Anda di halaman 1dari 7

NAMA : IKROMI LATIFANO

KELAS : XII MIPA 2

NO : 18

Impian Dani
Minggu itu adalah hari libur yang menyenangkan bagi seorang anak kecil bernama
Dani, hari dimana anak kecil berumur 9 tahun yang masih menikmati masa kanak – kanak.
Tercium bau yang sangat sedap seperti di restaurant, datanglah masakan Ibu tercinta dari
arah dapur istana untuk Dani.

“Dan, ibu buatin masakan kesukaan Dani, nasi goreng sosis yang lezat ini” panggil ibu
dari dapur. Dani menjawab “Wah iya bu dani sangat suka dengan masakan paling lezat
sedunia ibu” Dani berteriak dengan kegirangan karena dibuatkan makanan kesukaannya.

Sambil menikmati makanannya, Dani juga seorang anak yang sangat menyukai
sepak bola. Setiap hari minggu, Dani pasti menonton pertandingan sepak bola di televisi
rumahnya. Setiap sore, ia selalu pergi bermain sepak bola dengan teman – temannya di
desa sebelah. Waktu sudah sore, sekitar pukul 4, ia rutin di hampiri oleh 2 orang sahabat
setianya dari kecil, yaitu Gilang dan Dika.

“Assalamu’alaikum Daniii.. Dani..” panggil Gilang, Dani pun menjawab


“Wa’alaikumsalam, iya tunggu bentar”

Dani sempat terdiam, mengingat pesan bapak yang setiap hari bekerja sebagai
buruh, bapak ingin Dani jangan bermain – main terus dan sebaiknya belajar di rumah saja,
dari pada bermain bola.

Saat ini juga cuaca sangat mendung, awan hitam sudah berkumpul bagai domba
hitam yang marah, tetapi Gilang dan Dika sudah menunggu lama. Akhirnya Dani pergi
bersama ke lapangan di desa sebelah. Dani pergi dengan diam – diam seperti maling, karna
ibu sedang mencuci pakaian. Dani yang bandel tidak memperdulikan pesan bapak waktu
itu, ia tetap pergi dengan kedua sahabatnya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh langit yang akan runtuh.

“Duarrr!!”, suara petir yang kencang membuat kaget seluruh anak – anak di lapangan.
Hujan pun turun dengan lebat seperti badai. Ibu yang masih mencuci di belakang langsung
mencari – cari Dani apakah ia masih di rumah atau ia kabur pergi bermain bola.

Sesaat setelah hujan turun, Dani langsung pulang ke rumah. Ia sudah basah kuyup
terguyur air hujan. Dani langsung berlari ke kamar mandi karena badannya kotor. Ibu
menyuruhnya mandi dengan air hangat, tetapi Dani tidak mau. Beberapa jam kemudian
Dani mengeluh tidak enak badan.
“Bu sepertinya badan Dani tidak enak, makanpun perutku susah menerima, selalu mual
dan mual”, keluh Dani.

“Nahh , Ibu kan sudah bilang, mandi pakai air hangat saja, badanmu masih kedinginan eh
malah mandi pakai air dingin, jadi sakit kan kamu Dan”, jawab Ibu.

Bapak baru pulang ke rumah sambil melepas jas hujan. Bapak melihat sepeda Dani
basah dan kotor. Bapak curiga dengan Dani bahwa ia habis bermain bola.

“Daniiii!!” jawab bapak dengan suara keras.

Dani langsung kaget terkejut karna mendengar bapak memanggil dengan nada
keras sehingga membuat jantung Dani seperti mau copot.

Dani pun menjawab. “Dalem pak”, jawab Dani.

Bapak bertanya “Itu sepeda masih di luar rumah, kotor terus masih basah, kamu main bola
di lapangan ya?”.

Dani pun menjawab “Iya pak, Dani tadi main bola di desa sebelah, soalnya tadi cuma
mendung belum hujan, Dani kan juga udah lama ga main bola pak”

“Dan, bapak kan sering bilang, jangan main bola lagi di sana, apalagi masih musim
hujan!”

Selang beberapa jam kemudian, Dani yang dipanggil – panggil di kamar tidak
menjawab, akhirnya ibu mendatangi Dani ke kamar, ibu melihat Dani yang masih tertidur,
ternyata badannya sudah panas. Ibu langsung mengompresnya dengan air hangat dan
membuat kan semangkok sayur sop dan tempe goreng makanan kesukaan Dani juga.

Keesokan harinya, panas Dani belum sembuh juga, sehingga ia tidak berangkat
sekolah sampai 3 hari. Sahabat dekat Dani yaitu Gilang dan Dika yang mengetahui Dani
belum berangkat, membuat keduanya menjenguk Dani kerumah, saat di rumahnya Dani
mengatakan jika ia tidak akan bermain bola kembali, ia menceritakan bagaimana ia tidak
diperbolehkan bermain bola kembali. Gilang dan Dika kaget Dani mengatakan seperti itu.
Padahal mereka bertiga bermimpi akan menjadi pemain bola profersional dan berada di
klub yang sama pula. Gilang dan Dika tetap ingin Dani bermain bola kembali.

Gilang mengatakan “janji kita bertiga dulu harus dilalui sama – sama, halangan
apapun yang kita lewati harus kita terjang meskipun sekuat badai, Dan perjalanan kita
menjadi atlet sepak bola masih panjang, kita harus selalu semangat dalam menjalani
apapun.

Pada hari minggu kemudian, Gilang dan Dika mengajak Dani kembali di lapangan
desa sebelah, ia mengajaknya kembali karna mereka bermimpi ingin menjadi pemain
sepak bola, akhirnya mereka bertiga sampai di lapangan, keadaan cuaca hari itu sedang
mendung juga, bahkan sangat hitam dari hari sebelumnya, memang bulan ini adalah
puncak curah hujan yang tertinggi dalam kurun waktu setahun ini. Tak lama kemudian,
hujan deras pun turun, Dani dan teman – temannya berlari dan pulang kerumah masing –
masing. Seperti biasa, mereka pulang dengan naik sepeda, di tengah – tengah perjalanan
Dani pulang dengan tergesa – gesa, tiba – tiba Dani terjatuh karna menabrak kubangan air
yang ternyata lumayan dalam, ia langsung terjatuh, Gilang dan Dika yang berboncengan
itu langsung seketika mengampiri Dani yang terjatuh, mereka menolongnya dengan rasa
kasih sayang seperti seorang ibu kepada anaknya. Dani terkena luka yang cukup membuat
menangis anak 8 tahun seumur dia, Dani langsung membonceng Gilang sedangkan Dika
menaiki sepeda Dani yang terjatuh. Mereka saling membantu satu sama lain, saat
perjalanan ke rumah Dani, kejadian sial sungguh terjadi kembali, sepeda milik Dani yang
dinaiki Dika lepas rantainya, hal ini membuat Dani yang sebelumnya menangis menjadi
tertawa terbahak – bahak, Gilang pun ikut tertawa melihat Dika yang kesulitan, bukannya
menolong, justru Gilang dan Dani tidak membantu – bantu karena masih tertawa, akhirnya
mereka membantu memperbaikinya, mereka tertawa terus menerus sampai ke rumah Dani.

Sesampainya di rumah, ternyata bapak sudah pulang duluan, mereka bertiga


sempat takut ingin masuk kedalam rumah lantaran bapak Dani sudah pulang, bahkan Dika
yang paling tua diantara ketiga persahabatan mereka takut akan bertemu dengan bapak
Dani, akhirnya Gilang memberitahu Dika agar mereka jangan takut dan masuk ke rumah.

Mereka bertiga masuk dengan perlahan, tiba – tiba bapak datang kedepan, bapak
menunjukan wajah kesal dan marahnya karna Dani sudah melanggar ke 2 kalinya sejak
bapak melarang Dani untuk bermain bola kembali. Gilang dan Bayu pun ikut kena
marahnya lantaran mereka berdua lah yang mengajak Dani untuk bermain bola di desa
sebelah.

Hujan pun reda, Gilang dan Dika disuruh pulang karena waktu juga hampir magrib,
setelah mereka berdua pulang, Bapak masih sangat kecewa dengan Dani karena sudah ,
melanggar peraturan bapak. Sehingga membuat Dani takut bila ingin bermain bola
kembali, sejak saat itu Dani menjadi sedih kerena tidak bisa bermain bola kembali.

Sampai Dani menginjak pendidikan di SMP, Dani jadi takut bila ingin bermain
bola bersama teman – temannya. Padahal mereka bertiga berencana pada saat SMP
mengikuti Sekolah Sepak Bola di kotanya.

Suatu saat Gilang dan Dika mendatangi rumah Dani karena ingin berbicara dengan
bapak Dani agar ia dapat bergabung dan mendaftar Sekolah Sepak Bola yang lebih teratur
dan ada peltihnya. Tetapi bapak masih tidak setuju dengan bujukan Gilang dan Dika agar
Dani dapat berlatih sepak bola. Sampai – sampai Ibu Dani menasehati bapak agar anaknya
dapat Sekolah Sepak Bola. Bapak masih kuat dengan pendiriannya bahwa Dani tidak akan
bermain bola sama sekali. Bahkan yang lebih parahnya lagi bapak akan mengancam Romi
agar tidak bermain bersama dengan Gilang dan Dika bila ia bermain bola ataupun
mendaftar Sekolah Sepak Bola.
Bapak Dani memang orang yang keras kepala, di nasehati Ibunya pun susah.
Padahal cita – cita seorang anak harus didukun dari orang tua itu sendiri.

Suatu ketika Dani ingin mendaftar Sekolah Sepak Bola atau biasa disingkat SSB.
SSB di kota nya terkenal cukup baik akan fasilitas dan pelatih yang profesional. Dani
ternyata diam – diam dengan bersama Gilang dan Dika mendaftar SSB di kota nya.
Mereka mendaftar melalui beberapa tahap, seminggu kemudian setelah ia mendaftar,
mereka bertiga langsung menjalani beberapa tes untuk masuk di SSB. Saat itu juga Dani
ijin kepada Bapak dan Ibunya untuk kerja kelompok dengan teman kelasnya, padahal , ia
malah mengikuti tes Sekolah Sepak Bola.

Hari berlalu sampai kurang lebih 2 minggu lamanya, mereka bertiga mendatangi
Sekolah Sepak Bola di kotanya. Sekitar 1000 anak seusianya yang mendaftar di SSB
tersebut, saat mereka melihat satu persatu nama yang diterima, nama yang pertama kali
mereka bertiga lihat adalah Dika, sontak seketika Dika merasa senang seperti mendapatkan
uang 1 triliun karna namanya ada di pengumuman penerimaan anggota SSB tersebut, nama
kedua yang muncul adalah Gilang, ia juga merasa senang sekali seperti hal nya Dika.
Nama Dani belum mereka temukan, karna pada saat itu juga banyak anak berdesak –
desakan untuk melihat nama – nama mereka yang diterima di SSB, Dani sempat pasrah
karena belum menemukan namanya, Gilang dan Dika juga bersusah payah untuk mencari
dimana nama Dani berada, sampai setengah jam pun waktu berlalu, mereka bertiga masih
belum menemukan nama Dani di pengumuman tersebut, tiba – tiba Bayu menemukannya,
tetapi bukan Dani tersebut, melainkan anak lain dari kota yang sama yang kebetulan
bernama Dani juga, Dani semakin sedih dan pasrah karena nama ia ternyata tidak
tercantum pada pengumuman. Tiba – tiba panitia penyelenggara Sekolah Sepak Bola
datang kembali, panitia membawa selembar kertas lagi, mereka bertiga sempat terdiam
seketika lantaran apakah kertas yang dibawa panitia tersebut. Ternyata kertas yang dibawa
panitia adalah salah satu pengumuman yang lupa mereka tempelkan, sambil menunggu
panitia menempel di papan pengumuman. Dani, Gilang dan Dika langsung mendatangi
kertas terakhir tersebu. Sungguh senang dan terkejut sampai hampir jantungan. telah
diterima di Sekolah Sepak Bola tersebut, namanya tercantum paling atas. Mereka saling
berpelukan karena telat diterima di SSB tersebut.

Seminggu kemudian mereka bertiga mulai berangkat berlatih di SSB tersebut. Lagi
– lagi Dani ijin kepada Bapak dan Ibunya bahwa ia hanya berangkat kerja kelompok.
Bapak dan Ibunya belum mengetahui bahwa ia telah diterima di Sekolah Sepak Bola di
kotanya. Sewaktu latihan Dani dan kedua sahabat karibnya sangat senang dan bersemangat
karena impiannya berlatih pada Sekolah Sepak Bola yang sama telah terwujud.

Mereka berlatih setiap hari senin, rabu, jumat dan minggu pada sore hari, setiap
hari latihan, Dani pasti ijin sehabis pulang sekolah, selama kurang lebih 2 bulan, ia berlatih
tanpa diketahui oleh orang tuanya. Karena ijin Dani adalah kerja kelompok, Ibu sempat
curiga karena selama seminggu empat kali kerja kelompok. Suatu saat Ibu mengecek
sepatu bola Dani saat ia kerja kelompok. Ternyata sepatu sepak bola pasti tidak ada setiap
ia latihan, disini Ibu sudah sangat curiga. Apalagi latihan tepat di hari yang sama, yaitu
senin, rabu, jumat dan minggu. Sehingga menimbukan pertanyaan apakah aktivitas yang
dilakukan dengan Dani akhir – akhir ini.

Malam telah tiba, sebelum Dani tidur, Ibu mendatangi kamar Dani

“Danii , dani sudah tidur?” tanya Ibu,

Kemudian Dani menjawab “Belum bu, Dani belum tidur, masih mengerjakan tugas
sekolah bu” , “bolehkah Ibu masuk?” tanya Ibu kembali

“Iya bu silahkan gapapa” jawab Dani , kemudia Ibu bertanya “Dani , Ibu mau tanya, kamu
jawab dengan jujur ya, sebenernya kamu akhir – akhi ini setiap pulang sekolah kamu benar
kerja kelompok? Atau kamu bermain sepak bola? Ibu tidak marah kalau kamu memang
suka sepak bola dan ingin berlatih sepak bola”

Dani bingung mau jawab apa, ia takut Ibu akan cerita ke bapak bila ia berlatih
sepak bola di Sekolah Sepak Bola. Tetapi Dani memberanikan diri menjawab

“Iya bu, sebenernya Dani sudah lama berlatih sepak bola dengan Gilang dan Dika, Dani
sudah memimpikannya sejak kecil, kami ingin berlatih di Sekolah Sepak Bola bersama,
Alhamdulillah kami juga diterima 2 bulan yang lalu, kami berlatih pada hari senin, rabu,
jumat dan minggu setiap jam 3 sore. Tapi bu, Dani takut akan ancaman bapak waktu itu,
Dani takut apabila bapak mengetahuinya”

Ibu menjawab “Dan , coba kamu bertiga dengan Gilang dan Dika, bilang baik – baik ke
bapak bahwa kamu menyukai sepak bola, kalau kamu terus menyembunyikannya, nanti
malah bapak pasti marah, lebih baik kamu bilang saja baik – baik ya” , “Iya bu nanti Dani
sama Gilang dan Dika pasti bilang ke bapak ko” jawab Romi

“Oke, sudah malam ini, kamu tidur aja ya” , “Iya bu terimakasih sarannya ya bu” jawab
Romi, kemudian Dani tidur dengan pulas karena ia sudah capek berlatih hari ini

Dani sempat bilang kepada Gilang dan Dika mengenai masalahnya dengan bapak,
tetapi ia masih belum berani bilang langsung kepada bapak. Alasannya hanya ia takut
dilarang lagi untuk bermain sepak bola lagi. Hampir satu tahun ia belum diketahui oleh
bapaknya telah berlatih sepak bola.

Suatu ketika di hari minggu mereka bertiga latihan, Bapak melihat Dani dan kedua
sahabatnya pulang latihan sepak bola, mereka bertiga memakai kaos sepak bola semua.
Hal ini membuat bapak curiga dengan Dani, sesampainya dirumah bapak belum
menanyakan kepada Dani apakah ia masih bermain sepak bola, bapak masih mengamati
apakah ia benar – benar bermain sepak bola ataukah tidak.

Hari berlalu hingga ia akan lulus SMP, akhir – akhir ini nilai mata pelajaran Dani
mendapatkan nilai yang jelek, ia berada di peringkat urutan bawah di kelasnya, Dani
terlalu fokus dengan Sekolah Sepak Bola nya hingga ia lupa akan kewajibannya sebagai
pelajar. Hal ini membuat Bapak agak kecewa dengan Dani. Pada saat Dani pulang berlatih,
ternyata bapak sengaja pulang cepat karena ingin bertanya kepada Dani apakah ia masih
bermain sepak bola.

Dani pulang dengan Gilang dan Dika. Sesampainya dirumah mereka bertiga kaget
karena Bapak ternyata sudah pulang di rumah, lalu bapak menyuruh Gilang dan Dika
masuk ke dalam rumah. Bapak bertanya.

“Dani , Gilang dan Dika, bapak mau nanya apakah benar kalian sekolah di salah satu
Sekolah Sepak Bola?” Seketika jantung Dani berdetug kencang, ia sempat bingung ingin
menjawab apa” Gilang dan Dika langsung menatap ke Dani, mereka langsung mengode
Dani agar ia menjawabnya dengan jujur.

Dengan berani ia menjelaskannya “ Pak , jujur Dani dari kecil sangat suka sekali
sepak bola, setiap sore Dani selalu bermain sepak bola dengan teman – teman desa
ditemani Gilang dan Dika, awal masuk SMP Dani berfikir, kenapa tidak mendaftar
Sekolah Sepak Bola saja, justru lebih teratur dan didukung dengan fasilitas dan pelatih
yang bagus”

“Sejak kapan kamu berlatih di Sekolah Sepak Bola?” tanya bapak

Lalu Romi menjawab “Alhamdulillah 3tahun yang lalu Dani diterima di Sekolah Sepak
Bola di sini pak”

“Hmm.. , jadi gini Dan, bapak sudah tidak marah lagi dengan kamu yang sekarang sudah
resmi berlatih di tempat itu, bapak sudah tenang karena kamu sudah ada pelatih yang lebih
profesional, tetapi mengapa kamu bungkam mulut dan berbohong kepada bapak? , kamu
ini udah gede , udah dewasa, tau dong mana yang baik mana yang buruk, lain kali kalau
ada apa – apa bilang lah sama sama Ibu / Bapak di rumah. Memang dulu bapak melarang
kamu bermain sepak bola, tetapi itu dulu, kamu masih bermain jauh di sana di desa
sebelah, tapi mulai sekarang hati bapak sudah terbuka bila kamu ingin benar – benar
berlatih sepak bola yang lebih teratur, satu lagi ,bapak lihat nilai akhir semester kamu jelek
Dan, kamu jangan lupa juga dengan kewaijibanmyu sebagai pelajar, hobby boleh
dilakukan tetapi jangan lupa dengan kewajibanmu, baik di rumah maupun di sekolah,
yaudah mudah – mudahan impianmu bisa tercapai ya Dan ,Gil sama Dika”

“Ya sudah ini udah hampir malam , Gilang dan Dika bisa pulang ke rumah”

Sontak seketika mereka bertiga kaget karena Bapak sudah mengizinkan Dani untuk
berlatih Sepak Bola, mereka saling berpelukan satu sama lain karena merasa sangat
senang.

Keesokan hari nya, Mereka bertiga berlatih kembali dengan sangat semangat untuk
mengejar impiannya.
3 tahun ia lalui dengan begitu cepat, mereka bertiga terpilih kembali dalam satu tim
mengikuti lomba di kotanya, mereka memenangkan perlombaan tersebut dan mendapatkan
piala, hal ini membuat orang tua masing – masing dari mereka sungguh senang. Setelah
lulus SMA, mereka mengurungkan niatnya untuk menjadi atlet sepak bola yang bagus,
sungguh diluar dugaan kembali. Lagi – lagi mereka berada pada satu tim yang sama,
mereka memenangkan liga selama kurang lebih setahun dan menyumbangkan piala untuk
timnya. Setiap tahun mereka lalui dengan suka dan duka, mereka telah menggapai
impiannya yang dimulai dari 0, mereka telah menjadi sahabat yang akan selalu sukses
bersama hingga tua nanti.

Anda mungkin juga menyukai