Anda di halaman 1dari 50

Proposal Skripsi

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN JASA ANGKUTAN KOPI


TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA TANJUNG KARI
KECAMATAN PULAU BERINGIN KABUPATEN OKU SELATAN

OLEH
MUSLIM HADI
A.20.0072

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIPER) BELITANG

BELITANG
2024
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN JASA ANGKUTAN KOPI
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA TANJUNG KARI
KECAMATAN PULAU BERINGIN KABUPATEN OKU SELATAN
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN JASA ANGKUTAN KOPI
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA TANJUNG KARI
KECAMATAN PULAU BERINGIN KABUPATEN OKU SELATAN

OLEH
MUSLIM HADI
A.20.0072

Proposal Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
(STIPER) BELITANG

BELITANG
2024
ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN JASA ANGKUTAN KOPI
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI DESA TANJUNG KARI
KECAMATAN PULAU BERINGIN KABUPATEN OKU SELATAN

OLEH
MUSLIM HADI
A.20.0072

telah diterima sebagai salah satu syarat


untuk melaksanakan penelitian

Pembimbing I Belitang, Januari 2024


Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Belitang

Aisah, SE., M.Si.

Pembimbing II Ketua Program studi

Sudarti., SP., M.Si. Tiyas Murtiningsih, SP., M.Si.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-

Nya maka penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Analisis

Kontribusi Pendapatan Jasa Angkutan Kopi Terhadap Pendapatan keluarga di Desa

Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan sebagai salah satu

syarat untuk melaksanakan penelitian.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aisah, SE,

M.Si. selaku Pembimbing I dan Ibu Sudarti, SP., M.Si. selaku Pembimbing II yang

telah membimbing dan mengarahkan pada penulisan proposal ini hingga dapat

diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak/Ibu Dosen, dan

rekan Mahasiswa/i STIPER Belitang serta pihak-pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari

sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi

kemajuan dan kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Belitang, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 4

II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 4

1. Tinjauan Teknis Tanaman Kopi .............................................. 5

2. Agroindustri Kopi .................................................................. 10

3. Konsepsi Agribisnis ............................................................... 14

4. Konsepsi Biaya Produksi ....................................................... 19

5. Konsepsi Produksi .................................................................. 21

6. Konsepsi Harga ...................................................................... 22

7. Konsepsi Penerimaan dan Pendapatan .................................. 24

8. Konsepsi Pendapatan Rumah Tangga .................................... 27

9. Konsepsi Kontribusi Pendapatan ........................................... 28

ii
B. Model Pendekatan ......................................................................... 31

C. Hipotesis ........................................................................................ 32

D. Batasan-batasan ............................................................................. 32

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu ........................................................................ 34

B. Metode Penelitian dan Penarikan Contoh ..................................... 34

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 35

D. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data .................................. 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38

LAMPIRAN .................................................................................................. 40

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas Tanaman dan Jumlah Produksi Kopi di Sumatera Selatan Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2022 ............................................................... 2

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Pertanyaan (Quisioner) ................................................................ 40

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia. Pada

tahun 2018 dan 2019 Indonesia menempati urutan ke-4 penghasil kopi terbesar setelah

Brazil, Vietnam, dan Colombia (Muzaifa et al., 2019). Kopi ini merupakan salah satu

komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dari beberapa

komoditi perkebunan lainnya. Selain itu kopi menjadi salah satu komoditi ekspor yang

dapat berperan sebagai sumber devisa negara dan sumber penghasilan bagi perusahaan

ataupun petani kopi. Tanaman kopi ini menjadi tanaman perkebunan yang potensial

untuk dikembangkan. Sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia diusahakan oleh

rakyat. Terdapat 4 jenis kopi yang ditanam dan dibudidayakan di Indonesia

diantaranya Kopi Arabica, Robusta, Liberika, dan Excelsa. Namun yang paling

banyak ditanam di Indonesia adalah kopi jenis Arabika dan Robusta. Sedangkan untuk

kopi Liberika dan Excelsa ditanam hanya di daerah tertentu saja seperti di Kabupaten

Tanjungjabung Barat, Jambi dan Kabupaten Jombang (Sembiring et al., 2015).

Kopi Arabika merupakan salah satu jenis kopi yang banyak digemari penggemar

kopi. Selain itu kopi arabika memiliki ciri khas seperti bentuknya yang cenderung

lebih kecil, lonjong, dan pipih, harganya cenderung lebih mahal, memiliki kandungan

kafein 1,1 sampai 1,5%, memiliki kandungan lemak sekitar 60% dan kandungan

gulanya dua kali lipat dibanding robusta, beraroma seperti buah-buahan, berasa sedikit

asam, tumbuh di daerah dataran tinggi 700 sampai 1.700 mdpl (Budiyanto et al.,

2019).

1
2

Di Sumatera Selatan kopi merupakan tanaman perkebunan yang cukup penting.

Produksi kopi di Sumatera Selatan memberikan sumbangan yang cukup besar bagi

perekonomian. Produksi kopi Sumatera Selatan dihasilkan oleh tiga macam bentuk

perkebunan, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, dan perkebunan milik

negara. Tiga bentuk perkebunan ini, perkebunan rakyat merupakan penghasil utama

komoditas kopi. Sebagian besar produksi kopi berasal dari kabupaten/kota di

Sumatera Selatan, seperti Lahat, Pagaralam, Muara Enim, Ogan Komering Ulu, Ogan

Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, Musi Rawas, Lubuk Linggau,

Empat Lawang, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir (Dinas Perkebunan Sumatera

Selatan, 2022).

Salah satu daerah Sumatera Selatan yang menghasilkan produksi kopi paling

besar adalah Kabupaten OKU Selatan. Hal itu dapat dilihat tabel berikut ini.

Tabel 1. Luas Tanaman dan Jumlah Produksi Kopi di Sumatera Selatan Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2022

Luas Lahan Produksi Produktivitas


No. Kabupaten/Kota
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Ogan Komering Ulu Selatan 89,260 62,399 0.70
2 Empat Lawang 62,138 54,000 0.87
3 Muara Enim 23,102 27,652 1.20
4 Lahat 54,441 22,010 0.40
5 Pagar Alam 8,151 16,375 2.01
6 Ogan Komering Ulu 22,068 16,317 0.74
7 Musi Rawas 3,835 3,196 0.83
8 Ogan Komering Ulu Timur 483 2,200 4.55
9 Lubuk Linggau 1,260 885 0.70
10 Banyuasin 2,032 724 0.36
11 Ogan Komering Ilir 814 335 0.41
12 Musi Rawas Utara 280 214 0.76
Sumatera Selatan 267,864 206,307 0.77
Sumber : Dinas Perkebunan Sumat pada tahun 2022
3

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten OKU Selatan merupakan

penghasil kopi tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan dengan luas lahan sebesar

89.260 hektar, produksi kopi yang dihasilkan sebanyak 62.399 ton. Tingginya

produksi kopi secara tidak langsung akan mempengaruhi penghasilan petani kopi. Di

Kabupaten OKU Selatan tidak semua perkebunan kopi seutuhnya milik rakyat atau

masyarakat sekitar, sebagian perkebunan kopi adalah milik dari pemerintah ataupun

PTPN di daerah tersebut.

Salah satu wilayah di Kabupaten OKU Selatan penghasil kopi adalah Desa

Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin. Kopi tumbuh hampir dimana-mana di Desa

Tanjung Kari, ini karena lingkungan, tanah, iklim, ketinggian, dan suhu mendukung

pertumbuhan kopi. Usaha perkebunan kopi di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau

Beringin umumnya merupakan usaha perkebunan rakyat. Pengelolaan perkebunan di

Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin masih tergolong sederhana. Meski

demikian, warga Desa Tanjung Kari mampu merawat dan memelihara tanaman kopi

secara efektif selain mengoperasikan perkebunan kopi, seperti membersihkan

rerumputan di sekitar pohon kopi dan memangkasnya.

Dalam proses panen petani juga melibatkan tenaga kerja masyarakat setempat,

sehingga bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dalam pemanenan

kopi biasanya banyak dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Setelah kopi dipanen,

kemudian diangkut dari lahan kebun menuju ke rumah pemilik kebun atau pabrik

untuk dijemur. Kegiatan pengangkutan produksi kopi ini dilakukan oleh tenaga kerja

pria karena medan yang dilewati biasanya cukup sulit. Kegiatan pengangkutan ini bisa

menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar.


4

Selain pendapatan dari usahatani kopi, masyarakat juga memiliki pendapatan

dari usaha lain, seperti pedagang, pengusaha, pegawai pemerintahan maupun buruh

tani. Salah satu sumber pendapatan lain dari masyarakat yaitu jasa angkut kopi ketika

musim panen tiba, dimana dari usaha tersebut memiliki kontribusi terhadap

pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan merupakan seberapa besar sumbangan

aspek usahatani terhadap tingkat pendapatan atau perekonomian dari masyarakat secara

keseluruhan. Besar kecilnya kontribusi pendapatan tergantung pada seberapa besar usaha

yang dikembangkan dan bagaimana kondisi sumber pendapatan lain (Indriani dkk, 2015).

Sehingga kontribusi usaha adalah titik tolak seberapa besar usaha yang dikembangkan

mampu menyumbang terhadap pendapatan rumah tangga petani, semakin besar kontribusi

yang diterima petani dari usaha tersebut maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang

diterima petani.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan

jasa angkutan kopi yang dilakukan masyarakat, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kontribusi Pendapatan Jasa Angkutan Kopi

Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin

Kabupaten OKU Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah:

1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari jasa angkutan kopi dalam satu

masa panen kopi di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten

OKU Selatan?
5

2. Bagaimana tingkat kontribusi pendapatan jasa angkutan kopi terhadap

pendapatan keluarga di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin

Kabupaten OKU Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dari jasa angkutan kopi di Desa

Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU Selatan.

2. Untuk mengetahui besarnya tingkat kontribusi pendapatan jasa angkutan kopi

terhadap pendapatan keluarga di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau Beringin

Kabupaten OKU Selatan.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa tentang budidaya

kopi.

2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah setempat dalam megambil kebijakan

untuk komoditas kopi.

3. Sebagai referensi penelitian selanjutnya.


II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Teknis Tanaman Kopi

a) Syarat Tumbuh Kopi

Menurut Prastowo et al (2013) Kopi di Indonesia umumnya dapat tumbuh baik

pada ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Seiring

perkembangan dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri,

beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl, namun kopi

yang terbaik ditanam di atas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta. Lahan

pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berada di

ketinggian antara 700 sampai 900 m dpl. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar

(sekitar 95%) jenis kopi di Indonesia saat ini adalah kopi robusta.

Sistem budidaya tanaman kopi robusta mulai dari kegiatan pemeliharaan hingga

panen yang umum dilakukan oleh petani kopi di Indonesia menurut Sitanggang (2014)

ialah sebagai berikut:

1) Persemaian

Mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan

stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi

yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk mendapatkan biji untuk

benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lender dibersihkan dengan abu. Setelah itu

benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia

kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan. Tanah persemaian harus

6
7

dicangkul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa akar dan batu-batu lain. Pada

bagian atas bedengan diberi lapisan pasir tebal kira-kira 5 cm. Bedengan harus diberi

naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang.

Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepersemaian lapangan.

2) Penanaman

Penanaman dilakukan pada musim hujan, tiga sampai enam bulan sebelumnya

harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Pembuatan lubang dan luasnya

tergantung pada struktur tanah, semakin berat struktur tanah makin lama lubang

harus 14 dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu baru dilakukan penanaman serta

diberi serasah, untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu

diperhatikan. Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah

dan tipe iklim. Tanah lebih subur atau yang mempunyai iklim lebih basah diperlukan

jarak tanam lebih lebar dari pada tanah yang kurang subur atau mempunyai iklim

kering.

3) Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan dapat berupa pemangkasan dan penyulaman. Tujuan

pemangkasan adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan

generatif yang lebih produktif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu

pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi serta pemangkasan rejuvinasi.

Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat dan

seimbang sedangkan pemangkasan produksi bertujuan mempertahankan

keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan bentuk.


8

Sistem pemangkasan batang dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi

yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi yang banyak

membentuk cabang-cabang sekunder. Apabila peremajaan batang kurang

diperhatikan produksi cepat menurun karena pohon menjadi berbentuk payung.

Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang, lebih sesuai bagi

daerah yang basah dan letaknya rendah dimana pertumbuhan batang baru berjalan

lebih cepat. Peremajaan tidak hanya mengganti tanaman yang rusak atau tua dengan

tanaman yang baru, tetapi juga perlu pergantian varietas atau klon yang unggul serta

perbaikan kultur teknis.

4) Pemupukan

Pupuk diperlukan karena adanya pengambilan hara oleh tanaman dan

persediaan dalam tanah. Kopi mengambil hara dalam tanah untuk pertumbuhan

vegetatif serta untuk pertumbuhan buah.sehingga ketersediaan hara pada tanah setiap

tahun akan mengalami penurunan dan oleh karena itu dilakukan proses pemupukan

yang ditujukan untuk menjaga kadar hara dalam tanah agar tanaman yang tumbuh

dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik serta berproduksi dengan optimum

Pada umumnya pemupukan kopi dilakukan secara kimia dan organic. Pemupukan

secara kimia diberikan sebanyak 2 kali setiap satu kali musim tanam.

Tujuan pemupukan adalah :

a. Memperbaiki kondisi tanaman, tanaman yang dipupuk secara optimal dan teratur

akan memiliki daya tahan lebih besar, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh

keadaan yang ekstrim.


9

b. Peningkatan produksi dan mutu, walaupun pada tahun pertama pemupukan lebih

banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, tetapi pemupukan ini juga

meningkatkan mutu yaitu besarnya biji kopi dan rendemen lebih tinggi.

c. Stabilisasi produksi, tanaman kopi bersifat biannual bearing(panen raya setiap

empat tahun sekali). Oleh karena itu untuk menjaga agar produksi tidak turun

terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan jenis pupuk harus

disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak hanya tidak efektif tetapi

juga menurunkan produksi.

d. Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan kebutuhan

tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya dilakukan pada awal

musim dan akhir musim hujan.

5) Hama dan Penyakit

Terdapat banyak sekali hama dan penyakit yang dapat menyerang kopi

diantaranya :

a. Serangan bubuk buah akan mengakibatkan gugurnya buah muda, menurunkan

mutu akibat biji berlubang dan penyusustan berat. Pemberantasan terhadap

hama ini dilakukan dengan pemusnahan sumber infeksi (petik bubuk, lelesan)

dan pemutusan siklus hidup

b. Bubuk cabang, yang menyerang cabang dan wiwilan yang masih muda dan

mengakibatkan cabang kering atau patah. Untuk mengatasi serangan hama

bubuk cabang, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi

tanaman kopi, menghambat pertumbuhan cendawan, memusnahkan cabang-

cabang yang terserang


10

c. Kulit putih, akibat dari serangan ini mengakibatkan tanaman kopi menjadi

kerdil dan buah mudah gugur. Cara mengatasi dilakukan dengan

pemberantasan semut, membabat tanaman yang disenangi kutu, memusnahkan

tanaman pelindung yang terserang dan menyemprot obat-obatan

d. Cendawan akar coklat dan akar hitam, tanaman yang terserang daunnya akan

layu kuning dan kering. Untuk menghindari serangan lebih luas maka tanaman

yang terserang didongkel dan dimusnahkan, kemudian diisolasi dengan

pembuatan parit.

6) Panen dan Pasca Panen

Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan sekali

saja, untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah, yaitu

pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap

dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menghasilkan mutu yang tinggi

yaitu :

a. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk

buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia

delapan bulan.

b. Panen raya atau sistem petik merah, yakni pemetikan buah yang sebenarnya,

pemetikan sistem petik merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan

dengan giliran sepuluh sampai 14 hari. Petik kopi tidak hanya dilakukan petik

merah namun juga petik kuning dan petik hijau. Persentase petik

merah:kuning:hijau sebesar 60%:30%:10%.


11

c. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih, petik ini dilakukan bila sisa

kopi dipohon masih berkisar 10 persen. Setelah kopi dipetik perlu dilakukan

penggilingan dua tahap kemudian penjemuran kira-kira 36 jam (Tjokrowinoto,

2002).

Pengangkutan merupakan kegiatan yang ada pada budidaya tanaman kopi yang

dilakukan setelah proses pemanenan selesai. Di Desa Tanjung Kari pengangkutan

kopi menggunakan motor dengan keranjang yang digunakan untuk motor.

2. Agroindustri Kopi

Agroindustri berasal dari dua kata yaitu agricultural dan industry yang berarti

suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau

suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau

input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan

industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan

menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian

agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi

peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida

dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian (Udayana, 2011:9).

Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal yaitu pertama, agroindustri adalah

industri yang memanfaatkan produk pertanian sebagai bahan baku. Yang kedua,

agroindustri merupakan suatu tahapan pembangunan sebagai dari kelanjutan

pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahap pembangunan tersebut mencapai

tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2000: 10).


12

Agroindustri sebagai salah satu subsistem yang penting dalam sistem

agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi

dengan pangsa pasar yang besar dan produk standar nasional. Oleh karena itu,

membutuhkan dorongan agar subsistem agroindustri tumbuh sehingga mampu

menopang kemajuan agroindustry guna memperluas akses pasar. Disamping itu,

agroindustri juga mampu mempercepat transformasi pada struktur perekonomian dari

pertanian ke agroindustri (Khoiriyah dkk, 2012: 135).

Menurut Rahardjo (2012), secara umum terdapat dua cara pengolahan biji kopi.

Yaitu dengan cara pengolahan kering disebut juga dengan Ost Indische Bereiding

(OIB) dan pengolahan basah atau disebut juga dengan West Indische Breiding

(WIB). Perbedaan mendasar dari keduanya ialah dalam penggunaan air yang

diperlukan untuk pengupasan kulit buah kopi maupun pencucian biji kopi.

a. Pengolahan secara kering

Pengolahan ini banyak dilakukan oleh petani, terutama di daerah yang

kesulitan mendapat air. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan kopi secara

kering (Rahardjo, 2012).

1) Pengolahan ini dilakukan hanya jika pengolahan secara basah tidak bisa

dilakukan.

2) Pengolahan ini dilakukan hanya pada buah kopi yang belum masak dan atau

kelewat masak.

3) Buah kopi disortasi, yaitu Pengkategorikan keadaan kopi

4) Untuk kopi robusta, buah kopi dijemur atau dikeringkan dengan mesin pada

suhu maksimum 80ºC hingga kadar air mencapai kurang dari 13%
13

5) Buah kopi kering yang diperoleh dikupas kulitnya menggunakan mesin

penggerbus ( heller )

b. Pengolahan secara basah

Pengolahan ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar perkebunan negara

maupun swasta. Umumnya melalui pengolahan secara basah, kualitas kopi lebih baik

daripada pengolahan secara kering. Tahapan pengolahan secara basah : (Rahardjo,

2012)

1) Sortasi buah kopi, yaitu memilah buah kopi masak dan baik dari buah busuk,

buah mentah, maupun kotoran lainnya.

2) Buah kopi dimasukkan ke bak sortasi yang berisi air bersih. Buah kopi yang

mengapung menandakan kualitasnya tidak bagus. Sehingga dipisahkan dengan

buah yang tenggelam. Selanjutnya diolah terpisah

3) Pengupasan kulit buah kopi merah menggunakan pulper serta dilakukan

pencucian lender

4) Biji kopi basah yang masih berkulit tanduk dikenal kopi HS (Horn skin)

ditiriskan beberapa jam.

5) Khususnya untuk biji kopi robusta, biji kopi HS dijemur atau dikeringkan

langsung dengan alat mesin pengering pada suhu maksimal 80ºC berangsur-

angsur diturunkan sampai 60ºC hingga kadar air biji kopi lebih rendah 12%

Menurut Anggara dan Sri Marini (2011) terdapat tiga metode pengolahan biji

kopi yaitu : (1) metode basah, (2) metode kering, (3) metode semibasah. Metode

basah dan metode kering hampir sama caranya dengan metode yang dikemukakan
14

oleh Rahardjo di atas. Sedangkan metode semibasah sebenarnya hampir mirip

dengan metode basah. Tetapi ada perbedaan pada saat pengeringannya. Dimana

setelah fermentasi dan pencucian, biji kopi akan dikeringkan terlebih dahulu setelah

itu baru di hulling dan kembali dikeringkan. Ciri khas kopi yang diolah dengan

metode semibasah adalah bijinya berwarna gelap dan bentuknya agak melengkung.

Kelebihannya adalah pengolahan dengan metode ini lebih singkat.

Setelah melakukan pengolahan terhadap biji kopi menjadi kopi beras, tahapan

selanjutnya agar menjadi kopi bubuk menurut Anggara dan Sri Marini (2011) adalah

sebagai berikut :

a. Sortasi biji kopi beras

Sebelum kopi beras dijual, terlebih dahulu dilakukan penyortiran. Penyortiran

dapat dilakukan secara manual menggunakan ayakan, maupun menggunakan mesin

sortasi untuk membuang kopi beras yang memiliki kerusakan tak kasat mata.

b. Pengemasan dan Penyimpanan

Ada beberapa cara pengemasan dan penyimpanan kopi beras, antara lain : (1)

kemas dengan karung yang bersih dan sesuai standar SNI, (2) beri label

menggunakan cat untuk label berbahan pelarut non-minyak, (3) atur tumpukan

karung dan letakkan di atas landasan kayu, dan jaga jaraknya dari dinding, (4)

lakukan pengontrolan berkala selama kopi beras disimpan.

c. Pemanggangan ( roasting )

Proses ini dapat meningkatkan cita rasa kopi dan merubah warna kopi beras.

Secara fisik, bentuknya akan berubah karena mengalami penurunan bobot secara
15

keseluruhan. Selain itu pori-pori di sekeliling permukaan kopi beras akan terlihat

lebih jelas dan warna coklatnya semakin pekat.

d. Penggilingan

Salah satu penentu kualitas dalam industri kopi bubuk adalah proses

penggilingan kopinya. Penggilingan yang baik akan menghasilkan cita rasa, aroma,

dan penampilan yang baik. Agar terhindar dari perubahan cita rasa kopi, hasil

penggilingan harus segera dimasukkan ke dalam wadah kedap udara.

3. Konsepsi Agribisnis

Agribisnis adalah setiap usaha komersil yang berkaitan dengan kegiatan

produksi pertanian, yakni berupa pengusahaan sarana produksi (input) pertanian

ataupun perusahaan pengolahan hasil (output) pertanian. Pada mulanya agribisnis

mempunyai pengertian perusahaan yang hanya bergerak dalam kegiatan produksi

dan jual beli barang-barang seperti traktor, pupuk, dan pestisida atau yang tergabung

dalam beberapa sarana produksi (saprodi) pertanian saja. Perkembangan ke arah

batasan pengertian yang luas itu telah didorong adanya kemajuan yang dicapai

dibidang pertanian disamping perusahaan - perusahaan penyedia saprodi pertanian

setiap tahun perusahaan yang berada dikedua sub sektor usaha (input dan output

pertanian) itu kemudian digolongkan sebagai perusahaan agribisnis (Sjarkowi, 2010).

Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang memuat bidang usaha tani yang

mana usaha tersebut membutuhkan pengorbanan yang dimulai dari pembukaan

lahan, penanaman, pemelihaman, produksi hingga kepengemasan baru petani

mendapatkan hasil yang baik, hasil tersebut berupa produksi ataupun uang
16

(peneirimaan). Usaha tersebut akan fatal jika mengabaikan atau menyelewengkan

pembangunan sarana dan prasarana kehidupan perdesaan. Kecukupan sarana dan

prasarana fisik menjadi hasil sampingan demi pembangunan agribisnis sedangkan

hasil utamanya adalah kecukupan bahan pangan dan kemakmuran. Adapun isyarat

paradigmatik pembangunan dunia usaha agribisnis, yaitu :

a. Usaha agribisnis layaknya terpadu holistic yaitu semua potensi teknis

teridentifikasi dan diperhitungkan dalam rangka pembangunan sarana dan

prasarana ekonomi dan peran pasar yang terbangun dan tertata atas satu etikat

dan tekad para pihak yang bersatu padu dalam suatu kontak social yang

konsisten dan konsikuen untuk mensejahterakan.

b. Usaha agribisnis layaknya terpadu sistematik yaitu pembinaan harus fokus pada

unggulan spesifrk daerah sehingga secara sistemik dapat menaikkan multiffier

effect untuk internal wilayah.

Jika kedua isyarat di atas telah dipenuhi secara bersungguh maka,

perkembangan sektor agribisnis akan terpacu tepat lingkungan serta tepat sasaran.

Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi

pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan pengusahaan produksi itu

sendiri ataupun itu juga pengusahaan pengolahan hasil pertanian. Agribisnis dengan

arti lain adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyedia pangan. Sebagai subjek

agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan, dengan mengelola aspek

budidaya penyediaan bahan baku pasca panen, proses pengolahan, hingga tahap

kepemasaran. Inti keberhasilan suatu kegiatan dari agribisnis terletak pada hasil

produksi ( Sjarkowi dan Marwan, 2010).


17

Sjarkowi (2010), mengembangkan pendekatan ekonomi makro dan ekonomi

pembangunan untuk melihat agribisnis. Agribisnis dalam sudut pandang ini adalah

suatu “mega sektor” karena mencakup banyak sektor, baik secara vertical (sektor

pertanian, perdagangan, industry, jasa, keuangan, dsb), maupun secara horizontal

(tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan kehutanan). Berdasarkan

pandangan tersebut agribisnis atau sering disebut sistem agribisnis menjadi kegiatan

ekonomi yang memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian Indonesia

dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional, pendapatan daerah,

kesempatan kerja secara nasional di masing-masing daerah.

Selanjutnya Nuraini, et.Al. (2002), menyatakan bahwa agribisnis adalah suatu

sistem yang komplek yang terdiri dari lima subsistem yaitu pasokan input (agro-

input), produksi (agro-production), agro-industri, pemasaran (agro-marketing) dan

jasa-jasa pendukung (supporting service).

a. Subsistem Agro-input

Subsistem agro-input dalam agribiasnis merupakan bagian yang terbesar dari

seluruh sistem agribisnis di Indonesia. Disamping itu juga agribisnis agro-input

merupakan bagian yang paling banyak menghadapi masalah dalam segala bentuk

keterbatasan modal, lahan, keterampilan, penguasaan teknologi, aksebilitas terhadap

pasar, posisi tawar menawar dan sebagainya.

b. Sistem Agro-production

Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat produksi dan bagian yang terjadi

di dalam pembuatan barang (goods) atau jasa (services), agar terjadi produk atau

masukan (input). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa produksi adalah kegiatan
18

mengubah input menjadi output (Nuraini, et. al., 2002). Setiap satuan agribisnis yang

sedang direncanakan sesungguhnya merupakan mekanisme kegiatan produktif yang

didukung oleh unsur saprodi (input), proses produksi dan hasil (output).

c. Subsistem Agro-industri

Agro-industri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku. Agro-industri sebagai salah satu subsistem yang penting dalam

agribisnis yang memiliki potensi untuk mendorong lajunya pertumbuhan yang tinggi

karena sasaran pasar memiliki nilai tambah yang relative besar dalam produk lainnya

yang siap dipasarkan baik berupa produk setengah jadi ataupun produk aktif siap

konsumsi (Nuraini, et. al., 2002).

d. Subsitem Agro-marketing

Subsistem agro-marketing mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan

agroindustry baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan utama

subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar serta marketing

intelegensi pada pasar dalam dan pasar luar negeri.

e. Subsistem Supporting Service

Menurut Nuraini, et. al. (2002), subsistem penunjang meliputi subsistem

informasi tentang pangan, hukum dan perundang-undangan serta kebijaksanaan

pemerintah (kebijakan subtitusi impor). Lembaga-lembaga pendukung tersebut

sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integritas dalam mewujudkan

tujuan pengembangan agribisnis.


19

Subsistem agribisnis yang meliputi subsistem hulu (penyedia sarana pertanian)

dan subsistem supporting service (pelayanan penunjang pertanian) dapat berjalan

secara simultan dan sinergis, termasuk subsistem on-farm (budidaya) dengan sistem

off-farm (pengolahan dan pemasaran), dengan demikian maka akan meningkatkan

nilai tambah dari setiap usahatani yang dikembangkan.

4. Konsepsi Biaya Produksi

Biaya memiliki pengertian yang beragam karena telah mengalami proses

perkembangan dari dahulu hingga sekarang, biaya dapat dirumuskan suatu

pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Menurut Hernanto (1997), biaya yang dikeluarkan oleh petani dari proses

serta membawanya menjadi produk disebut biaya produksi. Selanjutnya Mulyadi

(2007), menyatakan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan sumber ekonomis

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

untuk mencapai tujuan tertentu.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses membawanya menjadi

produk disebut biaya produksi. Termasuk di dalannya yang dibeli dan jasa yang

dibayar di dalam atau di luar usaha tani. Biaya produksi dapat dibagi meqiadi dua

yaitu biaya produksi jangka pendek adalah biaya yang dipergunakan jangka waktu

dan situasi yang tidak lama. Jumlah berapa masukan (faktor produksi) ada yang tidak

dapat diubah-ubah dan ada juga yang dapat diubah. Oleh karena itu biaya produksi

jangka pendek ini dapat dibedakan menjadi biaya variabel. Kedua biaya produksi

jangka panjang adalah biaya yang dipergunakan dalam jangka waktu dan situasi yang

lama serta semua ini dianggap biaya variabel.


20

Biaya merupakan nilai dari faktor produksi yang digunakan menghasilkan

barang atau jasa. Biaya adalah sejumlah uang yang dipergunakan untuk membeli

input produksi agar produksi dapat berlangsung. Biaya produksi itu selalu muncul

setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Adanya

biaya produksi sangat berkaitan dengan diperlakukannya input atau factor produksi

yang digunakan dalam kegiatan produksi tersebut (Syarkowi, F. dan Marwan, S.,

2004).

Biaya produksi dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan

biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan habis dalam

satu kali proses produksi, atau jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung besar

kecilnya produksi, misalnya: sewa tanah yang berupa uang atau pajak yang

berdasarkan luas lahan yang besar di atas 5% dari hasil produksi. Biaya variable

adalah biaya yang habis dalam satu kali proses produksi. Pada umumnya besar

kecilnya biaya variabel berhubungan langsung dengan besarnya produksi (Kadarsan,

2005).

Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004), biaya merupakan landasan bagi harga

yang dapat diminta oleh perusahaan untuk setiap produksi yang dihasilkan. Biaya

produksi lebih rendah dengan demikian akan menyebabkan volume penjualan produk

pertanian serta perolehan laba menjadi besar. Biaya tetap yaitu biaya yang tidak

habis dalam satu kali produksi atau biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya

produksi, yang tergolong biaya tetap adalah biaya sewa tanah, penyusutan peralatan,

sedangkan biaya variabel adalah biaya saprodi dan upah tenaga kerja.
21

5. Konsepsi Produksi

Untuk memenuhi ketersediaan barang dan jasa maka diperlukan suatu proses

untuk menghasilkannya. Proses untuk menghasilkan barang dan jasa inilah yang

disebut dengan produksi. Produksi mempunyai pengertian adalah suatu kegiatan

untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang memenuhi kebutuhan.

Orang atau badan yang melakukan kegiatan produksi disebut dengan produsen.

Berdasarkan pengertian tersebut maka produksi mengandung dua hal pokok yaitu

menciptakan nilai guna dan menambah nilai guna.

Menurut Suratiyah (2006), produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan

dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa yang akan dipasarkan atau

didistribusikan kepada konsumen baik pembeli yang potensial maupun riel.

Sedangkan menurut Hernanto (2004), produksi merupakan suatu proses

pendayagunaan segala sumber - sumber yang tersedia berupa sumber daya alam dan

sumber daya manusia untuk mewujudkan hasil yang terjamin baik dari segi kualitas

dan kuantitasnya serta terkelola dengan baik sehinggga komoditi tersebut dapat

diperdagangkan.

Dalam arti sempit produksi dapat didefinisikan sebagai suatu hasil yang

diperoleh dari proses produksi, yaitu proses memadukan sumberdaya usahatani

(input) yang ada sehingga menghasilkan output. Besarnya suatu produksi yang

dihasilkan sangat ditentukan oleh keputusan yang diambil tentang mengalokasikan

sumberdaya yang terbatas seperti bibit, pupuk, tanah, tenaga kerja, obat-obatan dan

lain-lain sebagainya (Soekartawi, 2001).


22

Produksi memiliki dua definisi yaitu berdasarkan teknisnya dan pengertian

produksi secara ekonomi. Pengertian produksi secara teknis adalah suatu proses

pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia dengan harapan terwujudnya

hasil yang lebih baik dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Ditinjau dari segi

ekonomi, produksi adalah suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia

untuk mewujudkan hasil yang tercermin kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan

baik sehingga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan.

Assauri Sofian (1998) mengatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan

dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan (utility) suatu barang dan jasa

untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi

berupa tanah, modal, tenaga kerja dan skill organization managerial dan technical

skill.

Faktor-faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang

diperoleh, berbagai pengalaman menunjukan faktor produksi seperti lahan, modal,

tenaga kerja, sarana produksi adalah factor produksi yang penting bagi suatu usaha.

Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang dipersiapan untuk usaha

pertanian. Dalam pertanian, lahan memegang kedudukan yang penting dan ukuran

lahan pertanian selalu dinyatakan dengan hektar (Soekartawi, 2001).

6. Konsepsi Harga

Harga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang ditukar dengan sejumlah

uang berdasarkan nilai tersebut. Masalah harga adalah masalah yang sangat penting

untuk menentukan keberhasilan suatu agribisnis, harga sendiri banyak dipengaruhi

oleh beberapa hal, seperti waktu, tempat/jarak dan pasar, dengan harga yang ditukar
23

dengan uang maka seseorang bersedia melepaskan jasa atau barang yang dimilikinya

kepada orang lain (Nitisemito, 1997).

Harga suatu produk merupakan salah satu penentu atas besarnya permintaan

pasar. Harga suatu produk mempengaruhi posisi persaingan dipasar persaingan

sehingga mempengaruhi volume penjualan, oleh karena itu harga mempunyai

pengaruh yang besar terhadap pemdapatan dan laba bersih perusahaan. Seperti

diketahui bahwa harga adalah nilai suatu produk yang diukur dengan uang (in

money–tern), dimana berdasarkan nilai tersebut penjual atau produsen bersedia

melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada hak lain dengan memperoleh

keuntungan tertentu (Rahardi, 2003).

Harga merupakan pertemuan antara penawaran dan permintaan, terjadinya

kesepakatan harga adalah akibat tawar menawar antara pembeli dan penjual atau

antara produsen dan konsumen, harga jual dipengaruhi oleh beberapa factor yang

dikelompokan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (dikuasai) oleh petani, meliputi

peningkatan mutu dan kualitas, sistem tataniaga atau pemasaran yang dijalankan.

b. Faktor-faktor yang diluar jangkauan petani, misalnya situasi pasaran diluar

negeri/perdagangan internasional.

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis, harga itu sendiri

banyak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti waktu, tempat dan pasar, dengan harga

yang ditukar dengan uang maka seseorang bersedia melepaskan barang atau jasa

yang dimilikinya kepada orang lain. Menetapkan harga terlalu tinggi akan

menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan
24

mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan. Harga juga

merupakan variable utama yang langsung menentukan seberapa besar jumlah uang

masuk. Bertolak dari kenyataan itu maka seyogianya suatu perusahaan agribisnis

primer dan agrobisnis yang terkait dengannya mengatur siasat tahunan untuk

meminimumkan dampak kejatuhan harga yang mendekati atau bahkan dibawah

tingkat harga pokok (Sjarkowi dan Marwan, 2004).

Harga juga merupakan nilai suatu barang atau jasa yang ditukar dengan

sejumlah uang berdasarkan nilai tersebut, masalah harga adalah masalah yang sangat

penting untuk menentukan keberhasilan suatu agribisnis, harga sendiri banyak

dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti waktu, tempat/jarak dan pasar, dengan harga

yang ditukar dengan uang maka seseorang bersedia melepaskan jasa atau barang

yang dimilikinya kepada orang lain (Suratiyah, 2006).

7. Konsepsi Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan adalah seluruh nilai produksi selama satu kali periode panen yang

diperhitungkan dari hasil penjualan. Santoso (2007) menjelaskan bahwa penerimaan

usahatani dapat berupa hasil penjualan produksi usahataninya, produksi yang

dikonsumsi petani selama kegiatan usahataninya dan kenaikan nilai investasi.

Penerimaan merupakan hasil kotor yang diperoleh petani dari hasil penjualan

produksi berdasarkan harga jual yang berlaku. Penerimaan yang diperoleh petani

dalam melakukan usahataninya memiliki nilai positif apabila lebih besar dari biaya

yang telah diinvestasikan selama proses produksi berjalan. Hal tersebut dapat

dijadikan sebagai salah satu acuan petani dalam merumuskan dan menentukan

kebijakan usaha yang dijalankannya (Animous, 2008).


25

Penerimaan dapat diartikan sebagai besaran keseluruhan hasil produksi yang

diperoleh dari hasil produksi pengolahan hasil pertanian dan diberikan dengan harga

yang berlaku saat ini di daerah atau di desa yang bersangkutan. Selanjutnya di dalam

penerimaan agribisnis tidak terlepas dari harga dan produk dimana home industri

akan menghasilkan suatu produk jika memadai. Hal ini sesuai dengan pendapatan

hasil pertanian (Kristianto dan Nurhayati, 2003).

Menurut Soekartawi dalam Ismuwati (2005), penerimaan adalah nilai produk

total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak

dijual. Penerimaan usahatani dapat terwujud tiga hal, yaitu hasil penjulan tanaman,

ternak, ikan atau produk yang akan dijual (hasil produksi). Produk yang dikonsumsi

pengusaha dan keluarga selama melakukan kegiatan (dikonsumsi keluarga atau telah

dijual), dan kenaikan nilai investasi (harga tempat).

Secara umum pengertian penerimaan dari suatu usaha tani adalah jumlah

seluruh produksi baik yang digunakan sendiri maupun yang dijual dan kegunaan

lainnya dikalikan dengan harga persatuan fisik pada waktu panen dari daearah

bersangkutan (Mubyarto, 2002). Penerimaan secara umum dapat diartikan sebagai

hasil produksi per satuan waktu dan luas dikalikan dengan harga per satuan produksi

tersebut. Secara matematis persamaan penerimaan adalah sebagai berikut:

R=PxY

Keterangan:
R = Reveneu (penerimaan)

P = Price (harga)

Y = Yield (produksi)
26

Penerimaan adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu

baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan bersih petani mengukur

imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi (Soekartawi, 2001).

Pendapatan merupakan keuntungan petani. Keuntungan yang diperoleh petani adalah

selisih antara penerimaan dengan biaya yang memberikan hasil yang positif, artinya

penerimaan dikurangi dengan biaya yang harus lebih besar dari nol.

Pendapatan petani diperoleh dari berbagai sumber usahatani antara lain dari

usahatani pokok dan di luar usahatani seperti buruh bangunan, berdagang dan

pegawai. Sedangkan pendapatan dari usahatani pokok adalah pendapatan yang

diterima dari kegiatan utama (Hernanto, 1997).

Menurut Suratiyah (2006), pendapatan dalam usahatani merupakan selisih

antara penerimaan yang diperoleh dalam suatau kegiatan usahatani dengan biaya

produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan tersbut, sebab usaha utama petani adalah

mancapai pemgeluaran total yang serendah rendahnya serta menginginkan selisih

yang besar antar nilai keluar total dengan nilai masukan total.

Menurut Yulianjaya dan Kliwon (2016) pendapatan usahatani merupakan

selisih antara penerimaan dan semua biaya atau total biaya yang digunakan. Petani

dapat memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan

penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Pernyataan tentang

pendapatan dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

π = TR – TC

Keterangan:

π = Pendapatan Usahatani
27

TR = Total Revenue (Penerimaan Total)

TC = Total Cost (Biaya Total)

Pendapatan adalah merupakan nilai yang diterima oleh produsen dari hasil total

pengolahan produk hasil pertanian, yaitu jumlah penerimaan dikurangi dengan total

biaya produksi, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Teken dan Aznawi,

2005).

Mubyarto (2000), menyatakan bahwa keuntungan dalam arti ekonomi atas

suatu komoditi yang dijual didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil dari

penjualan dan biaya korbanan sumber daya yang telah digunakan untuk membuat

komoditi tersebut. Jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari yang diterima

biasanya dinamakan keuntungan negatif atau kerugian.

8. Konsepsi Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Zuriah (2014) pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang

berasal dari usahatani (On Farm), non usahatani (Off Farm), dan dari luar usaha

pertanian (Non Farm). Pendapatan diperoleh dengan menghitung selisih antara total

penerimaan dari usaha dengan total biaya produksi yang dikeluarkan petani selama

satu tahun. Pendapatan rumah tangga petani jagung dapat dihitung dengan rumus:

Prt = P1+P2+P3

Dimana :

P1 = TR – TC

TR = Pj x Qj

TC = TFC + TVC
28

Keterangan:

Prt = Total pendapatan rumah tangga

P1 = Pendapatan usaha angkutan kopi

P2 = Pendapatan usahatani kopi

P3 = Pendapatan non usahatani

TR = Penerimaan total

Pj = Harga/upah

Qj = Jumlah Kopi

TFC = Biaya tetap total

TVC = Biaya variabel total

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga merupakan total

yang pendapatan yang diperoleh petani baik dari usahatani, non usahatani, dan sektor

lain. Pengertian pendapatan rumah tangga tersebut, digunakan dalam penelitian ini

sebagai acuan dalam menganalisis pendapatan rumah tangga petani jagung di daerah

penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan berapa jumlah pendapatan rumah

tangga petani jagung di daerah penelitian.

9. Konsepsi Kontribusi Pendapatan

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution maknanya

merupakan keterlibatan, sumbangan, maupun keikutsertaan. Kontribusi dapat berupa

materi atau tindakan. Kontribusi yaitu seorang individu berusaha meningkatkan

efisiensi dan efektivitas hidupnya. Kontribusi dapat dilakukan diberbagai bidang

misalnya bidang pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, financial dan lain


29

sebagainya. Kontribusi dapat diartikan juga sebagai suatu keterlibatan yang

dilakukan oleh seseorang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam

keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai aspek ekonomi.

Kontribusi merupakan besarnya sumbangan yang berupa sejumlah barang, jasa

dan finansial yang diberikan dari setiap usaha tertentu yang jumlahya dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kriteria yakni rendah, sedang dan besar terhadap

pemasukan pada sektor pendapatan total keluarga (Hanafie, 2010).

Menurut Nurmanaf (2006), kontribusi pendapatan dari suatu jenis kegiatan

terhadap total pendapatan rumah tangga tergantung pada produktifitas faktor

produksi yang digunakab dari jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas

pendapatan rumah tangga cenderung dipengaruhi domisi sumber-sumber pendapatan.

Menurut Nasution dan Barizi (2006), setiap skala usahatani mempunyai

kontribusi terhadap pembangunan pertanian Indonesia. Kontribusi dapat dihitung

dengan membagi jumlah pendapatan dari usahatani yang sifatnya pokok dengan

usaha yang bersifat sampingan saja. Dengan kriteria yang dipakai dalam menilai

kontribusi adalah sebagai berikut:

a. Kecil : 0 % - 33,33 %

b. Sedang : 33,34 % - 66,66 %

c. Besar : 66,67 % - 100 %

Pendapatan total keluarga petani berasal dari pendapatan usahatani, non

usahatani, serta sektor lainnya. Masing-masing pendapatan tersebut akan

memberikan kontribusi. Menurut Sofyan (2013) rumus kontribusi pendapatan adalah:


30

Put
KPut= x100%
PTK

Pnonut
KPnon ut= x 100 %
PTK

Px
KPx= x 100 %
PTK

Keterangan:

KPut = Kontribusi pendapatan usahatani

KPnon ut = Kontribusi pendapatan non usahatani kopi

KPx = Kontribusi pendapatan non usahatani

Put = Pendapatan usahatani kopi

Pnon ut = Pendapatan non usahatani kopi

Px = Pendapatan non usahatani

PTK = Pendapatan total keluarga


31

B. Model Pendekatan

Model pendekatan yang digunakan adalah model pendekatan diagramatis

sebagai berikut:

Usaha Jasa Pendapatan


Angkutan Kopi Lainnya

Faktor Produksi

Produksi
(Kg)

Upah
(Rp/Kg)

Penerimaan
(Rp/Musim)

Biaya Produksi
(Rp/Musim)

Pendapatan Total Pendapatan


(Rp/Musim) Keluarga

Kontribusi
Kecil = 0 – 33,33%
Sedang = 33,34 – 66,66%
Besar = 66,67 – 99,99%

Keterangan:
: Dipengaruhi

: Mempengaruhi

: Timbal Balik

Gambar 1. Model Pendekatan Diagramatis Kontribusi Pendapatan Jasa Angkutan


Kopi terhadap Pendapatan Keluarga
32

C. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga usaha jasa angkutan kopi di Desa Talang Kari Kecamatan Pulau

Beringin Kabupaten OKU Selatan memiliki pendapatan cukup besar.

2. Diduga usaha jasa angkutan kopi memiliki kontribusi yang kecil terhadap

pendapatan rumah tangga petani di Desa Talang Kari Kecamatan Pulau

Beringin Kabupaten OKU Selatan.

D. Batasan-batasan

1. Responden adalah petani yang melakukan jasa angkutan kopi dan memiliki

usahatani lain di Desa Talang Kari Kecamatan Pulau Beringin Kabupaten OKU

Selatan.

2. Usaha jasa angkutan kopi adalah suatu usaha yang menawarkan jasa

pengangkutan hasil produksi kopi dari kebun untuk dibawa ke rumah petani.

3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pengangkutan

kopi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable (Rp/proses).

4. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung dengan volume

produksi dalam satu kali proses produksi, meliputi biaya penyusutan alat

(Rp/proses).

5. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

produksi dan merupakan biaya yang digunakan untuk membeli faktor produksi

(Rp/proses).
33

6. Fakor produksi adalah faktor-faktor yang diperlukan dalam usaha

penyambungan kopi berupa modal, keterampilan dan lain-lain.

7. Produksi adalah jumlah kopi yang berhasil diangkut (Kg, karung, ton).

8. Upah adalah harga yang diberikan petani untuk jasa angkutan kopi (Rp/satuan).

9. Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah kopi yang diangkut dengan harga

satuan dalam fisik (Rp/Musim).

10. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang

dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Rp/PP).

11. Total Pendapatan keluarga adalah total seluruh pendapatan petani yang

diperoleh dari pendapatan usaha angkutan kopi, usahatani kopi, dan non

usahatani yang dinyatakan dalam rupiah per bulan (Rp/bulan).

12. Pendapatan usahatani kopi yang dimaksud pada penelitian ini adalah

pendapatan yang berasal dari usahatani kopi yang merupakan komoditas

unggulan di Desa Talang Kari.

13. Pendapatan non usahatani yang dimaksud pada penelitian ini adalah

pendapatan yang berasal dari kegiatan luar usahatani yaitu pedagang, jasa,

pegawai, dan buruh.

14. Kontribusi pendapatan usahatani jagung adalah seberapa besar sumbangan

yang diberikan pendapatan usaha angkutan kopi terhadap tingkat pendapatan

total kepala rumah tangga petani yang dinyatakan dalam persentase (%).
III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tanjung Kari Kecamatan Pulau

Beringin Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Sedangkan waktu pelaksanan

penelitian ini adalah bulan Januari – Februari 2024. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (Purposive) sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan

lokasi penelitian didasarkan pertimbangan karena lokasi tersebut komoditas

unggulannya adalah kopi.

B. Metode Penelitian dan Penarikan Contoh

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Menurut

Walgito (2010), survey adalah mengumpulkan informasi berbentuk opini dari

sejumlah besar orang terhadap topik atau isu-isu tertentu. Ada 3 karakter utama dari

survei: 1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk

mendeskripsikan beberapa karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap,

kepercayaan, pengetahuan dari populasi; 2) informasi dikumpulkan melalui

pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis walaupun bisa juga lisan) dari suatu

populasi; 3) informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi. Tujuan utama dari

survai adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi atau sampel.

Metode penarikan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simple random sampling. Menurut Sugiyono (2017) Simple Random Sampling

adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

34
35

Jumlah populasi jasa angkutan kopi di Desa Talang Kari Kecamatan Pulau

Beringin berjumlah 21 orang. Untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dari

populasi peneliti menggunakan rumus yang dikemukakan oleh slovin dalam Mustafa

(2010) dengan tingkat kepercayaan 85% dengan nilai e=15% adalah sebagai berikut:

N 21
n= n= n=14 ,26
N . e ²+1 (21 x 0 , 15)+1

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e2 = Margin of Error

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 14 petani

sampel dari 21 populasi petani.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode observasi dan wawancara melalui pengisian daftar

pertanyaan yang mengunakan kuisioner dan wawancara secara langsung dengan

responden. Variable yang digunakan sebagai indikator antara lain, karakteristik

responden, modal atau biaya yang dikorbankan, jumlah komoditi yang

diperdagangkan, nilai harga jual persatuan.

Menurut Suharsimi (2010), mengatakan bahwa metode wawancara adalah

metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan melalui tanya jawab

terhadap responden dengan mengumpulkan data-data baik data primer maupun data
36

skunder. Data Primer bersumber dari hasil wawancara dengan pelaku usaha dan

pengamatan dilapangan, sedangkan data skunder diperoleh dari lembaga atau instansi

terkait ada hubungannya dengan penelitian ini seperti kantor desa dan Dinas

Perkebunan, Refrensi Buku dan lain-lain.

D. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpul dan diambil dari hasil wawancara saat pelaksanaan

penelitian kemudian ditabulasikan. Metode analisis data pada penelitian ini

diuraikan berdasarkan masing-masing tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menghitung pendapatan yang diperoleh

petani dari usaha angkutan kopi di Desa Talang Kari Kecamatan Pulau

Beringin menggunakan analisis dengan formula sebagai berikut (Soekartawi,

2002):

Pd = TR – TC

TR =YxP

TC = FC + VC

Keterangan:

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Penerimaan total (Rp)

TC = Biaya total (Rp)

P = Harga satuan jagung (Rp/Kg)

Y = Jumlah produksi (Kg)

FC = Total biaya tetap (Rp)

VC = Total biaya variabel (Rp)


37

2. Untuk menjawab tujuan kedua adalah untuk menghitung kontribusi pendapatan

usaha angkutan kopi terhadap pendapatan keluarga dinyatakan dengan rumus

sebagai berikut:

Px
KPx= x100%
PTK

Keterangan:

KPx : Kontribusi pendapatan non usahatani (%)

Px : Pendapatan Usaha non usahatani (Rp/tahun)

PTK : Pendapatan Total Keluarga dari berbagai sektor (Rp/tahun)

Kriteria pengambilan keputusan:

1. P < 35% maka kontribusi pendapatan terhadap pendapatan total

keluarga tergolong rendah.

2. 35% < P < 70 % maka kontribusi pendapatan terhadap pendapatan total

keluarga tergolong sedang.

3. P > 70 % maka kontribusi pendapatan terhadap pendapatan total

keluarga tergolong tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, E., Yuono, L. D., & Farindra, A. 2019. Upaya Peningkatan Kualitas dan
Kapasitas Produksi Mesin Pengupas Kulit Kopi Kering. Turbo : Jurnal
Program Studi Teknik Mesin, 8(1), 88–98.
https://doi.org/10.24127/trb.v8i1.926
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. 2022. Produksi Perkebunan Sumatera
Selatan. Palembang.
Mubyarto. 2000. Ekonomi Manajerial. Raja Grafindo. Jakarta.

Mulyadi. 2007. Biaya Produksi. CY. Andi Affset. Yogtakarta

Muzaifa, M., Hasni, D., Arpi, N., Sulaiman, M. I., & Limbong, M. S. 2019. Kajian
Pengaruh Perlakuan Pulp Dan Lama Penyeduhan Terhadap Mutu Kimia Teh
Cascara. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 23(2), 136–142.
http://tpa.fateta.unand.ac.id/index.php/JTPA/article/view/237

Nuraini. 2002. Pengantar Manajemen Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurmanaf, A. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian terhadap Kesempatan dan


Pendapatan di Pedesaan Berbasis Lahan Kering. Jurnal SOCA vol. 8 no3.
November 2008, hal 318-322.

Prastowo et al. 2013. Budidaya Tanaman Kopi (online). perkebunan.


litbang.pertanian .go.id/wp.../perkebunan_budidaya_kopi.pdf. Diakses pada 10
Desember 2015.

Sembiring, N., Satriawan, I., & Tuningrat, I. 2015. Nilai Tambah Proses Pengolahan
Kopi Arabika Secara Basah (West Indischee Bereding) Dan Kering (Ost
Indischee Bereding) Di Kecamatan Kintamani, Bangli. Jurnal Rekayasa Dan
Manajemen Agroindustri, 3(1), 61–72.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jtip/article/view/16899

Sitanggang. 2013 .Pengembangan Potensi Kopi sebagai Komoditas Unggulan


Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1
No.6, Juni 2031.Universitas Sumatera Utara.

Sjarkowi, F. 2010. Manajemen Pembangunan Agribisnis. Baldad Grafiti Press.


Palembang.

Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

38
39

Sofyan, H. 2013. Kontribusi Usaha tani Jambu Getah Merah terhadap Pendapatan
Rumah Tangga dan Stategi Pengembangan UsahataniDesa Pagersari
Kecamatan Patea Kabupaten Kendal. Skripsi: UNNES.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Yulianjaya, E dan Kliwon Hidayat. 2016. Pola Kemitraan Petani Cabai Dengan
Juragan Luar Desa (Studi Kasus Kemitraan di Desa Kucur, Kecamatan Dau
Kabupaten Malang). Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya Malang.

Zuriah, Y. 2014. Analisis Kontribusi Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam


Perkebunan Rakyat di Tipologi Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan. Hlm
5-6.
40

Lampiran 1. Kueisoner

DAFTAR PERTANYAAN
(QUISIONER)

1. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Jumlah Tanggungan Keluarga : ……………… orang

2. Berapa tahun bapak menjalani jasa angkutan kopi ini?

3. Berapa Penghasilan bapak dari jasa ojek kopi dalam satu musim?

4. Apa jenis motor yang bapak gunakan untuk ngojek kopi?

5. Berapa harga motor tersebut?

6. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam melakukan ojek kopi per hari?

No. Uraian Satuan Harga Beli Kebutuhan Kebutuhan


(Rp/satuan) per hari per musim
1. BBM

2. Rokok

3. Makan

4. Servis motor

dll
41

Pendapatan Keluarga :

1. Apa pekerjaan utama anda diluar ngojek kopi?

2. Jika petani kopi berapa luas kebun kopi yang anda miliki?

3. Berapa hasil produksi dari kebun kopi tersebut?

4. Berapa harga kopi yang diterima?

5. Berapa biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani kopi? (Rp/tahun)

6. Jika diluar petani kopi, apa jenis pekerjaan bapak dan berapa pengahsilannya

(Rp/bulan)?

7. Ada berapa orang yang bekerja dalam keluarga ini?

8. Apa profesinya dan berapa penghasilannya (Rp/bulan)?

Anda mungkin juga menyukai