Anda di halaman 1dari 27

RESENSI NOVEL BUNDA

(BAHASA. INDONESIA)

OLEH:

Ni Kadek Sumarwati Kelas: IX A No: 29

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Widya Sakti Penatih Tahun Ajaran 2009/2010

MERESENSI NOVEL

Judul Novel Penulis Penyunting Desain Cover Jumlah Halaman Jumlah BAB Penerbit

:BUNDA :Puthut EA :FX. Rudi Gunawan & Windy Ariestanty :Jumanta : 188 halaman :10 BAB/ bagian :Gagas Media (Pesona Depok II Estate, Blok AK no. 18, Depok 16411)

Distrubutor

:Agro Media Pustaka (Bintaro Jaya Sektor IX, Jl. Rajawali IVBlok HDX no. 3, Tanggerang 15226) E-mail:agromarketing@cbn.net.id

Tahun Terbit Harga Warna Cover

:April 2005 :Rp. 30.000-, :Hitam ( Foto pemain utama Novel)

HAK CIPTA DILINDUNGI

BUNDA

I.

ANDINI: Detik-Detik Pergulatan

Namaku Andini. Aku seorang pelacur. Wajahku cantik. Aku mempunyai kehalusan budi dan gampang iba dengan nasib orang lain. Aku seorang ibu. Aku sangat menyayangi anakku. Aku melewati hidup yang sangat menyedihkan. Aku ingin jadi seoarang ibu yang baik. Tapi aku memilih menitipkan anakku ke sebuah panti asuhan. Aku berharap ia menjadi anak yang baik. Aku rela anakku tidak mengenalku daripada harus menanggung malu. Sepertinya orang sepertiku bukan hanya cacat social tetapi juga tidak mempunyai sejarah. Belum lagi yang cukup memedihkan, oleh sebagian orang kami dijuluki sampah masyarakat, sumber penyakit, perusak moral bangsa, sumber bencana rumah tangga dan masih banyak lagi. Padahal orang-orang sepertiku telah menghidupi memewahkan banyak orang.di depan sebuah panti asuhan bernama Kasih Bundaaku menitipkan bayiku, karena aku merasa tempat ini adalah tempat yang tepat untuk memayungi anak kesayanganku. Setelah menceritakan sebab aku menitipkan bayiku, sebelum pulang aku menyampaikan sebuah pesan kepada wanita yang menyambutku dengan wajah teduh Kalau kelak ia bertanya siapa ibunya, katakan kepadanya bahwa ibunya telah meninggal, ibu itu tercekat dengan kalimat yang didengarnya dari mulutku. Ketika aku berpamitan aku melihat sepasang mata ibu itu dilapisi airmata, mungkin ia bisa memaklumi keputusan getir itu. Memang sebuah keputusan yang sangat berat bagiku. Aku mencoba melangkah dengan tegas, aku tidak mampu menahan airmata. Kukuatkan hatiku, anakku telah berada pada sebuah tempat yang tepat, dilindungi oleh seorang perempuan yang kuanggap tepat, seorang ibu yang penuh belas kasih, seperti namanya Ibu Asih. Kepada Ibu Asih kubisikkan sebuah nama untuk anakku. Aku kembali mengarungi waktu, menjalani kutukanku sebagai pelacur. Aku bersyukur memiliki wajah yang cantik. Aku dicari oleh banyak lelaki, dan dari pekerjaan inilah aku bisa bertahan hidup. Seandainya aku bisa mengatur selera dan keinginan orang, tentu aku ingin mengatakan bahwa ada baiknya, mereka bukan hanya mencariku. Orang lain juga butuh uang dan butuh makan, hal seperti itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati. Seorang pelacur adalah sosok yang kehilangan haknya sebagai manusia, dan untuk mengurangi rasa bersalahku pada orang lain, aku menaruh rasa sayang dan hormat pada pelacur yang mulai tua dan kehilangan pelanggannya. Kalau aku diberi rezeki lebih, aku tidak segan-segan membantu mereka. Rimba kehidupan ini begitu kejam. Hal yang membuatku bahagia dan bertahan dari kerkahan cobaan hidup ini adalah ketika aku menyambangi panti asuhan dimana anakku selama ini tinggal. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh, ia tumbuh dengan cerdas, patuh, dan peduli dengan teman-temannya. Aku hanya bisa berdoa untuk putriku. Untuk menepis rasa bersalahku, aku menghidupinya dengan hasil jerih payahku. Setidaknya aku masih bisa memahatkan sebuah nama yang cantik, sebuah nama yang sesuai dengan parasnya yang elok : Dinna Nirmala. Harapanku ia bisa tumbuh menjadi anak yang berguna dan memberi cahaya bagi kehidupan. Seiring waktu kulitku mulai keriput, langgananku mulai berkurang, keadaan dimana seorang pelacur kehilangan mata pencahariannya. Tangga-tangga kesulitan, tapi aku harus bertahan untuk anakku. Aku berusaha untuk mengirit. Inilah laku keikhlasan yang akan ditempuh oleh seorang ibu kepada anaknya. Pengorbanan tanpa pamrih, cinta tanpa syarat. Sebuah langkah kasih sepanjang jalan. Tanpa diduga, Dinna diaudopsi saat umurnya 12 tahun oleh sebuah keluarga kaya. Pada akhirnya aku harus kukuh pada satu titik pasti: Dinna harus bahagia, aku harus mengikhlaskan kepergiannya, untuk terus tumbuh dan berkembang. Pada malam-mlam senyap didalam kamarku, aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk memandang potret kecil Dinna. Dari berbagai serpihan kenangan itu, aku mencoba membangun dunia sendiri, dunia yang sunyi seiring dengan sepinya para tamu-tamu yang datang, dan aku semakin tidak mampu membiayai hidupku lagi. Aku harus meninggalkan tempat ini, bagiku hidup ini adalah perpindahan dari rimba bengis ke rimba lain yang tidak kalah bengisnya. Dengan bermodalkan tubuh yang mulai mengeriput, tanpa pertarungan keraspun aku sudah kalah dengan pelacur yang lebih muda. Hutangku menggunung, aku seperti bola lusuh yang disepak kaki-kai kehidupan, di jalanan aku diusir dengan bermacam cara, dan pada malam-malam yang mengenaskan itu, tidak lelah-lelahnya kupandangi potret ketika aku masih muda menggendong anakku. Sebuah peristiwa yang semakin mengukuhkanku bahwa jalan kematian jauh lebih mudah dibanding jalan kehidupan.

II.

DINNA: Pelangi yang Melintas pada Langit Murung

Aku Dinna, seorang yang dibesarkan dan tumbuh di sebuah panti asuhan, hampir semua hal yang mendatangi hidupku kuhadapi dengan penuh syukur. Aku seorang gadis yang hampir mendapat semua hal, dan yang paling penting adalah aku bisa tegak berdiri dengan kemauan dan kemampuanku. Ujian-ujian hidup akan membuat seseorang tumbuh dengan tegar. Tapi kebahagiaan atas sebuah keluarga adalah rahmat yang sangat luar biasa, yang tidak semua orang mengalaminya, termasuk aku dan teman-teman pantiku. Aku harus tetap bersyukur, Ibu Asih dan para pengurus panti adalah orang-orang budiman yang menggantikan orangtua anak-anak seperti kami. Panti asuhan adalah sebuah keluarga bagiku. Disana kami diajarkan banyak hal baik sehingga bagiku, seseorang yang hadir dimuka bumi ini, ditentukan oleh daya hidup yang ada pada diri mereka dan bukan dari keluarga mana ia dilahirkan. Saling berbagi, hormat kepada orang yang lebih tua, sayang pada orang yang lebih muda, bisa membaca kesalahan kita dan minta maaf semua itu adalah ajaran tentang kasih sayang. Aku sangat ingin membantu saudara-saudaraku di panti, bahwa hidup selalu memberi kesempatan pada mereka yang berani menyalakan api dalam hidup mereka. Pada buku, aku telah berhutang hidup, karena pada buku aku bisa menanyakan apa yang ingin kuketahui. Nasib baik berpihak padaku, lulus SD aku diaudopsi oleh sebuah keluarga kaya, dengan harapan kelak aku bisa membantu saudara-saudaraku di panti asuhan. Aku melangkah dengan tegak menyongsong kehidupanku yang baru, matahari meninggi aku harus bersiap untuk bekerja Di rumah ini aku berbagi kebahagiaan dengan Bi Sirah, dan dua anaknya yang baik dan pintar, Ismet dan Ratna. Aku menekankan pada Ismet dan Ratna agar mereka belajar dengan rajin, semasih aku mampu membiayai sekolah mereka, aku ingin mereka menggunakan kesempatan itu dengan baik. Aku ingin mempunyai seorang ibu, tapi aku tahu dari kecil ibuku sudah meninggal dunia, tapi aku merasa ibuku masih hidup, tapi mungkin karena aku terlalu merindukan kasih ibu kandungku. Betapa besar pengorbanan seorang ibu. Mendadak aku teringat Anita, adik angkatku, ia kubawa dari jalanan, ia sangat cantik, ia cenderung kasar dan semaunya sendiri. Aku sering mendengar ia berkata kasar pada Bi Sirah dan kedua anaknya, dan aku sudah menasehatinya agar segera meninggalkan watak buruknya, mungkin karena ia lama hidup dijalanan, sehingga tidak mudah baginya untuk meninggalkan sifat kerasnya, tapi Bi Sirah dan anaknya sungguh budiman dan selalu bisa berfikir bijak, mereka selalu memafkan prilaku Anita, dan aku bisa berkaca dari watak mereka. Orang-orang yang dalam hidupnya tidak dikaruniai materi berlimpah, biasanya justru mempunyai mutiara batin yang gemerlap, aku semakin sayang dan hormat pada mereka bertiga. Pekerjaanku adalah hidupku sekarang, aku ingin mengatakan pada dunia bahwa seorang gadis yang hidup dari panti asuhan bisa berhasil dalam hidupnya. Awalnya aku kuliah di Fakultas Hukum agar bisa membela kemanusiaan, tapi dunia hukum bahkan dipenuhi oleh kejahatan. Hukum faktanya lebih berpihak pada mereka yang memegang kekuasaan, tentu saja uang. Itu tidak membuatku surut. Aku mendirikan firma dengan seorang kolega yang kukenal baik sejak mahasiswa, Chris, namanya. Dia tampan, sangat baik, menarik, penuh perhatian, dan ia laki-laki yang sangat sabar. Aku takut mengakui perasaanku pada Chris, karena masalaluku yang getir. Apalagi Chris yang tampan, kaya, tentu dia digandrungi oleh banyak perempuan, dan aku tidak siap bersaing dengan mereka. Kini Firmaku sudah besar dan berkembang karena kenekatan dan keteguhan hati, aku dan Chris melalui banyak rintangan dan cobaan. Chris adalah sosok yang nyaris sempurna, di ujung kesempurnaan bagiku adalah kemampuan seseorang untuk tetap sederhana dan rendah hati. Sering terlintas dalam benakku, jika suatu saat aku bisa bersanding dengannya, karena caranya berjalan, menatap mataku dan caranya berbicara membuat hatiku terdamaikan oleh suaranya yang mengalun lembut, tapi ia bisa menjadi sosok yang sangat keras dalam persidangan untuk membela seseorang yang dianggapnya tidak bersalah tanpa kenal lelah. Tapi aku merasa ragu apakah Chris juga memiliki rasa yang sama dengan yang kurasakan, apalagi dia dikelilingi oleh banyak perempuan. Aku telah melampaui terjal perjalanan nasibku, aku tidak boleh cengeng. Hidup harus terus berjalan dan semasa masih bisa, tentu aku akan terus menyimpan harapanku pada Chris. Aku memasuki kantor, orang-orang menyapaku dengan ramah, termasuk Chris yang menyambutku dengan senyuman yang hangat. Di ruangaku , kembali semangatku bangkit, hidup ini tidak boleh dilalui hanya dengan begitu saja, tanpa tujuan yang jelas. Aku mengingatkan diriku, bahwa hidup ini harus berguna bagi orang lain. Mungkin karena masalaluku yang cukup berat, aku menyadari bahwa salah satu musuh yang harus kuintai adalah mereka yang memegang uang dan kekuasaan. Semacam dendam, tapi dendamku selalu didukung banyak fakta. Orang-orang yng selama ini bermasalah denganku adalah kebanyakan orang yang mempunyai banyak uang. Kalau kita mau jujur, orang yang kaya secara materi, pada diri mereka telah hidup seekor monster yang membahayakan. Ia bisa memakan apa saja. Dari sekian monster aku menaruh dendam pada seorang yang bernama Winoto, seorang konglomerat, ia begitu licin bagai belut, banyak peristiwa yang bisa menjebaknya untuk masuk bui, tapi selalu saja lolos karena ia melumuri

tubuhnya dengan uang. Aku memeram dendam untu menjebloskan para konglomerat itu dalam-dalam, tidak ada yang tahu selain Chris. Kami selalu menceritakan hal-hal seperti itu, ia selalu menguatkanku, memberi tepukan yang hangat di pundakku, memberi kalimat-kalimat yang bisa mendorongku. Segalanya ada aturan mainnya, dan kerap kali aturan main itu bisa dipermainkan bahkan diperjualbelikan. Itulah sialnya hukum. Ini adalah negeri yang sangat nyaman bagi orang yang kaya dan serakah, mereka bisa melipatgandakan kekeyaan merera, sebab memang hukum bisa direkayasa. Ada banyak orang yang rela memperjuangkan kebenaran di negeri ini, mereka adalah orang-orang yang sederhana dan mempunyai cita-cita tinggi. Banyak dari mereka yang justru dijebloskan ke bui, disingkirkan dari pekerjaannya, bahkan mati. Aku harus terus memupuk rasa bahwa ada banyak orang yang juga sedang mengerjakan sesuatu untuk kemanusiaan. Dengan begitu aku merasa tidak sendirian. Chris masuk, aku tergagap dan memberinya senyum. Ia membalas senyumku. Ia mengatakanada masalah yang mungkin bisa tangani, sebuah kasus pembunuhan. Yang dijadikan tersangka adalah seorang pelacur. Aku tercekat, aku langsung merasa bergairah dan penasaran. Aku merasa ada sesuatu yng lebih dari yang selama ini aku rasakan. Dengan segera aku berkemas, Chris heran dengan sikapku, kemudian ia berkemas. Kami berangkat. III.

CHRIS: Jiwa yang Tercabik

Music mengalun pelan. Ketika aku masih kecil, aku hanyalah seorang anak laki-laki yang hidup dari keluarga yang kekurangan. Aku tinggal bersama orangtuaku di sebuah kampong yang keras dan cemas. Polisi sering mengelilingi kampung kumuh dimana aku tingal, tembakan atau teriakan juga kudengar, mereka biasanya menciduk penjahat yang diburunya. Hanya mama yang selalu menenangkanku, aku melihat parasnya yang ayu mendekapku, mencoba menenengkan dan menghiburku. Aku tidak tahu persis pekerjaan papaku. Ia adalah seorang ayah yang sangat baik dan sayang padaku. Aku termasuk anak yang pintar di sekolah. Teman-temanku sering mentertawakan dan mengejekku karena keringkihan fisikku, mereka begitu pintar membuatku menderita. Penderitaanku bertambah justru karena mereka memanfaatkan kepandaianku. Papa selalu menguatkanku,Chris kamu harus kuat. Kamu harus melawan mereka. Hidup ini keras dan kejam. Kamu tidak bisa hanya membekali dirimu dengan kepandaian saja!. Suatu saat aku menangis karena kelereng yang saja aku beli dirampas oleh teman-temanku ,aku menangis, tiba-tiba papa sudah ada di depanku. Satu per satu teman-temanku ditampar oleh ayahku, mereka semua menangis dan berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Tidak beberapa lama, beberapa orangtua muncul, muka mereka terlihat berang dan langsung mengelilingi papaku. Mereka mengeroyok papaku, kemudian kulihat papa mengacungkan sebilah pisau, mereka semua mundur dan membubarkan diri. Sejak kejadian itu, tidak ada seorng anakpun di kampungku yang berani menggangguku lagi. Hal yang aneh semakin mengelilingi hidupku, kehidupan kami semakin membaik, tapi di balik rasa senang aku menyimpan tanda tanya. Aku sering diajak teman-teman kampungku mendatangi kampong sebelah, mereka mengajakku merampas mainan , meminta uang bahkan mencuri. Tetapi setiap kali aksi mereka kepergok oleh orang yang lebih tua, beberapa temanku lalu menunjukku,dia Chris, anaknya Pak Winoto. Begitu mendengar nama ayahku disebut mereka terlihat lembek, loyo. Bahkan terlihat sangat ketakutan. Prestasiku semakin membaik, sejalan dengan kehidupan keluarga kami. Hingga suatu suatu saat aku bertanya kepada mama apa sebenarnya pekerjaan papa, dengan gugup mama menjawab bahwa papa adalah seorang makelar, hampir sama dengan pedagang. Aku mulai bercita-cita kelak ingin menjadi polisi, tapi papa terlihat tidak senang. Aku berusaha mengabaikannya, selain polisi, aku tertarik ingin menjadi pengacara karena kegigihan mereka untuk membela orang-orang yang tidak bersalah. Lagi-lagi papa tidak setuju, aku merasa kecewa, tetapi mama selalu mendamaikan dan menentramkan hatiku. Saat kenaikan kelas, ada dua hal yang membanggakanku, pertama aku dapat ranking satu, kedua karena mama mengandung lagi, kemudian lahirlah seorang adik namanya Angga. Ketika lulus SMP, papa menghadiahi dua hal padaku , pertama aku dimasukkan ke sebuah sekolah ternama, dan yang kedua kami pindah rumah, rumah kami kali nyaris seperti istana. Ditambah fasilitas mobil dan lima orang pembantu. Aku tidak menikmati kemewahan ini, tidak mengerti dengan kehidupan dan sikap papaku yang semakin sering marah pada ibuku. Adikku Angga, mungkin sedikit hal yang agak menghiburku. Ada sifat yang kurang baik padanya, dari kecil segala sesuatu yang diminta Angga akan selalu didapatkannya. Di sekolah aku juga merasa tidak nyaman, karena banyak teman-temanku yang ingin dekat denganku karena mereka tahu bahwa aku adalah anak orang yang berada, anak seorang yang namanya mulai bergaung dimana-mana:Bapak Winoto Salim. Hubunganku dengan papa semakin renggang, Angga benar-benar mulai tumbuh sebagai anak kecil yang semaunya sendiri. Konflik dan keteganganku dengan papa semakin memuncak ketika aku sedang menunggu kelulusanku dari SMA, karena papa tetap kebertan dengan cita-citaku, dia memintaku agar kuliah di ekonomi atau belajar bisnis. Aku menolak keras. Aku merasa bahwa aku sudah besar dan berhak menentukan masa depanku. Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Aku bukan melihat

seorang papa, tetapi seorang penindas yang mulai terlihat semena-mena, begitu juga rumah ini. Rumah ini mulai seperti neraka!. Aku harus berani melakukan sesuatu atas nama harga diri dan kemerdekaanku. Aku memutuskan untuk minggat dari rumah neraka ini. Aku telah memilihnya dan aku siap dengan segala resikonya. Satu-satunya hal yang kadang membuatku bersedih hanyalah: ibu dan adikku. Lalu aku masuk Fakultas Hukum, untuk membiayai hidup dan kuliahku aku membuka biro penerjemahan dan pengetikan, kadang kala aku ikut memberi les. Aku belajar banyak hal baru. Menjelang reformasi 1998, aku turut aktif berdemonstrasi, naluri politikku mulai tumbuh. Organisasi membuatku tumbuh cukup matang dengan dasar kerjasama antarorang. Aku telah menjadi saksi akan sejarah yang penting di negeri ini. Aksi-aksi semakin memanas, aku lulus kuliah lalu aku magang di sebuah lembaga bantuan hukum sekaligus menambah pengetahuanku dalam dunia hukum. Kejahatan di negeri ini sebagian besar karena permainan hukum oleh para konglomerat. Salah satunya adalah Winoto Salim. Akupun menyadari bahwa orang seperti Winoto Salim(ahbahkan aku sudah tidak sanggup lagi menyebutnya sebagai papa )adalah orang yang harus ikut bertanggungjawabatas kebobrokan di negeri ini. Bagaikan cerita pewayangan. Aku merasa mempunyai masalah yang mirip Arjuna. Ada sesosok perempuan namanya :Dinna Nirmala ia kuliah satu angkatan denganku. Ia berbeda dengan perempuan-perempuan lain. Ia terlihat sangat ingin bekerja keras, ia cukup ramah, tidak pernah membeda-bedakan teman dari golongan sederhana. Membuatnya menjadi idola bagi banyak orang. ia cantik luar dan dalam. Orang sepertiku hanya berni berandai-andai kelak bisa menjadi lelaki bruntung yang bisa menjadi kekasihnya. Hubungan yang semakin dekat membuat kami memutuskan untuk mendirikan Firma hukum sendiri. Dinna dipercayakan menjadi mitranya, aku menyambut kepercayaannya dengan keyakinan yang sama besar. Firma kami berjalan dengan pesat, Dinna seorang pekerja keras dan sangat percaya diri. Terutama saat menangani pengusaha dan pejabat yang bermasalah. Aku resah mengingat bahwa aku anak seseorang yang serung disebut Dinna sebagai salah satu konglomerat yang diincarnyaWinoto Salim. Aku tidak bisa menghindari bahwa fakta serta sejarah menyatakan dengan gamblang dan tegas bahwa aku adalahanak seseorang yang sedemikian dibenci oleh Dinna. Sebetulnya aku ingin berterus terang pada Dinna siapa aku sebenarnya, namun ketika itu hendak kukatakan seluruhnya berhenti ditenggorokan. Setiap kebohongan hanya bisa ditutup oleh kebohongan lain, demikian pula aku. Menunda pengakuanku hanyalah semakin membuatku sulit untuk mengaku. Semakin hari kebencian Dinna pada Winoto juga semakin besar. Kadangkala tidak masuk akal, seperti siang tadi ketika aku mengatakan ada sebuah peristiwa pembunuhan yang melibatkan seorang pelacur. Ia menduga kasus ini ada hubungannya dengan Winanto, seringkali nalurinya benar. Ada suatu kekhawatiran berkecambuk di pikiranku, kalau itu ternyata benar, apa jadinya???.... IV.

WINOTO : Taring yang Terasah

Dunia adalah rimba persaingan. Dunia ini hanya akan memberi tempat bagi orang-orang yang berani dan punya nyali. Siap menjalani, siap menerima akibatnya, itulah yang kusebut nyali. Segala hal yang kita lakukan bisa kita alihkan pertanggungjawabannya pada orang lain. Aku anak sulung dari bersaubara yang seluruhnya laki-laki. Bapakku seorang veteran perang di jaman kemerdekaan, wataknya keras selalu membangga-banggakan sejarah masa lalunya. Ia tidak peduli kami hidup dalam keadaan miskin, uangnya dihabiskan untuk menraktir orang,disumbangkan untuk hal-hal yang berbau Negara, daripada untuk membiayai sekolah anaknya. Sedikit kesalahan, maka sebuah ikat pinggang dengan mudah mendarat di tubuhku. Orang kampungku memanggil kami dengan sebutan anak-anak Jendral, bernada mengejek, tentu menyakitkan bagi kami. Mereka hanya memanfaatkan uang kami. Beranjak besar kami tumbuh menjadi sekelompok orang yang penuh dendam karena didikan yang keras ditambah rasa malu karena sering dilecehkan, dan tidak mengenal rasa takut. Aku mulai mempelajari strategi untuk menumpuk kekuasaan, strategi untuk sebuah kemenangan. Mulai menyelamatkan pencuri, orang-orang yang kalah dalah pertarungan, penjahat pasar,dan aku tahu apa yang bisa kuperoleh sesudahnya. Perlahan tapi pasti, aku mulai menguasai kampungku, kemudian kampung sebelah, ruas-ruas jalan tertentu, tentu karena nyali dan pemikiranku untuk memperluas kekuasaanku. Mulai menjalin relasi dengan petugas keamanan, mengelabui dan menutupinya dengan menyumbang. Sukses dan kini tinggal di kota bersama istriku Santi yang sedang mengandung dan anakku Chris di sebuah rumah yang mewah. Kesulitan-kesulitan telah berhasil aku lalui, anakku Chris sudah menginjak remaja, sudah punya cita-cita dan masadepan yang bertentangan dengan keinginanku. Akhirnya istriku melahirkan anak keduaku yang kuberi nama Angga. Harapanku mulai condong pada Angga, ia tumbuh dengan berbeda, tegas dan cenderung kejam. Chris memutuskan keluar dari rumah ini demi masa depannya.bisnisku berjalan dengan mulus, tanpa tersentuh aturan dan hukum. Suatu saat aku dikejudkan oleh sesuatu: Angga membunuh orang!, ia tidak harus mengotori

tangannya dengan sebuah pembunuhan, tapi ada rasa bangga yang menyelinap, karena pertama: Angga terlihat membelaku. Perempuan yang dibunuhnya adalah seorang pelacuryang hendak, membongkar kejahatanku pada polisi. Kedua: Angga melakukan pembunuhan dalam usia yang sangat muda, ia belum lulus SMP. Angga harus banyak belajar, masih butuh pengalaman, ia harus belajar berfikir untuk hal-hal dalam jangka panjang. Ini harus segera diselesaikan, seorang pelacur yang lain sudah menjadi tersangkadalam kasus pembunuhan itu. Aku menugaskan secara khusus pada anak buahku supaya masalah kecil itu bisa selesai dan tidak menjadi duri dalam daging dan menjadi ganjalan bagiku. Tapi aku, Winoto tidak akan!!!!

V.

Menyibak Belukar Peristiwa

Peristiwa pembunuhan seorang pelacur itu berlangsung cepat. Sebuah mobil berhenti di tengah jalan, dua manusia, seorang perempuan, dan seorang laki-laki, mereka terlihat marah dan gusar memasuki lorong tempat pembunuhan itu. Korban adalah teman kencan Angga, anak Winoto setelah Chris. Pembunuhan terjadi setelah perempuan(pelacur) mengancam Angga akan membeberkan seluruh dosa dan kesalahan orangtuanya jika tidak dibelikan sebuah rumah dengan sebilah pisau yang diacungkan kearah Angga. Angga menjalankan taktik usang. Ia berpura-pura melayani permintaan si perempuan, kesempatan direbutnya, dengan cepat ia menusukkan pisau yang berhasil direbutnya. Senjat makan tuan. Tubuh itu limbung, penusuk kecil itu pucat dan gemetar, berlari menuju mobil, drama itu disaksikan oleh si sopir, ia pun panic, semua diluar prasangkanya. Bayangan pembunuhan itu menghantui, mengganggu tidur si sopir. Drama itu belum berakhir. Di ujung lorong lain Andini berjalan dengan putus asa memikirkan nasib buruk yang menderanya. Tapi ia seperti didampar geledek ketika di depannya, dalam jarak beberapa meter, seorang perempuan yang sedang sekarat, sebuah pisau menancap di dadanya, ia adalah perempuan yang baru saja mengusirnya. Ia dalam kondisi yang serba salah, lalu ia menolongnya, ia memengku perempuan itu bingung apa yang harus dilakukannya. Malam yang naas, orang-orang berdatangan, sebagian besar adalah para pelacur yang menyaksikan Andini sempat berbaku mulut dengan perempuan yang tertikam pisau itu. Andini digebuku banyak orang dan meringkuk di dalam sel kepolisian, ia dituduh membunuh perempuan pelacur itu. Ia sudah pasrah, ia tidak punya harapan lagi untuk bisa lolos dari kasus ini. Ia tidak punya siapa-siapa dan apa-apa lagi. Ia teringat sesosok wajah, Dinna anak perempuan satu-satunya. Andini ingin tahu nasib anaknya itu, bahkan sudah mulai melacak dimana Dinna tinggal. Ia tidak bisa menerima sebuah hal yang harus dipertanggungjawabkan padahal ia tidak pernah melakukannya. Andini tetap berusaha bertahan bahwa ia bukan seorang pembunuh, tidak ada bukti-bukti yang bisa menguatkannya. Ia semakin lelah, karena teman-teman satu selnya memperlakukannya dengan sangat buruk. Hingga kemudian seorang polisi membawa kabar baik untuknya, bahwa ada seorang pengacara yang tertarik dengan kasusnya, ia ragu. Tapi setidaknya sebuah harapan sedang melintasinya. Ia berusaha untuk mengatakan bahwa ia bukan seorang pembunuh, ia hanya seorang pelacur yang sial. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan seorang pengacara yang bersedia membela juga menolongnya, tapi ia merasa dadanya berdebar-debar, sangat aneh, seperti dikirim dari jauh, dari masa lalunya. Rasa debar semakin menguat ketika ia mendekati ruang pemeriksaan untuk bertemu dengan pengacara itu dan, seseorang yang ada di depannya adalah Dinna!!!, Andini tercekat, hanya bisa gelagapan saat Dinna memperkenalkan diri. Hatinya berontak, ia merasa tidak mungkin menerima kebaikan hati dari seorang yang telah disengsarakannya. Andini menolak, ia tidak mau Dinna menjadi pembelanya. Dinna dan Chris heran, Pak Sentot polisi yang biasa memeriksanya gusar, ia memerintahkan anak buahnya mengantar Andini balik ke selnya. Mereka terdiam, tapi Dinna mencoba memecah kebekuan. Mungkin Bu Andini masih trauma, Pak. Dinna dan Chris lalu meninggalkan kantor polisi,dan memutuskan datang lagi besok atau lusa. Di perjalanan enuju kantor, Dinna berbagi keheranan dengan Chris. Ia menduga, ada pihak tertentu yang memaksa Bu Andini berlaku seperti itu. Mereka berdua pantas curiga, dan memutuskan untuk menyelidiki kasus Bu Andini lebih jauh, Chris diminta Dinna untuk mencari tahu tempat terjadinya pembunuhan serta mencari tahu dimnakah Andini tinggal. Mereka berdua memasuki kantor dengan muka yang msih terlihat lelah, tapi rasa lelah itu adalah sebuah awal menuju babak-babak yang semakin mendebarkan dan meletihkan. Malamnya Dinna tidak bisa tidur, ia merasa jatuh sayang pada Bu Andini, ia merasa nyaman ketika melihat Bu Andini sekaligus merasa damai. Keesokan harinya tanpa terlebih dahulu ke kantor tempatnya bekerja, Dinna

langsung pergi ke kantor polisi dan telah memberitahu Chris. Sesampainya di kantor polisi, ia meminta ijin petugas jaga agar bisa bertemu dengan Bu Andini. Ia membuka percakpan dengan ramah dan tenang. Dinna mencoba meminta keterangan mengapa Bu Andini tidak mau dibelanya dalam kasus ini, tapi Andini tidak mau mengatakan alasan yang jelas padanyasekian kali Dinna bersabar, kali ini, kegusaran di kepala DInna memuncak menuju rasa marah. Andini bangkit, airmatanya berderai. Dinna benar-benar marah.Bu Andini, kalau Ibu tidak mau mengatakan alasannya, saya tidak akan mundur dari kasus ini. Tidak akan!, Andini merasa semakin bersalah dan sepertinya tidak ada lagi yang harus dihindarinya, jika ia tidak mau dibela oleh Dinna, Dinna akan terluka. Akhirnya Andini setuju agar Dinna membelanya dalam kasus ini. Dalam hatinya Dinna bersorak, kemudian ia meminta supaya Andini menceritakan kisahnya mengapa ia bisa dituduh sebagai orang yang telah melakukan pembunuhan. Andini mengulang episode naas yang dialaminya. Malamnya, seusai makan malam, Dinna dan Chris pergi ke tempat terjadinya pembunuhan dan setelah itu ke tempat tinggal Bu Andini. Mendekati tempat itu mereka berpisah. Dari jauh Dinna mencuri pandang ke arah Chris. Chris terlihat begitu mesra dengan seorang perempuan (pelacur). Tiba-tiba rasa cemburu menyusup ke dada Dinna. Tapi ia berusaha tidak membiarkan perasaan yang tidak sehat itu berlama-lama ada di dadanya, ia tahu kalau Chris sedang mencari informasi penting yang sedang mereka butuhkan. Chris kembali ke mobil. Ia tahu kalau Dinna merasa cemburu, ia merasa senang, pertanda bahwa Dinna menyimpan perasaan padanya. Informasi yang didapat Chris membuat Dinna terdiam, bahwa sebelum terbunuh perempuan itu masuk ke mobilnya Angga, perempuan yang terbunuh itu adalah pelacur langganan Angga sedangkan Angga adalah anaknya Winoto. Ia masih duduk di bangku SMP. Chris merasa aneh dan tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Ia sudah menduga, kapanpun waktunya, ia akan berhadapan dengan ayahnya sendiri. Perjalanan dilanjutkan mencari keterangan di tempat kos Bu Andini. Di tempat itu mereka tidak mendapatkan sesuatu yang cukup berharga, hanya sebuah potret usang. Potret Bu Andini sewaktu muda dengan menggendong seorang bayi kemungkinan anaknya. Dinna kemudian menduga-duga, mungkin anak Bu Andini malu karena punya ibu seorang pelacur sehingga anak tersebut lalu pergi meninggalkan ibunya. Keesokan harinya, sesampainya di kantor Dinna langsung mengajak Chris ke kantor polisi. Ia akan meminta kepolisian agar memanggil Angga untuk dimintai keterangan.

VI.

Duri dalam Alur

Laki-laki yang bernama Winoto sedang duduk di kursi besar. Angga, anak keduanya, telah melakukan tindakan yang bodoh dan tolol dengan membunuh seorang pelacur. Konsekuensi dari itu semua, segala masalah yang merundung hidupnya akan selalu mengundang perhatian dari banyak orang, termasuk dari media masa. Kemudian semuanya bergulir seperti yang dikhawatirkannya, begitu ada surat dari kepolisian agar Angga bisa dijadikan saksi. Koran-koran dan media masa yang lain seperti semut-semut yang mendapat tumpahan gula. Ia benar-benar sedang risau dan berang. Tidak beberapa lama masuk dua orang kepercayaannya. Dua-duanya bertubuh tinggi besar. Satu orang berkulit putih bernama Bernard, seorang pengacara yang cukup terkenal di kota ini. Satu orang lagi dengan kulit yang agak kelam bernama Codet, adalah tangan kanan Winoto dalam hal keamanan. Winoto memerintahkan Bernard, agar Angga tidak dimintai keterangan oleh polisi maupun pelacur tua itu. Bernard tidak sependapat, karena kalau sampai Angga tidak mau dimintai keterangan justru akan membuat polisi dan pengacara pelacur tua itu curiga. Winoto tetap bersikukuh dengan pendapatnya. Codet berusaha mencairkan suasana, bagaimanapun Codet harus tahu masalah yang dihadapinya adalah masalah serius. Kemudian Bernard mengusulkan dua strategi, pertama, kita selidiki siapa pengacara pelacur tua itu baik-baik. Kedua, kita minta pada Codet agar bisa melakukan ancaman pada pelacur tua itu. Winoto menyetujuinya, penyelidikan harus dilakukan dengan cepat, dan halus. Bernard bertugas menyelidiki latar belakang pengacara itu, sedangkan Codet mengatasi pelacur tua itu dengan cara apapun, tapi Winoto masih tampak memikirkan sesuatu. Hari itu, 3 jam menunggu, kedatangan Angga tidak jelas, hingga seorang polisi memberi kabar bahwa Angga hari ini tidak bisa memenuhi undangan polisi karena harus menemani ibunya yang sedang jatuh sakit. Dinna merasa lega karena itu dianggap sebagai isyarat baik bahwa Angga terlibat dalam pembunuhan perempuan itu. Dinna bertambah penasaran, ia tidak sabar untuk bertemu dengan bocah remaja anak orang yang sedang dicarinya. Tiba di kantor Dinna menceritakan apa yang baru saja dialaminya serta meminta Chris untuk mendatangi Angga agar bisa menggorek keterangan yang lebih cepat. Chris tampak gugup, tapi akhirnya Chris mengiyakan permintaannya. Dinna

berfikir bahwa kali ini memang mereka berdua sedang berhadapan dengan orang yang tidak sembarangan, yang bisa menciutkan nyali. Dinna sangat kagum dengan keahlian Chris menggorek keterangan dari saksi. Hal seperti itu butuh pengalaman bertahun-tahun. Tapi Angga telah melakukan pembunuhan, dan membunuh adalah kejahatan besar yang tidak gampang ditanggung. Kekesalannya pada kekasihnya (ia tidak ingin menyebut perempuan itu sebagai pelacur), lebih karena sang pacar tidak sesuai dengan harapannya. Ia begitu menyayangi pacarnya, dan begitu ia tahu ternyata pacarny menyimpan maksud yang lain, ia sangat kecewa. Pergaulannya di sekolah penuh dengan kepalsuan, ia adalah sosok yang dipuja sekaligus dibenci. Hampir setiap saat jika ia sendirian, baying wajah kekasihnya sering muncul bahkan beban perasaannya semakin bertambah dan menumpuk. Ia menjadi seorang remaja yang lebih murung, gampang emosi, dan selalu merasa ketakutan. Adik angkat DInna, Anita diam-diam menaruh rasa kagum pada Angga, tapi Angga seperti sebongkah batu yang keras sulit disentuhnya. Hingga kemudian ia menemukan momentum yang tepat. Anita tahu bahwa kakaknya sedang menangani kasus yang menyangkut Angga. Suatu saat ketika sekolah telah bubar, Anita memberanikan diri untuk bertemu dengan Angga. Anita mengatakan bahwa ia adik Dinna. Angga tersentak, ia teringat sebuah nama yang ulai menghantui hidupnya. Angga tersenyum, dan ia tahu apa yang harus ia lakukan. Peruntungan dua pasang remaja itu sedang sama-sama dipasang. Anita memasang peruntunganuntuk mendapatkan perasaan Angga, sedangkan Angga memasang peruntungan untuk kasusnya. Malam itu adalah malam yang sangat meresahkan bagi Chris. Berkali-kali ia berusaha untuk menguatkan diri agar bisa masuk ke rumah neraka, rumahnya Winoto, demi tugasnya, semuanya masih terasa begitu berat. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah Dinna. Tetapi kecamuk perang itu tidak berakhir, sampai di rumah Dinna, kebingungan itu masih belum bisa diselesaikannya. Dinna segera bertanya tentang hal yang seharusnya dilakukan oleh Chris. Kali ini, Chris ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi ia tidak sanggup, akhirnya yang keluar dari mulutnya justru jawaban yang tidak tepat. Aku takut, Dinna, Dinna terperajat bukan kepalang. Dinna benar-benar tidak mengerti. Sikap yang tidak pernah dikenalnya selama ini. Tapi Dinna mencoba tetap bijak dalam rasa marah dan kecewa. Dan dengan segera ia meninggalkan Chrislebih baik kamu pulang, dan kamu pikirkan mengpa kamu bisa punya sikap seperti itu. Besok biar aku yang pergi ke rumah Winoto. Ia tidak peduli saat Chri memanggilnya berulangkali. Ia sangat kecewa. Keesokan harinya, Winoto sangat berang, ia baru saja mengusir seorang perempuan muda, pengacara sial itu, ia sangat lancang dan kurangajar: ingin bertemu dengan Angga dan memintai keterangan seputar pembunuhan seorang pelacur. Sore itu ia masih bisa mengusir perempuan itu karena tidak dilengkapi dengan surat dari kepolisian. Tapi itu dirasakan oleh Winoto sebagai serangan yang cukup telak. Ia benar-benar geram dan berang. Penghinaan yang sudah lama tidak dialaminya dan itu dilakukan di rumahnya, di pusat kekuasaannya! Bernard masuk, Codet juga masuk. Dengan kasar dan masih dengan nada marah, Winoto menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. Codet mencoba menenangkan, Codet tersenyum kecut. Ia membawa kabar yang kurang baik dari tugas yang diberikan Winoto, bahwa perempuan itu bersikukuh tidak mau dibayar dengan apapun, ia menolak semua tawaran, tapi perempuan itu terlihat kecut nyalinya bila diancam. Winoto kembali berang. Bernard juga membawa kabar dari tugasnya, kabar yang agak mengembirakan, karena perempuan itu tidak datang dari keluarga yang cukup menakutkan, ia bahkan dibesarkan di Panti Asuhan dan ternyata Si Dinna itu punya hubungan darah dengan pelacur tua yang dibelanya. Dengan seperti itu,kita bisa paksa Andini untuk mengakui perbuatan pembunuhan itu, dengan mengancam akan membuat celaka anaknya sekaligus akan memberitahukan ke Dinna kalau Andini itu ibunya. Ia pasti tidak mau kalau Dinna tahu bahwa ia adalah ibunya. Satu lagi kabar yang kurang menyenangkan, Dinna satu kantor dengan Chris dan Chris ada dibelakang Dinna untuk menangani kasus ini. Sejenak Winoto terdiam, lalu ia berucap dengan suara serak,Aku telah memutuskan bahwa Chris bukan apa-apaku lagi! Sementara itu, di tempat lain hati Bu Asih merasa risau, sudah beberapa hari yang lalu ia membaca di surat kabar tentang sebuah nama. Andini, yang mungkin pernah dikenalnya dulu. Kemarin siang, seperti biasa, di tengah kesibukannya Dinna masih menyempatkan diri untuk mengunjungi mereka dan bercerita seru, dalam cerita itu, tibatiba mulut Bu Asih mengucapkan kalimat yang bernada kasihan pada perempuan pelacur yang dituduh membunuh. Dengan nada bangga, Dinna dan Chris mengatakan bahwa mereka sedang menangani kasus itu dan bertekad untuk menjadi pembela Andini. Selepas mereka berdua pulang Bu Asih, bergegas ke kantor polisi untuk memastikan keraguan hatinya dan terbukti, perempuan itu adalah Andini!!!semua kejadian itu sangat aneh, ia merasa seharusnya Andini segera mengaku bahwa ia adalah ibu kandung Dinna, tapi Andini menangis dan memohon supaya jangan

sampai Dinna tahu. Di satu sisi, Bu Asih bisa menerima kebertan Andini, di sisi yang lain, sisi Dinna , tentu itu tidaka adil. Seorang anak berhak tahu siapa orangtua kandungnya. Kerisauan itu bertambah pekat, ketika sepulang dari menjenguk Andini, baru saja ada beberapa orang jahat yang merampok panti asuhan, mereka hanya membawa berkasberkas perjanjian. Ia yakin ada hal-hal tertentu yang menghubungkan perampokan itu dengan Dinna maupun Andini. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

VII.

Meniti Badai Beliung

Angga semakin terseret dan semakin menderita. Anita, adik Dinna telah menjadi kekasihnya, tepatnya Angga berusaha memanfatkan Anita untuk membantunya keluar dari persoalan. Tapi,semuanya belum menghasilkan apa-apa. Mamanya mulai resah dengan perkembangan Angga. Hampir tiap saat ia melihat bagaimana Angga semakin tumbuh dengan ganjil. Ia berteriak-teriak sendiri di kamarnya dihantui oleh perasaan bersalah. Hingga suatu saat, Santi tidak bisa lagi menahan keinginannya untuk bicara. Ia khawatir dan menyarankan agar Angga menyerahkan diri ke polisi, agar ia bisa terbebas dari rasa bersalahnya. Angga kaget, ia tidak pernah membayangkan hidup di dalam penjara. Angga mulai kalap, ia mengusir mamanya keluar dari kamar Angga. Santi bertekad untuk bicara pada suaminya. Beban Angga semakin bertumpuk, ketika keesokan harinya, ia melihat teman-teman sekolahnya dan beberapa guru di sekolah melakukan demonstrasi memuntut agar Angga dikeluarkan, atau paling tidak menghukumnya dengan skors selagi masalah itu belum selesai. Karena terlalu emosi,Angga memutuskan hubungannya dengan Anita. Simon sopirnya yang menjadi saksi ketika ia menusukkan pisau ke dada perempuan yang dicintainya, menyarankan agar Angga mengaku saja dan menyerahkan diri ke kantor polisi karena hidupnya semakin hari semakin tidak tenang. Angga tidak bisa menahan emosinya, ia menampar si sopir. Sesampainya di rumah, angga menemui papanya, ia mengatakan bagaimana Simon dan mamanya menyuruhnya untuk menyerahkan diri. Dengan suara lantang ia memanggil istrinya. Belum sempat Santi mengatakan apa-apa, Santi ditampar oleh Winoto. Suaminya menyesal mempunyai istri dia. Perasaannya remuk, dan berkali-kali dalam tangis, Santi menyebut nama Chris. Winoto berkata pada CodetKamu selesaikan masalah Simon. Kamu yang membawa ia ke tempat ini, dan kamu yang harus bertanggungjawab, Codet mengangguk, ia benar-benar kecewa dan marah pada Simon. Codet memikirkan cara apa yang paling tepat untuk membuat Simon bungkam. Dinna tertunduk lesu, karena berbagai peristiwa berat yang dihadapinya, Pertama: Anita yang pergi dari rumah karena memintanya agar tidak melanjutkan kasus yang sedang ditanganinya namun Dinna menolak. Anita tidak mungkin menceritakan hubungannya dengan Angga yang sudah teramat jauh, bahkan ia mulai curiga pada dirinya sendiri jangan-jangan ia telah hamil.Kedua: Dengan mengejutkan Bu Andini telah mengakui perbuatannya pada pihak kepolisian, ia mengaku bahwa ia yang membunuh pelacur itu, Bu Andini yang ditemuinya hanya menangis dan tidak mau diajak bicara. Ia merasa ada yang janggal dari rentetan peristiwa yang dialaminya. Ia meminta tolong pihak kepolisian membantu menemukan adiknya. Lalu, Ketiga: Dinna dikabarkan bahwa Bu Asih di Rumah Sakit, beliau kecelakaan tertabrak mobil saat ingin berkunjung ke rumah Dinna. Lalu ia menelpon Chris untuk menemuinya di Rumah Sakit. Ia menceritakan semua hal yang dialaminya, lalu Chris mengajak untuk makan di Kantin Rumah Sakit. Disana mereka dikejutkan oleh suara keras , seorang laki-laki dan dua orang perempuan sedang terlibat pembicaraan yang serius. Segera naluri mereka berdua bertindak dengan cepat, mereka berdua memperkenalkan diri, diwakili lakilaki yang ternyata adalah kakak Simon, mereka bercerita bahwa Simon ditemukan terluka parah di jalanan yang sepi. Tiba-tiba seorang perawat memberi tahu mereka bertiga kalau Simon semakin parah dan sepertinya ingin memberikan pesan terakhir. Mereka bergegas, begitu Simon melihat Chris menjenguknya, ia segera memberi tanda pada Chris untuk mendekat, dalam sisa tenaga yang ada Simon mengatakan pada Chris tentang pembunuhan itu. Kalimat itu tidak tuntas. Tidak beberapa kemudian simon meninggal dunia, kesedihan, sekaligus mereka kehilangan saksi kunci yang sangat penting. Terakhir: Bu Asih yang sudah sadar, dengan wajah yang terlihat sangat menderita, membua Dinna tidak bisa membendung airmatanya, tiba-tiba Bu Asih mengatakan sesuatu dalam suara lemahnya Dinna ibu kandungmu masih hidup, Dinna langsung tersentak. Tanpa berkata apa-apa lagi Dinna berlari keluar daari ruangan

itu. Chris bingung, ia melihat mata Bu Asih penuh oleh airmata. Ia segera keluar mengejar Dinna, sayang semua siasia. Dinna dan mobilnya sudah meninggalkan rumah sakit itu. Chris menyetir mobil dengan gundah. Dinna partnernya, sekaligus orang yang diam-diam disayanginya sedang mengalami cobaan yang berat. Pikiran Chris bertambah berat ketika ia teringat pagi tadi, tiba-tiba mamanya datang ke rumahnya. Mamanya belum sempat bercerita banyak kepada Chris, sebab Chris harus segera menyelesaikan urusan kantornya. Belum sampai ia masuk, pembantunya sudah menunggu di depan. Kata pembantunya tadi ada beberapa orang yang datang. Katanya, utusan dari Pak Winoto, suami Ibu. Dan mereka membawa Ibu untuk pulang. Darahnya mendidih oleh amarah, yang ada di kepalanya adalah mendatangi rumah sialan itu mengambil ibunya dan meminta Angga mengakui perbuatannya. Ia siap menghadapi Winoto sebagai seorang ayah, tetapi sebagai seorang bajingan.

VIII.

Malam yang Terbakar

Di ruang tamu yang megah, dua sosok manusia berhadapan. Mata si ayah terbakar, mata si anak berpijar. Chris tertantang, ia melangkah dengan mantapke arah tangga. Sepucuk pistol teracung di tangan Winoto. Dia bisa melakukan tindakan apa saja. Kali ini yang di depan matanya, bukan sembarang orang. ruangan sejenak hening. Santi turun tangga dengan tangisan dan kepanikan. Dia tidak ingin Chris terbunuh ataupun terluka. dari arah yang lain, Angga menyerbu kakaknya dengan tangisan, Angga bahkan membelnya, masih mengakui sebagai kakaknya, Chris meminta agar Angga menyerahkan diri ke polisi. Winoto semakin marah, Angga perlahan melepaskan pelukannya pada Chris, ia menatap Chris dalam-dalam, dan Chris membalas tatapan mata itu dengan tegas, seakan-akan ia berkata:itu jalan terbaik, Angga. Chris bergerak pelan ke pintu keluar, matanya menatap tajam kea rah Winoto. Sebelum ia meninggalkan ruangan itu, ia berkata kepada Winoto,Catat baik-baik.aku akan datang untuk menjebloskanmu ke penjara. Ingat baik-baik itu!!! Dinna masih tersedu di dalam kamarnya, ia tidak siap mendengar kabar yang disampaikan oleh Bu Asih bahwa ternyata ibunya masih hidup. Ia sungguh tidak paham, tapi di dalam hati Dinna yang paling dalam, ia merasa lega, ternyata ibunya masih hidup. Dinna memutuskan bahwa dia harus menerima kenyataan itu, Bu Asih pasti punya alasan tertentu. Namun, satu hal yang tidak akan mudah dimaafkan oleh Dinna yakni mengapa ibu kandungnya membiarkan dia hidup di dalam panti asuhan. Tiba-tiba Chris datang, Dinna begitu menyadari batapa besar arti Chris dalm kehidupannya. Malam ini sebenarnya Chris ingin mengakui bahwa iaadalah anak Winoto, tetapi ia urung sebab Dinna sedang dalam masalah yang tidak kalah berat dengan dirinya. Dinna duduk di samping Chris dan meminta maaf atas perbuatannya. Ia menceritakan kekecewaannya pada Bu Asih yang tega membohonginya. Dinna melanjutkan kata-katanya hanya kamu yang tidak pernah berbohong kepadaku. Terimakasih, ya.. Chris kaget. Dinna mulai berfikir esok hari akan menemui Bu Asih untuk mengetahui siapakah ibu kandungnya itu. Sementara dada Chris bergemuruh, sepertinya rahasia dirinya dengan Winoto juga akan menunggu waktu untuk terungkap. Di dada Chris, malam mulai terasa membakar. Di ruangan lain, Angga tercenung, kini pilihannya memang tinggal satu, menyerahkan diri ke polisi. Pada saat seperti itulah ia teringat akan kekurangajarannya pada sang mama dan teringat dengan Chris kakaknya. Ia kagum pada kakaknya. Ia masih mengingat pesan yang meluncur dari mulut kakaknya itu, pesan yang disertai dengan tatapan penuh sayang namun tegas. Angga melihat mamanya sedang menangis. Hati Angga tergetar. Angga menydari kesalahan yang selama ini dibuatnya, Angga langsung menghambur, menangis sambil memeluk mamanya. Santi juga tidak kuas menahan tangis, ia sangat sayang pada anaknya. Begitu memilukan. Angga mengatakan ia akan menyerahkan diri ke polisi, Santi ibunya terkejud. Santi tidak punya pilihan lain, ia menyetujuinya. Siangnya, dengan nekat dan penuh tipuan ia berusaha melenyapkan diri dan menghindar dari kawalan orang-orang bapaknya, ia segera menuju kantor polisi. Ia menyerahkan diri. Di siang yang sama, Dina sedang menunggu pengakuan dari Bu Asih. Bu Asih menatap Dinna. Lalu dengan suara tersengal, dalam tangis yang coba ditahannya, ia berkata,Dinna. ibu kandungmu adalah Bu Andini kepalanya dipenuhi oleh warna merah yang membakar, Dinna memandang Bu Asih mencoba memastikan. Hati Dinna benar-benar terpukul. Itukah sosok ibunya?. Bua Asih bisa mengerti apa yang dirasakan oleh Dinna. Hari itu, Dinna

dalam keadaan yang kalut, ia masih menangis, dalam keadaan seperti itu, Dinna merasa lebih nyaman mematikan telpon genggamnya. Tepat pada saat yang sma, Chris mendapat telpon dari kantor polisi bahwa pelaku pembunuhan yng melibatkan Bu Andini sudah mengaku, namanya Angga. Chris edih sekaligus lega. Chris bergegas ke kantor polisi. Ia berusaha menyelesaikan urusan di kantor polisi seorang diri, lalu mencarikan penginapan untuk Bu Andini. Ia ingin mmberi kabar yang menyenangkan ini kepada Dinna bahwa Angga sudah menyerahkan diri sekaligus Chris bertekad untuk menuju rumah Dinna, tapi telpon genggamnya bordering. Ternyata dari rumah neraka. Ia mengangkat telpon, lalu suara di telepon mengeluarkan suara isakan tangis ibunya. Chri naik pitam. Winoto mengancam agar Chris tidakmelapor polisi. Saat itu pula, ia siap menghadapi Winoto apapun risikonya. Tepat pada saat Chris keluar, dari jauh Dinna melihat Chris sangat kalut, lau ia memutuskan untuk mengikuti kemana Chris pergi. Dinna terperanjat, begitu mengetahui Chris masuk ke rumah Winoto. Daripa berfikir yang serba jangan-jangan, Dinna bertindak tepat. Ia bertanya kepada satpam rumah itu dan satpam itu mengatakan Itu Pak Chris anaknya Pak Winoto, Dinna terhuyung, ia kembali ke mobil, ia sangat geram, orang yang dipercayainya juga seorang pembohong. Pembohong Besar! Ia ingin memberi pelajaran yang sangat telak. Dadanya terbakar. Di dalam ruangan itu, begitu Winoto mendengar kabar bahwa Angga sudah menyerahkan diri, sasaran pertamanya adalah istrinya. Rasa marah di dadanya benar-benar sudah tidak bisa dibendung lagi. Kemudian ia menelpon Chris, begitu Chris memasuki rumahnya ia mencoba tersenyum, di belakangnya, ada tiga orang anak buah Winoto, dan yang paling dekat adalah Codet di pinggang Codet tersembul gagang pistol. Mereka beradu pandang. Ia tidak mau mengulang kejadian beberapa hari yang laluyang membuat keluar dari rumah neraka itu seperti seorang pecundang. Ia merebut pistol di pinggang Codet. Dua anak buah Winoto yang lain bergerak, dengan cepat Chris menodongkan pistolnya. Winoto terperanjat dengan semua yang telah dilakukan oleh Chris, lalu Chris mengajak mamanya keluar dari rumah itu. Waktu keluar, belum sempat Chris masuk mobil, sebuah suara yang dikenalnya terdengar memanggilnya, jelas itu suara DinnaAku sudah tahu siapa kamu! Chris tertegun. Dinna langsung berpaling hendak masuk mobil, kembali berkataJangan pernah berani menemuiku, Dinna melangkah pergi, tanpa menoleh Chris terdiam dan msuk ke mobilnya bersama ibunya. Ia menancap gas. Malam turun dengan cepat, malam itu ada rasa terbakar di dada Winoto, Dinna dan Chris. Api yang berkobar selalu punya jalan peristiwanya sendiri.

IX.

Kisah Orang yang Gelap Mata

Orang-orang duduk dengan resah. Winoto menyapu satu per satu wajah yang ada di sekitarnya. Semua orang yang dipandang Winoto kemudian hanya bisa menundukkan kepala, sembari berharap bahwa mereka masih orang yang layak dipercaya. Winoto mau semua orang yang terlibat dalam kasus ini menderita. Pertama: pengacara kuntilanak itu, Kedua: ibunya, si pelacur sialan itu. Dan ada dua orang lagi yang harus bertanggungjawab:Chris bocah laknat itu dan mamanya. Semuanya harus impas! Codet, atur semuanya. Aku mau mereka yang kusebut ada di sini dalam wktu dekat, masih hidup atu sudah mati! Mereka sadar bahwa kali ini bos mereka sedang kalap. Malam itu, sebuah peristiwa mengerikan sedang direncanakan karena keinginan seseorang yang sedang gelap mata. Sepulang dari rumah Winoto dan mendapati peristiwa mengagetkan, Dinna langsung pulang ke rumahnya dengan dada yang terbakar. Pepatah bilang cinta ibu sepanjang jalan, cinta anak sepanjang galah. Itu semua bohong! Sebab ternyata ada manusia yang tega membuat anak kandungnya sendiri menderita. Tiba-tiba di luar ia mendengar suara Chris, Chris bersikukuh, tapi pembantunya itu tetap mematuhi perintahnya. Ia melarang Chris masuk rumah. Terdengar teriakan Chris dalam deu hujan memanggil-manggil namanya dan berkataBaik, Dinna!. Kalau kamu sudah tidak lagi mau mendengar penjelasanku! Ada satu hal yang kamu perlu tahu, Bu Andini sudah bebas, dan Angga sudah menyerahkan diri siang tadi selesai mengucapkai itu, Chris menuju mobilnya dan pergi. Dinna terperanjat. Keesokan harinya, pembantunya memberi tahu bahwa Bu Asih datang, Dinna buru-buru menemui Bu Asih. Beliau menceritakan dengan jelas kejadian yang telah bertahun-tahun lewat tentang masa lalu Dinna. Tapi kalau boleh ibu memohon, kamu harus mengakui bahwa Bu Andini adalah ibumu, tidak ada yang bisa menghapus kenyataan kamu adalah darah dagingnya, ketika menitipkanmu dipanti asuhan adalah justru karena mempertimbangkan dirimu. Ia sangat takut kehadirannya akan mengganggu kehidupnmu. Ia benar-benar goyah, lalu ia pamitan kepada Bu Asih untuk menemui ibunya. Dinna langsung pergi ke kantor, lalu Chris mengajaknya masuk ke ruangan kerja Dinna. Dinna kaget ternyata di dalam ruangannya sudah ada Bu Andini, ibu kandungnya. Dinna bisa menangkap roman bahagia pada wajah ibu kandungnya itu, wajah yang belum tahu bahwa dirinya sudah mengetahui semuanya. Bu

Andini kaget mengetahui Dinna sudah tahu bahwa dia adalah ibu kandungnya, ia berusaha memberi penjelasan, kemudian minta maaf dankeluar, tapi apapun itu, memiliki seorang ibu yang masih hidup adalah sebuah hal yang sangat bahagia. Dinna langsung keluar, ia ingin memeluk ibu kandungnya. Kini rasa marah Dinna tertuju pada Chris, Dinna semakin emosikamu persiapkan sajauntuk membubarkan kantor ini!, lalu Dinna keluar bergegas mauk mobilnya untuk mencari Bu Andini, ibu kandungnya. Dinna tidak tahu , bahwa begitu ia keluar dari kantornya, marabahaya telah mengintainya, marabahaya yang lebih dulu sudah menimpa ibu kandungnya, sebentar lagi akan menimpanya. Chris yang ditinggalkannya dengan kalimat pedas itu hanya tercenung. Ia resah dan bingung. Dinna benar-benar tidak tahu peristiwa apa lagi yang sedang menimpanya. Beberapa orang menodongnya, memaksanya masuk ke mobil, membungkam mulutnya. Begitu tersadar, Dinna menydari kaki dan tangannya sudah terikat kuat, matanya tertutup. Mobil berhenti, ia dibawa masuk ke sebuah rumah, ia meronta, mencoba melawan, tapi sia-sia. Ia didudukkan disebuah kursi, ia berhadaoan dengan Winoto, lalu plak!sebuah tamparan keras menerpa wajah Dinna. Ia merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh orang yang hampir mencelakakan ibu kandungnya. Dinna menghardik keras, Dasar Bajingan, belum sempat Dinna meneruskan kata-katanya, sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Dinna. Dinna terdiam, ia menatap tajam mata Winoto. Masing-masing seperti menghunus dendam dan kemarahan. Ia sedang menghadapi orang yang marah dengan kekuasaan yang besar, Winoto sedang tidak mainmain, ia sedang kalap. Winoto kemudian mengeluarkan telpon genggam,lalu terdengar suara Chris. Tangan Winoto mendekatkan telpon itu kea rah mulut Dinna. Ia bingung apa yang akan dikataknnya, akhirnya ia berkata,Chris., Winoto segera menarik telpon genggamnya lalu berkata,Lebih baik kamu ke sini. Ingat Chris, aku tidak main-main. Tidak ada polisi. Ingat itu! Winoto menutup telpon. Chris marah da terkejut, ia segera ke kantor polisi dan melaporkan kejadian yang dialaminya. Saat Chris dan aparat polisi di bawah kepemimpinan Pak Sentot mendatangi rumah Winoto, betapa terkejutnya Chris. Di sana Dinna sedang terlibat pembicaraan informal, sungguh diluar dugaan. Ia curiga, kecurigaan Chris memang beralasan. Peristiwa yang baru dialaminya adalah sandiwara yang keji. Begitu tahu Chris datang bersama polisi, Winoto mengancam Dinna kalau ia akan membunuh Andini. Winoto meminta Dinna untuk bersandiwara bahwa mereka sedang terlibat urusan. Begitu Chris masuk ke rumah Winoto sendirian, ia dipukuli dan diringkus, lalu membawanya ke kamar dimana Dinna disekap. Chris langsung memahami peristiwa yang terjadi. Lalu Dinna menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Chris terkejut. Ia baru tahu ternyata Bu Andini adalah ibu kandung Dinna. Mereka berfikir keras agar bisa keluar dan selamat dari bahaya yang mengancam di tempat mengerikan itu. Chris hanya berharap ibunya bisa menolong mereka esok hari. Namun, Chris kemudian ragu, bahkan bisa jadi malah ibunya juga ikut tersekap. Chris menyesal telah berpesan pada ibunya untuk menyusul jika ia tidak pulang sampai pagi. Malam itu Santi benar-benar resah, Chris tidak pulang. Ia tidak tidur, pagi-pagi benar, ia bergegas keluar dari rumah menuju rumar Winoto. Tapat pada saat itu Andini juga berfikir keras, dari omongan yang didengar dari orang yang menjganya, Andini tahu bahwa Dinna sedang disekap di rumah itu. Ia lalu mempunyai ide, pelan, ia mengetuk pintu kamar yang dipakai untuk menyekapnya. Seorang laki-laki nongol di depan wajahnya begitu pintu dibuka dari lur. Ia berusaha mengeluarkan eluruh kemampuannya, dengan sengaja ia mempertontonkn bagian-bagian tertentu yang bisa membuat seorang laki-laki tertantang. Andini mulai merasa taktiknya termakan pihak lawan. Penjaga itu seperti tersihir, ia menutup pintu dari dalam, dan dengan hasrat yang menggebu, ia ingin melampiaskan dengan tuntas dan bergegas. Andini menanggpi hasrat laki-laki itu. Ketika pintu terbuka dari dalam, Andini keluar dari kamar, lalu berjalan mengendap. Sesampainya di sebuah pintu kecil, ia kaget ketika ada seorang perempuan lain yang tampak berjalan menyelinap dengan penuh hati-hati. Begitu ia melihat perempuan itu masuk, ia lalu menyelinap keluar. Tujuannya jelas, KANTOR POLISI!!! Rumah Winoto kembali terbakar, dua kejadian membuat dadanya ambrol. Pertama: Santi mencoba membebaskan Dinna dan Chris, untunglah berhasil diketahui, dan berhasil menyekapnya. Kedua: Seorang penjaganya kedapatan sedang berada di kamar Andini dalam keadaan terikat dan hampir bugil. Winoto geram sekaligus khawatir, ia lalu mendatangi kamar yang didalamnya dipakai untuk menyekap tiga orang: Dinna, Chris dan Santi. Ia mempunyai taktik, Winoto melaporkan ke kntor polisi bahwa baru saja seorang perempuan bernama Andini mendatanginya dan mengancam akan membunuhnya serta Santi, istrinya. Pak Sentot yang kebetulan menerima telpon itu menyerngit agak tidak mengerti. Ia merasa sngat bingung dengan berbagai kejadian dalam kasus Andini. Semua serba tidak masuk akal. Kini tugasnya mencari Andini dan meminta keterangan. Tiba-tiba masuk seorang perempuan. Di hadapannya,

dengan wajah ketakutan berdiri orang yang sedang dicarinya: Andini! Lalu ia memberi waktu kepada Andini untuk bercerita. Semua orang yang berdiri di ruang itu terlihat resah, terutama Winoto. Ia mengkhawatirkan kalau polisi tidak percaya akan laporannya, dan Andini akan melaporkan perbuatanya kepada polisi. Tiba-tiba telpon berdering, ternyata dari Andini, ia mengatakan bahwa ia ingin membuat perjanjian dengan Winoto. Ia ingin agar Dinna dilepas, dan sebagai gantinya, dirinya akan menyerahkan diri. Andini menyebut sebuah tempat, dan jika Winoto tidak terlihat dengan Dinna, Andini tidak akan keluar dan menampakkan diri. Winoto sepakat. Untuk memastikan itu semua, Codet dan teman-temannya beroperasi di tempat yang sedang direncanakan, untuk meringkus Andini dan memastikan polisi tidak terlibat dalam masalah ini. Winoto merasa sangat lega. Di tempat yang sudah ditentukan, Winoto menampakkan diri dalam sebuah mobil dengan Dinna disampingnya. Sebelumnya para anak buahnya melaporkan bahwa mereka tidak bisa mengetahui dimana Andini berada. Winoto tampak tegang. Ketegangan yang sama nampk di wajah Dinna, tapi kini ia tahu ibunya begitu mencintainya sehingga rela berfikir untuk menukarkan dirinya. Dari balik gelap, Andini perlahan muncul. Winoto kembali lega, anak buahnya langsung meringkus perempuan malang itu. Dinna hanya bisa menjerit keras, tapi segera Winoto menodongkan pistolnya. Adegan itu berbalik arah, tiba-tiba entah darimana tempat itu sedah terkepung oleh polisi. Winoto dan anak buahnya, tercekat, tidak bisa berkutik. Malam itu, sebuah peristiwa mencatat : Seorang perempuan yang lemah, dinistakan, penuh derita, bisa mengalahkan seorang laki-laki yang sangat berkuasa.

X.

DINNA: Pagi Ini Seperti Puisi

Ini hari yang terasa lain. Aku merasa benar-benar hidup. Diam-diam aku mulai mencintai hidup ini yang senantiasa dilengkapi dengan lembar-lembar peristiwa. Mengingat seluruh kejadian yang berminggu-minggu menderaku, aku selalu merasa ragu, aku telah melewatinya dengan baik. Aku menjadi tahu siapa saja orang yang berharga dalam hidupku. Setiap orang mempunyai harga yang besar bagi orang lain, masing-masing memiliki nilai dan keunikan bagi orang lain. Ketika badai peristiwa itu telah usai, aku melihat Chris dengan takjub dan hormat, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perih hati Chris ketika harus berhadapan dengan kejahatan ayahnya sendiri. Aku menyayangi Chris, Chris bisa menerima kenyataan tentang siapa sebenarnya ibuku. Lagipula seseorang hadir tidak boleh dinilai dan dilihat dari siapa orangtuanya. Aku teringat seorang tokoh bernama Nyi Ontosoroh, ia pernah menghadiahiku buku-buku karya Pramoeda Ananta Toer: Tetralogi Buru, yang dilarang beredar secara umum. Orang seperti Pram, adalah obor, obor yang menyala berkobar, banyak orang telah mendapatkan inspirasi dari kalimatkalimat yang ditulisnya. Aku sangat mengagumi Nyi Ontosoroh, ia bisa bangkit dalam keterpurukannya. Sosok perempuan yang sangat mengagumkan, seperti ibuku yang telah membuktikan kekutannya. Aku bangga pada ibuku. Aku ingat, dulu sewaktu aku kuliah, aku mempunyai seorang teman bernama Mirna, anak kelima dari tujuh bersaudara. Ayah mereka meninggal, menakjubkan, ibunya banting tulang dan mampu menghidupi dan memelihara anaknya yang berjumlah tujuh orang. Rumah mereka sangat sederhana, rumah itu penuh dengan kasih sayang, anakanaknya sangat patuh dan hormat dengan sang ibu. Aku juga teringat, aku sering membeli majalah di sebuah kios Koran di dekat kampusku, pemilik kios itu bernama Bu Jumirah, suaminya sudah meninggal, anaknya tiga sudah berkeluarga semua dan ia dikaruniai lima cucu, ibu yang cukup berumur, lebih tepatnya seorang nenek. Ia tidak ingin merepoti anak-anaknya, sebab itulah ia masih berjualan walau anak-anaknya telah sukses. Ia masih bisa membiayai hidupnya. Aku benar-benar terharu. Aku kembali duduk, ingin sekali aku bertanya kepada ibuku, siapakah ayahku?, tapi aku tidak tega menanyakan itu. Aku teringat Anita, adik angkatku yang sudah kuanggap sebagai adik kandungku. Dimanakah dia? Aku mulai resah. Lalu kembali muncul di pikiranku tentang hal yang lain. Chris memang bisa menerima keadaan ibuku. Tapi bagaiman dengan ibunya?. Kemudian melintas juga tentang orangtua angkatku yang sekarang sedang berada di luar negeri. Apakah mereka juga bisa menerima dengan lapang dada bahwa ibu kandungku masih hidup? Rasa resah itu tiba-tiba datng bergemuruh, hampir berbarengan merangsek dalm pikiranku. Semua harus

kuhadapi. Dan hari ini, aku ingin menikmati kebahagianku. Hidup tidak akan berjalan dengan lurus dan pelan. Semua butuh pendakian dan pengorbanan. Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Dinna. Itu suara ibuku. Segera aku berlari kea rah pintu. Dan aku langsung dihadapkan pada sosok perempuan cantik, ibu kandungku. Aku langsung mencium pipinya. Dengan agak malu-malu berkata Ibu tidak pintar memasak, Dinna . Ibu hanya memasak nasi goreng dan ceplok telur, Wah itu kesukaanku, aku langsung mengajak ibuku menuju ruang makan. Aku merangkulnya. Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya. Aku merasa sedang berada dalam surge kecil yang mendamaikan. Pagi ini, aku iagin berteriak: AKU BAHAGIA, dan AKU MENCINTAI HIDUPKU!!!!

Unsur-unsur Intrinsik Novel BUNDA

TEMA

: Kasih sayang ibu kepada anaknya

JUDUL BAB : Andini: Detik-Detik Pergulatan

Dinna: Pelangi yang Melintas pada Langit Murung Chris: Jiwa yng Tercabik Winoto: Taring yang Terasah Menyibak Belukar Peristiwa Duri Dalam Alur Meniti Badai Beliung Malam yang Terbakar Kisah Orang yang Gelap Mata

Dinna: Pagi ini Seperti Puisi

PENOKOHAN

: Andini

:Baik, penyayang, egois, bertanggungjawab

Dinna Chris Winoto Angga Bu Asih Santi Codet Bernard Pak Sentot Simon

:Baik, penyayang, penolong, bertanggungjawab, sabar :Baik, penyayang, bertanggungjawab perhatian, penolong, pintar, setia,

:Kejam, penyayang, serakah, lihai, egois :Jahat, kejam, lihai, penyayang, bertanggungjawab :Perhatian, penyayang, jujur :Baik, penyayang, sabar :Jahat, kejam, setia :Jahat, setia, lihai :Baik, penolong, bertanggungjawab :Baik, penakut

LATAR o

Latar Tempat :Di Rumah Winoto, Di panti asuhan, di lorong-lorong, di kantor, di rumah sakit, di rumah Dinna, di kamar Andini, Di kantor polisi :Pagi hari, Siang hari, Sore hari, Malam hari

o Latar Waktu
o

Latar Suasana :Menegangkan, mengharukan, menyedihkan, gembira

KELEBIHAN NOVEL BUNDA

o Novel ini mempunyai karakter tersendiri


o

Cerita yang terkandung dalam novel ini sangat menarik

o Memberikan pelajaran dan nasihat yang baik o Menceritakan banyak pengalaman hidup o Pedoman dan memberi banyak solusi menghadapi masalah o Dominan dengan hal positive

KEKURANGAN NOVEL BUNDA

Penyajian yang kurang menarik

NILAI KEHIDUPAN YANG TERKANDUNG

o Novel ini mengajarkan agar kita tegar dalam menghadapi cobaan hidup o o o o o o o o o Selalu berusaha menggapai cita-cita Mengajarkan agar bisa hidup mandiri Berpedoman pada kebenaran Menyayangi dan bisa saling berbagi Menolong dengan ikhlas Bertanggung jawab dalam hal apapun Jujur Bersikap hormat pada siapa saja Patuh pada nasihat orangtua

Berhati besar dan mau meaafkan kesalahan orang lain

AMANAT

Hidup harus dijalani walau banyak masalah dan rintangan yang harus dilalui, lakukan dengan jujur, dan penuh tanggungjawab.
o

Bagaimanapun keadaan orangtua kita, kita harus menerimanya, karena berkat merekalah kita lahir ke dunia ini dan berkat kasih sayang serta ajaran hidup mereka kita menjadi seseorang yang mandiri, tentunya bisa berhasil dalam menjalani hidup ini.
o

RESENSI NOVEL REALITA CINTA dan ROCK N ROLL


(BAHASA. INDONESIA)

OLEH:

I Nyoman Lahendra Kelas: IX A No: 15

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Widya Sakti Penatih Tahun Ajaran 2009/2010

MERESENSI NOVEL
Judul Novel Penulis Penerbit :Realita Cinta dan Rock N Roll :FX Rudy Gunawan :Gagas Media

Jumlah Halaman :155 halaman

Jumlah BAB Tahun Terbit Harga Warna Cover

:XI BAB (Bagian) :2006 :Rp. 30.000-, :Merah ( Foto pemain utama )

HAK CIPTA DILINDUNGI

Unsur-unsur Intrinsik Novel Realita Cinta dan Rock N Roll

TEMA

:Kisah Cinta Anak Muda

JUDUL BAB

:Jakarta Kota Ngehe Tercinta

Life Is Cruel, Man! Queen Of Darkness Love Nurt Legenda Lidah Melet Badai Kehidupan Ipang Heart Break Hotel Realitas Nugie Mau Gak Mau Harus Mau Gue Mau Bunuh Diri

PENOKOHAN: Ipang
Nugie Sandra Sinta Dido

:Jail, malas, keras kepala :Jail, baik, keras kepala, pendiam :Ramah, jail :Baik, ramah, penyayang :Pintar, baik, rajin, humoris

Bokap Ipang :Perhatian, penyayang Nyokap Ipang :Baik, penyayang

LATAR
o

Latar Tempat Distro CD

:Di Rumah Nugie, Sekolah, Di Rumah Ipang, Di Caf, Di

o Latar Waktu

:Pagi hari, Siang hari, Sore hari, Malam hari

o Latar Suasana :Seru, Mengasyikkan, Menantang, Mengharukan

KELEBIHAN NOVEL Realita Cinta dan Rock N Roll

o Novel ini mempunyai warna yang cukup menarik (alur) o Cerita yang terkandung dalam novel ini memberi semangat untuk berkarya o Novel ini memberikan ide kita untuk menjadi seorang penulis yang professional

KEKURANGAN NOVEL Realita Cinta dan Rock N Roll

o o

Ceritanya membuat kita jenuh membacanya Dalam cerita terlalu dominan prilaku yang tidak baik (negative)

NILAI KEHIDUPAN YANG TERKANDUNG

Novel ini memberikan kita suatu nasihat agar tidak mudah

menyerah dalam keadaan apapun. o o Mengajarkan agar menjadi mandiri dan bisa berfikir kreatif Selalu berfikir positive

AMANAT

Walau banyak rintangan, hidup harus terus berlanjut, semuanya memerlukan usaha dan niat tidak akan berhasil tanpa usaha yang keras.
o

o Pengalaman adalah hal yang dapat mendidik seseorang dalam menjalani hidup, dan tentunya mempunyai pengaruh yang besar.

RESENSI NOVEL MONA JADI LISA


(BAHASA. INDONESIA)

OLEH:

I Dw Ayu Agung Dyana Putri Dwipayani Kelas: IX A No: 02

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Widya Sakti Penatih Tahun Ajaran 2009/2010

Meresensi Novel
JUDUL NOVEL PENGARANG PENERBIT TAHUN TERBIT HALAMAN JUMLAH BAB HARGA BUKU WARNA COVER GAMBAR BUKU :MONA JADI LISA :AGNES JESSICA :VANIA BOOKS :2007 :3-128 :10 BAB :Rp 21.000 :ORANYE :SEORANG PEREMPUAN YANG SEDANG MELAMUN

Anda mungkin juga menyukai