Anda di halaman 1dari 5

Antara Jujur atau Dusta?

Siang itu sang surya terlalu kejam. Awan yang malu hadir di langit yang
begitu terang, membuat sinarnya yang panas menyengat tubuh,
membuat anak-anak yang sedang mengikuti upacara berjalan
berjingkat, sampai seorang anak jatuh di bawah sinar suryanya.

Aku merupakan seorang siswa. Aku duduk di bangku kelas 8 di sekolah


yang rutin mencetak segelintir prestasi. Aku bangga dengan sekolah ku.
Jujur aku ingin bisa membanggakan sekolahku yang ku cintai.

*****

Pada suatu Senin, di bawah terik matahari yang panas membuat


mataku sampai tak bisa menatapnya. Dilaksanakan upacara Hari Senin.
Pembina upacara yang menyampaikan amanatnya satu dua patah kata
untuk mengingatkan peserta didiknya akan pentingnya kejujuran.
Materi yang membuatku tertarik untuk menyimaknya di antara siswa-
siswa lainnya yang tak sabar untuk menyudahi upacara tersebut karena
sang surya yang begitu kejam.

"Negara kita termasuk negara yang berkembang, berkembangnya


negara kita juga berkembangnya orang - orang yang tak jujur, Korupsi
meraja lela. Negara kita butuh orang - orang jujur. Dengan jujur, negara
kita menjadi lebih indah. Tanamkan sifat jujur dari dirimu sendiri dan
perilaku yang kecil." Ujar beliau, sang pembina upacara yang
mengutarakan amanatnya.

Upacara berlalu, aku pun kembali ke kelas ku mengikuti pelajaran


dengan baik. Bel istirahat berbunyi, saat sedang melakukan transaksi
dengan ibu kantin, aku melihat uang jatuh dari saku seorang siswa.
Namun, ia tidak tahu jika uangnya terjatuh, ia langsung pergi begitu
saja setelah membayar apa yang ia beli. Aku mengambilnya untuk nanti
ku kembalikan, tetapi bagaimana aku mengembalikan nya? Saat itu
kantin terlalu ramai, berdesak - desakan, aku hanya tau bahwa anak itu
anak kelas sebelah.

Aku memberi tahu kepada sahabatku perihal aku yang menemukan


uang. "Wih, lumayan tuh 20.000. Bagi 2 ya wkwk." Ujar sahabatku.
"Ngarang dih, ini punya orang lain, haram tau, ga berkah loh. Lagi pula
kamu ga ingat pesan guru tadi pagi ya? Tanamkan sifat jujur." Timbal
balik ku. "Ayo temani aku mengembalikan uang ini ke pemiliknya. Aku
tidak tau siapa namanya, tetapi aku hanya ingat dia sepertinya anak
kelas sebelah."

"Hehehe, iya juga ya. Hampir lupa aku tentang amanat jujur tadi pagi.
Ayo deh, tapi kita jajan dulu ya. Tanggung nih udah ngantri lama." Kata
sahabatku.

Sahabatku memang orang baik kok, walaupun terkadang ia agak sesat.


Buktinya dia mau membantuku mengembalikan uang itu.

Setelah membeli jajan di kantin, aku dan sahabatku bergegas menuju


kelas sebelah ku, mengejar agar tidak sampai bel berbunyi. Di tengah
perjalanan, sahabatku menyeletuk "Eh nantikan ada ulangan PPKn kan?
Kamu udah belajar belum?"

"Sudah dong, kenapa memangnya?" Ujarku. Sahabatku mengatakan,


ada beberapa anak yang sudah menyiapkan contekan. Ada yang di
selembar kertas, ada yang sudah menyiapkan kode kode khusus, dan
lain sebagainya.
"Bukankah hal tersebut termasuk perilaku dusta?" Batinku. Yang
penting aku dan sahabatku tidak melakukan hal seperti itu kan? Tuhan
Maha Tau apa yang benar dan apa yang batil.

Sesampainya di kelas sebelah, aku pun bertanya pada siswa siswa yang
berada di kelas tersebut. Siapakah pemilik uang itu?

"Permisi, maaf ijin bertanya. Tadi saat dikantin, adakah yang kehilangan
uang? Jika ada, berapa nominal uang tersebut?" Aku tak
menyampaikan nominalnya.

Beberapa siswa mengaku, ada yang kehilangan sejumlah 10.000, 5.000,


bahkan 50.000. Aku tahu, bahwa mereka berbohong dan
memanfaatkan keadaan tersebut. Lalu, ada seorang siswi dengan tubuh
mungil miliknya, bulu mata melentik, hidung mancung, rambut yang di
kepang kuda, alis yang sudah terbentuk dengan tahi lalat di dagunya
menyeletuk "Maaf, apakah kamu menemukan uang 20.000 di depan
kantinnya Bi Inah? Sepertinya, uangku terjatuh saat berada di situ."

Aku pun yakin bahwa dia lah pemilik dari uang yang jatuh. Akhirnya,
aku mengembalikan uangnya. Dia sangat berterima kasih kepadaku. Dia
sangat khawatir jika uangnya tidak ketemu, dia tak bisa jajan, karena
uang tersebut uang saku 2 hari miliknya.

Lega sekali rasanya, bisa membantu orang sekaligus menanamkam sifat


jujur pada diriku sendiri.

Setelah masalah itu usai, aku dan sahabatku pun kembali ke kelas. Bel
berbunyi menandakan waktu pelajaran akan dimulai, ulangan PPKn di
bagikan. Kelas menjadi hening, semua siswa serius untuk mengerjakan
ulangan tersebut.
Sebenarnya sih karena pak gurunya aja yang killer, Pak Iman namanya.
Memiliki postur tubuh yang gagah, tinggi nan perkasa, dengan jenggot
tipis di dagunya serta umurnya yang kepala 3. Beliau adalah guru yang
di takuti oleh siswa siswa bandel dan nakal, karena ketegasan beliau,
tak jarang ada siswa yang di beri sanksi.

Beliau juga sangat menyukai kejujuran, sebaliknya beliau tak segan-


segan akan memberi sanksi kepada setiap siswa yang ketahuan
menyontek saat ulangannya berlangsung.

Brakkkk!! Suara pukulan meja terdengar. Seisi ruangan kaget


mendengarnya termasuk aku. Yah, betulkan? Ternyata ada siswa yang
ketahuan mencontek, namanya Beni. Ia ketahuan mencontek dengan
membuka catatan di loker meja. Kertas ulangan dia pun di robek robek
menjadi serpihan kecil oleh Pak Iman.

"Kamu tau kan, saya itu orangnya paling ga suka kalau ada yang
menyontek di mata pelajaran saya! Kamu mau jadi apa hah? Jujur yang
terpenting. Ulangan begini saja sudah menyontek, nanti jadi tabiat yang
ga baik! Sana keluar dari kelas ini! Nilai ulangan kamu kali ini saya
kosongin!" Ujar Pak Iman dengan nada keras dan menggertak. Beni pun
minta maaf kepada Pak Iman, lalu dia langsung berjalan keluar dan tak
mengikuti ulangan hari ini.

Pak Iman langsung memberikan pesan sekali lagi tentang betapa


penting nya kejujuran, karena kejujuran adalah pondasi bagi orang
orang yang akan sukses.

Aku pun berpegang teguh pada diriku sendiri untuk selalu menanamkan
sifat jujur pada diriku terhadap segala sesuatu, bahkan dari yang
terkecil sekalipun. Jangan pernah menyesal karena jujur. Kejujuran itu
mahal harganya, jadilah orang bijak yang mampu menjaganya. Akan ku
jadikan diri ku di antara orang bijak yang mampu menjaga kejujuran.
Jujur adalah temanku, sedangkan dusta adalah musuhku.

*****

Nama : Arlyn Hersika Putri

Kelas : 9D

No. Abs : 03

Anda mungkin juga menyukai