Anda di halaman 1dari 6

Clover

Nama: Sharon Mikaela Gao


Kelas: y9

Seperti biasa, Jakarta yang terasa sempit dengan udaranya yang selalu kotor, ditambah
lagi dengan kehadiran orang-orang di sekitar yang membuat suasana sekitar terasa semakin
pengap. Pagi itu Jakarta sangat terik, sampai-sampai pendingin ruangan di kelasnya tidak cukup
untuk mendinginkan hawa yang membuat teman-temannya menahan panas.
Seorang perempuan muda berambut hitam dengan matanya yang berwarna coklat
terang memasuki kelas sambil memakai tas ransel berwarna biru muda. Ia bersenandung sambil
mendengarkan musik dari earphonenya. Sambil duduk dan meletakkan tasnya di atas meja,
Rena melihat satu teman baiknya sudah ada di kelas.

“Eh, Ren. Udah selesai belum tugas b.indo kemarin, bagi dong.. hehe” tanya seorang
perempuan berambut pendek dan bertubuh mungil yang dikenal sebagai Ayu di kelasnya. “Eh-
emang ada tugas? Kapan?” Tanya Rena kembali dengan wajah yang kaget. “Loh, itu lohh
kemarin yang kata bu Lina, yang halaman 84” ucap Ayu, menjelaskan.
“HAH?!” seru Rena. “Oh iya, kan Tia belum dateng, kita tunggu dia aja. Siapa tau dia
sudah selesai.” ucap Rena dengan penuh harapan. Rena dan Ayu pun dengan antusiasnya
menunggu kedatangan Tia dengan harapan mereka dapat mendapatkan contekan tugas bahasa
Indonesia tersebut.

Suasana kelas pun semakin ramai, satu persatu murid berdatangan memasuki ruangan
kelas, sesekali kedua orang sahabat itu menoleh ke pintu setiap kali ada yang memasuki
ruangan kelas. Hingga tiba waktunya, pak Budi, wali kelas dari kelas 9B pun memasuki kelas,
dengan seorang murid perempuan yang terlihat tidak familiar bagi murid murid yang ada di
kelas. Dengan hangat, pak Budi pun menyapa kelas, “Selamat pagi semua”
“Selamat pagi, pak Budi” jawab murid murid dengan lantang. “Perkenalkan, kita
kedatangan teman baru dari mana?” tanya pak Budi ke siswi di sebelahnya. “Dari Bandung
pak..” Jawab siswi tersebut. Pak Budi pun kemudian memberikan kesempatan kepada siswi itu
untuk memperkenalkan dirinya kepada teman teman barunya.

“Halo semua, nama saya Fitri Andriana, nama panggilan saya Fifi.. kalian bisa memanggil
saya Fifi atau Fitri. Senang bertemu dengan kalian, semoga kita bisa menjadi teman yang baik.”
Ucap Fitri dengan senyum yang sumringah. Pak Budi pun mempersilahkan Fitri untuk duduk
tepat di sebelah Tia yang belum sampai kesekolah.
Rena yang duduk di sebelah Ayu pun membisikkan sesuatu kepadanya, “Aduh, si Tia
lama banget datengnya, keburu gak sempat salin tugasnya nih..” Ayu yang mendengar
bisikkannya pun berbisik kembali, “Iya nih… Mana pelajaran mau di mulai, nanti kalau kita salin,
bakal ketahuan sama guru di jam pertama…”

Setelah pak Budi meninggalkan kelas, guru mata pelajaran Matematika pun muncul
memasuki kelas. Dengan penuh semangat di pagi hari, ibu Ester pun menyapa, “Selamat pagi.”
Murid murid yang di kelas pun sibuk berdiri untuk memberi salam. “Selamat pagi, bu”
“Silahkan duduk.” Tepat setelah ibu Ester mempersilahkan murid murid untuk duduk,
pintu kelas pun berbunyi. “Tok tok tok”. Seketika suasana di kelas menjadi hening, dan semua
mata tertuju kepada Tia yang baru memasuki kelas dengan nafas yang terburu.

Dengan wajah pucat dan setengah ketakutan, Tia pun menyapa ibu Ester. “Selamat pagi
bu, maaf saya terlambat..” ibu Ester pun menoleh ke arah Tia, dan bertanya dengan tegasnya.
“Kenapa terlambat?” Tia yang sudah terlihat berkeringat pun menjawab, “Tadi saya kena macet,
bu..” jawab Tia dengan hati yang was was.
“Harusnya kamu datang lebih cepat! Duduk sana!” Ucap ibu Ester dengan wajah tidak
senangnya. Tia pun mengangguk sambil mengucap, “Terimakasih, bu…” Sambil menuju ke
tempat duduknya, ia tertegun melihat seorang yang tidak familiar duduk di sebelahnya. Fitri pun
menyapa lebih dahulu, “Hai, namaku Fitri..” kata Fitri sambil mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan dengan Tia. Tia pun menyambut jabatan tangan Fitri sambil berkata, “Halo,
namaku Tia.. salam kenal ya”

Pelajaran matematika pun di mulai, bu Ester mulai menjelaskan topik pembelajaran


pada hari itu. Rena dan Ayu yang melihat kedatangan Tia pun merasa senang, seketika Rena pun
berpikir, “Aduh.. gimana ini caranya untuk nyalin tugasnya. Ini udah gurunya killer, mana
duduknya di depan lagi…” sambil berpikir, tiba tiba Ayu memberikan secarik kertas kepada
Rena, yang berisi rencana cilik agar mereka dapat menyalin tugas Tia.
Tiga puluh menit pun berlalu, tiba tiba ibu Ester mendapatkan panggilan telepon, dan
bergegas pergi keluar kelas untuk menerima panggilan telepon tersebut. Melihat suasana yang
mendukung, Rena dan Ayu pun menjalankan rencana mereka. Tanpa menunggu lama, mereka
langsung menoleh ke belakang untuk meminjam buku bahasa Indonesia milik Tia.

“Ti, pinjem tugas bahasa Indonya dong” ucap Rena dengan wajah yang memelas. Ayu
pun menambahi, “Iya nih, kita kelupaan kerjain..”. “Ih gamau ah, namanya tugas ya kalian harus
kerjain sendiri…” jawab Tia dengan polos
“Ayo dong Tii.. sekali iniii aja, besok besok kita janji deh bakal kerjain tugas sendiriii”
ucap Ayu. Dengan berat hati, Tia pun menjawab. “Yaudah deh.. terakhir yaa”

Dengan sigap, Rena dan Ayu mengambil buku Tia dan segera menyalinnya sebelum ibu
Ester kembali ke kelas. Sesampainya ibu Ester di kelas, bel pertanda pergantian jam pelajaran
pun berbunyi. Ibu Ester pun mengakhiri kelasnya dan bergegas meninggalkan kelas.

Dari kejauhan terdengar suara heels sepatu seseorang berjalan menuju kelas 9B.
Sebelum suara heels itu mendekat, Rena buru-buru mengembalikan buku Tia kembali
kepadanya.
“Selamat pagi, bu Lina..” seru Murid murid kelas 9B. “Selamat pagi semua~” Jawab ibu
Lina dengan lembutnya. “Sebelum kita mulai pembelajaran kita, silahkan di kumpulkan tugas
minggu lalu yaa” Mendengar ucapan bu Lina, semua murid pun bergegas mengumpulkan
tugasnya begitu juga dengan Rena, Ayu dan Tia.
Sembari memeriksa tugas murid-murid kelas 9B, bu Lina pun menemukan kejanggalan di
antara tugas yang dikumpulkan itu. Bu Lina pun memanggil Rena, Ayu, dan Tia untuk maju ke
depan. Dengan ragu-ragu, ketiga sahabat ini pun maju kedepan kelas.

“Sebelum saya mengungkapkan ini, saya berikan kalian kesempatan untuk jujur.” Ucap
bu Lina sambil menatap ketiga muridnya tersebut. Mereka bertiga pun terdiam seolah
mengetahui maksud perkataan bu Lina. Sambil bertatap-tatapan dengan sahabat-sahabatnya,
Tia pun akhirnya mengaku dengan jujur bahwa ia memberikan contekan tugas kepada kedua
sahabatnya.
Rena dan Ayu pun tertunduk, merasa malu atas perbuatan mereka dan meminta maaf
kepada bu Lina, serta berjanji tidak akan melakukannya lagi. Bu Lina pun memaafkan mereka
karena kejujuran dan permintaan maaf mereka, mereka di persilahkan untuk duduk kembali ke
tempat duduknya.

Jam pelajaran bahasa Indonesia pun selesai, dan tibalah waktu istirahat. Semua murid-
murid menuju ke kantin sekolah untuk menikmati waktu istirahat mereka, termasuk ketiga
sahabat tersebut. Tia mengajak Fitri untuk berkeliling memperkenalkan lokasi yang ada di
sekolah.
Rena dan Ayu pun merasa berhutang maaf kepada Tia atas apa yang sudah mereka
perbuat, mereka pun memutuskan untuk mengikuti Tia dan Fitri berjalan-jalan disekitar
sekolah, namun.. mereka tidak menemukan waktu yang tepat untuk meminta maaf kepada Tia
karena kejadian tadi pagi.

Akhirnya mereka memutuskan untuk meminta maaf kepada Tia saat waktu pulang
sekolah, namun Tia hanya memaafkan sekedar saja. Hari pun berlalu, keesokan harinya mereka
kembali bertemu di kelas seperti biasa.
Tia pun semakin dekat dengan Fitri, dan mereka terlihat sering berbicara, bercanda,
maupun tertawa. Tia yang biasanya duduk bertiga dengan Rena dan Ayu, kini hanya duduk
berdua dengan Fitri sembari menikmati makan siang mereka di kantin sekolah.

Kedekatan itu pun berlanjut, sampai kepada Tia yang mengajak Fitri untuk mengerjakan
beberapa tugas sekolah bersama di rumahnya. Rena dan Ayu yang mengetahui hal tersebut
mulai merasa bahwa Tia seperti tidak ingin bersahabatan dengan mereka lagi, dan lebih memilih
bersahabat dengan Fitri.
Tiba lah saat mata pelajaran IPA, dimana kelas 9B dibagi dalam beberapa kelompok
kerja. Tia, Fitri, Rena dan Ayu pun di satukan menjadi satu kelompok. Mereka bertugas untuk
mengerjakan penelitian terhadap tumbuhan monokotil.

Setelah pembagian kelompok, bel istirahat akhirnya berbunyi. Semua murid-murid di


kelas bergegas keluar kelas untuk menghabiskan dan menikmati waktu istirahat, begitu juga
dengan Rena, Ayu, Tia dan Fitri.
Rena dan Ayu berjalan berdua menuju kantin, mereka menduduki salah satu tempat
makan di kantin, membahas tentang kelompok tadi disembari menikmati makanan yang di
bawanya.
“Aduh.. gimana nih Ren, malah sekelompok sama mereka.. Tia kayanya masih marah
tau…” ucap Ayu dengan nada khawatirnya sambil menunduk melihat bawah ke makanannya.
Rena menghela nafasnya sambil mengangguk sekali. “Yah.. gatau deh, kita cuma minta salinan
doang padahal..”
Jujur saja, Rena masih merasa bahwa yang bersalah adalah Tia karena Rena dan Ayu
sudah meminta maaf kepada Tia baik-baik, tetapi Tia masih menjauhi mereka, rasanya seperti
Tia tidak puas dengan perminta maafan Rena dan Ayu.

Tepat setelah mereka menghabisi makanan mereka, mereka langsung kembali ke kelas
untuk melanjutkan pembelajaran. Ditengah pembelajaran, Rena merasakan ada yang
menyentuh bahunya di belakang.
Ia kemudian menoleh ke belakang, melihat Fitri yang tersenyum ramah kepada Rena,
kemudian berkata, “Besok ke rumah ku buat kerjain tugasnya ya, Ren. Nanti akan ku kasih
alamatnya.” Rena tersenyum kembali kepada Fitri yang ramah mengajaknya ke rumahnya.
“Baiklahh, alamatnya akan ku kasih ke Ayu juga yaa”

“Baik!” ucap Fitri sambil mengangguk, senyumnya tidak meninggalkan wajahnya. Rena
kembali menghadap ke depan, kembali mengerjakan tugasnya bersama Ayu di sampingnya.

Keesokan paginya, hari Rabu. Kebetulan hari ini tanggal merah, kelompok tersebut
memanfaatkan waktunya untuk mengerjakan tugas kelompoknya di rumah Fitri sesuai janjian
kemarin. Sebelum Rena berangkat ke rumah Fitri, dia memampir ke rumah Ayu untuk berangkat
bersama mengunjungi rumah Ayu.
Sesampainya di rumah Ayu, mereka berpamitan ke orang tua Ayu sebelum
meninggalkan rumahnya ke rumah Fitri. Mereka berdua berjalan di tepi jalan sambil membawa
tas ransel sekolahnya, warna biru muda milik Rena dan warna hitam milik Ayu.

Sambil berjalan ke rumah Fitri, mereka sambil berbicara, bercanda, ketawa. Sesampainya
di rumah Fitri, Ayu menekan bel yang ada di bagian kanan pintu depan rumah Fitri.
Beberapa saat, Fitri pun membuka pintunya untuk mempersilahkan Rena dan Ayu untuk
memasuki ke rumahnya. Rena dan Ayu kemudian melepaskan alas kakinya sebelum memasuki
ke rumah Fitri. “Ayoo.. silahkan masukk!” ucap Fitri setelah Rena dan Ayu melepaskan alas
kakinya.

“Iyaa, terimakasih ya Fifii” ucap Rena dengan sopan sambil tersenyum. Ayu yang berjalan
di samping Rena pun ikut tersenyum sambil mengangguk.
Sesampainya di dalam rumah Fitri, Fitri mengantarkan Rena dan Ayu kedalam kamarnya
untuk mengerjakan tugasnya. Didalam kamarnya, terlihat ada Tia yang sedang sibuk
mengerjakan tugas. Bahkan saat Rena dan Ayu memasuki ruangan, Tia tidak melihat atau tidak
sama sekali menyapa ke Rena dan Ayu, ia hanya sibuk mengerjakan tugasnya, entah dia sadar
atau tidak.
Rena dan Ayu akhirnya ikut duduk di atas karpet bersama dengan Fitri dan Tia, disini
Rena dan Ayu sadar bahwa Tia masih merasa marah dengan mereka. Mereka akhirnya
melanjutkan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan pembagian tugas yang sudah di bagikan di
hari pembagian kelompok.
Melihat Tia dan Fitri yang asik mengerjakan tugas bersama, berbicara dan bercanda
berdua, Rena dan Ayu merasa terasingkan, mereka merasa bahwa kedua teman dekat itu
mengabaikan mereka, akhirnya mereka tidak mau mengerjakan tugasnya dengan baik.

Keesokan harinya, mereka kembali ke sekolah untuk melanjutkan pembelajaran dan


tugas kelompok mereka. Dikarenakan hari Kamis tidak ada mata pelajaran IPA, mereka
memutuskan untuk melanjutkan tugasnya saat jam pulang sekolah, di taman yang terletak di
belakang sekolah.
Rena dan Ayu yang mendengarkan rencana ini merasa bahwa mereka akan di asingkan
lagi di kelompok itu, maka mereka memutuskan hanya untuk diam dan tidak mau ikut
mengerjakan tugasnya.

Saat jam pulang sekolah, sesuai perjanjian.. mereka berkumpul di belakang sekolah,
tepat di tamannya. Setelah semuanya sudah berkumpul, mereka mulai mengerjakan tugasnya,
dan sesuai rencana Rena dan Ayu, mereka tidak mau mengerjakan tugas karena mereka pikir ini
pekerjaan kelompok, bukan pekerjaan individual.
Tia yang merasa bahwa mereka tidak mau mengerjakan tugas akhirnya memprotes, ia
yang sedang menulis laporan di kertas, langsung menoleh ke depan, melihat Rena dan Ayu yang
duduk di seberang mejanya.

“Kalian kenapa sih.. Daritadi liatin doang, gamau kerjain tugas..” ucap Tia dengan nada
yang terdengar kurang senang. “Gamau ah.. orang ini tugas kelompok, bukan tugas individu..
tapi kita malah bagi tugas sampai-sampai misah begini..” ucap Rena sambil menyilangkan
lengannya.
“Yah, kalau kita kerjain bareng bareng juga ga bakal selesai cepet kali.. harusnya emang
bagi tugas gini.” Ucap Tia sambil mengerjakan tugas bagiannya. “Gamau ah, maunya barengan.”
Ucap Ayu, mukanya terlihat begitu cemberut.

Tia yang sudah tidak sabar mengingat kelakuan Rena dan Ayu yang sejak kemarin tidak
mau mengerjakan tugas akhirnya meluapkan kekesalannya kepada Rena dan Ayu. “Kalian
kenapa sih.. suka banget bikin orang kesel, awalnya aku juga kena panggil sama bu Lina gara
gara dicontekin kalian berdua! Sekarang aku suruh kerjain tugas kalian juga gamau!” ucap Lina
dengan nadanya yang menekan.
Rena yang tidak menerima komentarnya juga jujur kepada Tia. “Saya dan Ayu sudah
minta maaf tau! Kurang apa lagi? Kami sebenarnya tidak suka kamu mengasingkan kami cuma
gara gara masalah yang kemarin!”

Tia membalas, “Kalian dari dulu suka minta contekan dari aku, dan sampai sekarang
juga.. aku juga sering kena hukum tau gara gara kalian!”
Fitri yang melihat mereka berdebat hanya terdiam, terlihat bingung, tetapi ia hanya
memilih untuk diam saja. Rena dan Ayu yang mendengar perkataan Tia akhirnya menyadari apa
yang mereka lakukan salah. Mereka akhirnya bertunduk dan berminta maaf kepada Tia, mereka
berjanji bahwa kesalahannya tidak akan diulangi lagi.
Dengan begitu, akhirnya perminta maafan mereka dimaafkan oleh Tia. Ketiga sahabat itu
berpelukan dan saling memaafkan.

Fitri yang merasa bingung sebelumnya kini menyadari bahwa persahabatan ketiga teman
itu sangat erat dan ia merasa beruntung bisa berteman dengan mereka. Mereka pun kini
bersahabat berempat dan berusaha menjaga komunikasi dan hubungan mereka saat ini.

Word count: 2148 kata

Anda mungkin juga menyukai