Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kliping Agama Ialam

Anastasya Woro Larasati Gunawan


Kelas: 9C.
Absen: 01
Jujur di Sekolah Membawa Berkah

Pada hari Senin, Dina bersama teman-teman se-


SD melaksanakan upacara bendera. Yang bertugas
hari itu adalah peserta kelas 5 SD, termasuk Dina
yang juga ditugaskan menjadi pengibar bendera.

Beruntung waktu itu kegiatan upacara


dilaksanakan sebentar saja, soalnya Guru selaku
pembina upacara hanya menyampaikan sepatah dua
patah kata pesan.
Pak Guru berpesan agar mereka semua terus
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, patuh
kepada orang tua dan guru, menjaga kebersihan
diri, sekolah, dan lingkungan, serta berperilaku
jujur.Sesudah upacara, Dina bersama dua orang
temannya pun sempat melipat bendera.

Bersamaan dengan itu, secara tidak sengaja Dina


lihat ada uang Rp50.000 yang jatuh dari saku
celana seorang siswa kelas 6. “Eh, Toni. Itu ada
uang kakak kelas barusan jatuh. Bagaimana ini?”

“Wah, banyak itu! Bagaimana kalau sepulang


sekolah nanti kita makan-makan di warung
baksonya Bu Siti. 50.000 lho, lumayan, kan. Kita
bisa dapat porsi komplit.”

Dina pun agak gemetar mendengar percakapan


kedua orang temanku. Sebenarnya sejak awal
melihat uang itu aku ingin langsung
mengembalikannya kepada Kakak kelas, tapi aku
takut. Aku juga tidak kenal.

“Begini saja, teman-teman. Menurutku, lebih baik


kita kembalikan uang ini kepada Kakak kelas dan
kalian tolong temani aku.”

“Ya udah deh. Aku setuju. Toh, ini juga bukan uang
milik kita, kan. Jelas-jelas tidak akan berkah jika
kita membelanjakannya. Selain itu, kita juga harus
jujur kepada diri sendiri dan orang lain.”

“Setuju. Oke. Mari kita bergegas menuju kelas 6


sebelum bel berbunyi.”

Teman-temanku memang orang-orang yang baik.


Buktinya, mereka mau mendukung niat yang baik
serta membudayakan perilaku jujur.
Pada saat itu juga, akhirnya kami langsung pergi
ke kelas 6. Dina tidak takut lagi karena sudah
didampingi teman-teman baik.

Saat masuk ke kelas 6, Dina pun terlebih dahulu


menyimpan uang Rp50.000 tersebut sembari
bertanya kepada seluruh siswa di kelas tersebut.

“Maaf, izin sebentar. Apakah di sini ada Kakak-


kakak yang baru saja kehilangan uang?”

Aduh, aku kaget! Ternyata ada lebih dari 5 orang


siswa yang mengaku kehilangan, padahal kan
uangnya Cuma selembar saja.

Dina sontak langsung bertanya kepada kelima


siswa tersebut tentang berapa jumlah uang yang
hilang. Ternyata mereka berbohong.
Ada yang menjawab Rp5.000, Rp10.000,
Rp.20.000, hingga Rp100.000. Ternyata mereka
tidak tanggung-tanggung ingin menipuku dan
teman-teman.

Meski begitu, tetap saja hanya ada satu orang


yang menjawab Rp50.000, dan aku yakin memang
dialah pemilik uang yang asli.

Detik itu pula, Dina pun mengembalikan uang


tersebut. Tanpa banyak berbicara, kami pun
langsung masuk ke kelas. Tak lupa, dia sang senior
juga mengucapkan terima kasih seraya tersenyum.

“Terima kasih, Dek. Uang ini adalah ongkos Kakak


selama 3 hari.”

Kami pun ikut bahagia melihat Kakak kelas yang


juga bahagia. Sembari berjalan menuju kelas,
tiba-tiba Pak Guru yang menjadi pembina upacara
tadi memanggilku.

“Nak, ke sini sebentar. Iya, kalian bertiga. Cepat,


ya!”

Entah ada angin apa kok Pak Guru sampai


memanggil kami ke ruang guru. Ketika Dina dan
teman-teman tiba di ruang guru, ternyata di sana
sudah ada hidangan lontong daging.

“Anak-anak, kalian sungguh hebat. Kalian adalah


panutan siswa yang mengudarakan perilaku
kejujuran di sekolah. Sebagai apresiasi, Bapak
traktir kalian untuk bersama-sama kita makan
lontong.”

Dina dan teman-teman senang bukan kepalang. Aku


jadi teringat kata temanku tadi bahwa kejujuran
itu sebenarnya selalu membawa berkah. Yang baik
selamanya akan selalu baik.

Anda mungkin juga menyukai