Anda di halaman 1dari 2

Pembelajaran Budaya Lokal di Kudus GUSJIGANG (bagus, ngaji dan dagang) yang diajarkan

Sunan Kudus, merupakan sebuah akronim dari bagus perilakunya, pinter ngaji, dan bisa dagang.
Falsafah GUSJIGANG yang telah berusia lebih dari 700 tahun, sampai sekarang tetap melekat dalam
keseharian masyarakat Kudus dan merupakan modal sosial bagi masyarakat Kudus. Oleh karena itu,
Gusjigang yang diajarkan Sunan Kudus sangat lekat dengan masyarakat Kudus karena dianggap
sebagai perwujudan karakter masyarakat Kudus. Selama ini masyarakat Kudus dikenal sebagai
seseorang yang bagus dalam penampilan, mempunyai jiwa entrepreneur, baik perilakunya dan
mempunyai pemahaman agama yang luas. Bagus merupakan cerminan akhlak mulia yang harus
dimiliki masyarakat dalam kaitan hubungan horisontal antara sesama manusia dan vertikal kepada
Tuhan YME. Ngaji tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai kegiatan tadarus/membaca Al Qur`an
tetapi dimaknai secara luas untuk terus mengkaji berbagai dinamika kehidupan dalam berbagai
perspektif keilmuan sehingga didapatkan jawaban atas segala permasalahan dengan berbagai
alternatif cara serta berkontribusi pada penambahan wawasan dan keilmuan bagi setiap manusia.
Dagang dimaknai sebagai jiwa wirausaha yang harus dimiliki setiap warga Kudus agar secara kreatif
dan inovatif mampu mencari celah sumber penghidupan secara materiil untuk menjaga eksistensi
kehidupannya.

Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam profil pelajar Pancasila yang sesuai untuk siswa di
daerah Kabupaten Kudus adalah Pembiasaan baik ;

a. Pembiasaan baik berupa 3s ( senyum, salam, sapa ) ramah tamah, tegur sapa.
Masyarakat kita terkenal ramah tamah, senyum ketika bertemu, bersalaman dan saling
menyapa.

b. Berakhlak Baik. Pembiasaan membaca Asmaul Husna atau surat-surat pendek sebelum
mulai pembelajaran. Kegiatan pembiasaan ini di lakukan dengan tujuan membawa suatu
kebaikan baik untuk peserta didik maupun tenaga pendidik.

c. Melatih Jiwa Kemandirian. Mandiri merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh
setiap orang. Kemandirian artinya suatu hal atau keadaan yang bisa berdiri sendiri
tanpa bergantung dengan orang lain.

Untuk mengintegrasikan nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang dalam proses pembelajaran menjadi
satu hal yang sangat penting ditengah gencarnya kampanye tentang Pendidikan berkarakter, nilai-
nilai gusjigang terdapat dalam konsep ini diantaranya Nilai “gus” dalam gusjigang sesuai dengan
karakter kemampuan berkomunikasi, dan tanggungjawab. Nilai “ji”sesuai dengan karakter belajar
sepanjang hayat. Sedangkan nilai “gang” sangat sesuai dengan karakter keterampilan
kewirausahaan, kemadirian dan kedisiplinan. Sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara
berkenaan dengan nilai budaya lokal wisdom, gusjigang memiliki integrasi nilai-nilai bagus, ngaji dan
dagang (Gusjigang) dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga hal diantaranya yaitu:
menentukan sebuah role model, pengembangan materi, dan pengembangan metode pembelajaran.
Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah dengan adanya pembelajaran yang membentuk
sikap peserta didik. Sesuai dengan konteks social budaya, yaitu Gusjigang (bagus, ngaji dan dagang).
Untuk mengintegrasikan nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang dalam proses pembelajaran menjadi satu
hal yang sangat penting ditengah gencarnya kampanye tentang Pendidikan berkarakter. Sejatinya
pendidikan tidak hanya berperan untuk menghasilkan manusia manusia yang mempunyai
kemampuan dan keterampilan khusus, memiliki kecerdasan, serta memiliki daya saing atau biasa
disebut dengan hard skill. Karakter gusjigang dapat dikembangkan dan diintegrasikan menjadi
bagian dari pembelajaran untuk mengembangkan karakter siswa.

Anda mungkin juga menyukai