“Oh ya…” Ekspresi kaget Fajar agar Dinda tidak mencurigainya. Ia mengetahui segala hal
“Ini untuk apa?”. Tanya Dinda menunjuk kearah piring kosong itu.
“Yakin kamu nggak ingin membagi bekalmu kepada teman mu ini?” Fajar berbalik bertanya
Dinda meragukan ucapan Fajar. Melihat respon Dinda yang meragukannya ia pun
mengambil kotak nasi itu dan memasukan sebagian nasi goreng ke dalam piring kosong
miliknya. Dinda tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dinda tak menyangka akan se-
akrab ini dengan Fajar. Menurutnya Fajar bertingkah begitu lucu, konyol, apa adanya.
“Apa menurutmu sikapku berlebihan ?” Fajar selalu berbalik bertanya pada Dinda.
“Tidak begitu, aku hanya merasa kamu mudah akrab dengan orang yang baru kamu kenal,
Fajar melempar senyuman. Mulutnya penuh dengan makanan. Ia sedikit sulit berbicara.
Pertanyaan Dinda seolah menjebaknya. Ia tak ingin Dinda mencurigai sikap baiknya. Ingin
sekali ia mengatakan bahwa sikap manisnya itu hanya semata kepada Dinda seorang.
selama ini hampir semuanya memintaa Dinda untuk menjadi kekasihnya tak ada yang hanya
Fajar dikenal sosok yang dingin. Bicara seperlunya. Bersikap seadanya. Meski
berprestasi dalam bidang olahraga namun ia merasa itu bukanlah sesuatu yang di banggakan.
Ia berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mendalami soal agama. Ia lelah dengan
keadaan itu. ia sedang belajar menjadi lebih baik lagi. Memperdalam ilmu agamanya dan
termasuk mencari wanita yang kelak tidak hanya menjadi istri sholehah tapi juga ibu yang
Cuaca pada hari ini sedang tidak bersahabat. Banyak dari teman kelas Dinda yang
kejebak hujan sehingga terkendala untuk hadir. Untungnya ada Fajar yang datang
menawarkan tumpangan kepada Dinda. Jika tidak, Dinda pun akan sama nasibnya dengan
temannya yang lain, meski kehilangan mata kuliah jam pertama paling tidak masih bisa
Mata kuliah keduanya siang itu adalah Psychology. Mata kuliah yang paling banyak
mencatat. Saat sedang fokus mencatat. Ponsel Dinda bergetar, sengaja tidak ia aktifkan nada
dalam tasnya. Rupanya pesan masuk dari Abdullah. Pesan yang ia tunggu-tunggu dari tadi.
“Assalamu’alaiqum Dinda.. aku harap hari ini kamu tidak sibuk. Aku sudah mengirimkan
kelanjutan ungkapan Dinda pada hari ini. Pikirannya jadi terganggu setelah menerima pesan
itu. Bukan karena takut, tapi karena tak sabar ingin membicarakannya segera dengan
Abdullah.
Kedua matanya mengarah ke jam dinding yang berada di ruang kelas nya. tepat berada di
atas papan tulis. Menunjukan jam 13:20. Lima menit lagi mata kuliah kedua berakhir dan ia
juga menoleh kearah jendela kelasnya. Ia ingin memastikan bahwa cuaca sudah tidak gerimis
lagi. Ia tidak ingin hujan menjadi penghalang pertemuannya dengan Abdullah. Rasanya ia
ingin sekali berteriak kencang pada hujan untuk tidak turun dulu.
Usai dosen mengakhiri pertemuan hari itu. Dinda dengan cepat membereskan buku nya
dan bergegas keluar. Lili yang duduk berdampingan dengannya hanya menunjukan ekspresi
bersemangatnya ingin bertemu dengan lelaki idamannya, ia bahkan lupa kalo tadi ia
Dinda memilih menaiki angkutan umum. Meski ia menyadari bahwa jika menggunakan
angkutan umum akan memakan waktu yang cukup lama karena lokasi yang Abdullah pilih
Tak lama kemudian muncul angkutan umum dari arah utara. Ia tidak sendiri. Beberapa
mahasiswa juga menaiki angkutan umum yang sama dengannya. Hati dinda tidak tenang.
“Woeee.. loe yang didepan jangan diam aja” suara teriakan dari salah satu pengemudi yang
Tak bisa berkata-kata lagi. Dinda terdiam menyaksikan skenario yang Allah berikan
Ditengah keramaiaan taman. Abdullah duduk menunggu kedatangan Dinda. Waktu yang
Suara adzan terdengar. Abdullah sudah tidak bisa menunggu lagi. Ia mencoba
menghubungi Dinda namun ponselnya tidak aktif. Setelah lama menunggu Abdullah pun
Masih dengan kemacetan lalu lintas. Dinda masih menunggu meski sesekali memjamkan
berada didalam tas nya, berniat menghubungi Abdullah. Kegelisahannya semakin bertambah
“Kenapa harus lowbet di waktu yang salah sih.. Ayolah" ia terus menekan tombol on
ponselnya.
Satu jam kemudian. Akhirnya lalu lintas kembali terkendali. Jam 17:15 sore menjelang
maghrib Dinda sampai dilokasi yang dijanjikan. Taman itu terlihat sudah sepi. Hanya ada
beberapa pasang kekasih yang masih duduk. Dinda mencari Abdullah, menengok ke kiri dan
kanan. Setelah lama mencari ia tidak menemukan Abdullah. Ia duduk menenangkan dirinya.
Kisah cinta yang Dinda alami mengingatkan kepada kisah cinta Zulaikha dan nabi Yusuf.
Saat Zulaikha mengejar Yusuf, Allah jauhkan Yusuf untuknya. Tapi saat Zulaikha mengejar
Allah, Allah dekatkan Yusuf untuknya. Begitupun dengan Dinda dan Abdulah. Saat Dinda
Langit sudah mulai gelap. Dinda yang tak menemukan Abdullah memilih untuk pulang
dengan perasaan bersalah karena sudah tidak tepat waktu. Kali ini ia pulang dengan memesan
taksi online karena sudah maghrib pasti dingin jikalau menggunakan Gojek.
***