Anda di halaman 1dari 18

Love Yourself

Cerpen Karangan: Ulan Albaar

Kategori: Cerpen Remaja, Cerpen Romantis

“Bagaimana? Bukannya ini bagus?” tanya perempuan berjilbab dengan mata berbinar menatap pemuda
di hadapannya dengan menunjukkan sebuah gaun panjang biru muda dengan hisan manik manik dan
bunga bunga kecil. Sungguh indah.

Namun ekspresi berbeda terlihat di wajah pemuda tampan itu. Ia justru memandang perempuan cantik
itu dengan tatapan flat

“Jelek” katanya tanpa mengubah raut wajahnya

Perempuan cantik itu menghela nafas dengan berat, sedikit kecewa dengan apa yang ia dengar. Ia
memandang baju itu dengan seksama, begitu indah. Namun pemuda itu mengatakan hal yang sebaliknya

“Apa aku bakal terlihat jelek kalau memakai ini, Ridho?” tanyanya lirih pada pemuda yang ia panggil
dengan nama ‘Ridho’ itu. Ridho hanya mengangguk

“Cepatlah Ega, kita kesini untuk cari kado ulang tahun buat Rara” ujar Ridho tak terlalu peduli dengan
ekspresi kecewa yang diperlihatkan perempuan cantik yang ia panggil ‘Ega’ itu.

Ega kembali menarik nafas dengan berat, dengan setengah hati ia kembalikan baju itu keasalnya.
Matanya masih tak ingin lepas dari baju yang begitu terlihat anggun itu

“Ayo Ega!” seru Ridho

Ega menoleh,

“Ya.. Aku lupa, aku kesini menemanimu untuk membeli kado buat cewek yang kamu suka” ujar Ega
menggumam

Ia memandang Ridho yang tengah menuju toko boneka. Hatinya sedikit miris, bayangkan saja bagaimana
rasanya di posisi Ega. Menemani orang yang kamu sayang tengah memilih hadiah untuk orang lain.

Ega kembali menghela nafas panjang. Sepertinya ia tau, ia bukanlah orang yang diharapkan Ridho untuk
jadi seorang kekasih. Dia hanya teman biasa. Hanya itu. Dan tak lebih.

Ia melangkah.. Mengikuti pemuda tampan yang tengah sibuk memilih boneka.

“Bagus yang mana?” tanya Ridho menunjukkan dua boneka teddy bear besar. Ega tak menanggapinya,
pandangannya tersita untuk boneka keropi besar memeluk hati.

“Bagus itu!! Keropi.. Aku suka keropi!” seru Ega dengan senang

Ridho menoleh, memicingkan alis..


“Boneka kodok?” tanya Ridho

Ega mengangguk semangat..

“Itu keren Ridho.. Sangat amat lucu.. Aku ambil yang itu yah?” ujar Ega

Ridho menghela nafas panjang

“Seleramu memang buruk” ujar Ridho

“Apa?”

“Tidak. Aku mau beli yang ini” kekeuh Ridho memilih boneka teddy bear warna pink

Ega memandang Ridho kembali dengan tatapan yang memohon.

“Aku bilang enggak ya enggak” ujar Ridho tau akan maksud Ega

Lagi.. Kecewa kembali Ega rasakan mendengar jawaban dingin dari Ridho. Ia lalu melangkah, kembali
mengikuti Ridho yang kini berjalan kearah kasir

“Kalau semua saranku kamu tolak, kenapa kamu minta aku buat nemenin kamu?” ujar Ega dengan suara
lirih karena kecewa

“Tepat.. Aku hanya minta kamu buat nemenin aku, gak lebih dari itu” ujar Ridho menimpali lalu
membayar boneka teddybear pink besar itu

Ega terdiam. Sedikit menyesal kenapa dia tak pernah bisa menolak ajakan Ridho, sekalipun tidak.

“Bawa ini ke mobil, aku ada perlu sebentar” ujar Ridho memberikan boneka itu pada Ega

“Kamu mau kemana?” tanya Ega yang kini tak terlihat karena ukuran boneka yang dipeluknya lebih besar
darinya. Ridho tersenyum, ingin tertawa namun dengan segera ia kembali dengan wajah dinginnya.

“Udah, aku ada perlu sebentar, kamu tunggu aja di mobil” ujar Ridho

Ega menghela nafas..

“Baiklah”

“Sudah selesai dengan urusanmu?” tanya Ega yang kini duduk di mobil masih dengan memeluk boneka
teddy bear. Ridho yang memasuki mobil sedikit terkejut melihat temannya kini menjadi boneka teddy
yang dapat bicara

“Sebelumnya, kamu harus bicara tanpa sembunyi dari boneka, taruh saja di kursi belakang” ujar Ridho
hendak mengambil boneka yang dipeluk Ega, namun dengan segera Ega menahannya, kian memeluk
boneka itu menyembunyikan wajahnya

“Enggak..” jawab Ega


Ridho memicing melihat tingkah Ega.

“Ega.. Ini bener bener ganggu, taruh aja di kursi belakang” ujar Ridho mengambil paksa boneka itu. Kini
terlihat sudah kalau Ega tengah menangis

“Hey.. Kamu kenapa?” tanya Ridho setelah menaruh boneka di kursi belakang mobilnya

Ega mengusap air matanya dengan kasar. Menggeleng..

“Gak papa, tadi ada nyamuk” jawab Ega asal

Ridho mengerutkan kening..

“Nyamuknya masuk ke mata?” tanya Ridho tak paham

Ega hanya terdiam, tak menjawab.

Kini terasa dengan lembut kedua tangan Ridho memegang pipi Ega

Memandang Ega dengan lekat, Tatapan mereka bertemu, Terdiam sesaat.

“Mana nyamuknya?” tanya Ridho lirih

Ega menepis tangan Ridho, mengalihkan pandangannya, menyeka sisa air matanya

“Udah kabur, aku udah jitak” jawab Ega kembali dengan asal

Ridho menggeleng pelan.. Celotehan celotehan aneh memang selalu ia dengar dari perempuan yang
satu ini

“Baiklah.. Semoga nyamuknya gak marah dan bilang sama teman temannya dan bakal balas dendam ke
kamu nanti” ujar Ridho menimpali

“Biarin dia bawa temannya, Aku bakal sediain obat nyamuk” ujar Ega menjawab

Ridho tersenyum simpul..

“Apapunlah, semoga sukses” ujar Ridho lalu menjalankan mobilnya

Ega milirik Ridho, ia bahkan sama sekali tak peduli dengannya yang menangis dan justru menanggapi
ucapan konyolnya. Saat itu juga ia tak habis pikir, kenapa dia bisa tahan dengan orang seperti itu.

“O iya, masalah promnite itu.. Bagaimana menurutmu?” ujar Ridho

Ega terdiam. Sudah barang tentu kalau Ridho akan menembak Rara saat itu.

“Bagus” jawab Ega singkat


“Yaa.. Itu bakal jadi kejutan spesial buat Rara” ujarnya

Ega kian memalingkan wajah. Ridho bahkan terang terangan menyebut nama Rara, si ketua ekskul musik
yang memang begitu cantik dan populer.

“Aku gak ada keberanian buat nembak dia dulu. Dan itu menyebalkan.. Tapi itu gak akan bertahan lama,
saat promnite besok, aku akan mengungkapkan perasaanku semuanya” ujar Ridho masih berlanjut
membicarakan tentang Rara yang kian membuat Ega semakin diam

“O iya, dan aku gak mau kamu gak datang. Aku mau kamu jadi orang pertama yang mengucap selamat
padaku” ujar Ridho

Ega masih bungkam.. Tak menjawab.

Malam menjelang, di bawah sinar bulan kini Ega duduk di rerumputan halaman rumahnya,. Wajahnya
menengadah, menatap jutaan bintang yang bertabur

“Hey bintang.. Apa kamu sedang tertawa melihatku sekarang?” gumam Ega bermonolog. Ehm, bukan.
Itu lebih tepat mengajak bintang berbicara,

“Aku gak tau apa ini, tapi.. Rasanya sakit. Apa kamu tau itu? Apa kamu tau bagaimana cara
menghilangkannya?” ujar Ega

Ega kini menunduk, memeluk kedua lututnya..

“Aku bahkan gak tau gimana bicara dengan Ridho sekarang.. Dia terlalu sibuk dengan urusannya dan juga
Rara” ujar Ega lirih mengingat kembali temannya. Sesak di dadanya kian menjadi.

Sampai akhirnya terasa ada yang mengusap lembut bahunya. Ega menoleh, perempuan manis tengah
tersenyum kearahnya,. Duduk di sampingnya. Itu Ika. Sang kakak

“Kakak..”

Ika hanya tersenyum..

“Ada apa? Kamu berantem lagi sama Ridho?” tanya Ika.

Ega menggeleng..

“Tidak, aku cuma ngerasa kesel aja sama dia” ujar Ega masih dengan posisinya.

“Memang kenapa?” tanya Ika

Ega menarik nafas panjang.. Ia menggeleng lemah. Ia juga tak tau apa yang dia rasakan saat ini

“Kak.. Kakak tau gak, kenapa saat kita deket sama seseorang, jantung kita dag dig dug? Kayak orang habis
lari. Terus.. Rasanya keseeelll banget saat liat dia pergi atau ngomongin orang lain sama kita?” tutur Ega
Ika memicingkan alis..

“Kamu jatuh cinta sama siapa Dek?” tanya Ika

Ega membolakan matanya saat mendengar ucapan Ika. Jatuh cinta?

“Aku gak tanya soal jatuh cinta kak..” ujar Ega menyangkal

Ika tersenyum melihat adiknya. Sifat polosnya memang masih dominan ia miliki, meski ia kini sudah lulus
SMA.

“Yang kamu bilang itu adalah tanda orang jatuh cinta sayang..” jawab Ika

Ega menggeleng cepat..

“Enggak.. Itu Bukan jatuh cinta. Aku cuma ngerasa sedikit gugup aja kak,” ujar Ega menyangkal

“Tangan kamu bakal dingin kan saat dekat orang itu? Dan kamu gak bisa leluasa berbicara kan? Jantung
kamu juga berdetak lebih cepat saat dekat orang itu kan? Itu namanya kamu sedang jatuh cinta sayang..”
ujar Ika

Ega terdiam..

Ia kembali mengingat kegiatannya seharian ini. Ia benar benar tak bisa menolak Ridho yang memintanya
menemaninya. Dia juga merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat Ridho menatapnya dengan
lekat

“Dan yaa.. Kita bakal kesal, bahkan sakit kalau kita tau dia tengah bersama orang lain. Itu namanya
cemburu” ujar Ika mengimbuhi

Ega kembali terdiam.. Ia juga sangat merasa kesal saat Ridho membicarakan Rara, bahkan itu masih
terasa sampai sekarang.

“Tapi apapun itu.. Masalah perasaan gak bakal mudah diatasi sayang, menjatuhkan hati pada orang yang
salah bisa membuat kita merasa terpuruk. Kamu harus kuat.. Jatuhkan hatimu pada orang yang juga
sayang sama kamu, karena dia bakal jaga hati dan cintamu, dia gak bakal biarin kamu jauh..” ujar Ika
dengan serius

Ega terdiam.. Memperhatikan ucapan kakaknya dengan seksama. Orang yang juga sayang? Ridho bahkan
tak peduli dengannya. Apa iya dia jatuh cinta dengan orang yang salah?

“Jadi… Siapa orang itu? Siapa orang yang udah buat adik kakak ini jatuh cinta?” tanya Ika kini merangkul
adiknya yang masih saja diam.

Dia masih berusaha mencerna apa yang diutarakan sang kakak. Takut. Ya.. Mungkin itu kata yang tepat
untuk Ega saat ini. Takut bila ia telah menjatuhkan hati pada orang yang salah. Ridho.. Temannya sendiri.
Semilir angin malam kini berhembus, cukup dingin menusuk tulang berhasil disadari dua orang kakak
beradik ini.

“Kita masuk aja yuk, dingin.. Gak baik buat kesehatan kamu” ujar Ika kini mengajak

Ega mengangguk, menurut. Dan melangkah beriringan dengan sang kakak memasuki rumahnya.

“Aku mau langsung tidur aja deh kak, capek” ujar Ega

Ika menganggu meng-iya-kan. Kini Ega beralih melangkah memasuki kamarnya, matanya sedikit
memicing melihat sebuah kotak berukuran besar diranjang tempat tidurnya.

“Apa ini? Perasaan tadi gak ada” gumamnya lalu membuka kotak itu.

Matanya berbinar, senyuman kembali tercipta dari bibir soft pink nya saat melihat apa yang ada di dalam
kotak besar itu.

“Keropi!!” serunya lalu mengambil boneka keropi memeluk itu. Boneka itu sama persis dengan boneka
yang ia lihat di toko bersama Ridho tadi.

“Ah.. Lucu banget” lirihnya senang memeluk boneka itu dengan erat. Pandangannya kini beralih pada
kotak tadi, masih ada sesuatu disana.

Ega duduk di bibir ranjang, meletakkan boneka keropinya, dan kembali mengambil isi dari kotak besar
itu.

“I..ini..” gumamnya tercekat saat melihat gaun biru muda panjang dengan hiasan manik juga bunga kecil.
Itu baju yang juga sama ia lihat di toko tadi. Senyumnya kian mengembang..

Pandangannya kini tertuju pada sebuah kertas yang masih ada di dalam kotak, dengan segera Ega meraih
secarik kertas itu,

*Ini buat yang udah nemenin aku hari ini*

Sederet kalimat singkat berhasil membuat Ega kian tersenyum senang, ia tau betul siapa yang mengirim
ini meski tak ada nama yang tertera disana

“Ridho..” gumamnya tersenyum kembali meraih boneka keropi itu, memeluknya dengan erat.

‘Jelek’

‘Boneka kodok? Seleramu begitu buruk’

Ucapan Ridho kembali terngiang. Padahal ia sangat mengkritisi pilihannya tadi. Tak akan menyangka bila
Ridho sendiri yang memberikannya,.

“Terimakasih..” lirihnya kian mempererat pelukannya pada boneka keropi itu


Taman dekat danau itu kini benar benar berubah kian indah. Acara promnite yang direncanakan Ridho
benar benar mewah. Hiasan lampu kecil warna warni juga kian menambah meriah suasana. Disana juga
ada sebuah punggung..

“Apa disana dia akan menyatakan cintanya pada Rara? Ya! Sungguh romantis sekali” ujar Ega kini duduk
di sebuah kursi. Ia mengenakan baju yang dibelikan Ridho, begitu nampak anggun, dan akan selaras
menjadi kian padan bila ia juga tersenyum manis. Tapi ia memilih memasang wajah muram sekarang.
Dan itupun juga berlangsung saat pemuda tampan dengan setelan jas menghampirinya. Ridho

“Aku kira kamu gak datang” ujarnya pada Ega

Ega mengangkat wajah..

“Apa itu kalimat yang pas buat say ‘hay’ sama temanmu?!” kesal Ega

Ridho tersenyum,.

“Senyumlah, kamu bakal lebih cantik kalau tersenyum. Itu bakal selaras sama bajumu” ujar Ridho

Ega hanya terdiam tak menjawab. Itu tak membuatnya merasa lebih baik sekarang, apalagi mengingat
Ridho yang akan menembak Rara.

Ridho menarik kursi, duduk di samping Ega.

“Dengar, malam ini–”

“Iya iya aku tau!” sahut Ega memotong ucapan Ridho, sangat paham apa yang ingin ia katakan.

Pandangannya kini tertuju pada perempuan manis dengan dres hitam pendek tanpa lengan yang baru
datang. Nampak anggun,

“Itu dia” ujar Ega

Ridho menoleh, ia tersenyum..

“Cantik” puji Ridho

Ega memicingkan alis.. Menggeleng

“Dia pakai baju yang belum jadi, itu kekurangan bahan” komentar Ega sekenanya

Ridho yang mendengar celotehan aneh temannya spontan menoleh..

“Belum jadi?” ulangnya

Ega mengangguk..

“Atau mungkin itu adalah baju adiknya” jawab Ega


Memang, sedikit terbuka pakaian yang dikenakan Rara. Begitu drastis terbalik bila dibandingkan dengan
dirinya saat ini. Sama sama manis, namun berbeda. (Pikirkan saja itu)

Ridho mengerjap malas..

“Dan lagi, aku rasa dia pake tepung deh.. Tuh putih banget kan?” imbuh Ega

“Dia emang punya kulit Putih, Ega!” bela Ridho

Ega mencibir.. Mengerjap malas

kesal.. Ya.. Satu kata itu cukup mewakilkan semua apa yang dirasakan oleh Ega sekarang.

“Terserah kamu mau bilang apa, tapi yang jelas, dia sangat cantik kali ini” ujar Ridho

“Aku juga cantik!” seru Ega

Ridho mengerutkan kening.. Tak biasanya temannya yang satu ini begitu narsis

‘Puk!’

Pukulan pelan kini berhasil Ridho daratkan di kening Ega

“Dasar genit” ujar Ridho

Ega mengembungkan pipinya, mengusap pelan keningnya

“Udah, sekarang kamu duduk diem disini dan lihat bagaimana temanmu yang ganteng ini mengatakan
cinta” ujar Ridho

Ega mengerjap malas.. Memalingkan wajah

“Semoga kamu ditolak” gumam Ega lirih

“Ega aku denger itu!” kesal Ridho

Ega menoleh..

“Yaudah sana!” kesal Ega

Ridho menghela nafas panjang..

“Heuhh.. Baiklah, Ridho.. Lakukan yang terbaik,” ujar Ridho pada dirinya sendiri,

Ia kini beranjak, berjalan kearah panggung.

“Dia benar benar serius..” gumam Ega

“Dia begitu cantik malam ini.. Yayaya” ujar Ega menirukan ucapan Ridho dengan dibuat buat. Ia meraih
segelas jus di hadapannya. Siap mendengarkan apa yang akan mantan ketua OSIS ini sampaikan
“Ekhem.. Mohon perhatiannya sebentar semua” ujar Ridho kini berbicara dengan microfon

Semua kini memandang kearahnya, tak terkecuali Rara. Begitu berkarisma pemuda tampan ini.

“Disini.. Ridho Syafaruddin, akan mengatakan sebuah hal. Sebuah hal yang selama ini aku pendam.
Sebuah rasa sayang..” ujar Ridho kini memulai

Ega kini tercekat.. Terutama setelah kini semua teman temannya mendekat kearah panggung. Hanya
dirinya yang kini duduk..

“Dia.. dia gak main main” ujar Ega lirih

Gemuruh di dadanya kian menjadi

“Dia cantik, dia baik, dia cerdas..” ujar Ridho

Ega menelan silvanya dengan kasar, tiga hal yang disebutkan Ridho ia merasa tidak ada dalam dirinya.
Mendekati pun tidak.

“Dan hari ini, adalah hari yang spesial untuknya.. Ini adalah hari ulang tahunnya” ujar Ridho.

Ega memandang Rara dari ke jauh

Rara nampak tersenyum mendengar penuturan Ridho. Yang kian membuat Ega kesal bukan main.

“Rara..” panggil Ridho memberi kode Rara untuk naik ke panggung. Tak butuh waktu lama, gadis dengan
dress pendek hitam itu kini berjalan menghampiri Ridho di atas panggung. Ridho tersenyum, mengambil
boneka teddy bear yang sudah ia siapkan untuk Rara

“Ehmm.. Mungkin ini gak seberapa.. Dan aku bukan tipe orang yang pandai buat ngasih suprise atau
apapun itu.. Tapi satu hal yang pasti, rasa sayang ini belum hilang. Rasa sayang ini hadir buat kamu..”
tutur Ridho memandang dengan intens Rara yang ada dihadapannya.

Rara terdiam, menunggu apa yang dikatakan lawan bicaranya

“Ra.. Aku, sayang sama kamu..” ujar Ridho kemudian

‘DEG!’

Bak hancur sudah Ega mendengar penuturan Ridho kali ini. Lidahnya kelu.. Air matanya jatuh tanpa ia
minta melihat pemandangan yang begitu menyesakkan dada

“Apa kamu mau jadi pacarku?” tanya Ridho mengimbuhi

Cukup sudah..

Tak tahan lagi Ega melihat itu. Dengan segera ia beranjak, berlari keluar dari tempat pesta itu. Dia tak tau
apa yang ia rasakan, dia hanya tak ingin mendengar ucapan manis namun menyakitkan itu.
“Orang pertama yang memberi selamat? Lupakan saja.. Aku gak bisa.. Maaf..” gumam Ega seiring dengan
air matanya yang kembali jatuh, menemaninya menyusuri jalan sepi dalam kegelapan malam

Keesokan harinya, Ega nampak sibuk dengan tumpukan pakaian dan juga koper besar di kamar. Memilih
dan memilah baju, memasukkannya dalam koper

“Tiket pesawatnya ada dimana yah?” tanya Ika saat memasuki kamar

Ega menoleh,

“Ada di laci kak..” ujar Ega

Ika menghela nafas panjang, segera memeriksa laci di sebuah meja kecil dekat tempat tidur

“Ah.. Kita harus cepat sayang, sebelum kita benar benar ketinggalan pesawat” ujar Ika

Ega menatap sang kakak merasa lelah sendiri. Sejak semalam Ika sibuk mempersiapkan ini dan itu.

“Semua udah beres kak” ujar Ega menutup koper

Ika menoleh..

“Kakak udah mandi belum?” tanya Ega santai

Ika menepuk dahinya pelan..

Begitu sibuk nya ia mempersiapkan keperluan untuk pergi hingga sampai lupa dengan hal kecil namun
penting itu.

“Kakak belum mandi!! Haduh.. Kakak mandi dulu deh, habis itu kita langsung on the way ke bandara”
ujar Ika langsung beranjak meraih handuk di lemarinya dan segera memasuki kamar mandi

Ega menggeleng pelan melihat tingkah sang kakak, ia kini berdiri, melangkah keluar dari kamar

“Baiklah.. Aku bakal ke bandara hari ini” ujar Ega beriring dengan hembusan nafas beratnya. Ia kini
melangkah menuju sofa, duduk menyender.

Sejenak, hanya keheningan yang tercipta. Ingatannya kembali pada pemandangan super menyesakkan
semalam.

“Dia punya pacar sekarang.. Itu berarti, aku gak lagi dia butuhkan saat ini” gumam Ega sedikit miris

Ia meraih ponselnya, Dengan lihai jarinya mengutak atik ponsel kesayangannya..

Matanya sedikit memicing melihat ada sebuah pesan disana

‘Pulang tanpa pamit, itu bukan teman yang baik namanya’

Itulah isi dari pesan itu yang tak lain dari Ridho, orang yang baru ia pikirkan
Ega mengembungkan pipinya melihat isi pesan itu.

“Aku takut kalau Rasa sesak di hati gak baik buat kesehatan, jadi aku pergi sebelum nanti aku sakit”
gumamnya menulis pesan balasan.

Tak berselang lama, pesan balasan dari Ridho kembali masuk

‘Itu gak ada Hubungannya’ isi pesan singkat dari Ridho

Ega menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal

“Memang gak ada Hubungannya yah?” tanya Ega pada dirinya sendiri

Ia menghela nafas panjang..

“Tapi disini memang sesak rasanya, takut nanti kalau jadi sakit gimana?” ujar Ega kini dengan konyolnya
bermonolog.

Sedikit lama ia memikirkan hal yang tak penting itu.

Ponselnya kini kembali menunjukkan pesan masuk dari Ridho

‘Hari ini aku mau ke taman tulip, aku mau kamu ikut, kamu dimana sekarang?’

Ega berbinar saat melihat isi pesan Ridho yang mengajaknya ke taman tulip. Itu taman besar yang begitu
indah dengan berbagai bunga indah..

Namun, raut wajahnya berubah muram..

“Aku gak bisa.. Aku mau pergi hari ini, maaf” gumam Ega menulis pesan balasan

Tak berselang lama, Ika kini datang, menarik dua koper besar…

“Eh.. kakak udah selesai mandinya? Cepet amat?” tanya Ega kini beranjak membantu Ika membawa
salah satu koper besar itu

“Lupakan saja soal mandi! Ayo kita berangkat sekarang!” ujar Ika benar benar tergesa

Ega membolakan matanya mendengar ucapan Ika

“Kakak gak mandi?!!” seru Ega

“Aish! Udah ah, ayo berangkat!” ujar Ika tak menjawab

Ega mengangkat bahu.. Menyerah, menurut mengikuti Kakaknya.

Ponsel Ega kembali berderit saat merek tengah berada dalam perjalanan. Kembali, pesan dari Ridho

‘Pergi kemana?’
Ega dengan segera menulis pesan balasan..

‘Bandara.. Udah dulu yah, ponselku udah lowbat. Aku gak bisa pergi sama kamu. Dan buat yang kemarin,
maaf kalau aku gak bisa jadi teman yang baik dan sama sekali gak ngucapin selamat sama kamu’

Dengan segera ia mengirim serentet kalimat untuk Ridho. Bersamaan dengan terkirimnya pesan itu,
ponselnya kini mati. Benar benar lowbat.

“Bajunya udah semua kan dek?” Tanya Ika

Ega hanya mengangguk meng-iya-kan. Ia kini menyimpan ponselnya dalam tas kecil. Pandangannya
beralih kearah jendela, memaku pandang pada jalanan yang lumayan ramai lewat kaca mobil.

“Maaf kalau aku gak bisa jadi temen yang baik buat kamu..” ujar Ega lirih mengingat Ridho

“Tapi itu memang bener bener sakit rasanya.. Bukannya lebih baik kalau aku pergi? Aku gak bakalan
ngerasa sakit karena kamu” imbuhnya miris kembali mengingat kejadian semalam.

Masih terngiang jelas saat Ridho memuji Rara, menyuruh Rara naik ke panggung, dan juga saat benar
benar mengatakan sayang pada Rara.

“Ega..” panggil Ika

Ega menoleh..

“Kamu kenapa Dek?” tanya Ika

Ega mencoba tersenyum, menggeleng lemah..

“Ridho tadi bilang mau ngajak aku ke taman tulip hari ini” ujar Ega

“Kamu udah bilang sama Ridho kalau kamu mau pergi hari ini kan?” tanya Ika sedikit serius

Ega mengangguk lemah.. Tersenyum simpul

“Aku udah bilang sama Ridho kak..” jawab Ega

“Dia mau ke bandara?! Dia mau bener bener pergi dari aku?!” gumam Ridho kesal setengah khawatir
berlari menuju mobil merahnya setelah melihat pesan balasan dari Ega. Ia memasuki mobil dengan
tangan yang satu masih berusaha menelepon Ega. Namun nihil.. Jangankan dijawab, tersambung pun
tidak.

“Aku gak bakal biarin kamu pergi gitu aja, Ega” gumam Ridho lalu menjalankan mobilnya keluar halaman
menuju jalan raya.

“Ayolaaahh!! Kenapa gak aktif?!” kesal Ridho kembali mencoba menghubungi Ega, namun hasilnya sama
saja.
“Apa dia benar benar sakit hati semalam? Apa karena itu dia pergi gitu aja?” tanyanya pada diri sendiri.

Ridho mengingat apa yang terjadi semalam saat dia menyatakan perasaannya pada Rara. Dia melihat Ega
tidak tersenyum melihatnya, bahkan terlihat bungkam dan benar benar terlihat kesal.

“Tapi tidak seharusnya dia pergi jauh dariku kan?!” simpulnya dengan kesal bukan main

Ia kembali mengingat.. Ega Begitu cantik semalam, sangat amat cantik dengan baju yang ia belikan.

“Apa dia marah karena aku tidak memujinya seperti Rara? Tapi.. Tidak, itu bukan Ega. Ega sama sekali
tidak gila pujian meskipun dia cantik” ujarnya dengan kembali menambah kecepatan laju mobilnya

“Lalu kenapa dia pergi? Tanpa pamit dan hal yang jelas.. Bagaimana bisa dia bertingkah sejauh ini, aku
gak bakal biarin kamu pergi dariku gitu aja” tekad Ridho kembali mencoba menelepon Ega namun
hasilnya tetap nihil.. Sama saja. Nomor Ega benar benar tak aktif

“Aku mohon jangan pergi Ega!” ujar Ridho lalu kembali menambah kecepatan laju mobilnya. Satu
tujuannya, tepat waktu sampai di bandara sehingga dia dapat menghentikan Ega yang akan pergi.
Perasaannya begitu kacau saat Ega mengatakan kalau ia tak dapat pergi bersamanya karena akan pergi.
Sangat amat tak ingin Ega pergi jauh darinya saat ini.

“Maaf kalau aku nyakitin hati kamu Ega.. Tapi aku bener bener gak bisa biarin kamu pergi gitu aja
Sekarang” ujarnya

Selang berapa lama kemudian, ia sampai di sebuah bandara.

Hati Ridho kian berdegup kencang saat melihat sekitar. Begitu banyak orang yang memang hendak pergi,
namu Ridho tak ingin Ega adalah salah satu dari mereka.

Ia kini berlari, memasuki bandara.. Pandangannya dengan gelisah mencari sosok perempuan cantik
berjilbab yang selama ini menjadi teman baiknya.

“Ega.. Ayolah.. Aku mohon, jangan pergi..” gumam Ridho masih dengan menyapu pandang dari banyak
orang disana

Ia menghentikan langkah melihat seorang gadis berjilbab tengah menarik koper besar

“Ega!” panggil Ridho berseru

Gadis itu menoleh..

Benar, Itu Ega. Dengan segera Ridho berlari menghampiri gadis manis yang memandangnya.

“Ega..” lirih Ridho kini memeluk Ega dengan erat

“Eh..”

Sedikit kaget gadis ini mendapat pelukan dari Ridho yang tiba tiba
“Aku mohon.. Aku mohon jangan pergi.. Aku gak mau kamu pergi dariku.. Aku gak mau sendirian tanpa
kamu” ujar Ridho menenggelamkan wajahnya.. Mempererat pelukannya

“Ridho..” lirih Ega hendak melepas pelukan Ridho

Ridho menggeleng lemah..

“Aku mohon.. Aku gak mau kamu pergi. Aku minta maaf kalau aku nyakitin kamu. Semalam aku memang
sengaja lakuin itu karena aku mau tau kamu sayang apa enggak sama aku. Aku udah bilang sama
semuanya termasuk Rara. Aku gak suka sama Rara.. Aku sayang sama kamu Ega. Aku sayang sama kamu..
Aku mohon jangan pergi.. Aku mohon..” tutur Ridho

Ega terdiam mendengar apa yang dibilang Ridho..

“J..jadi.. Itu semua cuma bohong?” tanya Ega lirih

“Iya.. Itu semua bohong, aku minta maaf.. Aku minta maaf kalau aku udah nyakitin kamu, tapi tolong,
jangan pergi.. Aku mohon” ujar Ridho

“K..kamu gak suka sama Rara? Kamu—”

“Aku sayang sama kamu Ega.. Aku suka sama kamu” ujar Ridho menyahut, kian mempererat pelukannya
pada Ega

“Eh.. Dho.. Lepas..” ujar Ega

Ridho menggeleng, tak ada niat untuk melepas pelukan eratnya

“Aku gak bakal lepasin kamu, aku gak mau kamu pergi!” kekeuh Ridho

“Ridho.. Aku susah nafas!” kesal Ega

“Aku gak peduli! Aku gak mau lepasin kamu! Aku gak mau kamu pergi!” ujar Ridho kekeuh

“Siapa yang mau pergi? Aku gak pergi” ujar Ega menjawab

“Kamu bohong, kamu mau pergi dari aku.. Aku gak bakal biarin itu” ujar Ridho

“Ridho aku gak pergi! Yang mau pergi kak Ika!” kesal Ega

Ridho terkesiap.. Melepas pelukannya. Yang sukses membuat Ega menghembuskan nafas dengan berat..

“Kak Ika?” ulang Ridho

Ega mengangguk..

“Iya, dia mau ke Singapura” unar Ega menjawab

“Tapi kamu bilang mau ke Bandara..” sangkal Ridho


“Aku memang mau ke bandara, buat nganterin kak Ika.. Bukan mau pergi” ujar Ega menyangkal

Ridho menarik nafas dengan lega. Tersenyum memandang gadis polos di hadapannya yang sudah
membiatnya khawatir bukan main

“Dan yang kamu bilang soal Rara.. Itu.. Apa itu benar?” tanya Ega dengan hati hati

Ridho tersenyum.. Melangkah maju mendekat ke arah Ega, yang sukses membuat Ega mundur selangkah

“Menurutmu?” tanya Ridho dengan senyuman evil

Ega menggeleng pelan..

“Aku gak tau” jawab Ega

Ridho mengerjap malas mendengar ucapan polos gadis cantik di hadapannya ini

“Aku bahkan gak tau kalau kamu bohong semalam.. Bagaimana mungkin aku tau kamu gak

bohong saat ini?” tutur Ega

Ridho menghela nafas panjang. Kedua tangannya kini dengan lembut memegang kedua pipi Ega

“Kalau aku bohong, mana mungkin aku sekarang ada disini buat kamu?” tanya Ridho

Ega hanya megerjap.. Menatap Ridho yang tengah berbicara

“Aku gak mau kamu pergi, kamu temanku..” ujar Ridho

“Iya.. Aku memang teman—”

“Teman hatiku” sahut Ridho

Eh?

Ega mengerutkan kening tak paham..

“Teman hati?” ulang Ega

Ridho tersenyum..

‘Puk’

Kembali, pukulan pelan diterima Ega di keningnya

“Apa masih belum tau juga maksudku?! Aku udah bilang kalau aku sayang sama kamu” ujar Ridho

Ega masih diam.. Dia belum terlalu paham apa yang diutarakan Ridho saat ini. Mungkinkah kalau apa
yang dikatakannya benar? Semalam hanyalah rekayasa? Tapi.. Itu benar benar nyata terlihat dan juga
terasa begitu serius.
“Dan.. Saat ini..” lirih Ridho kembali memegang kedua pipi Ega, menatapnya begitu intens.

“Kita bakal jadi teman hati yang memang benar benar saling menemani, entah itu dalam suka ataupun
duka, aku mau.. Kamu selalu ada untukku..” ujar Ridho yang belum mendapat respond apapun dari Ega

Ridho mengerjap malas..

“Belum paham?” tanya Ridho

Ega mengangguk lemah..

Ridho menghela nafas panjang,

“Aku mau kamu jadi pacarku” ujar Ridho to the point

Ega terkesiap..

“A..apa yang–”

“Aku udah bilang, aku sayang sama kamu” sahut Ridho

Ega kembali bungkam, memandang Ridho dengan lekat.. Ridho tersenyum, ia kini beralih mendekat,
mengecup kening Ega dengan lembut

‘DEG!’

“Ekhem!” dehem seseorang

Spontan Ega mendorong Ridho, menjauh.. Terlebih saat melihat sang kakak tengah berdiri menatap ke
arahnya dengan tatapan dingin

“K..kakak..”

Ridho menelan salivanya dengan tercekat saat melihat Ika. Dia baru saja mencium kening Ega tanpa izin..

“Oke Ridho, apa tadi kamu bilang? Hem?!” tanya Ika

Ridho menghela nafas..

“Aku sayang sama Ega kak” ujar Ridho kini dengan lantang

Ega spontan menoleh.. Kali ini baru ia tau kalau Ridho benar benar serius dan tak bohong.

Ika tersenyum.. Berjalan ke arah Ega, merengkuh pundak sang adik..

“Kalau kamu sayang sama Ega, kamu bakal jagain Ega kan?” ujar Ika kini bertanya

Ridho tersenyum..

“Aku bakal jaga Ega selama Kakak pergi” ujar Ridho dengan yakin
Ika beralih pada adiknya

“Sekarang, kamu baik baik yah.. Ada Ridho yang bakal jaga kamu. Teman hati Kamu..” ujar Ika

Ega memeluk Ika,

“Kakak jangan lama lama..” ujar Ega

Ika mengangguk, membalas pelukan sang adik, mengangguk lemah..

“Jangan lupa tiap hari harus video call sama aku” ujar Ega melepas pelukannya

Ika kembali mengangguk..

“Ridho, jaga Ega baik baik, kakak percaya sama kamu” ujar Ika serius

Ridho mengangguk..

Ika menghela nafas, menarik kopernya

“Kakak berangkat yah” pamit nya

Ega mengangguk, melambaikan tangannya, tanda perpisahan pada sang kakak.

Sejenak, terdiam kedua insan ini memandang sosok perempuan yang kini sudah tak terlihat lagi dari
kejauhan.

Ridho melangkah, merangkul Ega..

“Jadi.. Tempat mana yang akan jadi tempat kencan pertama kita?” tanya Ridho

Ega mengangkat wajah, memandang Ridho.

“Kencan? Memang kita pacaran?” tanya Ega

Ridho menghela nafas panjang.. Namun ia tersenyum mendengar ucapan Ega. Baginya, inilah yang
membuat dirinya bisa jatuh cinta. Sebuah sifat yang tak dibuat buat menjadi orang lain

“Kita kan teman hati.. Jadi lebih dari pacar” jawab Ridho

“Teman hati?”

Ridho mengangguk..

“Tapi.. Apapun itu, i love.. I love yourself..” lirih Ridho pada Ega

Ega tersenyum, menjatuhkan pandangannya..


“Baik.. Ayo kita pergi, teman hatiku” ujar Ridho menggandeng tangan Ega berjalan keluar dari bandara.
Entah apa nama yang mereka sandang. Teman hati, sahabat, pacar, itu tidaklah jelas. Namun Satu yang
jelas, mereka bahagia bila mereka bersama.

Anda mungkin juga menyukai