Nugi berjalan menuju dua temannya dan pada saat itu juga Rega
melompat ke sungai.
Evan menghisap sekali lagi rok*knya dan setelah itu ia ikut melompat
untuk berenang.
“Seger bat airnya. Mandi di sungai aja udah seneng banget ya apalagi di
kolam renang.”
Nugi duduk dan melihat Rega yang berenang disitu situ saja.
2
“Edan.” Gumamnya melihat tingkah Rega.
Evan bersusah payah menarik wanita itu dari sungai. Ia sampai terbatuk
batuk. Evan menarik nafas beberapa kali hingga merasa jantungnya
sudah stabil kembali.
“Kalau mau bunuh diri jangan disini. Ini tempat kami berenang. Jadi
angker nanti.” Kata Evan. Matanya menatap tajam.
“Gua juga ga sudi ditolong sama kalian. Jangan harap gua berterima
kasih! Gua cuma mau mati!” Gadis itu menendang nendang batu
disekitarnya.
“Mba jangan seperti itu. Kita ini berniat baik loh mba. Ada masalah apa
sampai segitunya? Coba cerita, cari solusi sama sama hibur diri. Jangan
lemah jangan bundir.” Nugi memegang pundaknya.
“Kasian. Cantik cantik stress.” Ketus Rega. Gadis itu menoleh seakan
mau menyerangnya. Rega memegang mulut.
“Maksudnya, mba mungkin kurang hiburan atau mau gua hibur?” Lanjut
Rega.
“Lepasin.!!” Pekiknya.
3
Evan menyeretnya.
“Ini pak, ni cewe mau bunuh diri tapi untungnya berhasil kita selamatin.
Sekarang kita mau lapor ke pak RT.” Jelas Rega. Petani mangut mangut
melihat pakaian mereka yang basah.
“Ckckk kasihan cantik cantik ingin bunuh diri. Anak saya aja jelek masih
betah hidup.” Kata petani. Lalu bapak tua itu melanjutkan
perjalanannya.
“Rega, pan, gua males kalau itu cewek teriak-teriak depan rumah.”
4
Tepat di depan mereka rumah orangtua Nugi berdiri tegak.
Gadis itu memberontak tapi tetap saja kekuatan lengan kedua lelaki di
sampingnya tak mampu ia kalahkan.
“Lepasin nggak?!”
“… Lu tau gak ada yang lebih najis daripada ludah anjing? yaitu mulut
wanita yang bicara kotor Kayak lu!” Rega mulai geram.
“jangan bawa gua ke Pak RT. Malu-maluin tahu nggak. Apa kata orang
nanti. Apa kata keluarga gua kalau mereka tahu gua mau bunuh diri.”
“Ya udah. Nona maunya apa? mau dianterin pulang aja?” Tanya Nugi
baik-baik.
5
Nugi berjalan ke rumahnya dan datang lagi membawa motor.
“Anterin aja ke rumahnya Pan. Kalian bawa berdua ya. Nih motor. Gua
mau lanjut mancing lagi. Joran masih di sungai.” Nugi memberikan
motornya.
Evan menaikinya. Dilanjut oleh gadis itu yang masih membisu. Lalu Rega
dibelakangnya.
“Nanti bilang stop aja ya” kata Evan merasa dirinya sopir angkot.
Gadis itu mengibas bahunya. Ia risih dengan tangan Rega yang dari tadi
menapak di situ.
“Nggak usah dipegang terus juga kali, gua gak bakal lompat juga.”
“Ya… Bisa jadi Kan lu bunuh diri lompat dari motor.” Tangannya
melepaskan percaya.
6
“Mbak, bisa jawab? Atau kesurupan lagi?” Kata Rega greget yang
ditanya dari tadi diam.
“HP kan ditinggal di rumah Nugi karena tadi mau berenang.” Kata Rega.
Evan sangat kesal begitu tahu ketiganya tidak ada yang membawa
telepon genggam.
“Mbak, Selagi saya dan kawan saya masih sabar nih ya. Sebutkan aja
rumah Mbak di mana.” Tanya Evan sekali lagi.
“kalian tinggalin aja saya di sini. Saya kan sudah bilang nggak mau
pulang.”
Mendengar itu Rega langsung turun dari motor, ia melangkah agak jauh.
“Lu.. kalau bukan cewek dah abis lu gua seret ke setiap rumah di
Pondok Jati.”
7
Suara motor yang dikenalinya itu terdengar. Nugi bangun sambil
tangannya masih memegang kopi.
“Dia katanya mau nikah aja sama Epan.” Rega nyeletuk. Nugi melongo.
“Iya. Mungkin.” Kata gadis yang diketahui namanya Rista. Rega berjalan
pergi mengambil motor Rista yang ditinggal di jembatan.
“Ada apa, Pan?” Tanya Nugi melihat Evan turun dari motor dengan
santai. Tanpa was-was Gadis itu bakal kabur.
Evan pun menceritakan bahwa Rista akhirnya mau dirujuk pulang tapi
tidak dengan mereka karena ia takut dimarahi jika pulang bersama pria
dengan keadaan mereka yang baru saja kering dan sangat berantakan.
“Aku mau pulang dengan baik-baik. Boleh pinjam sisirmu?” Kata Arista.
Nugi menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Tak lama setelah itu Rega
datang dengan motor Scoopy merah milik Rista.
8
“Makasih ya semuanya. Nugi.. maaf sudah ngerepotin. Aku mau pulang
dan kalian jangan khawatir aku akan bunuh diri lagi. Jujur melihat cara
kalian memperlakukan aku tadi, membuat aku sadar bahwa jika setiap
masalah harusnya cari solusi bukan cari mati.”
“Kalau butuh teman kita bisa jadi teman cerita Lu kok. kita hibur, kita
layani. Ibarat tanaman hias kita siram tiap hari.”
Rista tersenyum.
“Janji ya. Jangan pakai cara gitu lagi. Rista bukan pengecut kan?” Nugi
mengakhiri kalimatnya dengan senyum.
Evan meraih ponsel itu dan jarinya langsung sibuk bermain di layar
ponsel.
“Ini nomor Evan. Kamu bisa hubungi kita lewat situ. Kita selalu bertiga
kok.”
9
“iya. 24 jam ada kok buat Rista. Nugi tersenyum lalu menyeruput
kopinya lagi.
Hanya itu yang bisa kita lakukan pada hati yang patah.
Mengokohkannya kembali. Karena kita tidak bisa mengawasi seseorang
yang ingin mengakhiri hidupnya karena yang sudah berniat ingin mati ia
bisa membunuh dirinya kapan saja dengan cara apapun. Itulah yang
dilakukan ketiga pemuda yang kini telah menjadi teman Rista.
10