Anda di halaman 1dari 4

DADU 23 – ADA APA DENGAN KELASMU?

“Jadi masalah yang waktu itu belum kelar juga, Chand?” Ujar Denan dengan wajah gusar
setelah Chandra menceritakan kegusarannya. Seperti biasa, mereka lagi nongki cantik di ruangan
Gayan pada Senin siang yang cukup terik.
“Iya,… Pusing banget asli.” Jawab Chandra lesu.
“Ada apa dengan kelasmu? Kelas dengan siswa paling bandel, dan bener deh bikin
pusing kepala dari jaman kelas satu. Semua anak bandel semacam diakumulasi jadi satu dalam
kelasmu.” Timpal Gayan memegang kepalanya, merasa pening.
“Tidak boleh mengeneralisasi seperti itu, pasti ada siswa yang baik kan. Aku yakin tidak
semua siswa di kelasnya sebandel itu.” Sanggah Denan karena tidak setuju dengan pernyataan
Gayan.
“Tapi yang Gayan omongin bener Den, bener-bener ga ada yang bener di kelas gue tuh.
Ga cewek ga cowok bandel semua asli. Bikin pening.” Ujar Chandra mengompor-ngompori.
“Iya dah, gue denger aja dulu bu Hera ga mau jadi wali kelasnya kan, karena dari kelas 1
terkenal bandel itu sekelas.” Imbuh Andra ga kalah memanas-manasi.
“Ya elah, bu Hera mana mau jadi wali kelas. Jangankan anak yang bandel, yang pinter
aja dia ga mau pasti. Lab aja ga keurus gitu, padahal katanya dulu itu jadi tanggung jawab dia.”
Tukas Evan kesal mengingat kejadian pekan lalu yang membuatnya menjadi buah bibir selama
berhari-hari di sekolah, bahkan hingga hari ini. Dia sampai pernah berencana untuk membuat
press conference kalau sampai namanya masih dijelekkan di lingkungan sekolah. Tapi hal
tersebut tidak jadi dengan ceramah Denan yang panjang.
“Lu kayanya dendam banget sama bu Hera.” Ejek Fandra menertawakan Evan.
“Iya asli kesel banget aku, mulutnya ituloh ga punya filter! Rokok aja masih ada
filternya, lah dia kaga ada. Sumpah kesel. Bocor banget mulutnya, butuh no drop kali ah.” Ujar
Evan menumpahkan kekesalannya yang masih tersisa.
“Tapi kalo ga karena mulut bocornya bu Hera, gue ga akan tau masalah ini.” Celetuk
Chandra dengan wajah jenaka –mengejek Evan.
“Iya tapi bukannya lebih baik kamu ga usah tau aja ya?” Ujar Evan engga mau kalah,
pokonya bu Hera yang salah dan bu Hera manusia paling menyebalkan –menurutnya.
“Engga dong. Gue kan wali kelas, Van. Beda sama lu kepala lab. Tanggung jawab gue
kan jadi wali-nya kelas di sekolah. Ya kaya bapak tanpa emak anak-anak kelas 11 IPS-1 lah. Jadi
ya apapun yang terjadi di kelas sebisa mungkin gue harus tau lah.” Ungkap Chandra panjang
lebar.
“Lu aja sebisa mungkin tau apa yang terjadi di semua lab kan?” Lanjutnya. Evan hanya
mengangguk.
“Terus lu mau gimana Chand? Menurut gue buruan dikelarin aja lah.” Ujar Andra
membuat suasana jadi mendadak serius.
“Duh pening asli gue. Mana malem minggu kemaren ada satu anak yang ketangkep di
diskotik.” Tukas Chandra menggaruk kepalanya asal.
“Hah? Kok bisa?!” Pekik Denan dengan histeris.
“KTP palsunya ketahuan.” Ujar Chandra santai, seperti sudah mulai terbiasa dengan
masalah yang ada di kelasnya.
“Wah, kurang canggih dia. Kudu berguru sama aku. Eh, aku udah tobat deng.
Astagfirullah.” Ujar Denan buru-buru komat-kamit bertaubat.
“Iya dah gue heran kok lu dulu ga pernah ketahuan Den?” Tanya Fandra yang dulu ketika
SMA menjadi primadona di sekolah karena tidak pernah merokok, apalagi mabuk.
“Yah gitu lah. Jangan buka aib masa lalu. Dosa.” Ujar Denan mengalihkan pembicaraan.
“Terus gimana Chand? Kamu yang jemput dong waktu itu? Tapi bukannya pas malem
minggu itu kamu nginep di rumahnya Fandra ya. Ketiduran, lebih tepatnya.” Lanjutnya.
“Ya udah deh. Tapi yang jemput bukan gue, karena waktu itu gue dihubungin ga nyaut
kan. Jadi gue pun ga tau detailnya gimana. AHH pusing sumpah. Masalah satu belum kelar, udah
muncul aja maslaah lainnya.” Ujar Chandra mengacak rambutnya asal. Dia benar-benar frustasi
sepertinya. Bagaimanapun, dia belum lama menjadi wali kelas, tapi sudah mengalami berbagai
permasalahan yang pelik dan memusingkan kepala.
“Ya emang gitu, kadang masalah tuh datengnya keroyokan. Ga tau diri gitu.” Celetuk
Andra yang justru membuat Gayan terbahak.
“Tapi anak itu Cuma ketahuan KTPnya palsu aja kan? Dia ga ngelakuin hal-hal aneh lain
kaya misal,…” Tanya Denan penasaran dan sengaja menggantung kalimat akhirnya. Dasar
manusia paling peka, udah macem dukun aja, tau sesuatu di balik sesuatu.
“Wah parah lu Den. Buka jasa meramal masa depan sana. Asli. Baru 2 orang di sekolah
yang tau masalah ini secara detail. Gue sama pak Budi. Selain itu seharusnya ga ada yang tau sih,
bahkan bu kepsek aja ga tau. Lu aja ga tau kan ya Gayan? Lu denger dari mana dah Den?” Tukas
Bonan dengan menggebu-gebu.
“Iya, aku baru denger ini deh.” Ujar Gayan mengiyakan.
“Feeling.” Ujar Denan sambil nyengir kuda.
“Pak Budi siapa lagi dah?” Celetuk Evan karena merasa asing dengan nama yang baru
saja disebut Chandra.
“Pak Budi tuh Psikolognya kelas 11 MIPA-1. Dia yang kemaren jemput di kepolisian.”
Chandra menjelaskan dengan helaan nafas panjang, Evan dan ternyata Fandra punya pertanyaan
yang sama pun hanya mengangguk-angguk.
“Sebenernya yang bikin gue pusing kepala tuh bukan masalah dia ketangkepnya.
Gampang itu ngehukumnya. Tapi,…” Lanjutnya, sengaja banget ngegantung. Biar pada
penasaran.
“Tapi apa woi penasaran nih gue.” Imbuh Andra tak sabaran.
“Tapi ya itu yang Denan bilang. Masalah yang ada di balik situ.” Jawab Chandra santai
sambil tertawa. Emang dasar bikin orang penasaran aja.
“Iya masalahnya itu apa?” Andra menggebu, dan benar-benar penasaran dengan masalah
sesungguhnya.
“Tunggu beberapa saat lagi, tetaplah disini!” Ujar Chandra bak pembawa acara
Indonesian Idol yang lagi nentuin siapa yang bakal pulang malam ini.
“Gue serius, Chand.”
“Iya gue juga, Andra.”
“Waduh, udah pada serius-seriusan aja. Jadi kapan undangannya disebar?” Cibir Gayan
sambil terbahak. Membuat Chandra dan Andra menatap jijik satu sama lain.
“Ya ga gitu juga kali.” Ujar Andra malas.
“Gitu aja gapapa.” Imbuh Gayan menggoda.
Andra enggan menanggapi Gayan, kalau ditanggapi bisa makin menjadi, akhirnya dia
mengembalikan pada topik semula, “Ih gimana sih, Chandra. Asli gue penasaran.”
“Nanti deh, gue ceritain kalo masalahnya udah kelar.” Tukas Chandra dengan nada
meyakinkan. Andra ingin menjitaknya sekarang juga.
“YA KAN KALO GUE TAU MASALAHNYA, GUE, KITA SEMUA BISA BANTU
GITU LOH CHANDRA!!!!” Akhirnya, Andra ga tahan untuk ga nge-gas. Kayanya dia semakin
parah tertular virus nge-gas Gayan, soalnya apa-apa jadi ngegas, kaya mau kemana aja.
“Sans bang.” Ujar Fandra dengan nada mencibir sambil terkekeh.
“Iya deh iya. Nanti gue ceritain setelah gue cerita ke kepala sekolah yak.” Tukas Chandra
santai. Andrapun udah ga nge-gas lagi.
“Nah gitu dong. Kan enak gue jadi ga kepo-kepo amat. Tapi beneran loh ya.” Ujar Andra,
hanya dijawab anggukan oleh Chandra.
“Ohiya, Bonan kemana ya?” Tukas Denan tiba-tiba, menyadari ada satu personil yang
daritadi diam saja.
“Aku disini, dari tadi. Bahkan dari sebelum kalian semua datang kesini.” Ujar Bonan
dengan wajah datar –tapi terlihat sebal.
“Ya ampun Bonan maaf, kamu sih diem aja!” Tukas Denan sambil terkekeh. Gayan sih
jangan ditanya, udah ketawa bahagia dia.
“Salahkan penulis yang kasih aku dialog pendek, bahkan tidak ada!”

Anda mungkin juga menyukai