Anda di halaman 1dari 3

MAAFKAN SAYA, BU !

Tepat pukul 07.30 lonceng tanda masuk berbunyi. Anak –anak segera berbaris di depan

kelas, lalu satu persatu mereka masuk ke kelas. Sekarang pelajaran bahasa Indonesia. Bu guru

Rani pun segera menyusul masuk ke kelas.

Selamat pagi, Anak- anak, sekarang pelajaran bahasa Indonesia, bukan?’’ Bu Rani memberi

Salam.

‘’ Ya, Bu. Selamat pagi! “ Jawab anak- anak.

‘’ Bagaimana keadaan kalian hari ini? Masuk semua, Semua sehat ? Bu Rani memanggil siswa

Satu persatu.

Hari ini Tio tidak kelihatan. Adakah di antara kalian yang tahu keadaannya? ‘’ Tanya bu Rani

Kepada anak-anak.

“ Sakit, Bu. Itu ada suratnya.” Jawab anak-anak.

Bu Rani segera mengambil sebuah amplop yang tergeletak di atas meja guru. Dibukanya

Amplop itu lalu ditariknya selembar kertas yang ada di dalamnya. Didalam surat tertulis

Bahwa Tio tidak dapat masuk sekolah karena sakit.

Bu Rani menjadi ragu. ‘’ Benarkah ia sakit? ‘’. Baru tadi pagi Bu Rani melihat sosok

Yang mirip Tio di depan rumahnya. Rupanya Tio tidak mengetahui bahwa yang ia panjat adalah

Rumah bu Rani. B u Rani tahu persis bahwa Tio mengambil drum air di depan rumah bu Rani.

Bu Rani hanya bisa merenung. Ia tak sampai hati menyampaikan kejadian di rumahnya

Tadi pagi kepada anak-anak. Sebenarnya ia sangat kesal kepada Tio.

Hari itu Bu Rani bermaksud memanggil Tio untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Bu Rani ingin Tio bertobat dari perbuatannya.

Bu Rani segera melanjutkan pelajarannya dengan menyuruh anak-anak untuk berdoa.

Pelajaran pun berlanjut.


“ Anak- anak, silakan buka buku halaman 50.” Kata bu Rani.

‘’ Hari ini kita akan belajar menulis buku harian.” Lanjutnya.

Anak-anak pun membaca materi buku harian. Sesekali mereka bertanya jawab dengan

Bu Rani tentang cara menulis buku harian.Bu Rani sibuk menjawab pertanyaan- pertanyaan

Mereka. Setelah tidak ada yang bertanya, bu Rani memberi tugas kepada anak-anak untuk menulis

Salah satu pengalaman mereka dalam sebuah catatan harian.

Jam pelajaran akhirnya berakhir. Bu Rani menyuruh anak-anak mengumpulkan tugas mereka.

Setelah tugas mereka terkumpul, bu Rani memeriksa buku tugas mereka satu persatu.

Pandangan mata Bu Rani terarah pada tulisan Randi.’’ Hari ini aku kecurian uang untuk beli buku.

Saat itu lagi pelajaran olah raga. Kelas kosong karena seluruh siswa ke lapangan.”

Bu Rani memisahkan tulisan Randi, lalu mengajak Randi ke kantor. Anak- anak yang lain

Hanya bertanya- tanya, “ ada apa dengan Randi?’’.

‘’ Tidak ada apa- apa. Ibu Cuma minta bantuannya sebentar.” Kata Bu Rani.

Sampai di kantor, Bu Rani bertanya,’’Benarkah yang kamu tulis itu, Randi?”

‘’ Benar, Bu! “ Jawab Randi.

“ Kamu tahu, yang mengambil uangmu kira-kira siapa?” tanya Bu Rani lagi.

‘’ Tidak, Bu, Sebab kami semua kemarin ke lapangan.” Jawab Randi.

Bu Rani menyuruh Randi kembali ke kelasnya. Teka teki siapa pengambil uang belum terjawab.

Beberapa orang guru masuk ke kantor.Bu Rani segera menemui Pak Bondan , guru BK, untuk

Melaporkan peristiwa –peristiwa pencurian itu. Bu Rani mengajak Pak Bondan untuk datang ke

Rumah Tio, karena sudah beberapa hari Tio tidak masuk sekolah.

Keesokan harinya sekolah diributkan dengan peristiwa kebobolan. Pintu kantor guru jebol.

Kantin berantakan. Pintunya jebol, gas dengan tabungnya hilang. Peralatan masak hilang.

Beberapa jenis makanan lenyap. Semua orang bertanya- tanya, siap pencurinya?

Siang hari menjelang jam pulang sekolah datanglah Bibi Tati. Ia mengaku ditawari untuk

Membeli tabung gas oleh siswa smp.


Bu Rani dan Pak Bondan segera meluncur ke rumah Tio. Betapa terkejutnya mereka mendapati

Rumah Tio yang masih ada tumpukan beberapa tabung gas, panci-panci untuk memasak.

Beberapa bungkus makanan kecil, dan beberapa peralatan di kantor guru yang hilang.

Tio hanya tunduk membisu. Ia tidak bisa mangkir. Ia mengakui semua perbuatannya.

“Maafkan saya, Bu. Saya salah, saya mengakui semua perbuatan saya. Saya juga mengambil

Uang Randi.

Bu Rani dan Pak Bondan hanya diam terpaku. Mereka menatap rumah kecil yang sudah

Reot. Dindingnya sudah lapuk. Di dalamnya tergolek seorang janda yang terbaring lemah.

Di sampingnya terbaring seorang gadis yang kurus kering. Air mata Bu Rani menetes membasahi

Pipinya...

Anda mungkin juga menyukai