak Leo. Itu panggilan yang dilakukan oleh Denias kepada tentara
itu. Sebenarnya namanya bukan Pak Leo. Yang benar adalah Maleo. Yaitu suatu nama untuk
satu korps pasukan khusus TNI yang di tugaskan di kepulauan Irian Jaya. Pasukan itu terdiri
dari cukup banyak orang. Namun yang di tugaskan di daerah Denias hanya satu orang itu
saja. Denis kemudian mencurahkan isi hatinya yang merasa kalut sebab tidak dapat
bersekolah lagi. Mendengar keluhan tersebut, Pak Leo pun hatinya tersentuh. Ia kemudian
memutuskan diri untuk mengajar Denias dan teman-temannya di Honai itu.

Denias memang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal itu dilakukannya sehari-
hari. Suatu ketika ibunya terjatuh sebab kondisi kesehatannya yang kurang membaik. Melihat
hal itu, Denias langsung sigap menghampirinya dan menolongnya. Ia berteriak histeris.
Kebaktiannya terlihat sangat mendalam saat ia berkenan merawat ibunya. Dengan tulus dan
ikhlas ia merawatnya.

Beberapa saat kemudian ibunya pun tertidur. Saat itu Denias tiba-tiba dipanggil oleh
beberapa orang temannya. Yang namannya pasti pernah melakukan kesalahan dan
keteledoran. Apalagi seorang anak kecil seusia Denias. Denias dipanggil dan rencanannya
diajak berburu ke hutan. Ia dipaksa ikut oleh teman-temannya. Ia bingung. Ia berada dalam
sebuah dilema antara merawat ibunya dengan paksaan teman-temannya.

Melihat ibunya yang sedang tidur pulas, rasa solidaritasnya muncul. Ia kemudian bersedia
berburu ke hutan bersama teman-temannya. Namun sungguh naas, ia lupa bahwa sebelum
berangkat berburu, ia menggantungkan bajunya di atas perapian dekat ibunya yang sedang
tidur pulas. Baju tersebut kemudian terjatuh ke perapian. Api yang tadinya kecil kini menjadi
besar oleh baju itu. ibunya tidak menyadari hal itu sebab sedang tidur. Kobaran api itu
semakin membesar dan membakar rumah begitu juga ibunya. Denias melihat dari kejauhan
ada rumah yang terbakar. Ia memastikan bahwa arah rumah tersebut adalah rumahnya. Ia lalu
berlari dari hutan untuk pulang. Sesampainya di rumah, ia dikejutkan oleh kondisi fisik
ibunya. Ibunya meninggal sebab terbakar api. Tubuhnya hangus. Derai air mata tak sanggup
tertahan. Ia mengalami sok berat selama beberapa hari. Ia hanya bisa bermurung durja, meski
ayahnya kerap menasehati dan memotivasinya. Pak Leo pun juga menasehatinya dan
memberi semangat hidup yang baru kepada Denias. Akhirnya ia pun dapat menikmati hari-
harinya dengan ceria lagi. Dan bersekolah lagi.

Denias kembali belajar bersama-sama dengan temannya. Ia bersemangat. Tapi semangatnya


itu tidak didukung oleh orang tuanya. Ia kerap dilarang untuk bersekolah. Ia disuruh
membantu bapaknya di rumah. Dalam kondisi semacam itu, semangatnya tidak kunjung
padam. Ia bersekolah dengan sembunyi-sembunyi dari bapaknya.

Tidak lama kemudian, honai itu roboh dan hancur oleh gempa bumi. Denias dan teman-
temannya tidak punya tempat sekolah lagi. Pak Leo lalu berinisiatif untuk membangun
tempat sekolah yang sangat sederhana. Yang penting dapat dijadikan tempat belajar dan
pembelajaran.

Pembangunan tempat itu ternyata mendapat hujatan dari beberapa warga dan kepala suku.
Tempat itu dilarang berdiri di sana. Tidak lama dari kejadian itu, Pak Leo pun
dipindahtugaskan dari kampung enias. Kini Denias kembali dirundung duka sebab tidak
dapat belajar dan bersekolah lagi.
Dalam kondisi semacam itu, Denias terobsesi oleh kata-kata Pak Leo bahwa di balik gunung
ada tempat sekolah. Tepatnya di kota. Denias hatinya merasa terpanggil. Ia kemudian
memutuskan diri untuk meningalkan kampung halamannya dan juga orang tuanya. Ia pergi
dengan sembunyi-sembunyi. Ia melewati gunung dan lembah untuk sampai ke kota. Ia berlari
kencang untuk segera sampai di kota. Sungguh jauh tempat yang ditempuh Denias, namun
tidak menyurutkan api semangatnya untuk bersekolah.

Sesampainya di kota, mendapat seorang teman yang bernama Enos. Ia adalah gelandangan.
Untuk sementara waktu, Denias tinggal bersama Enos di pingguran jalan. Ia kemudian pergi
kesekolah yang dimaksud. Di sana ia bertemu dengan Bu Sam. Seorang wanita cantik dan
berbudi luhur. Bu Sam meanyakan tujuan Denias datang ke sekolah itu. setelah panjang lebar
dijelaskan, Bu Sam pun tahu maksid dan tujuan Denias ke tempat itu. yaitu tidak lain untuk
bersekolah.

Bu Sam dalam dilema. Berdasarkan aturan sekolah yang ada, Denias tidak dapat masuk di
sekolah tersebut. Hal itu disebabkan Denias tidak punya cukup uang untuk biaya sekolah.
Lebih dari itu, Denias tidak memiliki buku raport.

Bu Sam berusaha keras untuk bisa memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Ia


mensosialisasikannya kepada semua guru dan pengurus sekolah. Dan untuk sementara waktu,
Denias tinggal di rumah Bu Sam. Namun tidak lama. Ia kemudian tinggal di asrama sekolah.

Bu Sam berjanji kepada Denias bahwa ia akan dapat masuk di sekolah itu. Selama berada di
lingkungan sekolah, denias bertemu dengan seorang anak gadis yang berama Angel. Ia baik
hati. Ia berteman akrab dengan Denias. Hal itu menyebabkan hati Noel sakit. Dan saat itulah
Denias tahu bahwa Noel juga sekolah di tempat itu.

Denias mendapat syarat dari Bu Sam, bahwa jika ia ingin diterima bersekolah di tempat itu,
ia tidak boleh nakal dan membuat ulah. Meski ia mendapat perlakuan kurang baik dari
teman-temannya, ia harus dapat menahan emosinya. Ia harus mengalah jika ingin diterima.

Saat inilah perjuangan keras Denias diuji. Di sekolah dan di asramah itu, ia masih tetap sama
seperti di kampungnya. Ia masih mendapat perlakukan yang tidak baik dan culas dari Noel.
Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat dihajar
habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa diterima
sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukanya dia tidak berani
dengan Noel dan teman-temannya. Demi impian dan cita-citanya, ia harus besabar.

Saat di asrama, Noel juga bersikap sama. Ia bahkan lebih kejam. Ia membuat peraturan
sendiri untuk tidak memperkenankan teman-temannya memberi tempat tidur pada Denias.
Tempat tidur yang semestinya diperuntukkan Denias ia ambil alih. Sedangkan tempat
tidurnya dibiarkan kosong. Denias dalam setiap malamnya selalu tidur di lantai tanpa alas
suatu apapun. Dengan kondisi seperti itu, denias akhirnya jatuh sakit. Tapi tidak lama
kemudian dia sembuh.

Di sekolah itu Denias masih belum diterima sebagai murid. Ia di sana difungsikan sebagai
pelayan kantin. Melayani seluruh siswa yang sedang makan dan berjajan di sana. Suatu
ketika, saat jam istirahat dan makan, denias mengantarkan hidangan kepada siswa-siswa
tersebut. Denias dalam menjalankan tugasnya kembali mendapat perlakuan yang kurang baik
dari Noel. Denias dijatuhkan oleh Noel, denias tidak menghiraukannya, tapi Noel malah
mengajaknya berkelahi. Denias maunya dipukul oleh Noel, tapi kali ini ia sedikit membela
diri. Piring yang masih ada di genggaman tangannya, ia jadikan alat untuk menangkis
pukulan Noel. Tangan Noel pun patah dan berdarah sebab menghantam piring.

Denias merasa bersalah. Dalam hatinya, terbersit rasa salah yang begitu besar. Ia
beranggapan bahwa telah melanggar nasehat Bu Sam. Dan ia pasti tidak akan diterima
bersekolah di tempat itu. ia kemudian berlari kencang keluar. Entah kemana ia pergi.
Sungguh jauh ia berlari.

Bu Sam mencarinya kesana-kemari, namun tidak kunjung menemukannya. Denias pada saat
itu berencana untuk kembali ke kampung halamannya. Ia putus asa. Ia merasa bahwa impian
dan cita-citanya untuk bersekolah kini telah pupus oleh satu kesalahan yang dilakukannya,
yaitu dengan melukai Noel.

Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Dalam
kepedihan hati dan keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri berpamitan kepada Bu
Sam. Ia berpamit untuk pulang ke kampung halamannya. Saat itulah, Denias mendapat kabar
gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-
bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang
ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. Denias menari
di atas awan.

Evaluasi : Karena ceritanya sangat sederhana dan penyampaiannya sangat bersahaja


sehingga mampu menyebabkan para penonton berasa bosan dan malas untuk menonton
walaupun tema yang di angkat dalam filem berasakan pendidikan yang sangat bagus.
Sesungguhnya, melalui filem ini yang di produseri oleh Ari Sihasale mempunyai ciri khasnya
yang tersendiri iaitu antaranya ialah mengangkat tema-tema pendidikan untuk dijadikan karya
seni mereka kerana mereka ingin mengungkap keadaan pendidikan di Indonesia secara
umunya yang kurang mementingkan pendidikan.

Rangkuman : Terdapat banyak pesan yang ada didalam film ini diantaranya yaitu pentingnya
menempuh pendidikan setinggi mungkin tak peduli dibatasi oleh hal suku, agama, ras, kelas sosial,
budaya, ataupun aspek geografis, setiap orang berhak untuk menuntut ilmu di institusi sekolah.
Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri kita
ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang
tidak masuk akal. Sehingga menyebabkan banyaknya anak-anak yang mempunyai keinginan untuk
sekolah yang besar putus di tengah jalan karena adanya latar belakang keluarga.

Unsur Intrinsik :
Tema

Tema yang diambil oleh cerita itu tentang film pendidikan, yaitu perjuangan seorang anak
untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan usaha yang dia lakukan sehingga dapat
mendapatkan sekolah gratis. Lain dengan tema yang diangkat oleh kebanyakan film sekarang
kalau tidak film horror ya film percintaan, film Denias ini mengangkat pendidikan menjadi
tema dalam cerita tersebut. Menurut saya film ini sangat bagus ditonton untuk semua
kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, ataupun dewasa.

Amanat

Amanat yang disampaikan banyak sekali dalam film Senandung di Atas Awan, yaitu
memberikan semangat yang luar biasa dari seorang anak papua untuk sekolah kepada kita,
dan memberikan semangat untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan.

Alur

Alur ceritanya menggunakan alur maju, karena ceritanya runtut dari Denias mendapatkan
pendidikan di puncak jayawijaya sampai mendapatkan pendidikan sekolah di kota. Di tambah
dengan tokoh-tokoh karakter yang diperankan dalam film tersebut menjadi kekuatan dalam
cerita tersebut. Sudut pandang cerita film Denias berdasarkan kisah nyata seorang anak
pedalaman Papua yang bernama Janias yang mempunyai semangat tinggi untuk mendapatkan
pendidikan dan sekarang Janias kuliah di Australia

Latar

Latar film tersebut sangat bagus karena tema yang diangkat tentang anak suku pedalaman
Papua, sangat sesuai dan bagus sekali karena lokasi film tersebut dilakukan di kepulauan
Cendrawasih. Sebagian besar lokasi syuting film ini bertempat di daerah kerja PT. Freeport
Indonesia (sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan tembaga dan
emas di Papua). Lokasi perkampungan Denias mengambil tempat di kawasan pegunungan
Wamena

Penokohan

MATHIAS MUCHUS "PAK-GURU" //Protagonis


RYAN STEVANO W B "NOEL" //Antagonis
PEVITA EILEEN PEARCE "ANGEL" //Protagonis
MINUS CONESTON KAROBA "ENOS" //Protagonis
ALBERT FAKDAWER "DENIAS" //Protagonis
MICHAEL JAKARIMILENA "AYAH DENIAS" //Protagonis
ARI SIHASALE "MALEO" //Protagonis
MARCELLA ZALLIANTY IBU GEMBALA //Protagonis
NIA ZULKARNAEN IBU ASRAMA //Protagonis
AUDREY PAILAYA IBU DENIAS //Protagonis

Sudut pandang
Sudut Pandang atau point of view dalam film Denias: Senandung di Atas Awan, pengarang
menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu saya. Halini tampak jelas pada tokoh
utama yaitu Denias. Denias merupakan tokoh utama yang memakai sudut pandang saya
karena film ini didasarkan pada kisah nyata putera Papua yang bernama Denias.
Bahasa
Bahasa yang dipakai dalam film Denias: Senandung di Atas Awan adalah bahasa Indonesia
campur dengan dialek bahasa Papua. Walaupun menggunakan dialek Papua, penonton tidak
akan ketinggalan atau akan tetap mengerti apa yang dimaksudkan dalam dialog-dialog dalam
film tersebut.

Struktur Ekstrinsik :
Nilai Sosial Budaya

Di dalam film Denias Senandung di Atas Awan bisa dilihat dari budaya yang ditampilkan
dalam film tersebut. Seluruh penyampaian film tersebut tidak lepas dari budaya yang berada
di suku pedalaman Papua. Dimana saat upacara koteka dilaksanakan dan setelah pemasangan
koteka diadakan pisah rumah antara laki-laki dengan perempuan, dan juga upacara berkabung
setelah meninggalnya istri diadakan upacara pemotongan jari dan mandi Lumpur. Dan
penjabaran kehidupan dipedalaman papua yang sangat keras, penuh dengan kepolosan orang
orang desa Wamena karena kurangnya pendidikan. Sangat bisa kita lihat dalam film ini. Kita
bisa menjadikan film ini sebagai hiburan sekaligus pembelajaran.

Nilai moral

Dalam film ini memunculkan banyak banyak nilai moral. Sikap Denias meminta izin ini
kepada ibunya untuk bermain, yang mengajarkan bersikap sopan kepada orang tua.
Menghargai ibu sebagai orang tua tidak langsung pergi ketika orang tua sedang berbicara.
Hal tersebut bisa mengajarkan anak untuk berbudi baik.

Nilai religius

Nilai religius digambarkan salah satunya pada saat adegan Ibu Gembala mengajarkan kepada
Denias untuk berserah diri kepada Tuhan dengan cara berdoa agar keinginan bisa terkabul.

Nilai sosial

Nilai sosial dapat dilihat pada adegan yang memperlihatkan kepedulian Ibu Gembala kepada
Denias. Ibu Gembala yang melihat keinginan kuat dari Denias berusaha keras untuk bisa
memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Ia mensosialisasikannya kepada semua guru dan
pengurus sekolah.

Anda mungkin juga menyukai