Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

KULIAH LAPANGAN
MUSEUM KAPUAS RAYA SINTANG

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dominikus Riki Yonda, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Agung Sintani (2112061891)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSADA KHATULISTIWA
SINTANG
2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kemudahan-NYA
dalam pembuatan laporan hasil kegiatan Kuliah Lapangan yang telah disusun sesuai
dengan waktu yang diharapkan.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi kelengkapan penilaian Kuliah Lapangan mata
kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD. Laporan Kuliah Lapangan ini dibuat berdasarkan
hasil dari penyampaian materi oleh pemandu di Mesuem Kapuas Raya.
Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
membimbing kami selama kegiatan berlangsung, juga narasumber langsung yang turut
hadir dan membantu saya selama proses kegiatan berlangsung. Demikianlah laporan
kegiatan Kuliah Lapangan saya, segala kekurangan dan kelemahan dalam laporan ini
diharapkan menjadi pengalaman bagi penyusun.

2
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Tujuan Penulis....................................................................................................................4
C. Tempat dan Waktu Kuliah Lapangan..............................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
LAPORAN......................................................................................................................................5
A. Museum Kapuas Raya Sintang.........................................................................................5
B. Ruangan Musuem Kapuas Raya Sintang.........................................................................5
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
Lampiran......................................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Museum merupakan media dan sumber yang tidak terpisahkan dan dapat ditemukan di
lingkungan sekitar kita. Museum merupakan lembaga yang bersifat tetap dan umum, dengan
berbagai macam koleksi yang dimilikinya, menjadikan museum sebagai salah satu faktor
penting dalam pembelajaran sejarah di kelas maupun di luar kelas. Museum bukanlah sesuatu
yang aneh dan baru bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia hampir sebagian besar
tahu tentang museum, tapi menjadikan museum sebagai media dan sumber pembelajaran
sejarah yang disesuaikan dengan materi pelajaran sejarah di kelas sangat jarang di lakukan
oleh guru.
Mahasiswa semester 4 prodi PGSD STKIP PERSADA KHATULISTIWA mempunyai
agenda kuliah lapangan di Mesuem Kapuas Raya Sintang yang diadakan selama 1 hari untuk
memberikan gambaran secara langsung tentang apa saja yang ada di Mesuem Kapuas Raya
Sintang. Kuliah lapangan ini membantu mahasiswa terkait apa saja yang ada di Meseum
tersebut seperti sejarah maupun koleksi-koleksi serta adat maupun kebiasaan masyarakat
Sintang yang ada disana.

4
B. Tujuan Penulis
1. Memperoleh informasi secara nyata tentang koleksi, sejarah, adat dan kebiasaan
masayarakat Sintang yang ada di Mesuem Kapuas Raya Sintang.
2. Memberikan gambaran nyata tentang koleksi, sejarah adat dan kebiasaan
masayarakat Sintang yang ada di Mesuem Kapuas Raya Sintang.

C. Tempat dan Waktu Kuliah Lapangan


Adapun tempat dan waktu berlangsunya kuliah lapangan ini yaitu :
Tempat : Museum Kapuas Raya Sintang
Waktu : Rabu, 08-30-Selesai.

BAB II

LAPORAN

A. Museum Kapuas Raya Sintang


Museum Kapuas Raya yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat dibangun atas
inisiatif Tropen Museum di Amsterdam yang mendirikan Pusat Kebudayaan Sintang
Tahun 1822. Hal ini berawal dari sejarah bahwa Belanda pernah menduduki daearah
Kalimantan Barat yang bermula pada hubungan dagang dan berlanjut pada penguasaan
daerah di Kalimantan Barat.

5
Museum ini berada di Jl. Sintang Putussibau Km. 14 Kelurahan Tanjungpuri,
Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang, Museum Kapuas Raya diresmikan pada tanggal 11
Oktober 2008 Oleh Bupati Sintang pada periode 2005-2010, yaitu Drs. Milton Crosby,
M.Si. sebelumnya pada tanggal 29 September 2004 di buat Dokumen Kesepakatan nomor
751.441.75 0003 .Museum Kapuas Raya Sintang sebagai pusat kebudayaan dan
pendidikan.Museum Kapuas Raya Memiliki 4 (empat) Ruang Pemeran utama, yaitu Ruang
Sejarah Sintang, Ruang Kebudayaan Sintang, Ruang Tenun Ikat, Ruang Sejarah Lambang
Negara.

B. Ruangan Musuem Kapuas Raya Sintang


Sebelum masuk ke dalam 4 ruangan, kita akan melewati koridor. Yang dimana ketika
kita masuk koridor kita telah disambut dengan 3 (tiga) simbol etnis (suku) besar yaitu
Tion Hoa, Dayak, Melaayu yang berada di Kabupaten Sintang.
1. Payung Ubur-Ubur Kuning
Merupakan simbol dari etnis (suku) Melayu. Warna kuningadalah warna
yang di pandang mulia oleh orang melayu dan seterusnya dikhaskanmenjadi
lambang kebesaran raja-raja. Biasanya terbuat dari kain sutra berwarnakuning
raja.
2. Lilin Yin Yang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Tiong Hoa. Yin Yang
merupakankeseimbangan didalam suku Tiong Hoa. Secara tradisional Yin
berarti gelap, feminim,(negatif). Sedangkan Yang cahaya,laki-laki, (positif).
Keduanya saling melengkapi.
3. Burung Enggang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Dayak.Burung enggang berarti
membedakan derajat suku, tetapi burung merupakan hewanyang sebagian
besar hidup di atas karena memiliki kemampuan untuk mengepakan sayapnya
artinya bisa terbang. Burung enggang tersebut memiliki arti kebesaran dan
kemuliaan bagi suku dayak.
Setiap koridor terdapat berapa foto tentang kebiasaan masyarakat
Kabupaten Sintang yang digambarkan oleh 3 etnis (suku) :
Koridor sebelah kanan
 Foto 1 Keraton Sintang, bukit kelam dan motor bandongmotor bandong
merupakan alat transportasi air yg di gunakan.
 Foto 2 Rumah lanting.
 Foto 3 Kebiasaan masyarakan dekat sungan membersihkan diri di sungai
kapuas atau melawi.
 Foto 4 Gunting Rambut merupakan upacara adat Suku Melayu.
 Foto 5 Mandi-mandi merupakan upacara adat Suku Dayak.

6
 Foto 6 Anak kecil Memakai Gelang merupakan upacara adat Suku Tiong
Hoa
 Foto 7 Sembahyang Kubur bagi suku Tiong Hoa.
 Foto 8 Anak gadis menampih padi bagi suku Dayak.
 Foto 9 Mengail Pancing bagi kebiasaan suku Melayu di sore hari.
 Foto 10 Orang sedang menjala.
 Foto 11 Orang sedang mukat.
 Foto 12 Mandi U-SHI.
Koridor sebelah kiri
 Foto 1 Dirumah betang tersebut merupakan upacara Baum atau musyawarah
pembagian tugas sebelum berangkat berburu bagi suku Dayak.
 Foto 2 Sembahyang bagi Suku Tiong Hoa yang dilakukan di Klenteng.
 Foto 3 Nopen merupakan upacara hiburan setelah setelah upacara adat
pernikahan suku melayu.
 Foto 4 Pengajian Mandau bisa dilakukan oleh suku Dayak dan sampai
sekarang masih dilaksanakan.
 Foto 5 Pemotong rambut tradisional yang dahulu diguankan dimasanya dari
suku Melayu.
 Foto 6 Menjagit biasa dilakukan oleh suku Tiong Hoa pada zaman dahuku
dan sampai sekarang ini masih dilakukan bahkan keahlian tersebut sekarang
sudah dipelajari oleh suku yang lain.
 Foto 7 Bersih-bersih disungai merupakan kebiasaan masyarakat sekitar yang
hidpu dibantaran sungai dan baiasanya adalah suku Melayu.
 Foto 8 Catur cina merupakan budaya tradisi suku Tiong Hoa yang dilakukan
oleh para orang tua untuk menunggu dan mengisi waktu luang mereka
 Foto 9 Bekandau merupakan tradisi Dayak yang dilakukan oleh orang tua
untuk bercerita tentang pengalaman yang disampaikan kepada anak cucunya
dirumah betang.

1. RUANG KEBUDAYAAN
Masyarakat Dayak,Melayu dan Tiong Hoa di sintang merayakan Bersama
keluarga dan sahabat. Yang terpenting dari perayaan ini adalah berbagi suka
dan duka. Keluarga dan sahabat Bersama-sama mengadakan selamatan guna
menyatukan anggota masyarakat. Upacara-upacara seperti ini bertujuan
mempertahankan dan memajukan kehidupan,kesejahteraan serta memperkuat
ikatan dalam masyarakat. Acara kegiatan tersebut seperti gawai
Dayak,pernikahan melayu dan tahun baru cina. Pameran ini dipersembahkan
bagi kebudayaan yang hidup didalam masyarakat Sintang. Penduduk sintang
berasal dari berbagai suku yang berbeda. Komunitas terbesar adalah suku
Dayak, Melayu dan China. Semua budaya di dunia di pengaruhi oleh
7
perubahan. Di Sintang kebanyakan upacara diperlihatkan disini berasal dari
masa lalu. Ada yang tidak diadakan lagi dan ada yang berubah. Tujuan
pameran ini adalah untuk membangun pengertian anatar budaya,agama dan
gaya hidup. Ruangan kebudayaan merupakan gambaran kehidupan kelahiran
hingga kematian 3 etnis (suku) terbesar di Kabupaten Sintang.
Subyek Pamerannya :
a. Perayaan Panen.
b. Perayaan Tahun Baru
c. Upacara Pernikahan.
d. Upacara Sunatan.
e. Upacara Tujuh Bulan Kehamilan.
f. Upacara Kematian.

2. Ruang Sejarah
Pada ruang sejarah ini kita akan melihat sejarah Sintang disajikan dengan
peta lama,foti dan obyek. Pameran diruangan ini terbagi atas dalam kerajaan
Sintang, sejarah politik dan militer, sejarah ekonomi dan sosial. Pada ruangan
ini terdapat berbagai Foto-foto para Raja, Tokoh Pahlawan Di Sintang, Foto-
foto potret sintang zaman dahulu, serta tulisan-tulisan sejarah yang tertata
rapi dan singkat di dinding-dinding.

3. Ruang Tenun Ikat


Di ruang tenun ikat adalah ruangan yang berisi berbagai karya tenun yang
dibuat oleh nenek moyang zaman dahulu dan hasil karya dari masyarakat
sintang zaman sekarang.Hasil karya tenun berupa baju-baju tenun bercorak
Dayak dan Melayu yang dipajang dipinggir-pinggir dan sudut-sudut
ruangan.Teknik menenun Dayak des aini menceritakan Ketika para ibu-ibu
setelah berladang mereka mengisi waktu dengan menenun.Dalam 10 tahun
terakhir,dengan dukungan dari masyarakat sintang,para penenun telah
berhasil melakukan kegiatan pelestarian tenun ikat budaya leluhur.Pada tahun
2008 koperasi telah memiliki lebih dari seribu anggota dan empat ratus lebih
penenun aktif. Pada pameran tenun ikat leluhur ini menampilkan hasil-hasil
tenunuan yang diproduksi oleh organisasi penenun yang anggotanya dating
dari berbagai kampung di Sintang.
Teknik pembuatan tenun ikat budaya leluhur suku Dayak memiliki
beberapa tahap dalam pengerjaan.Tahap-tahap tersebut adalah mimintal
benang,Menyusun benang,mengikat,pewarnaan dan menenun. Pada masa kini
kain tenun yang dihasilkan penenun dipergunakan untuk upacara adat.
Didalam sistem kebudayaan leluhur Dayak ,tekstil berperan penting dalam
kehidupa sehari-hari dan upacara adat. Suku Dayak membuat tenunan dengan
motif yang indah untuk baju,rok,cawat,dan selimut. Terdapat perbedaan

8
dekorasi Teknik dalam pembuatan seperti ikat,sungkit,pilin,dan sidan.
Beberapa peninggalan kain tenun yang terdapat di Sintang di produksi
kembali. Berbagai usaha pelestarian telah dilakukan,antara lain mempelajari
kembali Teknik klasik menenun,pewarnaan alami,hingga mengumpulkan dan
mengenal kembali nama-nam motif.

4. Ruang Sejarah Lambang Negara


Lambang Negara Indonesia dalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Lambang
Negara Indonesia berbentuk Burung Garuda yang kepalanya menoleh ke
kanan heraldik. Lambang ini di rancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak,
yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno, dan di resmikan
pemakaiannya sebagai lambing negara pertama kali pada kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Setelah perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul juga pengakuan
kedaulatan rakyat Indonesia oleh Belanda melaului konferensi meja bundar
pada tahun1949 di rasakan Indonesian memiliki lambang negara. Tanggal 10
Januari 1950 di bentuk panitia Teknis dengan nama panitia Lencana Negara
di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio ultan Hamid II
dengan susunan panitia teknis Mohammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantara, M A Pellaupessy, Moh Nasir dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai
anggota. Panitia ini bertugas untuk menyeleksi usulan rancangan lambang
negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.Kemudian terpilih 2
(dua) rancangan lambang negara terbaik yaitu Sultan Hamid IIdan M Yamin.
Kemudian pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah adalah
rancangan ultan Hamid II dan karya M Yamin di tolak karena menyertakan
sinar-sinar matahari yang menampakan pengaruh Jepang.Untuk
penyempunaan doalog intensif dilaksanakan antara perancang, Presiden RIS
Sukarno dan perdana menteri Mohammad Hatta terus dilakukan. Mereka
bertiga sepakatuntuk mengganti pita putih dengan menambahkan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.Setelah itu rancangan tersebut mendapatkan masukan
dari partai Masyumi untukdipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan
terhadap gambar burung garudadengan tangan dan bahu manusia dan
memegang perisai yang dianggap terlalu bersifat Mitologis.
Sultan Hamid mengajukan kembali rancangan tersebut yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta
bentuk Rajawali-Garuda Pancasila yang di singkat Garuda Pancasila.
Presiden Sukarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada
Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo
dalam bukunya “sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menebutkan,rancangan lambang negara Sultan Hamid II akhirnya di resmikan
pemakaianya dalam Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala
Rajawalinya masih gundul dan tidak berjambulseperti bentuk
sekarang.Sukarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila pada tanggal
20 Maret 1950 dengan memerintahkan pelukis istana yaitu Dullah untuk
melukis kembali rancangan tersebut. Setelah sebelumnya diperbaiki antara

9
lain jambul pada kepala Garuda Pancasila,serta mengubah posisi cakar kaki
yang mencengkeram pita dari semula di belakang pitamenjadi didepan pita,
atas masukan presiden Sukarno, selain itu juga ditambahkan skalaukuran dan
tata warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila ini terakhir
dibuat patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam
ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai
lambang negara Republik Indonesia, dan desin tidak dirubah hingga kini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kuliah lapangan yang dilakukan di Museum Kapuas Raya Sintang bertujuan untuk
menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa. Serta memberikan gambaran secara
langsung terkait sejarah, kebiasaan masyarakat serta adat dan budaya yang ada dikota
Sintang.

B. Saran
Berdasarkan kenyataan di lapangan saat penelitian berlangsung dari hasil analisis
data yang didapat, maka penulis menyatakan:
1) Saran untuk Pemerintah
Pemerintah sudah harusnya melengkapi kekurangan-kekurangan yang

10
terdapat di Museum Kapuas Raya Sintang. karena selain sebagai tempat untuk
memamerkan peninggalan-peninggaln bersejarah, museum juga dapat dijadikan media
pembelajaran yang optimal oleh siswa maupun mahasiswa, sehingga pemerintah
harus selalu mengadakan pengawasan secara rutin terkait dengan peningkatan
museum.
2) Saran untuk Pendidik (dosen)
a) Optimalisasi peran pendidik (dosen) dalam proses pembelajaran, karena
pendidik memiliki peran yang strategis dalam keberhasilan pembelajaran.
b) Penggunaan metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang lebih
inovatif dan variatif.
3) Saran untuk Mahasiswa
Museum sebagai tempat pembelajaran.Oleh karena itu harus digunakan
seoptimal mungkin untuk belajar.Karena pembelajaran bukan hanya selalu
dilaksankan di dalam kelas, tetapi luar kelas juga dapat dijadikan sebagai tempat
untuk belajar. Selain itu, Mahasiswa juga dapat memberikan saran terkait
kelengkapan benda-benda bersejarah yang ada di museum, sehingga benda-benda
bersejarah tersebut akan lebih variatif.

11
Lampiran

12

Anda mungkin juga menyukai