Anda di halaman 1dari 6

Seperti apa yang mereka bicarakan di 

chat, Angga dan Dinda sudah berada di lokasi konser sejak


jam enam pagi, jika boleh jujur Angga benar-benar malas bangun pagi lalu mengantri
berlama-lama seperti yang dia lakukan sekarang.

Meskipun begitu, sepertinya cinta Angga kepada Dinda lebih besar dibanding rasa malas yang ia
miliki karena melihat Dinda yang sangat antusias ternyata juga berhasil membuat Angga lebih
bersemangat.

Kini keduanya baru saja memasuki holding area, setelah kurang lebih tiga jam mengantri.
Selangkah lagi dan mereka akan sampai pada venue tempat konser benar-benar diadakan.

“Angga gue mau foto di photobooth.” Sambar Dinda, langsung saat keduanya memasuki holding
area.

“Harus ya Din? ngantri lagi itu.” Angga menampakan wajah malasnya yang dibalas rengutan
oleh Dinda.

“Masa nonton konser ini gak foto di photobooth si Ga, itu tuh wajib tahu.” Rengeknya.

Angga menghela nafasnya pelan, tidak mungkin angga menolak Dinda yang menatapnya dengan
mata berbinar seperti sekarang.

Angga lalu mencubit pipi Dinda, tidak tahan lagi karena Dinda yang sedang antusias terlihat
sangat menggemaskan bagi Angga. “Iya deh princess, hari ini gue turutin deh semua kemauan
lo.”

“Gitu dong,” Dinda tersenyum cerah. 

“Makasih Angga.” Setelahnya gadis itu dengan ceria berjalan cukup cepat ke arah photobooth
sampai tiba-tiba seseorang tidak sengaja menyenggol Dinda.

“Sorry kak.” Orang itu tampak terkejut dan langsung meminta maaf.

“Nggak apa-apa.” Dinda berkata ramah, tidak ingin memperpanjang masalah.

“Lo nggak apa-apa?” Angga bertanya, setelah orang yang tadi menyenggol Dinda pergi.

“Nggak apa-apa sih.” Dinda mengerutkan keningnya.

“Tapi ini jari gue kok jadi perih.” Dinda melihat jarinya dan benar saja ada sebuah goresan di
sana yang sedikit mengeluarkan darah.

“Kegores itu, kok bisa sih?” Angga menggenggam tangan Dinda untuk melihat luka gadis itu.
Sejujurnya Angga tidak bermaksud modus dan benar-benar pure hanya ingin melihat jari Dinda
yang tergores, hanya saja Angga tidak tahu bahwa niat baiknya itu berhasil membuat jantung
Dinda berdetak lebih cepat.

“Tadi…” Dinda mati-matian mengatur detak jantungnya agar bisa kembali normal, jangan
sampai Angga tahu kalau Dinda sedang salah tingkah. 

“Kayaknya tas orang yang tadi ada yang tajam deh terus kena gue.”

“Makanya kalo jalan pelan-pelan Adinda.” Angga lalu melepaskan tangan Dinda, mengambil
sesuatu dari ranselnya yang tampak sangat besar berbanding terbalik dengan sling bag pink milik
Dinda yang mungil. Angga mengeluarkan sebuah plaster lalu memasangkannya pada jari Dinda.

“Ga itu tas lo udah kayak kantong doraemon deh, lo bawa apa aja sih?” Dinda melongo melihat
ransel berwarna hijau Army itu karena sedari tadi saat mereka baru saja sampai di lokasi konser,
ada banyak barang yang sudah Angga keluarkan dari ransel itu. 

Saat Dinda dan Angga harus duduk di lantai waktu mereka sedang mengantri, Angga tiba-tiba
mengeluarkan sebuah selimut kecil untuk menutupi kaki Dinda yang memakai celana pendek.
Ketika Dinda tampak lemas, Angga mengeluarkan coklat dari ranselnya. Angga juga membawa
dua kipas portable dan hal itu sangat Dinda syukuri karena Dinda sendiri benar-benar lupa
membawa benda tersebut.

“Gue harus bawa banyak barang karena lo suka lupa bawa apa aja.” Angga menatap lekat-lekat
Dinda, lalu tangannya memegang bahu gadis itu. 

“Sekarang ayo ngantri ke photobooth karena gate udah mau dibuka.”

Dinda menundukan wajahnya dengan cepat, instingnya mengatakan jika wajahnya memerah dan
harus disembunyikan dari Angga. Tatapan Angga dan tangan yang memegang bahunya barusan
entah mengapa membuat Dinda merasa begitu gugup. Takut Angga menyadari keanehannya,
Dinda pun langsung kembali berjalan dengan cepat ke photobooth meninggalkan Angga.

“Pelan-pelan Adinda Kamisya.”


Berkat semangat Dinda, ia dan Angga berhasil mendapatkan spot tepat di depan panggung.
Disaat mata Dinda berbinar melihat panggung di depannya yang tampak meriah, ada Angga yang
menatap Dinda penuh dengan rasa senang dan memuja, tentunya tanpa Dinda sadari.

“Happy banget ya?” Tanya Angga.

Dinda mengangguk, matanya masih terpaku menatap panggung. “Banget.” Katanya, lalu
mengatur sesuatu di smartphone miliknya. 

“Pokoknya fancam gue harus bagus.”

Mendengar kalimat Dinda, tangan Angga terulur untuk mengambil smartphone yang digenggam


gadis itu. “Gue aja yang videoin Shawn.”

Dinda tampak bingung, “Maksudnya?”

“Gue aja yang bikin fancam Adinda.”

“Emang lo bisa?” Tanya Dinda bingung.

Angga tersenyum tengil menanggapi pertanyaan Dinda, “Udah belajar gue ama mbak Joyi.” Dia
lalu menatap Dinda mencoba meyakinkan.

“Pokoknya masalah fancam lo serahin ke gue, lo cukup menikmati konsernya.”

Angga tersenyum katika jari telunjuknya ia arahkan pada kening Dinda, “Lo rekamnya disini aja
dalam memori lo.” 

Angga mengangkat smartphone Dinda yang dari tadi ia genggam, “Jangan fokus rekam disini.”
Jelasnya.

“Makasih Angga.” Dinda benar-benar tidak tahu kata apa lagi yang bisa ia ucapkan ke Angga
selain terimakasih.

“Jangan terharu dulu dong, gue masih punya kejutan lain.” Angga tersenyum jenaka, jika melihat
Shawn Mendes membuat Dinda bahagia maka melihat Dinda yang melihat Shawn Mendes
adalah kebahagiaan untuk Angga, hal ini bisa dipastikan dari banyaknya senyuman Angga pada
hari ini. Dengan gerakan cepat Angga mengeluarkan sesuatu dari ranselnya.

Ketika dapat dengan jelas melihat apa yang baru saja Angga keluarkan, mata Dinda langsung
terbelalak tidak percaya pasalnya Angga mengeluarkan sebuah banner cukup besar dengan
sebuah tulisan yang sama mengejutkannya.
“SHAWN PLEASE NOTICE THIS BEAUTIFUL GIRL BESIDE ME.” Hal itulah yang tertulis
disana, disertai tanda panah ke arah kanan.

“Tolong banget lo berdirinya sebelah kanan gue ya Din, biar Shawn gak salah notice.” Kata
Angga, dengan wajahnya yang polos.

Dinda sudah tidak habis pikir dengan apa yang sekarang Angga lakukan untuknya, jadi yang bisa
ia lakukan adalah memeluk Angga dengan erat, tidak lama karena tidak enak juga dengan
manusia yang ada banyak di sekeliling mereka. Tanpa Dinda sadari saat cahaya lampu mulai
redup tanda konser akan segera dimulai, ada Angga yang juga sibuk menutupi pipinya yang
memerah akibat pelukan Dinda.
Hari sudah mulai gelap saat Dinda sampai ke rumahnya, setelah tiga jam konser yang tadi ia
nikmati. Kini Dinda sudah berada di kamarnya, memakai piyama warna pink yang merupakan
hadiah ulang tahunnya tahun lalu dari mbak Joyi.

Senyuman masih setia terpatri di wajah Dinda, bertemu dengan Shawn Mendes yang kurang
lebih sudah lima tahun ia sukai merupakan salah satu mimpi besarnya. Dinda pertama kali
dikenalkan dengan Shawn, dan semua lagunya oleh mantan pacar Rendi abangnya. Kala itu
Dinda masih SMP yang memang suka mendengarkan lagu-lagu galau merasa sangat cocok
dengan lagu-lagu dari Shawn, karena itulah bahkan setelah abangnya putus pun Dinda tetap
menyukai dan mendengarkan musik Shawn.

Ada perasaan penuh yang dirasakan Dinda saat mengingat lagi momen-momen yang hari ini ia
lewati, konser musik pertamanya dengan penyanyi kesukaannya. Dinda masih mengingat sangat
jelas suara Shawn yang ternyata lebih menakjubkan ketika didengarkan secara langsung, tidak
lupa juga sosok Shawn yang ternyata juga lebih menakjubkan saat dilihat secara langsung.
Nyanyian para penonton dan segala suasana yang terjadi membuat Dinda rasanya sudah
merindukan lagi hal itu.

Kehadiran Angga juga menjadi pelengkap untuk salah satu hari bersejarah bagi kehidupan Dinda
ini, sahabatnya sejak kecil itu benar-benar melengkapi kebahagiaan Dinda. Perihal Angga, Dinda
jadi teringat pada fancam yang tadi Angga janjikan padanya, mengingat itu Dinda pun langsung
mengambil smartphone yang masih ada di tasnya.

Dinda menonton setiap video yang ada di galerinya dengan seksama, takjub juga dengan
kemampuan Angga yang benar-benar bisa dengan baik mengabadikan setiap momen yang tajadi
di konser tadi. Angga tidak hanya sekedar mengambil video Shawn, beberapa kali juga ada video
dimana isinya adalah Dinda yang tampak sedang bersemangat ikut bernyanyi.

Dinda masih tersenyum cerah melihat setiap video-video yang Angga abadikan, ketika tiba-tiba
ada sebuah video yang menarik perhatiannya lebih dari video lain. Pada video yang membuatnya
terkejut ini, objek yang direkam merupakan Dinda yang tampak sangat bahagia mengikuti
nyanyian Shawn, pada momen itu Shawn sedang menyanyikan lagu berjudul fallin all in you. 

Bukan tampak dirinya sendiri yang menarik perhatian Dinda, bukan juga nyanyian Shawn yang
terdengar begitu merdu disana, melainkan suara Angga dan apa yang laki-laki itu sebutkan di
dalam video tersebut.

“Cantik banget sih Din, bahagia banget gue lihatnya.”

Itulah yang Angga katakan, kalimat yang tadi saat di venue tidak Dinda hiraukan karena terlalu
asik menyaksikan panggung Shawn, yang kini bisa ia dengarkan dengan jelas lewat video.
Video itu sudah berhenti berputar, tapi rasanya kalimat Angga masih terus berputar di benak
Dinda, tidak lupa dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih kencang. Pada saat ini lah,
Dinda sadar sesuatu sedang terjadi padanya.

Anda mungkin juga menyukai