Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN FIELD STUDY

Museum Pendidikan: Sarana Kontekstual untuk Membangun Karakter Bangsa


Berlandaskan Kearifan Lokal Menyongsong Indonesia Maju 2045

Disusun Oleh:
Aisyah Rahma Kusumaningtyas (162231037)
Christantri Delia Pardede (007231020)
Dandy Dyanza (121231037)
Muhammad Maulana (143231055)
Nadira Keysha Zalfa Putri (177231111)
Natasya Armelita Manullang (146231037)
Naufal Ferdiansyah (184231050)
Rajendra Yayi Bhagaskara (131231048)
Wiritanaya Bian Putri Atmaja (191231050)
Kata Pengantar
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat karunia dan rahmat-
Nya, makalah studi lapangan ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kuliah pembelajaran dasar di tahun ajaran
2023. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang “Museum Pendidikan: Sarana
Kontekstual untuk Membangun Karakter Bangsa Berlandaskan Kearifan Lokal Menyongsong
Indonesia Maju 2045”.
Dengan membuat tugas ini, penulis diharapkan mampu untuk lebih mengetahui
bagaimana cara membangun karakter bangsa yang berlandaskan kearifan lokal guna
menyongsong Indonesia maju 2045 yang salah satunya dengan mengunjungi Museum
Pendidikan.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat tersendiri bagi pembaca.
Surabaya, 12 November 2023

Penulis

ii
Ringkasan

Museum Pendidikan Surabaya merupakan lembaga kebudayaan yang berfungsi


sebagai sarana pendidikan untuk memahami sejarah pendidikan yang ada di Indonesia.
Museum ini terletak di sebuah bangunan indah yang awalnya dibangun sebagai sekolah oleh
Ki Hajar Dewantara tepatnya pada tahun 1929 untuk memberikan pemerataan pendidikan
kepada seluruh rakyat Indonesia pada masa penjajahan. Gedung ini berfungsi sebagai sekolah
hingga awal pada tahun 1990-an ketika mengalami kerusakan dan banyak sekolah swasta dan
negeri yang sudah didirikan di Surabaya, menyebabkan popularitas sekolah tersebut
menurun. Sehingga, Sekolah tersebut akhirnya dipindahkan ke Tandes di Surabaya Barat dan
menjadi SMK Taman Siswa. Bangunan tersebut kemudian ditinggalkan dan kemudian
dijadikan museum tematik, Museum Pendidikan Surabaya, oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Surabaya untuk melestarikan warisan budaya.

Museum ini memiliki beragam koleksi benda bersejarah, artefak, dan dokumentasi
terkait pendidikan di Surabaya, antara lain buku-buku kuno seperti “Ayo Belajar Bahasa
Indonesia” dan buku berbahasa Sansekerta, mesin tik yang dulunya merupakan alat tulis
ikonik yang digunakan masyarakat di masa lalu. masa lalu, dan masih banyak koleksi
lainnya. Museum ini juga berfungsi sebagai sumber bahasa yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman dan apresiasi bahasa dan budaya Jawa di kalangan masyarakat.
Koleksinya dapat digunakan untuk mempelajari sejarah perkembangan bahasa dan budaya
Jawa di Surabaya. Selain itu juga, Museum Pendidikan Surabaya berfungsi sebagai
laboratorium pendidikan serta sarana pembelajaran dan penelitian bagi sivitas akademika dan
anggota masyarakat. Berkunjung ke museum dapat membantu para pengunjung seperti
siswa/i, mahasiswa/i, masyarakat sekitar dalam menambah pengetahuan dan informasi,
menemukan minat mereka, serta meningkatkan rasa nasionalisme dan kebangsaan.

Museum ini merupakan sumber berharga bagi mereka yang tertarik mempelajari
sejarah pendidikan di Surabaya serta bahasa dan budaya Jawa. Museum juga dapat
menginspirasi generasi muda untuk menemukan passion mereka di berbagai bidang seperti
seni, sejarah, dan sains. Museum dapat berkontribusi dalam membangun karakter bangsa
berbasis kearifan lokal dan meningkatkan keberagaman, toleransi, dan saling pengertian
diantara Masyarakat Indonesia.

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ ii


Ringkasan............................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Kegiatan Field Study ................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................... 3
METODE PENELITIAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Metode Penelitian .................................................................................................................. 3
2.2 Latar Penelitian ...................................................................................................................... 3
2.3 Subjek Penelitian ................................................................................................................... 3
2.4 Tahap Penelitian..................................................................................................................... 3
2.5 Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................................................................... 4
2.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
3.1 Sejarah Museum Pendidikan .................................................................................................. 5
3.2 Daya Tarik Museum Pendidikan............................................................................................ 5
3.3 Keterkaitan antara Kearifan Lokal dengan Berkunjung ke Museum Pendidikan .................. 6
3.4 Mini Literature Article ........................................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan museum sejatinya menjadi tempat bagi kita terutama generasi muda
untuk dapat menggali pengetahuan dan pemahaman lebih dalam mengenai berbagai hal.
Adanya museum juga membantu kita mengetahui kilas balik dan bukti nyata dari berbagai
peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Tanpa adanya museum mungkin kita tidak akan
mengetahui seberapa panjang perjalanan yang telah dilalui oleh bangsa kita hingga sejauh ini.
Museum menjadi salah satu tempat yang bisa kita kunjungi untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan. Seringkali museum dijadikan sebagai kunjungan wisata pendidikan bagi
sekolah-sekolah di Indonesia. Pendidikan sendiri merupakan kebutuhan manusia yang sangat
penting karena dari pendidikan inilah bisa mencetak SDM yang bisa membawa Indonesia
lebih maju lagi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah suatu
usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Pengetahuan yang kita dapatkan tidak hanya bisa diraih dengan menempuh
pendidikan formal saja tetapi juga bisa dengan berkunjung ke situs bersejarah seperti
museum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995 museum adalah lembaga,
tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materi
hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa. Berkunjung ke museum selain mendapatkan
pengetahuan baru tapi juga sebagai cara untuk menanamkan rasa bangga menjadi orang
Indonesia. Selain itu, museum juga menjadi salah satu alternatif untuk mengenalkan kearifan
lokal bangsa kita terutama kepada anak muda dan wisatawan asing. Kearifan lokal
merupakan suatu pandangan hidup yang diwariskan secara turun-temurun dan telah dilakukan
secara terus-menerus dari generasi ke generasi. Kearifan lokal ini dipegang teguh oleh
masyarakat sebagai bentuk menjaga warisan dan melestarikan budaya yang telah dilakukan
oleh orang-orang terdahulu. Oleh karena itu, kelompok kami tertarik untuk menggali lebih
dalam mengenai kearifan lokal apa saja yang ada pada Museum Pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kunjungan museum pendidikan dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat setempat dalam menganalisis kearifan lokal dalam rantai kebhinekaan?
2. Apakah kunjungan museum pendidikan dapat meningkatkan kemampuan warga
negara dalam pengembangan wawasan nusantara?
3. Bagaimana museum pendidikan dapat menyongsong Indonesia maju 2045?

1.3 Tujuan Kegiatan Field Study


1. Mengatahui dampak dari kunjungan museum pendidikan dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat setempat dalam menganalisis kearifan lokal dalam rantai
kebhinekaan
2. Mengetahui kunjungan museum pendidikan dapat meningkatkan kemampuan warga
negara dalam pengembangan wawasan nusantara

1
3. Mengetahui museum pendidikan dapat menyongsong Indonesia maju 2045

2
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif ini berupa kata-kata
tertulis, wawancara, dan hal-hal yang dapat diamati. Karakteristik dari metode penelitian
kualitatif ini merupakan karakteristik alami sebagai sumber data langsung, deskriptif, dan
lebih mementingkan proses ketimbang hasil. Metode penelitian kualitatif berfokus pada
penelitian dan menghasilkan kajian dari fenomena yang komprehensif. Kriteria data dari
metode ini adalah data yang pasti. Data yang pasti yakni data yang sebenarnya terjadi
sebagaimana adanya bukan data yang sekedar terlihat dan terucap tetapi data yang
mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut (Sugiyono, 2008: 02).

2.2 Latar Penelitian


Penelitian dilakukan di Museum Pendidikan yang berlokasi di Jalan Genteng Kali No.
10 Gubeng, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur 60275. Bangunan museum ini
dahulu merupakan bangunan Taman Siswa yang sudah lama tidak difungsikan sehingga
dialih fungsikan oleh pemerintah sebagai museum. Penelitian ini dilaksanakan pada pukul
08.00 WIB hingga 10.00 WIB pada tanggal 7 November 2023.

2.3 Subjek Penelitian


Dalam pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposeful sampling karena
penelitian ini berpusat pada bagaimana peran Museum Pendidikan ini sebagai memperkuat
kearifan lokal masyarakat sekitar dan pengunjung. Maka secara perinci yang dijadikan subjek
dalam penelitian adalah dua orang staf pemandu Museum Pendidikan.

2.4 Tahap Penelitian


Tahapan-tahapan penelitian harus sistematis dan terencana untuk memudahkan
penelitian. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Menentukan lokasi penelitian
2. Menentukan fokus penelitian
3. Menentukan metode penelitian
4. Menentukan subjek penelitian
5. Menentukan teknik pengumpulan data
6. Menentukan metode analisis data

Dalam penelitian ini terdapat dua tahap penelitian, yaitu:


1. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama yang dilakukan adalah membuat pertanyaan-pertanyaan yang ingin
didapatkan dari narasumber. Sebelum wawancara dimulai, pertama meminta persetujuan
dahulu kepada narasumber apakah bersedia untuk menjadi subjek penelitian dan akan
diperlihatkan terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan.

3
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah mendapat persetujuan dari subjek, maka akan dilakukan wawancara berdasar
pada waktu dan tempat yang sudah disepakati. Setelah wawancara selesai dilakukan,
dilanjutkan pemindahan hasil rekaman wawancara ke dalam bentuk tulisan. Setelah itu,
dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh dari wawancara yang sudah dilakukan,
membuat kesimpulan, dan memberi saran untuk penelitian selanjutnya.

2.5 Daftar Pertanyaan Wawancara


Wawancara diperuntukkan untuk memperoleh data dan informasi mengenai Museum
Pendidikan. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pemandu museum
untuk mendapatkan jawaban yang kelompok kami perlukan. Berikut pertanyaan yang dibuat:
1. Bagaimana Museum Pendidikan Surabaya menjaga dan mempromosikan kearifan lokal
dalam koleksinya?
2. Apa peran kearifan lokal dalam pendidikan sejarah dan budaya di Surabaya, dan
bagaimana museum ini mencerminkannya?
3. Bagaimana Museum Pendidikan Surabaya mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan tradisi
lokal dalam program pendidikan atau pamerannya?
4. Apakah museum ini berkolaborasi dengan komunitas lokal dalam mempertahankan dan
mempromosikan kearifan lokal? Jika ya, bagaimana kerjasama tersebut berjalan?
5. Bagaimana museum ini berusaha untuk memastikan bahwa generasi muda memahami dan
menghargai kearifan lokal Surabaya melalui pameran dan program pendidikan?

2.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis data deskriptif. Teknik ini
dilakukan dengan cara menghimpun data faktual dan dideskripsikan. Data berasal dari
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumen-dokumen yang telah
didapatkan. Setelah proses pengumpulan data dan pencatatan data maka dilakukan penyajian
data.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Museum Pendidikan


Museum Pendidikan Surabaya merupakan sebuah destinasi wisata edukasi baru di
Kota Surabaya. Wisata edukasi ini hadir dengan sebuah misi khusus, yaitu sebagai sarana
edukasi untuk mengenal perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia. Bangunan Museum
Pendidikan surabaya ini dinilai sangat indah.
Pada awalnya gedung Museum Pendidikan Surabaya ini merupakan gedung sekolah
Taman Siswa yang dibangun oleh Ki Hajar Dewantara untuk memberikan pendidikan yang
setara kepada seluruh rakyat Indonesia di zaman kolonial. Gedung ini berdiri sejak tahun
1929 sebagai sekolah dan beroperasi hingga awal tahun 1990. Pada awal tahun 1990, gedung
ini mengalami banyak kerusakan serta sudah terdapat banyak sekolah-sekolah swasta maupun
negeri di Surabaya, sehingga Sekolah Taman Siswa turun pamor. Oleh karena itu, akhirnya
Sekolah Taman Siswa dipindahkan di daerah Surabaya Barat, yaitu di Tandes menjadi
SMK Taman Siswa. Akibat perpindahan Sekolah Taman Siswa, gedung ini menjadi gedung
yang telantar sehingga sempat akan dirobohkan tetapi tidak bisa karena merupakan cagar
budaya. Akhirnya gedung ini diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Surabaya dan dijadikan museum tematik, yaitu Museum Pendidikan Surabaya.
Berdirinya Museum Pendidikan Surabaya merupakan usaha dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata untuk melestarikan cagar budaya. Museum Pendidikan Surabaya diresmikan
oleh ibu Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya pada tanggal 25 November 2019,
bertepatan dengan Hari Guru Nasional.

3.2 Daya Tarik Museum Pendidikan


Museum Pendidikan Surabaya termasuk salah satu museum yang menyimpan cerita
sejarah potret pendidikan Indonesia. Selain sebagai sarana rekreasi, museum yang terletak di
Jalan Genteng Kali No. 10 Surabaya ini juga berperan sebagai fasilitas sekaligus wadah untuk
mendukung aktivitas riset dan edukasi di Surabaya. Bangunan museum ini terhitung masih
baru, namun antusias warga Surabaya terhadap kehadiran museum ini sangat tinggi.
Buktinya, saat pertama kali rilis tahun 2019 lalu, jumlah pengunjung tempat wisata hits di
Surabaya ini langsung melonjak.

Jumlah pengunjung Museum Pendidikan Surabaya melonjak dikarenakan beberapa


faktor. Salah satu faktor nya, yaitu desain bangunanya yang cantik dan berdiri megah dengan
arsitektur kuno. Desain bangunan museum terlihat sederhana dengan dinding bercat putih
bersih. Nuansa putih terlihat semakin serasi dengan pemilihan lantai ubin yang bertemakan
klasik. Penggunaan partisi hijau juga menambah aksen modern pada bangunan. Tidak hanya
desain bangunan yang cantik, Museum Pendidikan Surabaya juga memiliki daya tarik sendiri.
Ada beberapa daya tarik yang akan dijumpai ketika menjelajahi ruang pamer museum. Di
mana museum menyimpan 860 koleksi dari berbagai peninggalan masa lampau hingga
sekarang. Menariknya, benda sejarah peninggalan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar
Dewantara juga tersimpan di dalam museum ini. Salah satu daya tarik museum ini adalah
adanya zona-zona yang terpisah sesuai dengan masa atau periode benda koleksi yang
tersimpan.
1. Zona Periode Pra-Aksara

5
Di zona ini tersimpan koleksi skrip kuno dengan perkiraan era 1800-an. Kebanyakan
skrip yang ada di sini masih tertulis di atas daun lontar. Di zona ini juga terdapat
diorama manusia purba, khususnya menyorot pendidikan pada zaman manusia purba.
Pendidikan di sini bukan merujuk pada kegiatan sekolah. Melainkan belajar
bagaimana cara bertahan hidup.
2. Zona Periode Klasik
Periode ini meliputi masa-masa saat kerajaan-kerajaan besar berkuasa di Indonesia.
Berdasarkan koleksi-koleksi yang ada, terlihat bahwa pendidikan pada masa itu
mendapat banyak pengaruh dari luar. Pengaruh ini sebelumnya telah berasimilasi
dengan unsur-unsur budaya lokal. Seperti misalnya pada ajaran pesantren yang
menyesuaikan dengan budaya masyarakat yang masih Hindu saat itu.

3. Zona Periode Kolonial


Khusus untuk koleksi-koleksi di zona, jumlahnya begitu banyak lantaran koleksi-
koleksi ini berasal pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Salah satu koleksi yang
cukup membuat penasaran para pengunjung museum adalah sepeda Zundapp. Sepeda
ini sejenis dengan sepeda-sepeda lawas yang kerap disewakan di halaman depan
Museum Sejarah Jakarta. Hanya saja desain sepeda Zundapp ini terlihat lebih klasik.
Sepeda Zundapp ini merupakan alat transportasi yang digunakan oleh para orang tua
untuk mengantarkan anak ke sekolah.
4. Zona Periode Pasca Kemerdekaan
Pada masa ini, koleksi-koleksi yang dipamerkan lebih menonjolkan koleksi bukti
material sekitar tahun 1945 sampai tahun 1990. Tidak hanya dibagi menjadi berbagai
zona, di dalam Museum Pendidikan Surabaya ini juga terdapat ruang ruang kelas
tempo dahulu yang terletak di belakang bangunan utama,ada sebuah gedung khusus
yang berisi ruang-ruang kelas tempo dahulu. Ruang-ruang kelas ini berisikan meja-
meja dan kursi-kursi. Satu meja dilengkapi dengan dua kursi. Terdapat papan tulis
kapur di dalam kelas dan ada juga penggaris kayu besar yang tergantung di salah satu
sisi tembok kelas. Dinding kelas berwarna putih, sedang lantainya berupa ubin abu-
abu.

3.3 Keterkaitan antara Kearifan Lokal dengan Berkunjung ke Museum Pendidikan


Museum pendidikan dapat menjadi kearifan lokal masyarakat setempat untuk
membangun kebhinekaan dengan cara melestarikan kesenian tradisional, kerajinan
tangan, dan kearifan lokal sekaligus berkontribusi dalam kampanye pelestarian
lingkungan melalui program edukasi. Di Museum pendidikan Surabaya ini sendiri
terdapat banyak peninggalan-peninggalan yang meningkatkan serta mengedukasi
disemua kalangan warga negara. Baik dalam konsep kebhinnekaan, bahasa, dan
agama. Selain itu, museum pendidikan juga dapat menginspirasi generasi muda dalam
menemukan passion mereka dalam berbagai bidang seperti seni, sejarah, dan ilmu
pengetahuan.
Pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya daerah juga dapat menjadi sumber
pendidikan karakter, karena dalam bahasa dan sastra daerah di Indonesia syarat akan
pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter.
Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat membangun keberadaban bangsa, karena

6
kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat dilihat dari landasan idiil
Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945 yaitu pada pasal 32 ayat (1) yang
berbunyi:

"Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia


dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya."
Pasal ini menegaskan bahwa negara mengakui dan menghormati keragaman
budaya di Indonesia. Hal ini berarti bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal, yang
merupakan salah satu bentuk pelestarian dan pengembangan budaya, juga harus
diakui dan dihormati oleh negara. Selain itu, pendidikan berbasis kearifan lokal juga
dapat dimaknai sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta
didik. Hal ini karena kearifan lokal merupakan bagian dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang berakar pada Pancasila.
Adapun peran Museum pendidikan dapat membangun kebhinekaan dengan cara:
• Meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap kearifan lokal. Museum
pendidikan dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kearifan lokal
kepada masyarakat luas. Melalui museum pendidikan, masyarakat dapat
belajar tentang sejarah, budaya, dan adat istiadat masyarakat setempat.
• Memperkuat rasa identitas dan kesatuan bangsa. Museum pendidikan dapat
membantu masyarakat untuk memahami nilai-nilai dan tradisi yang menjadi
dasar bangsa Indonesia. Hal ini dapat memperkuat rasa identitas dan kesatuan
bangsa.
• Mengembangkan toleransi dan saling pengertian. Museum pendidikan dapat
menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya dan tradisi masyarakat lain.
Hal ini dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan toleransi dan
saling pengertian. Toleransi ini pula dijelasakan dalam Al-Qura’an (Al-
Hujurat ayat 13) :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”
Pada Museum pendidikan juga ini terdapat banyak peninggalan-
peninggalan sejarah agama seperti tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis
pada pelepah bambu. Ayat Al-Quran dalam bentuk pelepah bambu adalah
salah satu bentuk peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Pelepah bambu ini
digunakan untuk menuliskan ayat-ayat Al-Quran pada masa awal penyebaran
Islam di Indonesia. Pelepah bambu dipilih karena merupakan bahan yang
mudah didapat dan murah. Selain itu, pelepah bambu juga memiliki sifat yang
tahan lama dan tidak mudah rusak. Ayat-ayat Al-Quran yang ditulis di pelepah

7
bambu ini biasanya ditulis dengan menggunakan tinta hitam atau coklat. Tinta
ini dibuat dari bahan-bahan alami, seperti arang atau buah bit. Bukan hanya
sampai disitu saja tulisan ayat-ayat ini juga di akulturasikan dalam bentuk
bahasa jawa. Akulturasi ke dalam bahasa Jawa dalam ayat Al-Quran bertujuan
untuk memudahkan pemahaman bagi masyarakat Jawa. Hal ini menunjukkan
bahwa Islam adalah agama yang terbuka dan dapat menyesuaikan diri dengan
budaya setempat. Terdapat pula peninggalan lembaran ayat-ayat Al-Qur’an
yang ada pada Museum Pendidikan Surabaya ini.
Di tengah-tengah ruangan juga terdapat patung Sunan Ampel yang
menyimbolkan beliau telah berperan penting dan aktif dalam penyebaran
agama islam di Surabaya. Peranan Sunan Ampel dalam usahanya
mengembangkan agama Islam di pulau Jawa khususnya daerah Surabaya pada
tahun 1443 – 1481 M.
Museum Pendidikan Surabaya juga merupakan sarana bahasa yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat
terhadap bahasa dan budaya Jawa. Museum ini memiliki koleksi yang
beragam, mulai dari benda-benda bersejarah, artefak, dan dokumentasi tentang
pendidikan di Surabaya. Koleksi-koleksi ini dapat digunakan untuk
mempelajari sejarah perkembangan bahasa dan budaya Jawa di Surabaya.
Terdapat buku-buku lama yang berjudul “Ayo Belajar Bahasa Indonesia” dan
terdapat pula bahasa sansekerta pada museum tersebut yang dikemas dalam
bentuk buku. Terdapat pula mesin tik yang menjadi ikon pada jaman dahulu
sebagai alat untuk menulis yang banyak digunakan masyarakat pada waktu itu.
Oleh karena itu Museum Pendidikan dapat berperan dalam mencetak
generasi emas 2045 melalui edukasi dan riset perkembangan Indonesia.
Museum Pendidikan ini dapat meningkatkan kompetensi pendidik maupun
wawasan pembelajar dalam mengupayakan peningkatan mutu pendidikan,
sekaligus menjadi tujuan wisata budaya masyarakat luas. Museum ini
menyajikan bagaimana pendidikan dimasa yang akan datang, karena saat ini
pendidikan menjadi bersifat forecasting atau ramalan. Oleh karena itu,
Museum Pendidikan Nasional dapat berperan dalam mencetak generasi emas
2045 melalui edukasi dan riset perkembangan Indonesia

8
3.4 Mini Literature Article

Artikel 1

Pernyataan penelitian yang ingin diselidiki : Bagaimana kunjungan museum


pendidikan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam menganalisis
kearifan lokal dalam rantai kebhinekaan?

Kata Kunci : Museum Pendidikan, Kearifan Lokal, Kebhinnekaan

Judul Artikel : Perancangan Outdoor Space untuk Mewadahi Aktivitas Komunal di Museum
Pendidikan Surabaya

Metadata Artikel Latar Belakang Studi Metodologi


Penulis Tahun Problem Penelitian Pertanyaan Penelitian Hipotesis Penelitian Cakupan Penelitian Desain Penelitian Karakteristik Sampel Variable yang Diteliti Teknik Analisis Data Temuan Penelitian
Christina Tedjosoejanto dan 2021 Perancangan Outdoor Bagaimana kunjungan Perancangan outdoor Pengembangan Menggunakan Presisi karena tidak Variabel bebasnya Teknik analisis data Museum Pendidikan
Yoanna Listiyani Leosaputra Space untuk museum pendidikan space di Museum Museum metode design mengacu pada yakni Perancangan menggunakan Surabaya memiliki
Mewadahi dapat meningkatkan Pendidikan Surabaya Pendidikan dengan thinking yaitu suatu variabel Outdoor Space. metode kualitatif tempat yang strategis
Aktivitas Komunal di kemampuan masyara- menggunakan metode menghadirkan understand, angka tertentu Sementara variabel karena data diper- dan pengunjung
Museum Pendidikan kat setempat dalam design thinking yaitu outdor space untuk observe, point of terikatnya Mewadahi oleh dengan obser- berpotensi tinggi
Surabaya menganalisis kearifan understand, observe, mempererat view, ideate, Aktivitas Komunal vasi dan wawancara sehingga area terbuka
lokal dalam rantai point of view, ideate, kebhinnekan prototype, dan sangat bisa jika
kebhinekaan? prototype, dan test. test. Dengan dimaksimalkan
Dengan adanya adanya
perancangan outdoor perancangan
space di Museum outdoor space
Pendidikan Surabaya di Museum
maka area taman bisa Pendidikan
bertransformasi men- Surabaya maka
jadi sebuah area area taman bisa
komunal outdoor bertransformasi
berupa private space menjadi sebuah
untuk individu dan area komunal
kelompok kecil. outdoor

Artikel 2

Pernyataan penelitian yang ingin diselidiki : Apakah kunjungan museum pendidikan dapat
meningkatkan kemampuan warga negara dalam pengembangan wawasan nusantara?

Kata Kunci : Museum, Belajar, Pengunjung

Judul Artikel : peran museum dalam pembelajaran Sejarah


Metadata Artikel Latar Belakang Studi Metodologi
Penulis Tahun Problem Penelitian Pertanyaan Penelitian Hipotesis Penelitian Cakupan Penelitian Desain Penelitian Karakteristik Sampel Variable yang Diteliti Teknik Analisis Data Temuan Penelitian
Dedi Asmara 2019 Bagaimana peran apakah kunjungan Peran museum dalam Peran museum penelitian kualitatif sampel yang variabel bebasnya Metode yang Keberadaan musem
museum dalam museum pendidikan pembelajaran sejarah dalam pembelajaran diperlukan adalah data adalah "pergeseran digunakan dalam dalam dunia
pembelajaran sejarah dapat meningkatkan meningkat seiring sejarah, pergeseran yang relevan dengan paradigma museum penelitian ini adalah pendidikan begitu
dan bagaimana kemampuan warga dengan pergeseran paradigma museum, topik penelitian, yaitu dari koleksi ke penelitian kualitatif dibutuhkan, termasuk
museum dapat negara dalam paradigma museum pengembangan peran museum dalam pengunjung," untuk memahami dalam pembelajaran
meningkatkan pengembangan dari koleksi ke wawasan nusantara. pembelajaran sejarah. sedangkan variabel fenomena tentang apa sejarah. Baik dari
kemampuan warga wawasan nusantara? pengunjung. Sampel yang harus terikatnya adalah yang dialami subyek level pendidikan yang
negara dalam memiliki karakteristik "peran museum dalam penelitian. paling rendah hingga
pengembangan yang sesuai dengan pembelajaran tinggi.
wawasan nusantara. metode penelitian sejarah."
yang digunakan, yaitu
kualitatif. Selain itu,
sampel yang harus
dapat memukul
daripada faktor yang
dipengaruhi (variabel
bebas) dan
menunjukkan dampak
dari faktor tersebut
(variabel terikat), yaitu
peran museum dalam
pembelajaran sejarah.

9
Artikel 3

Pernyataan penelitian yang ingin diselidiki : bagaimana keterkaitan mata kuliah data dan
pustaka dengan museum pendidikan surabaya?

Kata Kunci : Museum, Literasi Budaya, Nasionalisme

Judul Artikel : Peran Museum Deli Serdang sebagai sarana literasi budaya di Lubuk Pakam
Metadata Artikel Latar Belakang Studi Metodologi
Penulis Tahun Problem Penelitian Pertanyaan Penelitian Hipotesis Penelitian Cakupan Penelitian Desain Penelitian Karakteristik Sampel Variable yang Diteliti Teknik Analisis Data Temuan Penelitian
Muhammad Riski, Yusra Dewi 2023 Bagaimana sumber bagaimana keterkaitan Data historis yang Melibatkan aspek penelitian Pengunjung museum, Potensi museum, Observasi, Museum Deli Serdang
Siregar daya data historis mata kuliah data dan disediakan oleh kekayaan dan kuantitatif, pengelola museum literasi budaya wawancara Lubuk Pakam
dalam Museum pustaka dengan museum akan menjadi keberagaman deskriptif berpotensi besar dari
Pendidikan Surabaya museum pendidikan sumber informasi yang budaya, politik segi koleksi, tampilan,
dapat dimanfaatkan surabaya? berharga dan relevan identitas, dan jumlah
untuk mendukung untuk pengajaran mata golobalisasi, dan pengunjung, mayoritas
pengajaran dan kuliah data. otonomi daerah. pengunjung adalah
pembelajaran mata mahasiswa, museum
kuliah data perlu meningkatkan
upaya promosi literasi
budaya melalui
program unik seperti
kunjungan museum
wajib.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Museum Pendidikan Surabaya merupakan museum tematik yang didirikan sebagai
langkah pelestarian sejarah dan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendukung kegiatan
edukasi, riset, dan rekreasi di Kota Surabaya. Dengan kata lain, Museum Pendidikan
Surabaya memiliki keterkaitan yang erat dengan kearifan lokal.
Museum Pendidikan Surabaya, berperan sebagai pusat pewarisan nilai-nilai budaya
dan dapat dijadikan sarana untuk memahami budaya dan sejarah suatu masyarakat,
kelompok, atau daerah. Dimana, melalui museum ini kita bisa mendapatkan informasi
mengenai perjalanan budaya Indonesia dan mempelajari sejarah serta budaya daerah.
Museum Pendidikan Surabaya menyimpan bukti materiil Pendidikan pada masa Pra-Aksara,
Masa Klasik, Masa Kolonial, dan Masa Kemerdekaan, sehingga dapat menjadi sarana untuk
mempelajari sejarah pendidikan di Surabaya dan Indonesia secara keseluruhan. Dengan
mengelola dan menjaga berbagai koleksi bukti materiil pendidikan, museum ini menjadi
tempat yang baik untuk melestarikan kontinuitas budaya dan sejarah lokal.
Oleh karena itu, dengan adanya museum pendidikan yang berlokasi di Surabaya,
masyarakat lokal dapat lebih mengenal dan menghargai sejarah pendidikan di Indonesia,
termasuk Surabaya, yang merupakan bagian dari kesenian budaya dan sejarah lokal.

4.2 Saran
1. Mengembangkan kearifan lokal dalam berbahasa di bidang kurikulum dapat
dilakukan dengan pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya daerah. Hal ini dilakukan
karena, dalam bahasa dan sastra daerah di Indonesia terdapat pendidikan nilai yang
merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Oleh karena itu, perlu
dikukuhkan kembali pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya daerah sebagai mata
pelajaran muatan lokal yang mandiri.
2. Museum pendidikan dapat mengadakan program publik yang melibatkan partisipasi
masyarakat untuk memperkuat kearifan lokal. Program publik dapat berupa pameran
bertema maritim yang dapat dipertukarkan secara bergilir dan melalui program publik
yang melibatkan partisipasi masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nadir. (2016). Urgensi pembelajaran berbasis kearifan lokal. Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 32.

Rasyid, R. E. (2017). PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEARIFAN LOKAL.


publikasiilmiah.ums.ac.id, 8.

Rustandi, O. D. (2020, Mei 7). Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045. Dipetik
11 12, 2023, dari dikti.kemdikbud.go.id: https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-
dikti/kabar/pendidikan-indonesia-menuju-indonesia-emas-2045/

SINAGA, T. M. (2022, November 8). Perkuat Pendidikan Karakter Menyongsong Indonesia


Emas 2045. Retrieved 11 12, 2023, from kompas.id:
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/11/08/perkuat-pendidikan-karakter-
menyongsong-indonesia-emas-2045

Surabaya, B. P. (2023). Museum Pendidikan. Retrieved from bappedalitbang.surabaya.go.id:


https://bappedalitbang.surabaya.go.id/ecobis/wisata/kategori-detail/162

Tamami, M. H. (2022, Januari 1). Belajar dan Menyelami Sejarah di Museum Pendidikan
Surabaya. Dipetik 11 12, 2023, dari liputan6.com:
https://www.liputan6.com/surabaya/read/4846416/belajar-dan-menyelami-sejarah-di-
museum-pendidikan-surabaya

12
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Kelompok

13
2. Dokumentasi Kegiatan

12
13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai