Kelompok 6 :
1. Albaninda Nurulhaq
2. Lianita Nurlaily
3. Silvi Syahida
4. Vira Putri
5. Yohanes Fernanda
B. Relevansi Teori Ki Hajar Dewantara dengan Jean Piaget, Albert Bandura, dan Erick Erickson
mengenai Perkembangan Anak
1. Relevansi Teori Jean Piaget dengan Ki Hajar Dewantara
a. Teori Jean Piaget
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang memberi
kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal anak ini akan
ditentukan oleh skema sensorimotor ini, dnegan kata lain hanya kejadian yang dapat
diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu
akan menentukan batasan pengalaman anak. Melalui skemata ini proses pertumbuhan
intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik dimana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu
secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya. Terdapat 4 tahap perkembangan anak
menurut Piaget:
• Tahap sensorimotor (18-24)
Anak mengenali diri mereka sendiri melalui indera mereka sendiri.
• Tahap Pra operasional (2-7)
Anak sudah memahami realitas dilingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan
symbol.
• Tahap Operasional Konkrit (7-11)
Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tapi hanya
bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak menunjukkan kemampuan konversasi
(jumlah, luas, volume, orientasi) namun mereka belum bisa memcahkan masalah dengan
cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak / hipotesis
• Tahap Operasional (Usia 12 tahun ke atas) Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa
melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan
membayangkan hasil dari
b. Konsep Ki Hajar Dewantara (Pembelajaran yang Merdeka)
Jika dicermati, maka ‘sistem merdeka’ dari Ki Hajar sejalan dengan pandangan konstruktivisme.
Dasar pemikiran konstruktivisme: pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia. Orang
yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang yang diajarkan, melainkan
menciptakan sendiri pengertian.
Konsep konstruktivisme Ki Hajar Dewantara dalam Taman Siswa yaitu menghindari paksaan,
perintah dan hukuman yang tidak sesuai dengan sistem pengasuhan dari budaya timur. Baginya
perlu dihindari pendidikan yang hanya menghasilkan orang yang sekadar menurut dan
melakukan perintah (dhawuh). Ki Hajar mengartikan mendidik sebagai “berdaya-upaya dengan
sengaja untuk memajukan hidup-tumbuhnya budi-pekerti”.
c. Relevansi
Jean Piaget mengemukakan, bahwa anak mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui
pengalaman bertemu dengan objek-objek di lingkungan. Merujuk Piaget, anak adalah
pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami
sendiri konsekuensi dari Tindakan-tindakannya. Teori Piaget juga merupakan salah satu dasar
dari konstruktivisme. Ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara.
C. Memahami kodrat manusia dalam mewujudkan Pendidikan yang berpihak pada peserta didik
dan memerdekakan peserta didik.
• Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satunya dengan memberi kesempatan
murid untuk mengemukakan pendapat dan siswa diberi kebebasan untuk memahami
pelajaran sesuai dengan caranya.
• Terdapat satu konsep pendidikan yang memerdekaan dan memberikan kebebasan pada
murid Ki Hajar Dewantara, "Pendidikan adalah sebuah usaha yang telah menjadi budaya
untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak, agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya."
• Untuk mewujudkan Pendidikan tersebut, seorang guru perlu mengasah dirinya untuk
memiliki nilai-nilai sebagai penggerak pembelajaran, yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, dan berpihak pada murid