Anda di halaman 1dari 4

CERPEN NABILA PUTRI HEMA

SDN GROGOL SELATAN 01


Kelas 5 / 1

SAHABAT SEJATI
Oleh NABILA

Sudah sebulan ini, aku pindah sekolah di Jakarta. Meskipun anak baru,
bersyukur aku bisa mendapatkan teman-teman yang baik di sekolahku. Setiap hari usai
pulang sekolah aku selalu bermain bersama teman-temanku di rumah. Oh ya, teman-
teman yang sering main ke tempatku ada 4 orang diantaranya Nisa, Bella, Gendis dan
Rani. Mereka adalah teman-teman yang baik dan sudah aku anggap sebagai sahabat
sejati. Meski kadang aku kurang begitu tahu kebiasaan permainan mereka.
“Din..Dini main yuk,” sapa Nisa pada suatu hari.
“Ayuk,” jawabku
Tak berapa lama Nisa mengeluarkan peralatan bermainnya.
“ Ini apa Nis,” tanyaku ingin tahu
“ Skuisi,” ujar Nisa
Nisa memang termasuk anak yang cerdas dan tidak sombong, ia selalu mau
berbagi apa apa yang ia bawa. Pernah suatu ketika aku tak membawa pensil tapi oleh
Nisa aku dipinjamkan pensil yang bisa isi ulang.
“Kamu yang gigi ya Din, kalo aku yang bentuknya roti,” tukas Nisa
“Bagaimana cara mainnya Nis, aku tak paham,” kataku.
“Dipencet-pencet aja Din, empuk kan? Nah seperti ini,”
“Ohh…,”
Hari terus berganti, aku mulai menambah teman baru yang juga tak kalah
baiknya seperti Nisa namanya Bella. Ia anak orang kaya tinggalnya di kompleks
perumahan yang ada satpamnya. Setiap datang ke rumahnya selalu harus lapor kepada
pihak keamanan di pos jaga itu dengan tujuan kemana dari siapa dan apa keperluannya.
Kalau orang kota itu namanya kompleks perumahan Cluster (kluster)

1
Di rumah Bella yang besar dan bercat putih gading itu tampak mobil ayahnya di depan
tengah parker, di sisi rumah terhampar rumput hijau dan serimbun tanaman dengan
ornament taman air terjun buatan di sisi temboknya. Terasa sejuk, asri dan enak
dipandang rumah Bella ini.
“Assalamualaikum…Permisi…,” ujarku
Dari balik pintu yang terbuka tampak seorang ibu yang cantik memakai busana
kantor yang rapih dan warna yang mencolok .
“Waalaikumsalam…nanda mau cari siapa ya,”
“Bella ada bu?”
“Oh ..ada. Nanda temennya ya?”
“Ya…nama saya Dini bu. Teman sekelas Bella,”
“Dini. Ya. Mari Dini masuk, bela ada di dalam,”
“Terima kasih bu”
“Sebentar ya Dini, ibu panggil Bella dulu,”
“Iya bu,” jawabku.
Ibu Bella lalu bergegas masuk kedalam menemui Bella dan memberi tahu kalau
aku telah datang. Rumah Bella memang sangat Indah. Di dalam suasananya sejuk meski
tak pakai AC tapi banyak jendela sehingga udaranya sangat sehat dan pencahayaan sinar
matahari sangat cukup. Penataan ruang tamu juga rapih. Dengan sofa yang besar dan
beberapa vas bunga besar terdapat di setiap pojok dalam ruang tamu. Beberapa foto
tampak terpajang, salah satunya adalah foto ayah Bella yang jadi tentara. Tampak gagah
berseragam militer dan memegang senjata di sebuah hutan pedalaman Papua.
“Dini…sebentar lagi Bella kemari. Tapi Ibu tak bisa menemani Dini dan Bella ya, ibu
mau buru buru ke kantor. Dini dan Bella kan libur ya,”
“Iya bu. Libur hari besar, cuma sehari kok,’
“O gitu.. ya udah Ibu pergi dulu ya,” imbuh Ibu Bella.
Belum juga melangkah keluar tiba tiba Bella muncul dan menyapa Dini yang sedari
tadi menunggunya.
“Hai Dini…,”
“Hai Bella,”
“LHo ..mama kok cepet cepet berangkat, kan masih ada Dini,”

2
“Iya sayang, mama mesti cepat ke kantor karena teman mama sudah lama menunggu di
sana, mama pergi dulu yaa,” keduanya lalu berpelukan dan saling memberi kasih
sayang..aku jadi iri melihat kehidupan yang rukun dari mereka.
“Din…kita ada PR ya,”
“Iya..kita kerjakan bersama yuk,” ajakku
“Ayuk…eh tunggu, apa sebaiknya kita ajak juga Gendis dan Rani,”
“Boleh…kita kan kawan sejati. Semestinya kita selalu bersama,” imbuhku.
Hari masih pagi tapi sinar matahari sudah begitu kuat menyinari bumi. Aku dan
Bella kemudian menggunakan sepeda menuju ke rumah Rani terlebih dahulu karena
jaraknya dekat. Beberapa tikungan jalan kita lalui lalu menyeberang ke jalan besar
dengan hati-hati akhirnya sampai di rumah Rani. Rani yang aku kenal sangat periang
dan banyak sekali alat permainannya.
“Ranii….assalamualaikum…Raniiiii..,” kataku berbarengan dengan Bella
“Waalaikumsalam…,” sahut suara dari dalam rumah juga berbarengan.
Sesaat pintu terbuka dan tampak Rani keluar dan ternyata ada temanku juga
namanya Gendis. Setelah membuka pintu pagar, kami masuk ke rumah Rani. Kami
memilih duduk di teras rumah saja..suasananya semilir banyak angin.
“Gendis..kamu sudah lama di sini?” kata Bella
“Baru … gak lama kok dari kalian datang,” jawab Gendis
“Eh kita ada PR lho yang mesti diserahkan besok pagi,” ujar Bella
“Iya…aku tahu tapi aku bete. Aku mau main dulu,”
“Kamu main apa?” Tanyaku kepada Gendis
“Slime”
“Slime? Itu apa? Maaf aku anak desa jadi tak tahu permainan anak kota,”
“Slime itu seperti lem tapi lembut dan setelah di campur dengan beberapa bahan baku
lain, lemnya menjadi lebut dan tak lengket, seperti ini nih,”
“Oh …begitu…tapi mahal ya belinya?”
“Tidak juga sih.. ada yang mahal ada juga yang murah.. nih seperti punyaku harganya
cuma lima puluh ribu?’
“Hah..lima puluh ribu?” kataku heran.

3
“Ah sudahlah…kita main saja yang lain. Kita main game yuk aku ada tablet dua yang
tak terpakai,” ungkap Rani.
“Hehe…Din, kamu tak usah heran ya. Orang kota memang mainnya begitu. Kalau
kamu dulu di desa mainnya apa?” kata Bella.
“Kalau aku sih mainnya yang murah meriah seperti gobak sodor, egrang, congklak,
main karet gelang atau main petak umpet,” jelas Dini kepada teman temannya.
“Boleh tuh… kita coba yuk main gobak sodor,” ujar Gendis.
Keempat sahabat sejati itu kemudian mempersiapkan diri membuat alur
permainan dengan menyiramkan tanah di depan rumah Rani menggunakan ketel berisi
air sebagai tanda batas permainan.
Mereka membentuk dua tim. Tim pertama dengan anggota Rani dan Gendis dan
tim lawan adalah Dini dan Bella. Awalnya agak kaku memulai karena ada yang belum
hafal benar cara bermainnya namun dengan telaten Dini mengajarkan kepada teman
temannya bagaimana cara bermain gobak sodor yang benar.
Keceriaan sahabat sejati itu terus menyala hingga sore hari dan seolah rumah
Rani seperti “Istana Anak-anak”. Hari libur pendek itu diisi dengan permainan
tradisional yang di bawa Dini dari desa ternyata juga disukai oleh teman temannya.
“Ayooo kita mulai lagi…..,” ajak Gendis
“Ayoooo,” seru empat sekawan sahabat sejati.

………………………………………..tamat……………………………………………

Anda mungkin juga menyukai