Anda di halaman 1dari 25

KESENIAN WAYANG TIMPLONG KHAS

DAERAH NGANJUK

Disusun Oleh :

Filipus Neri S.S

SMP KATOLIK “BUDI LUHUR” NGANJUK

Jl.Basuki Rahmat No. 2 Kode Pos 64412 Telp (0358)211669,Nganjuk


Lembar Pengesahan

KESENIAN WAYANG TIMPLONG KHAS DAERAH

KABUPATEN NGANJUK

Mengetahui

Kepala sekolah Smp Katolik Budi Luhur

Nganjuk

Drs.R.Priyatmana,M.Msi
NIP.19620704 198902 1 002

Guru Pembimbing Penyusun

Warsini, S.H,S.Pd Filipus Neri S.

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan sebuah karya tulis yang

berjudul “Kesenian Wayang Timplong Khas Daerah Kabupaten Nganjuk”

Pada penulisan karya tulis ini penyusun mengalami berbagai hambatan

dalam menyelesaikan karya tulis ini, tetapi dengan bantuan-bantuan yang saya

terima, saya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Oleh karena itu saya

mengucapkan terimakasih terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs.R.Priyatmana, M.Msi selaku kepala sekolah SMP KATOLIK

BUDI LUHUR NGANJUK

2. Ibu Warsini, S.H, S.Pd selaku guru pembimbing

3. Kedua orang tua saya yang telah mendukung saya

Dalam penyusunan karya tulis ini mungkin masih ada kesalahan kata-kata

maupun penulisan karena pengetahuan saya yang masih terbatas, untuk itu atas

segala kekurangan saya dapat dimaafkan dan akan saya terima apabila ada kitik

serta saran dari pembaca. Semoga kesenian wayang Timplong tetap menjadi

kesenian yang disenangi oleh seluruh masyarakat Kota Nganjuk.

Nganjuk,10 November 2018

Penyusun

Filipus Neri S.S

2
DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………………………..

Lembar Pengesahan………………………………………………………... 1

Kata pengantar……………………………………………………………... 2

Daftar isi……………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah……………………………………………. 5

B.Rumusan Masalah…………………………………………………... 7

C.Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7

D.Manfaat Penelitian…………………………………………………. 7

BAB II SEJARAH PENCIPTAAN

A.Asal-Usul Penciptaan……………………………………………... 8

B.Usaha pelestarian…………………………………………………. 10

BAB III HASIL PENELITIAN

A.Pembahasan………………………………………………………. 12

B.Sejarah Wayang Timplong……………………………………….. 12

C.Tata Cara Petunjukan Wayang Timplong………………………… 13

D.Generasi Pewaris Wayang Timplong……………………………... 15

E.Nilai-Nilai Luhur Dalam Wayang Timplong……………………… 16

3
BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan……………………………………………………... 19

B.Saran-saran……………………………………………………… 19

C.Daftar pustaka…………………………………………………… 20

D.Lampiran………………………………………………………... 23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah .

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat

di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti

Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang

terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. UNESCO, lembaga yang

membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang

sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan

mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur.

Tetapi sekarang Masyarakat semakin tidak peduli terhadap budaya

tradisionalnya sendiri. Sehingga, budaya tradisional sedikit demi sedikit akan

menghilang dari pengetahuan masyarakat. Budaya tradisonal juga dianggap sebagai

budaya kuno oleh sebagian remaja. Akibatnya, budaya tradisional bisa diakui oleh

negara lain sebagai budaya tradisionalnya.

Padahal sebenarnya kesenian dan budaya adalah hal yang sangat penting

dan tak ternilai harganya. Sebab kesenian adalah salah satu peniggalan Nenek

Moyang kita yang perlu kita jaga dan kita lestarikan karena kesenian adalah

cerminan perjuangan dan jiwa daerah itu sendiri.

Seperti kesenian Wayang Timplong khas daerah Nganjuk yang sekarang

juga sudah mulai tergeser dengan kecanggihan teknologi. Sekarang Wayang

5
Timplong yang semula banyak digandrungi oleh warga Nganjuk sudah mulai

dilupakan dan tergantikan oleh ilmu teknologi yang lebih canggih.

Apalagi para milenial dan orang awam di Kabupaten Nganjuk tidak

mengetahui akan keberadaan Wayang Timplong, karena terpengaruh oleh

perkembangan zaman yang semakin canggih dan terciptanya hiburan-hiburan yang

dapat diakses tanpa perlu keluar rumah.

Maka dari itu pemerintah setempat harus kembali menggiatkan kesenian

Wayang Timplong supaya tidak hilang dan tergeser dengan hibura-hiburan yang

tak sehat dan tak layak ditonton serta kurang mengandung nilai-nilai luhur

masyarakat kita.

Berbeda dengan hiburan-hiburan zaman dahulu, salah satunya pertunjukan

wayang yang mengandung banyak makna dan nilai-nilai luhur masyarakat kita

yang telah dibangun sejak dahulu kala. Hiburan era modern sekarang ini banyak

berpengaruh pada sikap dan perilaku kita sehari-hari yang mulai malas belajar,

berani dengan orang tua, mulai tidak sopan dalam bersikap karena pengaruh

tontonan yang semakin mengajarkan hal tidak baik pada generasi milenial, apalagi

anak-anak yang masih belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk.

6
B. Rumusan Masalah .

Berdasarkan uraian dan latar belakang yang tercantum di atas maka yang

menjadi pokok permasalahan dan fokus adalah :

1. Bagaimanakah asal mula ditemukannya wayang timplong?

2. Bagaimanakah cara agar Wayang Timplong tidak hilang karena tergeser

oleh zaman yang semakin canggih ini?

C. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana sejarah dan

asal-usul serta mengetahui karakteristik penampilan dan bentuk wayang Timplong,

agar para masyarakat semakin mengenal akan keberadaan wayang Timplong

supaya tidak hilang begitu saja tergeser oleh hiburan yang semakin tidak sesuai

dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat dari penilitian ini adalah semakin mengenalkan Wayang Timplong

pada khalayak masyarakat Nganjuk dan cara melestarikan kesenian wayang

Timplong agar tidak hilang begitu saja dikalahkan oleh kebudayaan – kebudayaan

modern dizaman yang semakin canggih ini, dan juga menyadarkan masyarakat

khususnya di wilayah Nganjuk akan pentingnya melestarikan kebudayaan

bangsanya sendiri serta mejaga kebudayaan yang ada karena budaya adalah harta

suatu bangsa.

BAB II

7
SEJARAH PENCIPTAAN

A. ASAL-USUL WAYANG TIMPLONG.

Berdasarkan Prasasti Anjuk Ladang di Situs Candi Lor,disebutkan bahwa

pada tahun 937 M, Raja Mataram Hindu bernama Mpu Sindok memberikan ucapan

terima kasih kepada rakyat Desa Anjuk Ladang. Ucapan itu diberikan karena

rakyat Desa Anjuk Ladang telah membantu berperang menghadapi serangan dari

pasukan Kerajaan Sriwijaya.

Atas jasa tersebut, Mpu Sindok memberikan hadiah berupa Tugu

Kemenangan dan Sima atau status desa bebas pajak atau disebut juga sebagai

daerah Perdikan. Dalam kalender Masehi, hadiah itu diberikan pada 10 April 937.

Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari lahir Kabupaten Nganjuk.

Melalui kacamata sejarah, tergambar pula bahwa wilayah Kabupaten

Nganjuk bukanlah wilayah Negara Agung atau berdekatan dengan pusat

pemerintahan, baik era Hindu-Budha maupun era Kesultanan Islam. Maka,

kehidupan sosial dan budaya masyarakat ini cenderung bersifat egaliter atau tidak

terlalu hirarkis. Dalam hal seni budaya, kesenian rakyat seperti Jaranan Pogog,

Tayub, dan Wayang Timplong, pernah tumbuh subur dan digandrungi warga

Nganjuk.

Wayang Timplong pertama kali diciptakan oleh Mbah Bancol sekitar

tahun 1910. Mbah Bancol sebenarnya adalah pendatang dari Grobogan, Jawa

Tengah, kemudian menetap di Desa Jetis, Kecamatan Pace. Mbah Bancol

8
menciptakan Wayang Timplong karena terinspirasi oleh Wayang Krucil yang

sangat ia sukai sejak kecil.

Namun saat ia dewasa, ia ingin menciptakan wayang yang berbeda dengan

Wayang Krucil. Mbah Bancol memilih membuat wayang dari kayu pohon waru,

mentaos, atau pinus yang dibuat menjadi pipih. Untuk musik iringannya, mulanya

masih sederhana, yaitu terdiri dari gambang, ketuk kenong, kempul, dan kendang.

Jika biasanya wayang-wayang pada umumnya dipentaskan dengan

menggunakan landasan debog (pelepah pisang) namun pada pementasan Wayang

Timplong tersebut menggunakan landasan kayu yang dilubangi untuk tempat

berdirinya Wayang Timplong tersebut.

Dan nama timplong sendiri sebenarnya berasal dari alunan gending yang

dimainkan dari seperangkat gamelan sederhana ini yang berbunyi “plong.. Plong..

Plong..” Orang-orang menyebutnya dengan Nama Timplongan.

Wayang Timplong seringkali digolongkan sejenis dengan Wayang Krucil

atau Wayang Klitik karena sama-sama terbuat dari kayu. Namun, dalam Wayang

Timplong, hanya ada 60 buah wayang untuk mewakili 60 tokoh yang terdiri dari

orang, binatang, dan wujud senjata.

Sedangkan untuk kisah yang dimainkan oleh sang dalang, biasanya

menggunakan kisah panji dan babad. Beberapa contoh judul kisah tersebut adalah

“Babat Kediri”, “Asmoro Bangun”, “Panji Laras Miring”, Baru Klinthing”, dan

“Damarwulan”.

9
B. USAHA PELESTARIAN.

Pemerintah kabupaten Nganjuk berupaya menggiatkan kembali dalam

sebuah wawancara media di Jawa Timur pada 26 Oktober 2011, seorang dalang

Wayang Timplong bernama Ki Gondo Maelan mengatakan,“Sekarang ini di

Nganjuk, bahkan mungkin di seluruh dunia, hanya terdapat tidak kurang lima

dalang Wayang Timplong, dan yang tertua adalah saya.”Pernyataan Ki Gondo

Maelan menjadi semacam peringatan bahwa Wayang Timplong mengalami

ancaman kepunahan. Sementara itu, seorang dalang lainnya yang bernama Ki

Talam mengatakan,“Ojo sampek ilang (jangan sampai hilang), Wayang Timplong

itu wujudnya seperti itu.”

Meski tidak banyak diminati oleh orang dewasa, namun sejumlah anak-

anak mengaku senang dengan aksi tokoh pewayangan, karena bentuk wayang

timplong yang kecil dan pipih, sehingga terlihat lucu bagi anak - anak.

Pada tahun ini, harapan kedua dalang tersebut sepertinya mulai

menampakan hasilnya. Direktorat Jenderal Kebudayaan menggalakkan setiap

pemerintah daerah untuk menghidupkan dan menggiatkan seni daerah.

Menanggapi hal itu, Pemerintah Kabupaten Nganjuk telah mengadakan

sejumlah diskusi untuk menggali permasalahan seputar Wayang Timplong serta

menyusun program khusus yang kemudian dinamakan Pokok Pikiran Kebudayaan

Daerah (PPKD) Kabupaten Nganjuk Tahun 2018.

10
Dari hasil diskusi pleno tim penyusun PPKD, 3 Juli 2018, yang dihadiri pula

oleh Solekan, seorang dalang Wayang Timplong, serta sejumlah anggota Persatuan

Perdalangan Indonesia (Pepadi), dihasilkan sejumlah kesimpulan penting.

Kesimpulan itu memuat sejumlah pokok persoalan yang dihadapi Wayang

Timplong, yaitu tidak adanya regenerasi penggiat Wayang Timplong,

pertunjukannya kurang menarik, musiknya sangat sederhana, dan perlu adanya

manajemen pemasaran.

Sementara beberapa program yang akan dijalankan Pemerintah Kabupaten

Nganjuk antara lain membuat narasi yang menarik, pertunjukan Wayang Timplong

secara periodik, perlunya program wayang masuk sekolah, serta penguatan

organisasi Pepadi, terutama dalam menjalankan manajemen pemasaran.

11
BAB III

HASIL PENELITIAN

A. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui tentang sejarah pertama kali

ditemukannya Wayang Timplong ,tata cara serta alat-alat yang digunakan dalam

pertunjukan Wayang Timplong, serta bentuk dan bahan yang digunakan untuk

membuat Wayang Timplong, serta kisah – kisah yang diceritakan dalam

pertunjukan Wayang Timplong.

B. SEJARAH WAYANG TIMPLONG.

Sejarah secara umum dapat diartikan cerita perubahan - perubahan,

peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang telah di beri tafsir atau alasan

dan dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.

Sejarah pertama kali ditemukannya Wayang Timplong pada tahun 1910

berawal dari seseorang yang bernama Mbah Bancol seorang pendatang yang

berasal dari Grobogan Jawa Tengah, kemudian menetap di Desa Jetis Kecamatan

Pace yang dari kecil memang sejak kecil menyukai Wayang Krucil .

Sehingga saat ia dewasa terinspirasi untuk membuat wayang yang berbeda

dengan Wayang Krucil, lalu ia memilih membuatnya dengan kayu pohon waru,

mentaos, atau pinus, lalu wayang dibuat menjadi pipih. Untuk musik pengiringnya

mulanya masih sederhana, yaitu terdiri dari gambang,ketuk kenong,kempul,dan

kendang.

12
B. TATA CARA PERTUNJUKAN WAYANG TIMPLONG.

Berikut adalah tata cara bagaimana sebuah pertunjukkan Wayang Timplong

dimainkan dalam pagelaran oleh seorang dalang:

1) Iringan musik yang digunakan hanyalah 4 alat musik saja, yaitu gendhang,

gambang, gamelan dan kenong sehingga menghasilkan suara

“plong..plong..plong..” Yang menjadi dasar pemberian nama Wayang

Timplong.

2) Gendhang digunakan untuk mengatur cepat atau lambatnya irama lagu yang

sedang dimainkan. Di pergunakan untuk mengiring gerak wayang yang sedang

dimainkan dalang.

3) Gambang yang dipergunakan dalam wayang timplong berbeda dengan

gambang Wayang Kulit. Bila gambang dalam Wayang Kulit biasanya terbuat

dari kayu sedangkan pada Wayang Timplong bilahnya terbuat dari bambu.

4) Gamelan gong terdiri dari satu buah berukuran sedang dan dibunyikan secara

berselang-seling dengan kenong

5) Kenong dipergunakan sebagai pengisi selingan bergantian dengan selingan

gong. Saat suara gamelan berbunyi suara kenong dominan dalam kesenian

Wayang Timplong. Sehingga dari kejahuan gamelan wayang didengarkan

secara seksama suara yang terdengar timplang...timplong.....

Timplang...timplong.

6) Panggung yang digunakan dalam pementasan Wayang Timplong pada bagian

depan berlubang, supaya masyarakat bisa menikmati pementasan Wayang

Timplong dari belakang maupun dari depan.

13
7) Pemain musik atau sinden-sinden pengiring Wayang Thimplong tidak memakai

baju Adat Jawa, tetapi menggunakan kaos biasa atau kaos paguyupan dari

Wayang Timplong tersebut.

8) Wayang Timplong biasanya dipentaskan saat ada acara bersih desa, karena

diyakini bahwa Wayang Timplong mampu membawa kebaikan pada warga

desa tersebut.

9) Wayang Timplong terbuat dari kayu yang dipahat menyerupai bentuk wayang.

10) Jika biasanya wayang-wayang pada umumnya dipentaskan dengan

menggunakan landasan debog (pelepah pisang) namun pada pementasan

wayang timplong tersebut menggunakan landasan kayu yang dilubangi untuk

tempat berdirinya wayang timplong tersebut.

11) Serta tempat pementasan Wayang Timplong biasanya di tempat-tempat yang

dikeramatkan oleh masayarakat desa tersebut atau sering disebut dengan

istilah punden.

12) Durasi waktu yang dimainkan dalam cerita Wayang Timplong hanya berkisar

2-3 jam saja, berbeda dengan Wayang Kulit yang biasanya sampai semalaman.

13) Kisah-kisah yang dimainkan dalam setiap pertujukan Wayang Timplong adalah

kisah panji dan babad. Beberapa contoh judul kisah tersebut adalah “Babat

Kediri”, “Asmoro Bangun”, “Panji Laras Miring”, Baru Klinthing”, dan

“Damarwulan”.

14) Panggung yang digunakan dalam pementasan Wayang Timplong pada bagian

depan berlubang, supaya masyarakat bisa menikmati pementasan Wayang

Thimplong dari belakang maupun dari depan.

14
C. Generasi Pewaris Wayang Timplong.

Dalam perkembangan kesenian Wayang Timplong, Mbah Bancol sebagai

pencipta sekaligus dalang pertama mewariskan keahlianya mendalang Wayang

Timplong kepada Darto Dono dan selanjutnya kemampuan mendalang diwariskan

kepada putranya Ki Karto Jiwul selanjutnya kesenian Wayang Timplong

dilanjutkan oleh putra dari Ki Karto Jiwul yakni Ki Tawar. Kemudian seni

mendalang Wayang Timplong diturunkan kepada Ki Maelan, Ki Talam serta Ki

Djikan. Proses pewarisan mendhalang dari Mbah Bancol hingga Ki Tawar

merupakan berdasarkan garis keturunan, tetapi regenerasi dari Ki Maelan hingga

Ki Djikan bukan lagi karena keturunan karena mereka pemain gamelan dari Ki

Tawar. Perkembangannya proses pewarisan mendalang Wayang Timplong bukan

lagi dari garis keturunan, yang mengakibatkan banyak bermunculan dalang-dalang

Wayang Timplong yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Nganjuk luar

Desa Jetis.

D. Nilai-nilai Luhur Dalam Wayang Timplong.

1) Nilai Etika.

Pertunjukkan wayang timplong bukan hanya menjadi pertunjukkan yang

bertujuan sebagai hiburan, melainkan pertunjukan yang dapat memberikan

pelajaran bagi penikmatnya. Pertunjukkan wayang timplong seperti pertunjukkan

wayang pada umumnya, dalang menggunakan cerita - cerita yang memiliki nilai-

nilai yang dapat mengajarkan masyarakat bagaimanakah menjalani kehidupan yang

sesungguhnya. Salah satu nilai yang ditanamkan yakni nilai etika. Cerita yang

dipilih dalang memiliki nilai etika yakni tentang bagaimana tokoh berperilaku.

15
Tokoh protagonis menunjukkan peran beretika baik, sebaliknya tokoh antagonis

merupakan contoh perilaku etika buruk. Suara maupun intonasi dalang dalam

memerankan wayang memiliki andil besar agar penonton dapat memahami watak

wayang. Nilai etika baik yang disampaikan dalang diharapkan dapat diterapkan

oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Nilai Pendidikan.

Nilai pendidikan merupakan nilai budaya wayang Timplong yang memiliki

proporsi terbesar. Nilai pendidikan yang terkandung dalam pertunjukkan wayang

timplong yakni nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan karakter menjadi kunci

membentuk masyarakat yang harmonis dan dinamis. Karakter yang dicontohkan

pada wayang diharapkan dapat dijadikan contoh oleh masyarakat, sehingga

karakter tersebut dapat menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Jika dahulu warga asing

menganggap masyarakat Indonesia ramah, namun saat ini sudah mulai terlihat

karakter ramah tersebut mulai luntur. Kurangnya pemahaman generasi muda

tentang budaya Indonesia, menjadikan mereka dapat dengan mudah terpengaruh

budaya asing. Budaya luar tidak selamanya baik, ada kalanya budaya tersebut harus

dihindari, diantaranya: budaya berpakaian, budaya terhadap orang yang lebih tua,

budaya bersosialisasi, dan lain sebagainya.

3) Nilai Kepatuhan.

Banyak cerita yang ditampilkan oleh dalang berhubungan dengan kerajaan.

Cerita yang diangkat biasanya terdiri dari tokoh yang berasal dari lingkungan

kerajaan sebagai pimpinan dan rakyat jelata. Dalang menceritakan bahwa raja

16
memiliki kekuasaan penuh dan rakyat mematuhi segala peraturan yang ditetapkan

kerajaaan. Nilai kepatuhan yang dapat ditanamkan pada masyarakat yakni

hendaknya masyarakat dapat mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh

pemerintah, agar kehidupan berbangsa dan bernegara tetap berjalan damai dan

sejahtera. Apabila terdapat peraturan yang sekiranya tidak sesuai, maka dalam

menyampaikan aspirasi tentang peraturan tersebut pun ada tata kramanya. Tidak

semena-mena pihak yang kontra terhadap peraturan tersebut menyebabkan

kericuhan dalam ketentraman warga atau masyarakat. Hal ini harus sesuai dengan

nilai - nilai yang terkandung dalam pancasila.

4) Nilai Estetika.

Nilai estetika berkaitan dengan tampilan wayang timplong. Masyarakat

dapat menilai keindahan bentuk, perpaduan warna, maupun keindahan dalang

menyusun panggung wayang. Musik gamelan sebagai pengiring juga memengaruhi

keindahan wayang timplong. Suara sinden yang padu padan dengan gamelan

menambah nilai estetika wayang timplong

5) Nilai Religius.

Nilai religius wayang merupakan tujuan dasar sampai saat ini wayang masih

dipertunjukan. Mengingat pada zaman dahulu wali di Jawa menggunakan wayang

sebagai media penyebaran agama. Meskipun saat ini nilai religius dalam

pertunjukan wayang tidak terlalu menonjol, namun dalangwayang timplong tetap

sesekali mengingatkan.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian Wayang

Timplong ditemukan oleh seorang pendatang dari Grobogan Jawa Tengah yang

menetap di desa jetis sekitar tahun 1910 yang berawal dari niatan Mbah Bancol

untuk membuat suatu hiburan untuk masyarakat desa Jetis yang tidak banyak

memerlukan biaya.

Iringan musik yang digunakan hanyalah 4 alat musik saja, yaitu gendhang,

gambyang, gamelan dan kenong sehingga menghasilkan suara

“plong..plong..plong..” Yang menjadi dasar pemberian nama Wayang Thimplong.

Dan kisah-kisahnya juga banyak mengandung makna dan mengandung

nilai-nilai luhur dalam kehidupan, serta mengajarkan tutur kata yang baik dan sopan

yang patut dijadikan teladan.

B. Saran-saran

1. Lestarikanlah budaya dan kesenian karena budaya dan kesenian tak ternilai

harganya

2. Mengikut sertakan para generasi milenial dalam pelestarian budaya

3. Digelarnya pagelaran Wayang Timplong setiap tahun atau tiap sebulan

sekali.

18
C. Daftar Pustaka

1) https://medium.com/@sukmadwiarum9/kebudayaan-wayang-timplong-khas-

kabupaten-nganjuk-c25792407ece

2) https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/wayang-kayu-asli-

nganjuk?gclid=EAIaIQobChMI-

uHU45DJ3gIVi4aPCh0PlgxsEAAYASAAEgJxyvD_BwE

3) https://www.google.com/search?q=apa+itu+wayang+timplong&safe=strict&

client=firefox-b-

ab&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwiJxKXikMneAhVFVH0KHY13CiYQ

_AUICSgA&biw=1366&bih=667&dpr=1

4) https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-

ab&biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=1&ei=sHDmW7ezJYjmvAT9rqWwA

Q&q=apa+itu+wayang+timplong&oq=apa+itu+wayang+timplong&gs_l=i

mg.3..0i24k1.30166.32537.0.33760.9.2.0.7.7.0.120.200.1j1.2.0....0...1c.1.64.i

mg..0.9.241...0j0i30k1.0.GhnHIIri3RQ

5) https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang

6) https://www.google.com/search?q=apa+itu+wayang&safe=strict&client=fire

fox-b-

ab&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwi3y4voj8neAhUIM48KHX1XCRYQ_

AUICSgA&biw=1366&bih=667&dpr=1

7) https://www.google.com/search?q=pewaris+wayang+timplong&safe=strict&

client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj6g7_-

jcneAhXKQI8KHStwCt4Q_AUIDygC&biw=1366&bih=667

8) https://budayajawa.id/wayang-timplong-kesenian-wayang-dari-nganjuk/

19
9) https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-

ab&ei=eG7mW_G8F4uAvQTVhL4Y&q=pewaris+wayang+timplong&oq=pe

waris+wayang+timplong&gs_l=psy-

ab.3...13205.23694.0.24555.58.35.0.1.1.0.153.2577.21j7.28.0....0...1c.1.64.psy

ab..38.16.1511...0j33i160k1j0i67k1j0i131k1j0i131i67k1j0i22i30k1j33i21k1.0.

jBCz3F9vDtk

10) https://media.neliti.com/media/publications/244839-none-c0cf6129.pdf

11) http://frontoneinnjombang.com/wayang-timplong-kesenian-adiluhung-dari-

nganjuk-jombang-yang-hampir-hilang/

12) https://www.google.com/search?q=tata+cara+penampilan+wayang+timplon

g&safe=strict&client=firefox-b-

ab&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=heJi1mSyXGfe4M%253A%252C8FtU

l8Utg73jXM%252C_&usg=AI4_-

kQkakg5Cf9pMK6I_D_M6YnWjymf4w&sa=X&ved=2ahUKEwjx2JHZjcneAh

ULQI8KHVWCDwMQ9QEwA3oECAYQCg#imgrc=heJi1mSyXGfe4M:

13) https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-

ab&ei=V2fmW5_nFoHxvAS4ppvADw&q=tata+cara+penampilan+wayang+t

implong&oq=tata+cara+penampilan+wayang+timplong&gs_l=psy-

ab.3...2112.27520.0.28092.70.50.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.psy-

ab..70.0.0....0.pCMOkwwd22E

14) http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/view/891

15) http://repository.isi-ska.ac.id/1340/1/Wejo%20Seno%20Yuli%20N.pdf

20
16) http://www.timurjawa.com/2017/06/27/wayang-timplong-nganjuk-yang-

hampir-punah/

17) https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/view/5823/4323

18) http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/33826

19) http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmpe3c6443445full.pdf

20) https://www.google.com/search?q=penelitian+ayang+timplong&ie=utf-

8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab

21) http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=051404&level=3

22) http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/va/article/view/17724

23) http://news.unair.ac.id/2017/06/15/mahasiswa-unair-teliti-wayang-timplong-

nganjuk-yang-hampir-punah/

24) https://www.google.com/search?q=bukti+penelitian+wayang+timplong&ie=

utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b

21
D. Lampiran

1.Foto-foto peneliti

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai