Anda di halaman 1dari 3

INDRA KEENAM " EPISODE 02 "

" SEKOLAH BEKAS KUBURAN "

Pelajaran dimulai dengan membaca doa, aku sebagai ketua kelasnya langsung saja
memulai doa bersama di pagi hari kali ini.

" Berdoa sesuai kepercayaan masing²! Berdoa dimulai! " Ucap Raditya teriak.

" Berdoa selesai! Memberi salam pada bapak ibu guru! " Ucap Raditya teriak.

Setelah berdoa, kami langsung saja memberi salam kepada guru pelajaran.

Setelah memberi salam biasanya guru akan langsung memulai pelajaran dan membahas
mengenai pekerjaan rumah.

" Anak-anak silahkan tugas yang kemarin kalian tukar dengan teman sebangku dan tolong
koreksi yang jujur! " Ucap Bu Guru.

" Ayo nomor 1 ada yang mau maju atau tidak kalau tidak saya akan tunjuk kalian! Siapa
yang mau maju? " Ucap Bu Guru.

" Saya akan menjawab nomor 1 bu guru! Untung soalnya mudah! " Ucap Adiguna.

" Silahkan maju Adiguna! Nomor 2 siapa yang mau maju kalau tidak saya tunjuk! Raditya
jawab nomor 2! " Ucap Bu Guru.

" Nomor 2 gampang juga soalnya kalau begini kemungkinan salahku kecil sih! Baiklah saya
maju bu! " Ucap Raditya.

" Harusnya Raditya bisa menjawab soal nomor 2 karena dia terpintar kedua kan! Ayo
semangat sahabatku! " Ucap Gilang.

Aku menjawab soal nomor 2 dengan cukup mudah dan akhirnya tidak terasa jam istirahat
pertama telah berbunyi nih.

Aku bersama 4 sahabatku menuju ke kantin bersama dan membeli gorengan dan es teh, di
kantin aku melihat pocong.

" Kenapa ada pocong di kantin sekolah? Biasanya aku tidak pernah melihat ada pocong di
kantin ini sih! " Ucap Raditya.

" Pocong itu ternyata sadar aku bisa melihat dia! Biarin aja! " Ucap Raditya.

" Eh ada kak Raditya! Tumben kakak ke kantin biasanya asik membawa komik yang tidak
jelas di kelas! " Ucap Dinda.
" Eh sejak kapan kakak kayak begitu? Kayaknya kamu lupa kalau kakak kan setiap istirahat
kantin! " Ucap Raditya.

" Beneran tidak baca komik? Wah ada penampakan pocong di kantin sekolah! Kok seram
banget kak! " Ucap Dinda.

" Pocong itu gentayangan! Mungkin dia punya urusan di dunia ini yang belum selesai
seratus persen! " Ucap Raditya.

Pocong itu mendekati kami dan ingin menyampaikan sesuatu tapi tiba-tiba menghilang dan
muncul di lapangan.

Aku mendapat penglihatan lagi yang kurang lebih seperti ini penglihatanku.

" Benar Pak Hendra kalau sekolah kita dibangun diatas tanah kuburan? Apakah tidak angker
pak? " Ucap seorang pria.

" Saya tidak percaya dengan begituan! Lebih baik kalian bongkar saja semua kuburannya
ini! " Ucap Pak Hendra.

" Ahmad kamu bongkar nisannya saja kalau bongkar kuburannya itu ribet dan butuh waktu
lama! " Ucap Pak Hendra.

" Baik Pak Hendra akan saya bongkar batu nisannya! Semoga aku selamat! Rayhan bantu
aku! " Ucap Pak Ahmad.

Penglihatan yang aku dapatkan hanya sebatas itu dan samar-samar karena ini kali pertama
aku mendapat penglihatan.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, ternyata itu adalah Taufan dan Dinda.

" Kakak kenapa dari tadi melamun aja? Apakah yang kakak pikirkan memang sungguh
penting sekali? " Ucap Dinda.

" Aku mendapatkan penglihatan lagi! Sekolah ini dibangun diatasnya tanah kuburan! Ngeri
sekali! " Ucap Raditya.

" Apa tanah kuburan? Apakah benar sekolah kita dibangun diatas kuburan? Pantesan aku
diteror! " Ucap Dinda.

" Kami selalu diteror hantu yang tidak terima rumahnya dijadikan sekolah! Mereka marah
sekali! " Ucap Taufan.

Tiba-tiba muncul sosok pocong yang bermuka seram, dia mendekati kami.

Aku berusaha untuk berkomunikasi dengan pocong tersebut tapi gagal.


" Semakin banyak pocong muncul ini! Apakah kita kabur saja lebih baik kak? Auranya
negatif sekali! " Ucap Dinda.

" Kepalaku pusing sekali! Apakah aura kekuatan kita bentrok dengan auranya
pocong-pocong itu kak? " Ucap Taufan.

" Kita hadapi saja pocong itu dengan kekuatan kita! Mereka itu kasta bawah tidak mungkin
kuat sih! " Ucap Raditya.

" Kupegang Cakra Taksaka halilintar merah! Petir menyambar dan guntur gemuruh dahsyat!
" Ucap Raditya.

" Sepertinya elemenku bukan api dan sebenarnya elemenku angin! Baiklah sekarang
waktunya! " Ucap Taufan.

" Kupegang Cakra Taksaka angin dan demi topan yang menyapu! Tornado menyerap
kejahatan! " Ucap Taufan.

Anda mungkin juga menyukai