Anda di halaman 1dari 14

27.

Danta menatap matanya pelan "Danen ayo kita ke Lab" Danen terkekeh pelan "Ngapain gua
kesitu?bikin orang mati?".

28. Danta menatapnya kebingungan, Terlihat dari depan pintu Jerpan menyaksikan itu "Yaela danta
gih lu buru buru ke Lab udah dicariin, biarin Danen sendirian dia emang gajelas"

29. Danta menghiraukan kata kata Danen itu, sudah gila menurutnya. Bisa bisanya dia diterima di
sekolah elit ini ckck.

30. Jam pelajaran dimulai, para murid diminta membuat ramuan khusus untuk mempercepat kerja
otak, di papan tulis dilihat mereka sudah tertulis alat bahan dan cara kerja. Bu Flynn selaku guru Lab
sendiri menjelaskan cara kerja membuat pil ini.

31. Bu Flynn undur diri setelah menjelaskan cara kerja membuat pil ini dan kemudian para murid
pun mulai membuat ramuan ini.

32. "Duh gimana sih!! Habis nyampur sodium terus gimanain lagi dah????" Ucap Qyla yang
kebingungan, Ayala menyaut

"Gausah banyak bacot deh itu udah ada keterangannya masih aja misuh lo"

33. Qyla yang tak terima menunjuk Ayala "Ngapa lo ga seneng?gue cuma nanya!!" Ayala yang sudah
terkalut emosi mengelus dada pelan, Sha menyaut mereka berdua " Kebiasaan banget di Lab
berantem, diem bisa ga?" Mereka pun terdiam dan melanjutkan kerja masing masing.

34. "EH GUA UDAH JADI!!" ucap Qalev yang menarik perhatian para siswa itu "Lev lo cobain dong
pasti makin cepat otak lo" ucap Kyncilla.

35. Qalev terdiam sejenak menundukan kepala, Danta pun menyaut "Biar gua aja, pasti lo takut
bakal gagal kan?" Danta segera mengambil pil itu dan meminumnya.

36. Para murid menatapnya dengan seksama, Raksa membalik badan Danta "Pengertian hukum
pascal?" Tanya raksa dengn serius,

37. sepersekian detik Danta menjawab "Salah satu hukum fisika yang menyatakan bahwa tekanan
yang diberikan oleh cairan dalam ruang tertutup selalu diteruskan ke segala arah dengan sama
besar."
38. Para siswa bersorak melompat lompat dan mengucap selamat kepada Qalev yang berhasil
membuat pil pertamanya itu, Kemudian Ziunara menyaut

39. "GAIS AYO BIKIN YANG BANYAK BUAT SELURUH WARGA SEKOLAH!! DAN SEKOLAH KITA AKAN
JADI SEKOLAH YANG HEBAT!!" Para siswa semakin bersorak dan kembali ke Alat masing masing
membuat pil itu dengan banyak.

40. Para siswa itu membagikan pil hasil kerja mereka ke seluruh penjuru sekolah, dan mereka satu
persatu meminum pil tersebut.

41. Kemudian dengan langkah bahagia mereka kembali ke kelas dan meminum pil hasil buatan
mereka sendiri, "Gais!! Ayo minum bareng biar kita jadi hebat!!" Popo dengan semangat pun
memulai minum pil itu diikuti para murid yang lain.

42. "Aaaaaaaaaaaaaaakk!" Teriakan Soju mengisi seluruh ruangan. "Gab..riel lu kenapa? Mata lu
merah semua" pertanyaan Soju membuat yang lainnya melontarkan pandangan pada Gabriel.

43. "Tangan gua gatel.. " Gabriel menggaruk tangannya dengan kasar tanpa henti. Rapid
menghampiri Gabriel untuk menghentikan aktifitasnya, ia tahan tangan yg sedang Gabriel garuk
"Jangan di.. AAAAAAAAAAAAAAAA!!"

44. Gabriel mengigit tangan Rapid.

Sontak yang melihat kejadian itu pun kakinya bergerak mundur, badannya bergidik ngeri, matanya
menatap Gabriel dengan tatapan takut.

45. Gabriel dengan mulut bersimbah darah berjalan tertatih mendekati anak anak lainnya "Jangan
takut sama gue.. gue cuman mau nyobain gimana rasanya daging kalian"

46. "Rapid mata lo merah kaya Gabriel" Vanya berteriak

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA" Gabriel berteriak lagi

47. BRUUUKKKKKKKKK
Sontak anak anak berteriak dan berhamburan keluar kelas setelah mendengar Gabriel berteriak
dan..

48. ...melihat tubuhnya berubah menjadi mahkluk aneh besar. Tubuhnya penuh darah, tangannya
besar dan panjang hingga dapat meruntuhkan dinding dan jendela kelas.

49. Masih tersisa Adanta, Vanya, Soju, Jerpan, Rezka dan..

Danen.

"Gabriel lo.. "

50. Gabriel yg sudah berubah menjadi mahkluk raksasa mengerikan itu bersuara. Danta membekam
mulut Vanya "jangan bersuara" bisiknya.

51. BUGGGGHHHHHH

52. Tak lama kemudian Rapid berubah pula menjadi mahkluk besar mengerikan seperti Gabriel.

Mereka yang tersisa disana bergidik ngeri dan hanya bisa diam mematung.

53. "LARI ANJIINGGGGGGG!! " Soju berteriak sembari bergerak melarikan diri dari ruangan itu.

"Bangsat Soju!" Danta berguman

54. Diikuti oleh yang lainnya berlari mengikuti Soju. Dengan sekuat tenaga mereka berlari mencari
tempat paling aman untuk berlindung.

55. "Cepetan larinya bangsaatt!!!!" Jerpan berteriak sambil menambah kecepatan gerak kakinya.

57. Suasana semakin buruk karena para mahkluk mengerikan itu mulai mengejar mereka. Sesekali
satu tangannya yang panjang dan besar menyerang salah satu dari mereka.
58. Tak peduli lagi dengan kanan kiri tembok bangunan yang hancur karena serangan mahkluk itu.
Jangan lupakan suara mereka yang memekikan telinga dan mengerikan.

59. Di dalam Aula Olahraga sekarang mereka berada. Mungkin itu adalah tempat teraman untuk
beberapa menit kedepan.

60. "Gua bilang kan tadi, dateng ke kelas Lab bikin mati. Danen membuka percakapan dengan
volume suara rendah.

"Gausah sinting lo" Soju emosi

61. Rezka membuka suara sambil duduk memeluk tubuhnya. "Anjir ini film thriler atau apaan sih,
bisa bisanya ada mahkluk kaya gitu disini. Disekolah kita, di kota ini, di negara ini. Ga masuk akal"

62. "New World"

7 anak muda itu menatap Danen dengan tatapan penuh tanya.

63. "Tadi pagi gua nganterin kopi ke ruangan Pak Ravin, kalian tau apa yg gua temuin disana? Gua
nemuin satu proposal dengan judul New World Project. Gua yakin ini semua berkaitan dengan itu"

64. "Nen plis gausah goblok" Vanya menyambar

"Ayah lo dalangnya"

"Lu kenapa anjir Danen? Suasana lagi kaya gini masih bisa bisanya berteori" Rezka mencibir

65. Adanta menatap teman temannya satu persatu dan terakhir.. ia menatap Danen. "Jangan bawa
bawa ayah gua ya... " perkataanya terpotong, Danta diam sejenak.

66. Tiba tiba ia teringat ayahnya yang tiba tiba memberinya vitamin dengan merk berbeda, ayahnya
yang selalu menelefon tim lab di perusahaanya, pak Ravin yang memperketat jam pelajaran Lab dan
memberikan jam tambahan, ibunya yang memberinya peringatan untuk hati hati, dan.. Ibu Flynn.
67. "Bu Flynn.. "

Perkataan Adanta terhenti ketika Soju membekam mulutnya.

68. Mata mereka menatap ngeri ketika melihat mahkluk raksasa itu menyerang Aula. Mereka semua
berhamburan berlari dengan sekuat tenaga.

69. Vanya terjatuh karena tersandung puing puing bangunan namun berhasil bangun atas bantuan
Razka. Mereka kembali mencari tempat aman supaya bisa berlindung dan mencari tau benang
merah kekacauan ini.

70. Mereka berdiam disalah satu gudang di ujung sekolah untuk tempat berlindung.

71. Danen tertawa pelan, menyibak rambutnya "Adanta, Kenapa lo ga tewas padahal jelas jelas lo
minum pil itu, Adanta?" Anak anak lain menatap Adanta.

72. Jerpan menggelengkan kepalanya pelan menghentikan Danen "Stop mending pikirin gimana
caranya kita keluar dari sini.

73. Rezka memijat pelipisnya pelan berfikir "Gua rasa kita harus kabur gimanapun caranya kita harus
cari tau kenapa Bu Flynn mengajarkan membuat pil ini untuk bukti bahwa kita disini juga korban"

74. Soju mengingat kejadian sebelumnya "Bentar deh kenapa gua baru sadar guru disini pergi
semua? Dan pak Ravin... Gua lihat juga pergi sama Professor Kaseh"

75. Danta terkejut setengah mati, dia baru sadar ayahnya ada di sekolah ini tadi, Apa benar ini ulah
ayahnya? Dia menggelengkan kepala tidak percaya. "Mungkin disini gua gila, tapi kali ini percaya
sama gua ini adalah ulah Professor Kaseh" ucap danen ringan yang membuat tangan danta
mengepal kuat,

76. Danen yang melihat Danta mengepalkan tangannya tertawa pelan "Kenapa Adanta? Masih ga
percaya sama gua?" Danta melonggarkan kepalannya "Gua percaya sama Danen."

77. Semuanya hening beberapa saat setelah pertengkaran tadi.


"Bu Flynn.. " Adanta membuka suara.

"Bu Flynn itu sebenernya bukan hanya guru Lab disini. Dia pegawai kepercayaan ayah gua" Adanta
menggantung perkataanya.

78. Vanya, Razka, Jervan dan Soju memejamkan mata sambil menghela nafas panjang sementara
Danen tersenyum aneh.

"Bu Flynn itu ahli Vaksin"

79. Soju tertawa.

"Jangan keras keras, lu mau mati dimakan makhluk tadi? Ga elit amat mati lu" Tegur Jevan

80. "Gimana kalau kita ke ruangan Pak Ravin? Kita cari proposal yang lu maksud" Ajak Adanta yang
disetujui oleh semuanya.

81. Razka menahan ketikan yang lain bergegas keluar ruangan. "Guys.. gini, sejauh ini yang gua liat
mahkluk itu ga bisa denger, jadi kita sebisa mungkin meminimalisir suara"

82. Ketika semuanya setuju dengan pendapat Razka, mereka kemudian mulai mencari barang
seadanya untuk pertahanan diri. Satu persatu loker mereka buka untuk mencari barang yang beguna
untuk melawan mahkluk raksasa itu. Ada yang membawa senjata tajam seperti pisau, gunting,
tongkat baseball dan masih banyak lagi.

83. "Oke biar gua yg pimpin ya, Jervan maju kedepan, tidak lupa juga dia berbisik.

Mereka mulai menuju ruang Pak Ravin dengan mengendam ngendap.

84. Jangan ditanya seperti apa keadaan sekolah mereka. Seperti bangunan rusak dan tak terurus
mengingat megahnya sekolahan ini dan menjadi seperti bangunan yang dihantam bom dapat kalian
simpulkan sebesar dan sekuat apa mahkluk mahkluk aneh itu.
85. Darah yang berceceran dimana mana, daging yang tertinggal. Siapa lagi jika bukan ulah mahkluk
besar itu yang saling gigit menggigit korban.

86. Adanta waspada menoleh kesegala arah kalau kalau ada tamu tak diundang berencana
menghadang mereka.

87. "Gua kebelet anjir .. " Vanya menunjukan gerakan bahwa iya benar benar ingin ke toilet

"Bisa bisanya nya" protes Soju.

"Kamar mandi depan dulu kita " Danen berjalan mendahului dan diikuti yang lainnya.

88. Sembari menunggu Vanya menyelesaikan aktivitasnya, Adanta mencuci tangannya di washtafel
karena bekas darah di tangannya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat pantulan wajahnya di
cermin.

89. Merah.

Ya, matanya merah dan "Anjing!" Adanta menggaruk tangannya dengan keras dan cepat.

90. Adanta berusaha keras menahan dirinya, mengatupkan giginya, memejamkan matanya keras dan
kedua tangannya mengepal kuat. Deruan nafasnya kuat dan tak beraturan.

91. "See.. lu menunjukan gejala yg sama kaya Gabriel dan Rapid. Tapi lu ga berubah" Danen
menghampiri Adanta diam diam.

"Vitamin yang ayah lu kasih adalah alasan kenapa lu ga jadi mahkluk besar itu"

92. RUANGAN PAK RAVIN

Masing-masing dari mereka mulai menggeledah ruangan Pak Ravin, mencari sesuatu yang bisa
mereka jadikan benang merah atau jalan keluar. Setidaknya mereka mengetahui nama mahkluk
mengerikan itu.
93. "Gigantas"

"Hah?" Semuanya berseru dan menoleh bersamaan.

94. "Apa lu bilang?" Razka bertanya kepada Adanta

"Bukan gua yang ngomong"

95. Krieeettt

Semuanya waspada dan bersiap siap menyerang ketika mendengar suara pintu terbuka.

96. Hening.

Seorang pria dan wanita muncul dari ruangan kecil di ruangan Pak Ravin.

97."Kak Xandro? Kak Jipey?" Soju menyapa

Vanya menoleh dengan gerakan bertanya.

"Kakak kelas kita bodo" Soju menjawab

98. "Gua sembunyi di dalem situ dari tadi, gua pikir mahkluk itu masuk makanya diem diem aja"
Xandro memberi penjelasan.

"Gigantas namanya"

. "Mahkluk besar itu namanya Gigantas, tertulis disini" Jipey mengangkat sebuah jilid buku.

99. "New World Project?" Danen bertanya. Xandro dan Jipey mengangguk angguk.

100. "Dari proposal itu bisa disimpulkan, kalau Profesor Kaseh dan Pak Ravin sedang mengerjakan
sesuatu untuk kepentingan mereka sendiri"
101. "Alih alih membuat obat baru untuk mempercepat kerja otak, mereka membuat obat untuk
menciptakan mereka" Jipey menambahkan penjelasan Xandro .

102. Danen menoleh ke arah Adanta seraya bersenyum. Sedangkan yang lainnya diam kebingungan.

"Intinya, Profesor Kaseh mau bikin dunia baru dengan mengurangi populasi dunia supaya ia bisa
memperluas pengaruh dan kekayaanya"

103. "Disitu tertulis ga vaksin penawarnya atau cara membunuh para gigantas itu?" Tanya Adanta.

Sayangnya jawaban yang mereka harapkan tidak sesuai. Xandro dan Jipey menggelengkan kepala.

104. "Kita harus pergi dulu dari sekolahan. Disini terlalu banyak Gigantas" Jarvas memecah
keheningan

105. " gua tau jalan selain gerbang depan" ucap Soju dan tanpa babibu mereka berenam pun berlari
mengikuti Soju dan menuju ke Kantin. Mereka berdelapan menuju belakang kantin dan terlihat
sebuah pintu yang tembus ke ladang kering.

106. Di depan ladang ada sebuah jalan kecil menuju Jalan raya, kemudian ada jalan kecil menuju
halte bus murid Cerberus high school of science ini.

107. Jerpan menghentikan langkahnya "Gais, kesini!" Mereka menunduk sembunyi di balik
tumbuhan alang alang yang beruntungnya lumayan panjang itu. Mereka pun sembunyi tepat waktu
sebelum para Gigantas menyantap habis tubuh mereka.

108. Bahkan diluar sekolah para Gigantas itu jumlahnya sangat banyak dan belum lagi keadaan jalan
kota yang sudah seperti kota mati dan terlihat berserakan dengan puing puing bangunan, darah, dan
kendaraan yang bertumpuk.

109. "Kak Xandro sama Kak Jipey mana?" Adanta berbisik

"Anjir kok gada" Vanya celingukan.


Mereka tidak menemukan Xandro dan Jipey.

110. Danen bergabung dalam percakapan "Proposalnya mana..?

"Gua liat itu dibawa bawa sama Kak Xandro dan Teh Jipey tadi"

111. Danen dan Danta mengusap kasar wajahnya geram. "Gua udh feeling ada mereka pasti balik
lagi ke sekolah buat nyari tau sesuatu" Danen menghela nafas.

112. Danen merasakan keanehan didalam tubuhnya, tubuhnya gemetar dan merasakan sesuatu
yang aneh, Rezka, Soju, Vanya dan Jerpan pun sama. Mereka mulai merasakan tubuhnya berganti,
jari jarinya pun sama berubah menyerupai Gigantas

113 . Ya, Mereka berubah menunjukan gejala Gigantas. Mereka sekuat tenanga menahan diri
mereka agar tidak berubah mencaji Gigantas, tentunya sesuai arahan Adanta.

"Tahan guys tahan, jangan sampe berubah. Pejamin mata kalian supaya mata kalian ga berubah jadi
merah" perintah Adanta.

113. Setelah berhasil, Danen memberi kode agar teman temannya mengikuti langkahnya, mereka
berlari menuju ke suatu tempat agak jauh dari sekolahnya.

Mereka berjalan mengikuti danen menuju ke suatu tempat pembuangan barang bekas,

114. "Sumpah gua dah kek kecapean banget anjir" Keluh Jervan sambil mengatur nafasnya.

"Gua masih kaget... kota ini penuh sama monster?" Danta mengeluh sambil melihat keadaan sekitar.

115. "Saat itu gua dateng ke UKS duluan dari pada kalian dan dengerin percakapan Professor kaseh
sama Pak ravin, mereka ngerencanain sesuatu dan gua yang minta sendiri ke Professor Kaseh buat
bikin gua kebal sama ramuan itu atau gua sebarin rencana mereka ke semua penjuru dunia, dan
mereka juga setuju untuk ngasih cairan antivirus itu"
116. "Ckck lo semua Vanya Soju Jerpan Rezka yang ada di UKS kemarin kan? Ada minuman air dari
Pak Ravin juga pasti? Gua rasa air itu mengandung cairan yang tempo lalu ayah gua kasih ke gua.
Vaksin antivirus maksud gua" Danen meneruskan penjelasannya.

117. "Jadi maksud lo profesor kaseh sama pak ravin juga terpaksa ngasih antivirus itu diem diem
karena kita semua kecuali danta adalah temennya Danen?" Soju menyimpulkan.

118. Masuk akal bukan?

Setelah berhari hari mereka bernomanden untuk mencari tempat aman dengan kapasitas makanan
yang cukup supaya mereka bisa bertaha akhirnya mereka harus berpindah tempat lagi karena
serangan para Gigantas.

118. Mereka meneruskan perjalanan mereka mencari sebuah tempat dengan segala macam
ancaman Gigantas yang menyerang mereka tanpa permisi. Tidak perlu dipertanyakan bagaimana
penampilan mereka sekarang. Gelandangan? Adalah kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan
penampilan mereka sekarang.

120. Mereka memasuki sebuah gedung lagi.

"Udah berapa gedung kita jelajahi? Dah macem manusia purba anjir tempat tinggalnya pindah
pindah" Raska berjalan lesu ke dalam gedung itu.

121. Danen menyusul Raska dan Jarvas "Dah kaya mayat hidup gua, apa bedanya sama Gigantas itu"

"Apa yg bisa diambil kalau masuknya ke Lab kaya gini?" Soju dan Vanya duduk untuk
mengistirahatkan persendiannya.

122. BUGGHH!!

BRUKKKK!!

123. Mereka semua terkejut melihat beberapa Gigantas masuk ke dalam ruangan Lab itu.
124. Para Gigantas mulai menyerang apapun yang ada didepan mereka. Soju yang berlari terjatuh
karena terkena serangan Gigantas. Jarvas dan Razka menghadang Gigantas dengan senjata yang
mereka miliki. Adanta dan Danen menyerang juga dengan senjata rakitan mereka, namun tak
semudah itu sekali kali mereka nyaris remuk karena pukulan Gigantas.

125. Vanya yang tak memiliki senjata memilih untuk berlari menghindari amukan mahkluk
mengerikan itu.

BRAAAAAAKKKK

126. Vanya menutup matanya karena hampir terkena pukulan Gigantas. Beruntungnya raksasa itu
menghantam beberapa tumpukan tabung.

127. Namun...

Raksasa itu meringis dan berteriak. Ia mengamuk kesakitan dan perlahan mundur menjauhi Vanya.
Tubuhnya mulai membeku sedikit demi sedikit.

128. Adanta menoleh ke arah Vanya memasang wajah terkejut.

"Liquid Nitrogen" Seru Adanta selagi menatap Vanya.

"Cara membunuh Gigantas.. pake Liquid Nitrogen" sambung Vanya saling bertatapan dengan
Adanta.

129. Tanpa babibu Danen memecahkan semua tabung Liquid Nitrogen yang tersedia disana.

Tidak hanya Danen tapi yang lain juga melakukan hal yang sama dengan Danen lalu bergegas berlari
keluar.

130. Ekspresi puas dan senang tergambar diwajah mereka semua. "Gua yakin Liquid Nitrogen bener
bener cara buat ngebunuh Gigantas!" Jarvas semangat yang disetujui oleh semuanya.
131. Mereka berlima mengerjapkan matanya, dibalik pintu bekas itu terdapat ruangan yang cukup
modern dan tidak seperti tumpukan barang bekas pada umumnya, mereka berenam masuk meneliti
setiap bagian dari ruangan itu.

132. Dan satu ruangan menarik perhatian mereka, ruangan itu lebih bersinar daripada ruangan
ruangan lainnya. Mereka mulai membuka pintu dan masuk, terlihat seseorang sedang
membelakangi mereka dan melipat kedua tangannya yang menggunakan jas putih itu.

133. Dia membalikkan badan dan terlihat Professor Kaseh yang tersenyum kepada mereka.

"Setelah apa yang terjadi lo masih bisa senyum gini brengsekk?!" Ujar Danen yang maju menarik
kerah baju Professor Kaseh itu dengan kuat.

134. Danta yang melihat itu melerai perkelahian "Udah Nen udah kita bicarain baik baik ya?" Kata
kata Danta seakan menjadi obat penenang bagi Danen.

135. Danta memulai percakapan "Ayah kenapa ngelakuin semua ini? Udah tau dampaknya begini
kenapa masih mau dilakuin, apa untungnya untuk ayah?" Ucap danta dengan nada lesu.

136. Professor Kaseh meringis pelan menghembuskan nafas kasar "Sebelumya maafkan saya anak
anak telah membuat kekacauan ini, dan ini bukan sekali duakali saya membuat ini dan ini yang
terakhir kalinya,

137. bukan tanpa alasan saya melakukan ini nak, itu adalah rencana ayah dan para elite dunia
lainnya untuk mengurangi populasi dunia karena banyaknya penduduk di negri ini membuat kami
kewalahan untuk memperluas kekuasaan serta menguasai dunia"

138. "ayah harus bertanggung jawab atas semua dosa ini kepada . Kalian pergilah menggunakan
helikopter yang akan mengangkut kalian menuju kota Hill yang aman dan hidup dengan identitas
baru.

140. Tempat ini sudah terlalu hancur untuk diperbaiki. Adanta, anakku jaga ibumu dari jauh ya?
Maafkan ayah, ayah akan menanggung semua dosa ayah"

141. Professor Kaseh menghilang pergi meninggalkan mereka. Danta terduduk lemas dan terisak
setelah mendengar pernyataan dari ayahnya
142. Danen menepuk punggung Adanta" sebaiknya kita ikuti arahan Professor kaseh untuk hidup
dengan identitas baru"

143. Mereka pun berlari keluar dari bangunan ini dan benar saja ada helikopter yang cukup besar
didepan bangunan itu, tanpa babibu mereka naik dan helikopter pun terbang menuju kota Hill.

Dilihat nya dari atas melihat sekolah itu penuh darah. Dan mereka hanya diam kelu melihat
pemandangan itu.

144. Soju membuka percakapan didalam helikopter " Kalian tau angkatan 21 Cerberus high school of
science? Mereka adalah orang yang seharusnya diposisi kita.."

145. Danen mengerti dan mengangguk "Gua pernah denger mereka semua bolos pelajaran hari itu
dan ga ikut ke Lab karena ada 5 orang anak yang memprovokasi, kalo ga salah namanya Tacaz, Jey,
Zaow, Jala, Jenae."

Vanya menyaut " Oh jadi karena itu juga lo bolos pas di Lab tadi?" Danen pun terkekeh pelan.

146. "Manusia harusnya mengaku jika itu salah, bukannya egois meninggalakan tanggung jawab jika
keadaan seperti ini, Tapi sekarang kan kita bukan manusia." Ucap

147. Danen membuat mereka mengangguk dan memulai hidup dengan identitas baru yang sudah
Professor Kaseh siapkan.

Anda mungkin juga menyukai