Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SEMINAR PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

“Transformasi Pembelajaran Sekolah Dasar di Era Masyarakat 5.0 Berbasis

Teknologi Digital”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi dan Pengembangan Program Sekolah

Dosen Pengampu :
Dr. Noorhapizah, ST., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Melinda Fitria


NIM : 1810125220054
Absen : 26
Kelas : 7C PGSD

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021
TRANSFORMASI PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI ERA
MASYARAKAT 5.0 BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL

Pembicara 1 : Dr. Ishak Sin

Istilah Masyarakat 5.0 ini pertama kali dikemukakan kepada masyarakat


umum oleh jepang pada tahun 2016 sebagai salah satu usaha dalam mengatasi
masalah yang mungkin dihadapi oleh masyarakat kedepannya. Dimana nantinya
akan terdiri dari orang-orang tua yang lanjut usia untuk meneruskan kehidupan
dalam keadaan nyaman dan mudah untuk berurusan dengan dunia luar. Masyarakat
5.0 sendiri merupakan suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia
(human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Konsep ini lahir
sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi
mendegradasi peran manusia. Melalui Masyarakat 5.0, kecerdasan buatan (artificial
intelligence) akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet
pada segala bidang kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru,
yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka
peluang-peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk
menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Inovasi dalam Masyarakat 5.0 akan
mencapai masyarakat berwawasan ke depan yang memecah rasa stagnasi yang ada.
Masyarakat yang anggotanya saling menghormati satu sama lain, dan masyarakat di
mana setiap orang dapat memimpin kehidupan yang aktif dan menyenangkan.
Lalu bagaiman masyarakat 5.0 bekerja?. Dalam masyarakat informasi masa
lalu (Society 4.0), orang akan mengakses layanan cloud (database) di dunia maya
melalui internet dan mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data.
Sementara itu, di Masyarakat 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor di ruang fisik
terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini dianalisis oleh kecerdasan
buatan atau artificial intelligence (AI), dan hasil analisisnya diumpankan kembali ke
manusia dalam ruang fisik dalam berbagai bentuk. Di Masyarakat 4.0, praktik umum
adalah mengumpulkan informasi melalui jaringan dan menganalisisnya oleh
manusia. Namun, dalam Masyarakat 5.0, orang, benda, dan sistem semuanya
terhubung di dunia maya dan hasil optimal yang diperoleh oleh AI melebihi
kemampuan manusia diberi feedback ke ruang fisik. Proses ini membawa nilai baru
bagi industri dan masyarakat dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin.
Sekarang dunia menghadapi ancaman wabah pandemik COVID-19 yang
merugikan banyak hal disegala bidang. Salah satunya, dalam bidang pendidikan
dimana mengakibatkan banyaknya dibatasinya pertemuan sekolah yang
mengganggu kelancaran pembelajaran terganggu. Sehingga menurut UNICEF dari
perkiraan sampai tanggal 16 september 2021, lebih dari 131 juta pelajar di sebelas
negara ketinggalan lebih dari ¾ materi pembelajaran. Tentunya hal ini menyebabkan
kerugian yang sulit untuk dipulihkan. Oleh karena itu, diperlukannya revolusi dalam
pengajaran dan pembelajaran. Inovasi perubahan sangat diperlukan dimasa sekarang,
apalagi dalam mata pelajaran yang membutuhkan praktik dan pelatihan yang akan
sangat terpengaruh dikarenakan keterbatasan dalam pertemuan pembelajaran. Hal
inilah yang menjadi tantangan selanjutnya bagi para pendidik.
Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini.
Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama
dalam mempersiapkan SDM unggul. Dalam menghadapi era society 5.0, dunia
pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Untuk menghadapi
era society 5.0 ini, satuan pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma
pendidikan. Diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material
provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik.
Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang
memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar”. Melalui peningkatan layanan
dan akses pendidikan dasar salah satunya adalah upaya pemenuhan maupun
perbaikan infrastruktur dan platform teknologi di sekolah dasar. Pendidikan nasional
berbasis teknologi dan infrastruktur yang memadai diharapkan dapat menciptakan
sekolah dan ataupun kelas masa depan.
Sementara itu di abad 21 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa ini
adalah memiliki kemampuan 6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains,
literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). Tidak
hanya literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir
kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan
problem solving. Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) seperti rasa ingin
tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki
kepedulian sosial dan budaya.
Selain itu dalam melaksanakan transformasi pendidikan ini diperlukan
manajemen tata kelola dari semua unsur, baik pemerintah daerah, swasta (industri
dll), kepala sekolah, guru dan masyarakat. Melalui manajemen berbasis sekolah
diperlukan jiwa kepemimpinan seorang kepala sekolah yang berkolaborasi dengan
pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolahnya. Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala
sekolah, diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan
sehingga mampu menjawab tantangan dunia industri atau menghadapi era revolusi
industry 4.0 dan society 5.0. Mengapa hal ini menjadi tanggung jawab yang sangat
besar oleh kepala sekolah?.
Hal ini disebabkan, betapa pentingnya suatu pemimpin dalam sebuah
organisasi. Jarang atau mungkin tidak pernah ada masyarakat, negara, atau
organisasi yang tidak memiliki pemimpin. jika ada, mungkin tidak akan bertahan
lama. Banyak penelitian menyatakan tentang sekolah yang efektif menunjukkan
bahwa kepala sekolah sangat penting dalam mewujudkan kondisi yang menjadi ciri
sekolah yang efektif. Tidak ada sekolah miskin dengan pemimpin yang bagus
ataupun sekolah maju dengan pemimpin yang buruk dalam kepemimpinannya.
Sekolah yang miskin akan maju secara perlahan dengan kepemimpinan yang bagus
dan sekolah maju dengan kepemimpinan yang buruk lama-kelamaan akan
mengalami kemunduran. Oleh karena itulah, kepala sekolah hendaknya melakukan
supervisi dan monitoring secara berkala terhadap proses belajar mengajar guru dan
siswa guna mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar.
Pembicara 2 : Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., M.Pd., CCH

Pembelajaran untuk abad 21 ini diperlukan sekali, Pendidikan yang


memberdayakan anak untuk masa depan yang gemilang. Dimana pada saat ini,
teknologi mulai mulai menggantikan sistem teknologi keuangan, ekonomi dan politil
yang terdahulu. Banyaknya penemuan baru di berbagai bidang memungkinkan
komputer untuk mengambil alih pekerjaan manusia. Hal ini yang menyebabkan
hendaknya, sekolah pada saat ini lebih memperbanyakan menerapkan pembelajaran
yang meningkatkan berpikir kritis dibandingkan hanya sekedar menangkap informasi
pembelajaran begitu saja tanpa merasakan makna dari pembelajaran tersebut.
Setiap orang tua tentu saja memiliki harapan agar kelak anaknya menjadi
orang yang sukses. Salah satu hal terpenting dalam mempersiapkan adalah dengan
memberikan pendidikan yang terbaik bagi sang anak. Terdapat 3 jenis pendidikan
yaitu pendidikan formal (sekolah seperti SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi),
pendidikan non-formal (tempat kursus, Kelompok Bermain (KB), dan sanggar), dan
pendidikan informal (pendidikan di lingkungan keluarga). Lalu tahukah kalian,
pendidikan manakah yang menjadi pondasi dari terciptanya anak yang sukses.
Pendidikan di lingkungan keluarga lah yang menjadi pondasi terciptanya anak yang
sukses. Lalu apa kunci sukses itu?
Apakah IQ tinggi, rangking 10 besar, sekolah ditambah dengan les, dapat
sekolah di luar negeri, kuliah hingga S3, pintar IT/Teknologi, serta bisa bahasa
asing?. Tentunya bukan itu. Mengapa demikian karena hal tersebut hanyalah berupa
landasan yang menjadikan orang sukses. Hal tersebut merupakan hal yang bagus dan
penting untuk dimiliki tetapi bukan menjadi kunci suksesnya seseorang. Banyak
sekali kita lihat orang yang lulus dalam sebuah program studi atau sarjananya bekerja
bukan dalam bidang yang dia tempuh selama pendidikan. Mengapa hal ini terjadi?.
Dikarenakan banyak orang masih belum siap untuk dibawa maju didalam
perkembangan jaman yang maju atau bahkan pengaruh lingkungan yang tidak
mendukung. Banyak kita temukan sebuah kasus siswa pintar ternyata didunia kerja
dia justru tidak sesukses ketika belajar ataupun siswa yang biasa saja ataupun
bermasalah didalam dunia kerja menjadi pemberi tempat lapangan kerja dan sukses.
Hal ini menjadikan penyangkalan bahwa hanya orang pintar dalam pendidikanlah
yang dapat sukses. Lalu seperti apakah kunci sukses itu sebenarnya?.
Orang yang jenius adalah orang yang mengenal dan mengembangkan potensi
diri yang telah ada didalam diri kita hingga ke titik optimal untuk mencapai
keberhasilan hidup. Dimana artinya, Kunci sukses adalah orang yang bekerja dan
pintar di bidang yang ia kuasai. Seseorang akan sukses apabila ia bekerja didalam
bidang yang menjadi passion nya. Kita tidak dapat memaksa seseorang untuk
menguasai atau meningkatkan diri didalam bidang yang bukan menjadi renjananya.
Contohnya dalam dilingkungan pembelajaran kita sekarang, banyak sekali siswa yang
berpotensi tinggi dalam bidang olahraga maupun seni harus dipaksa menguasai dan
meninggalkan bidang yang ia sukai. Demi mengikuti standar “pintar”nya pendidikan
di sekolah. Siswa akan disebut pintar dan sukses apabila ia pintar di bidang
matematika ataupun sains. Padahal itu merupakan hal yang sangat salah besar.
Hal yang harus kita ingat selalu adalah setiap anak terlahir dengan potensi
menjadi orang sukses dibidangnya namun apabila ia dipaksa menjadi anak yang hebat
dibidang yang bukan ia kuasai itulah yang menyebabkan anak menjadi gagal lebih
tepatnya dikondisikan menjadi gagal. Karena sebagai orang tua kita tidak mencoba
untuk melihat dunia sang anak kita sering kali memaksa anak untuk berkembang dan
sukses di dunia yang bukan miliknya. Oleh sebab itu, pendidikan dasar seperti play
group, TK, serta sekolah dasar menjadi pondasi dasar yang sangat penting. Mengapa?
Setiap anak lahir dengan 68 miliar sel otak, lalu mengapa setelah dewasa
nasib mereka berbeda?. Otak merupakan perangkat keras yang akan dijalankan
program pikiran yang menjadi perangkat lunakanya. Siapa diri anak nantinya adalah
hasil “programing” atau pengondisian anak dari mereka lahir. Pikiran manusia saat
lahir diciptakan dalam pemikiran yang primitif atau disebut otak primitif dimana pada
masa ini hanya dapat mengatur fisik untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks,
mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi
yang masuk dari pengindraan. Hal yang keluar hanyalah sebuah perasaan amaliah
seperti ingin makan, menangis, dan sebagainya. Lalu, bagian dari memori yang
modern masih belum terisi dimana ini nantinya akan terisi sesuai dengan lingkungan
pendidikan yang nantinya didapat oleh anak. Dimana madrasah pertama seorang anak
adalah keluarganya. Keluarga menjadi pemegang peran penting bagaiamanan nanti
sang anak akan tercipta dimasa depan. Program utama dari kunci sukses ialah konsep
diri yang positif. Konsep diri merupakan penilaian atau pandangan seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri ini akan terbentuk melalui interaksi anak dengan
lingkungan sekitar yaitu seperti rumah dan sekolah.
Peran orang sangatlah penting dalam membantu anak menumbuhkembangkan
konsep diri yang positif. Dengan cara seperti :
 Mengisi baterai kasih anak sepenuh-penuhnya.
 Melalukan pendampingan berkelanjutan.
 Memberi teladan yang baik.
 Menggunakan kata-kata positif.
 Memberi anak ruang untuk berbuat salah/gagal.
 Percaya kepada kemampuan anak.
 Dan sebagainya.
Lalu bagaimana peran sekolah dalam membentuk konsep diri anak?. Konsep
diri pada anak adalah suatu persepsi tentang diri dan kemampuan anak yang
merupakan suatu kenyataan bagaimana mereka memandang dan menilai diri mereka
sendiri yang berpengaruh pada sikap yang mereka tampilakan. Konsep diri anak
terbentuk melalui perasaan anak tentang dirinya sendiri sebagai hasil dari interaksi
dan pengalaman dari lingkungan terdekat, kualitas hubungan yang signifikan dengan
keluarga atau orang tua, anak merasa mampu melakukan eksplorasi dan anak merasa
berguna. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Proses penilaian terhadap diri sendiri ini
diperoleh melalui proses membandingkan dengan yang lain, mendapatkan perlakuan
dari orang lain, baik berupa penghargaan atau bersifat cemoohan. Misalnya pada
kasus seorang siswa yang selalu gagal di sekolah atau tidak pernah sukses
mempelajari keterampilan dalam pembelajaran penjaskes. Biasanya siswa akan
memedam perasaan gelisah, malu, merasa bersalah sampai menjadi seseorang yang
mudah frustasi. Keadaan ini akan bertambah parah apabila guru dan orang tua tidak
menaruh perhatian atau kurang peduli terhadap kesulitan yang sedang dihadapi oleh
anak tersebut, Sebaliknya pada anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan
keyakinan yang mantap maka ia dapat dikatakan memiliki konsep diri yang positif
(positive self concept) yaitu seseorang yang menilai dirinya mampu dan ia dapat
menetapkan tujuannya secara realistis.
Lalu bagaimana peran sekolah?. Sekolah adalah salah satu tempat bagi siswa
untuk bertumbuh dan berkembang. siswa menghabiskan hampir separuh harinya di
sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran di kelas, ekstrakurikuler, maupun aktivitas
lainnya. Mereka yang pergi ke sekolah dan masuk ruangan kelas melalui berbagai
perjuangan, mulai dari memahami pembelajaran yang di berikan oleh guru sampai
bersosialisasi dengan teman sekelasnya. Sekolah menjadi salah satu lingkungan
terdekat bagi siswa inilah yang akan membentuk konsep diri yang positif dalam
dirinya. Pada hakikatnya lingkungan sekolah dapat di tentukan oleh kemampuan
pendidikan dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, potensi anak didik, keadaan
anak didik dengan segala latar belakangnya, sehingga memungkinkan terjadinya
pendidikan yang bersifat mendidik konsep diri siswa dalam pergaulan pendidikan.
Oleh karena itu siswa harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan konsep dirinya. Sehingga dengan
adanya pengetahuai tentang hal tersebut, Siswa dapat mewujudkan konsep diri yang
baik sebagai individu yang unggul maupun menjadi individu yang perprestasi. Oleh
karena itulah banyak sekali inovasi kebijakan yang disajikan sekolah dalam
membentuk konsep diri yang baik terhadap siswanya seperti pendidikan karakter,
penyedian ekstrakulikuler, dan sebagainya.
LAMPIRAN

A. Sistem Penamaan Zoom

B. Bukti Daftar Hadir Seminar


C. Bukti Kehadiran pada Pembukaan Seminar
D. Bukti Kehadiran pada Pemaparan materi dari Pembicara 1 Seminar
E. Bukti Kehadiran pada Pemaparan materi dari Pembicara 2 Seminar
F. Bukti Kehadiran pada Penutupan Seminar
G. Bukti Sertifikat Seminar

Anda mungkin juga menyukai