Anda di halaman 1dari 5

BUAH KESABARAN

Di sebuah kota hiduplah sepasang kakak beradik laki-laki yang bernama Doni dan Dian.
Mereka merupakan anak yatim piatu, ibu dan bapaknya meninggal ketika adiknya dilahirkan,
Sehingga mereka hanya hidup berdua di sebuah kontrakan kecil.
Kakaknya, Doni masih duduk dibangku SMA kelas 2, dia selalu mencari nafkah dengan
bekerja sampingan menjadi pegawai di minimarket di dekat kontrakannya dan membuka jasa
cucian baju. Walaupun usianya masih terbilang muda, Doni selalu berfikir dewasa, selalu bekerja
keras untuk mencari nafkah, selalu sabar, dan dia merupakan salah satu murid teladan di
sekolahnya. Sedangkan adiknya masih berusia 6 tahun yang tidak bersekolah, padahal
seharusnya sudah menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar, karena keterbatasan ekonomi
hanya Doni yang sekolah, itupun karena dia mendapatkan beasiswa. Dian selalu membantu Doni
dan tidak pernah mengeluh dengan nasibnya.
Tidak lama lagi, Dian sudah menempuh usia 7 tahun dan juga tidak terasa sudah 7 tahun
orangtua mereka meninggal. Doni bingung akan member kejutan apa kepada Dian, karena Dian
tidak pernah merayakan ulang tahunnya, mereka hanya melaksanakan pengajian untuk
memperingati hari kematian orangtua mereka. Jadi Doni berinisiatif untuk merayakan ulang
tahun Dian agar dia senang dan bisa merasakan perayaan ulang tahun. Tetapi uang yang dimiliki
Doni semakin menipis, Doni bingung bagaimana cara mencari uang sebanyak mungkin dengan
waktu yang cukup singkat, “aduh… gimana ini? Uang tinggal sedikit, sedangkan hari ulang
tahun Dian tinggal 2 hari lagi, aku harus cari peluang kerja lain agar dapat tambahan uang.”,
semangat Doni. Doni mulai mencari pekerjaan lainnya, yaitu berjualan alat tulis di sekolahnya
yang modalnya diberi pamannya. Pamannya sudah menawarkan uang kepada Doni agar dia tidak
perlu lelah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi Doni menolak dengan alasan
tidak mau merepotkan orang lain.
Doni mulai berjualan alat tulis di kantin sekolah, di hari pertama memang masih sepi,
karena belum banyak yang tahu kalau Doni berjualan alat tulis. “Doni, kamu jualan alat tulis?”
tanya teman Doni yang bernama Atha. “Eh Atha, iya hehehe buat nambah pemasukan, aku mau
ngasih kejutan di hari ulang tahun Dian, tetapi uangku udah semakin tipis.” jawab Doni sambil
tersenyum. “Yaampun Doni… kamu pekerja keras, aku salut banget sama kamu, semangat terus
yaa…!!”, ucap Atha. “Bangga banget punya temen kaya kamu Don, aku bantuin ya jualannya.”,
sambung teman Doni yang bernama Reza. Mereka bertigapun berjualan alat tulis keliling
sekolah.
Tetapi ketika sedang berjualan ada sekelompok anak nakal yang sengaja menabrak
mereka bertiga. “Ups… sengaja maaf ya, ngapain si jualan alat tulis? Udah ngga punya uang lagi
ya? Kasian…hahahahahaa, udah baju seragam lecek, bau lagi, kamu tuh ngga cocok buat sekolah
disini, biar ngga usah cape-cape kerja mending ngemis aja sana sama adikmu, pasti dapat uang
banyak, hahahahahhahaa, dasar miskin!!”, ejek anak itu yang bernama Fandi. Teman temannya
tertawa mendengar ucapan Fandi. Semua barang jualan Doni jatuh berserakan dan kotor. Doni
dan dua temannya segera membereskan barang- barang jualan Doni. Fandi memang selalu
berperilaku seperti itu kepada Doni, tetapi Doni selalu sabar. Setalah Fandi dan teman-temannya
merasa puas menghancurkan barang-barang jualan Doni mereka langsung pergi meninggalkan
Doni. “Doni, kamu yang sabar ya, Fandi memang jahat. Barang jualanmu kotor semua, dia orang
yang tidak punya perasaan.”, ucap Atha yang marah kepada Fandi. Doni hanya tersenyum,
“sudah tidak apa-apa tha.”. Semua barang jualan Doni sudah tidak layak lagi untuk dijual, Doni
sangat sedih, tetapi dia tetap sabar.
Tidak terasa sudah tanggal 6 November, yang merupakan tanggal ulang tahun Dian dan
tanggal meninggal kedua orangtuanya. Doni masih belum mempunyai uang yang banyak untuk
merayakan ulang tahun Dian. Tetapi pengajian tetap dilaksanakan Karena semua modal
pengajian ditanggung oleh pamannya. Doni sangat kecewa, lagi-lagi dia tidak bisa merayakan
ulang tahun adik kesayangnnya itu. “Ya Allah, bagaimana caranya agar aku mampu merayakan
ulang tahun Dian? Aku hanya ingin dia senang dan bahagia di hari ulang tahunnya.”, ucap Doni
sambil menangis. “Kak, kakak ingtkan hari ini hari ulang tahunku?” tanya Dian sambil
menghampiri Doni di teras kontrakan yang sedang menggunakan sepatu sekolah. “Ingat dong
Dian, kakak pasti ingat hari ulang tahunmu, itukan hari yang spesial, selamat ulang tahun,
semoga kamu sehat selalu, dipanjangkan umurnya dan bisa jadi orang sukses, maafin kakak
belum bisa ngerayain ulang tahun kamu, insyaAllah tahun depan kakak bisa ya,”, jawab Doni
samba lmengelus kepala adiknya. “Aamiin, terimakasih banyak kak, aku Cuma mau kue dan ice
cream, aku mau banget makan itu kak.”, ucap Dian. Doni hanya terdiam sambil tersenyum
mendengar keinginan adiknya. “InsyaAllah nanti sore sepulang sekolah kakak beliin kue dan ice
cream yang enak banget.”, jawab Doni. Dian sangat senang sehingga dia bersorak kegirangan,
“yey! terima kasih banyak kak, Dian sayang kakak.”, jawab Dian sambil memeluk Doni. “Iya
sama-sama, kakak berangkat sekolah dulu ya, kamu hati-hati, nanti paman dan bibi juga ke
sini.”, ucap Doni sambil melepas pelukannya dan berpamitan kepada Dian. “Iya kak, hati-hati
juga.”, jawab Doni sambil mencium tangan kakanya. Doni berangkat sekolah berjalan kaki
karena jarak kontrakan dengan sekolahnya tidak jauh.
Sesampainya di kelas, Doni disambut oleh Atha dan Reza. “Hai Doni, gimana kamu jadi
buat perayaan ulang tahun untuk Dian?”. Doni hanya menjawabnya dengan senyuman tipis. Doni
bingung harus mendapatkan uang dari mana untuk membeli kue dan ice cream yang diinginkan
adiknya. Melihat Doni kurang bersemangat kedua temannya itu mencoba untuk menghibur Doni
dan membantu kebingungan yang dialami Doni. “Don, adikmu sebenarnya pengen apa? kita
yakin pasti kamu bisa dan kita berdua bisa bantu.”, sahut Atha yang tidak tega melihat Doni.
“Dian mau kue dan ice cream, tapi uangku belum cukup.”, jawab Doni. Keinginan Dian menurut
kedua teman Doni tidak terlalu berat dan mereka berdua akan membantu Doni untuk
mewujudkan keinginan Dian. Tetapi, Doni tidak ingin hidupnya selalu merepotkan orang lain.
Doni tersenyum manis mendengar perkataan kedua sahabatnya itu, dia terharu dan senang bisa
memiliki sahabat sebaik mereka. Akhirnya Doni menyetujui salah satu ide temannya, “aku setuju
dengan ide Atha, makasih banyak teman-teman, kalian selalu membantuku.”. “Iya sama-sama,
itukan gunanya sahabat, saling membantu.”, jawab Atha. “Betul! nanti sepulang sekolah kita kita
langsung beli.”, ucap Reza. Atha dan Doni menganggukan kepala bersama-sama sambil
tersenyum.
Sepulang sekolah mereka bertiga langsung pergi ke toko kue yang jaraknya tidak jauh
dari sekolah. Sesampainya di toko kue mereka langsung mencarinya. “Mba, ada kue yang paling
enak dan paling lucu untuk anak laki-laki? Saya pesen satu untuk teman saya, harus yang special
pokoknya.”, ucap Atha kepada salah satu pegawai toko kue. “Iya, sebentar saya ambilkan dulu.”,
jawab pegawai toko. Tidak lama kemudian pegawai toko tersebut membawa kue yang sangat
indah. “Ini kak, ini kue yang sangat special di toko ini, rasanya juga sangat enak.”, ucap pegawai
toko. Mereka bertiga kagum melihat kue tersebut karena sangat indah dan mereka yakin Dian
pasti menyukainya. Mba, berapa harga kue ini?”, Tanya Doni. “Kebetulan sekarang sedang
ada diskon jadi harganya lebih murah, hanya Rp. 25.000,-.”, jawab pegawai toko tersebut sambil
tersenyum. Tanpa berpikir panjang Doni langsung mengeluarkan untuk membelinya. “ Saya beli
kue ini, mba disini ada ice cream juga ngga?”, Tanya Doni. “Ada kak, di sebelah barat, nanti mas
tinggal pilih aja.”, jawab pegawai toko sambil mengemas kue yang dibeli Doni. Donipun
membayar kue yang sudah disiapkan oleh pegawai toko. “Don, uangnya dari kamu semua?
katanya kamu ngga punya uang banyak.”, ucap Reza. “Aku ngga mau merepotkan kalian, jadi
aku pake uangku sendiri, masih ada uang sisa Alhamdulillah.”, jawab Doni sambil tersenyum.
“Yaampun Don, kamu sama sekali ngga ngerepotin kita, kita malah seneng bisa bantu kamu,
nanti yang bayar ice cream aku aja ya, jangan nolak, anggep aja ini kado untuk Dian.”, ucap
Reza. “Za, makasih banyak loh aku malah ngerepotin kamu, aku jadi ngga enak.”, jawab Doni.
“Iya sama-sama, Dian kira-kira suka yang ini ngga,yang rasa cokelat?”, Tanya Reza sambil
menunjukan ice cream rasa cokelat. “Kebetulan dia suka sekali rasa cokelat.", ucap Doni sambil
menyetujui Reza. Reza langsung mengambil ice cream itu. “Satu ice cream kurang Don, aku
beliin satu lagi ya buat Dian, masa aku ngga kasih apa-apa.”, ucap Atha. “Atha ngga usah, satu
aja cukup ko, ngga usah repot-repot.”, jawab Doni. “Udahlah nggapapa, aku beli satu yang cup,
biar nanti kamu bisa makan bareng Dian.”, ucap Atha sambil mengambil ice cream cup.
“Yaampun Atha, terimakasih banyak.”, ucap Doni yang sangat senang. “Iya sama-sama, kita
bayar dulu yuk za, ice cream nya!”, ajak Atha. “Ayo!”, jawab Reza sambil berjalan menuju
kasir. Setelah selesai membayar ice cream, mereka bertiga langsung bergegas pulang ke
kontrakan Doni.
Sesampainya di kontrakan Doni, mereka bertiga disambut hangat oleh bibi Doni.
“assalamu'alaikum.”, ucap salam dari mereka bertiga dengan bersama-sama. “wa'alaikumssalam,
wah Atha dan Reza kesini juga, ayo masuk!”. “Eh bibi, tadi Atha dan Reza habis nganter Doni
beli kue dan ice cream buat Dian.”. “Yaampun kalian baik sekali.”. “Ngga usah bi, kita mau
langsung pulang aja. Oh iya bi, Diannya mana ya? Reza mau kasihin ini bi buat Dian.”, ucap
Reza sambil menunjukkan kresek yang berisi ice cream. “Sebentar bibi panggil Dian dulu.
Dian... Dian… keluar sebentar nak, ini ada temen-temennya kak Doni.”, panggil bibi. “Yasudah,
kalau kalian tidak mau masuk dulu, terimakasih banyak ya kalian udah nganter Doni dan beliin
Dian ice cream sama kue. Oh iya, bibi mau undang kalian, kalau kalian tidak sibuk nanti malam
setelah isya’ kesini lagi ya, mau ada acara pengajian rutin untuk mengenang almarhum
orangtuanya Doni, ajak orangtua kalian ya.”, ucap bibi kepada Atha dan Reza. “Oh iya bi, kita
pasti datang.”, jawab Atha. Bibi membalasnya degan senyuman lalu masuk ke dalam kontrakan.
Dianpun keluar, “ada apa kak?”, tanyaDian. “Ini kakak punya sesuatu buat kamu, kamu
pasti suka.”, ucap Doni sambil menyerahkan kresek yang berisi kue dan ice cream. “Apa ini kak?
banyak banget?”, Tanya Dian yang sambil membukanya. Setelah dibuka, Dian terlihat sangat
senang karena didalamnya terdapat kue dan ice cream, makanan yang ia inginkan. “Wah… kue
dan ice cream, terimakasih banyak kak, aku seneng banget akhirnya aku bisa makan kue dan ice
cream.”, ucap Dian. Mereka bertiga tersenyum melihat Dian yang sangat senang. “Iya sama-
sama, syukurlah dek kalau kamu suka, itu ice creamnya dari kak Reza dan kak Atha, bilang
terimakasih dong sama kak Reza dan kak Atha.”, ucap Doni sambil tersenyum. “Wah, beneran
kak? Terimakasih banyak ya kak Reza dan kak Atha, aku seneng banget.”, ucap Dian sambil
tersenyum lebar. “Iya sama-sama Dian, selamat ulang tahun ya, semoga kamu selalu sehat dan
dipanjangkan umurnya.”, ucapAtha sambil tersenyum. “Iya Dian, selamat ulang tahun ya, cie
udah 7 tahun aja, udah besar hehehehe, doa terbaik pokoknya buat Dian, ice cream ini kado dari
kita berdua.”, ucap Reza sambil mengelus kepala Dian. Dianpun menganggukkan kepalanya
sambil tersenyumm lebar, karena ini pertama kalinya Dian merasakan ulang tahun seperti yang ia
inginkan. “Maaf ya Dian, kakak Cuma bisa kasih kue aja, kakak belum bisa ngerayain ulang
tahun kamu.”, ucap Doni dengan nada sedih. “Tidak apa-apa kak, segini aja Dian udah seneng
banget, bisa makan kue dan ice cream yang enak.”, jawab Dian sambil tersenyum manis.
Seketika suasana berubah menjadi haru. Reza dan Atha sangat tersentuh dengan
persaudaraan Doni dan Dian, serta perjuangan Doni selama ini. “Selamat ya don, ini hasil dari
kesabaran dan kerja keras kamu, kamu selalu sabar menghadapi apapun, akhirnya kamu bisa
bikin adikmu seneng.”, ucap Reza. “Iya za, sekarang aku tahu, ternyata kesabaran aku ini ngga
sia-sia, aku bisa bikin Dian seneng, masih bisa makan dan masih bisa memenuhi kebutuhan
hidup, ini juga berkat dukungan dari kalian, aku jadi bisa terus semangat dan sabar menjalani
cobaan hidup.”, jawab Doni. “Jadi kita harus selalu sabar menghadapi apapun, pasti nanti ada
jalan keluar dan hasil yang maksimal, yasudah aku mau pulang dulu, udah sore nih,
assalamu'alaikum.”, Ucap Atha sambil berpamitan. “Iya aku juga, assalamu’alaikum Doni, Dian,
nanti malam insyaAllah aku kesini lagi.”, ucap Reza. “Iya wa'alaikumssalam, terimakasih
banyak teman-teman.”,jawab Doni. Atha dan Reza mengangguk sambil tersenyum dan pergi
pulang. Doni dan Dianpun masuk ke dalam kontrakan sambil membawa kue dan ice cream.

Anda mungkin juga menyukai