MUSEUM FATAHILLAH
KARYA ILMIAH
DISUSUN OLEH :
XII - IPS
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
hidayah dan rahmatNyalah saya dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
MENDALAMI PERJUANGAN INDONESIA DI MUSEUM FATAHILLAH
dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
2
Penulis
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Sebagai salah satu destinasi utama di Kota Tua, Museum Fatahillah terus
mengundang wisatawan dan penggemar sejarah untuk menjelajahi dan meresapi
keindahan warisan sejarah Indonesia. Dengan menyelenggarakan berbagai pameran
dan kegiatan, museum ini tetap menjadi tempat yang hidup, terus menyampaikan
cerita-cerita tak terlupakan kepada generasi-generasi mendatang.mengetahui lebih
jelas gambaran tentang perjuangan-perjuangan bangsa Indonesia.
5
4. Analisis Dokumen Sejarah: Mengkaji dokumen sejarah, peta lama, arsip
foto, dan catatan-catatan yang terkait dengan perkembangan Kota Tua
dari masa ke masa.
5. Permodelan Konsep: Membangun model konseptual untuk
menggambarkan evolusi Kota Tua dari segi arsitektur, kehidupan sosial,
dan ekonomi.
6. Analisis Data: Menganalisis data survei lapangan dan hasil wawancara
dengan menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif untuk
mendukung temuan penelitian.
7. Sintesis Informasi: Mengintegrasikan hasil penelitian untuk menyusun
narasi yang kohesif dan informatif mengenai sejarah, kebudayaan, dan
nilai-nilai Kota Tua.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH KOTA TUA
Kota Tua atau dikenal juga dengan nama Oud Batavia (Batavia Lama),
bermula sejak tahun 1526. Saat itu, Kerajaan Demak mengutus panglima
bernama Fatahillah untuk menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa. Alhasil, wilayah
tersebut berhasil direbut Fatahillah dan berganti nama menjadi Jayakarta.
Wilayah tersebut kemudian diserang VOC di bawah kepemimpinan Jan
Pieterszoon Coen pada tahun 1619.
Satu tahun kemudian, VOC membangun sebuah kota baru tepat di atas
reruntuhan Jayakarta. Kota tersebut diberi nama Batavia sebagai penghormatan
leluhur Belanda bernama Batavieren.
Pada tahun 1635, kota Batavia diperluas sampai ke sebelah barat Sungai
Ciliwung. Kota satu ini dirancang mempunyai sistem pertahanan berupa parit
dan tembok di sekeliling kota.
Kota Batavia kemudian mempunyai fungsi sebagai kantor pusat VOC di
Hindia Timur dan menjadi pusat perdagangan Asia. Nama Batavia tersebut
digunakan sejak tahun 1621 sampai 1942. Kedatangan Jepang pada tahun 1942
mengganti nama Batavia menjadi Jakarta yang terus digunakan sampai saat ini.
Sejak pemerintahan Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta, revitalisasi
serta pengembangan Kota Tua Jakarta terus dilakukan. Hingga pada tahun 1972
beliau mengeluarkan keputusan gubernur untuk menjadikan Kota Tua sebagai
situs warisan.
Adanya keputusan tersebut diambil demi melindungi warisan sejarah.
Pasalnya, dalam wilayah Kota Tua terdapat berbagai bangunan sejarah yang
7
berguna sebagai museum. Misalnya Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan
Keramik, Museum Fatahillah, Museum Mandiri, sampai Museum Indonesia.
Karena berfungsi sebagai objek wisata, Kota Tua Jakarta mempunyai
berbagai fasilitas. Salah satunya adalah kemudahan mencapai tempat tersebut
dengan memakai bus Transjakarta dan KRL Commuter Line. Tak hanya itu,
Kota Tua Jakarta juga menyediakan penyewaan sepeda yang akan memanjakan
pengunjung untuk mengelilingi kawasan tersebut.
8
Sejak berubah menjadi museum, Fatahillah terus berfungsi sebagai penjaga warisan
sejarah Indonesia, menyajikan koleksi artefak dan pameran yang memperkaya
pemahaman tentang sejarah dan budaya negara tersebut.
Museum Fatahillah memiliki ruang koleksi yang luas dan beragam, mencakup
berbagai aspek sejarah dan budaya Indonesia. Berikut adalah beberapa kategori utama
dari ruang koleksi di Museum Fatahillah:
1. Artefak Sejarah Kolonial: Koleksi ini mencakup benda-benda dan artefak dari
masa penjajahan Belanda di Indonesia, termasuk peralatan sehari-hari, pakaian,
dan barang-barang antik lainnya.
2. Peta Kuno: Museum memiliki koleksi peta kuno yang mencerminkan
perkembangan geografis dan administratif Batavia (kini Jakarta) selama
berabad-abad.
3. Benda - Benda Bersejarah: Berbagai benda bersejarah seperti senjata
tradisional, peralatan rumah tangga, dan artefak lainnya yang mencerminkan
kehidupan masyarakat pada masa lalu.
4. Dokumen Historis: Koleksi dokumen dan arsip historis yang mencakup surat-
surat, catatan-catatan sejarah, dan tulisan-tulisan lain yang memiliki nilai
historis.
5. Seni dan Kerajinan: Museum Fatahillah juga menampilkan seni dan kerajinan
dari berbagai daerah di Indonesia, mencerminkan kekayaan seni dan budaya
negara ini.
6. Pameran Tematik: Ruang koleksi sering kali dikelompokkan dalam pameran
tematik yang menggambarkan periode sejarah atau topik tertentu dengan lebih
mendalam.
9
Ruang koleksi ini dirancang untuk memberikan pengunjung pengalaman yang holistik
dalam menjelajahi sejarah dan warisan budaya Indonesia. Setiap artefak dan benda
memiliki cerita sendiri, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
perkembangan dan keberagaman Indonesia.
Petrus Albertus van der Parra lahir di Kolombo, Sri Lanka, 29 September
1714.Ia merupakan anak dari seorang sekretaris kantor gubernur Sri Lanka.
Tahun 1728, saat berusia 14 tahun, Parra sudah memulai kariernya sebagai
soldaar van de penne atau serdadu pena. Lalu, tahun 1731 ia bekerja sebagai
asisten. Kemudian tahun 1732 bekerja sebagai tenaga pembukuan. Empat tahun
kemudian, 1736, Parra diangkat sebagai tenaga pembukuan yang kemudian
berlanjut sebagai tenaga pembukuan sekretariat umum di Batavia, tahun 1739.
10
Memulai kariernya dari jabatan kecil, perlahan-lahan karier Parra
semakin berkembang. Tahun 1747, pertama kalinya ia menjabat sebagai
Sekretaris Pertama.Ia dijadikan Penasihat Luar Biasa Hindia pada November
1747 dan menjadi Penasihat Tetap pada 1751. Setahun kemudian, tahun 1752,
Parra dipercaya sebagai Presiden College van Heemraden. Ia bertanggung
jawab atas batas-batas perkebunan, jalan, dan sebagainya. Setelah itu, tahun
1755, Parra diangkat sebagai Penasihat Pertama dan Direkrut Jenderal.
Petrus van der Parra terus berusaha dijatuhkan dari jabatannya dengan
berbagai cara, termasuk pembunuhan. Van der Parra kemudian dinyatakan
meninggal sewaktu masih menjabat sebagai gubernur. Ia wafat karena sakit di
rumah mewahnya pada 28 Desember 1775. Penyebab kematiannya sendiri
masih belum terungkap, apakah alamiah atau karena diracun.
11
prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga
tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan pada analisis
gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis). Berdasarkan analisis tersebut
diketahui bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi.
Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki kemiripan aksara,
sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha > citralekha) kedua
prasasti ini adalah orang yang sama.
Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya,
Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri
Maharaja Purnawarman. Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan
Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian
(selesai dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.
Prasasti Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan
tongkat yang pada ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat
tersebut dipahatkan tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai
batas pemisah antara awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
3. Tombak
12
Arca Wisnu Cibuaya 1, walaupun berasal dari abad VIII M, dianggap
dapat melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Situs tempat penemuannya
di Cibuaya yang tidak jauh dari situs Batujaya serta pemujaan terhadap
Wisnu yang dianut oleh Purnawarman menjadi benang merah yang
menghubungkan temuan ini. Gaya ikonografi arca ini memperlihatkan
adanya beberapa persamaan dengan arca yang ditemukan di Semenanjung
Tanah Melayu, Siam dan Kamboja dengan pengaruh langgam seni Pala di
India Selatan dari abad VII-VIII M, atau barangkali dengan gaya masa
Calukya.
Arca Wisnu Cibuaya 2, juga ditemukan di Desa Cibuaya, tetapi tempat
aslinya tidak dapat dipastikan. Berdasarkan persamaan-persamaan yang ada,
arca ini memiliki kemiripan dengan arca-arca dari seni Pala abad VII-VIII M.
Pala adalah nama salah satu dinasti yang berkuasa di Bengal pada abad VIII –
XII M dan sepertinya arca ini berasal dari masa yang sama. Kesimpulan ini
sesuai dengan berita Cina yang mengatakan bahwa pada abad VII M masih ada
sebuah Negara bernama To-lo-mo, yang dianggap merupakan pelafalan
Tiongkok dari Taruma.
13
beberapa meter ke hilir dan bagian batu yang bertulisan menjadi terbalik
posisinya ke bawah. Kemudian pada tahun 1903 prasasti ini dipindahkan ke
tempat semula.
Pada tahun 1981 Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat
dan memindahkan prasasti batu ini agar tidak terulang terseret banjir bandang.
Selain itu prasasti ini kini dilindungi bangunan pendopo, untuk melindungi
prasasti ini dari curah hujan dan cuaca, serta melindunginya dari tangan jahil.
Replika berupa cetakan resin dari prasasti ini kini disimpan di tiga museum,
yaitu Museum Nasional Indonesia dan Museum Sejarah Jakarta di Jakarta dan
Museum Sri Baduga di Bandung.
Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam
bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang terdiri dari
empat baris dan pada bagian atas tulisan terdapat pahatan sepasang telapak kaki,
gambar umbi dan sulur-suluran (pilin), dan laba-laba
14
Prasasti ini ditemukan kembali ketika dilakukan penggalian untuk
membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkih)
dan Groenestraat (Jalan Kali Besar Timur I),[1] sekarang termasuk wilayah
Jakarta Barat. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Republik
Indonesia,[2] sementara sebuah replikanya dipamerkan di Museum Sejarah
Jakarta.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di
pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak dan Kesultanan
Banten, termasuk Banten dan Cirebon. Khawatir akan serangan angkatan laut
Demak terhadap pelabuhan Sunda Kelapa, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu
Siliwangi) mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama
kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugal, yang saat itu baru menguasai Melaka
di tahun 1511. Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga
mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugal
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak
membangun benteng di Sunda Kelapa. Pada tahun 1522, pihak Portugis siap
membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses perdagangan lada
yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan diselesaikan
penjelajahan dunia oleh Magellan.Komandan benteng Malaka pada saat itu
adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim sebuah kapal, São
Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kalapa disertai
dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua
sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara terperinci.
7. Patung Hermes
15
kisah pada mitologi Yunani. Patung dewa Hermes ini melambangkan
kesuksesan dalam kehidupan. Patung ini memiliki berat 120 kg dengan tinggi
sekitar 2 meter.
Dalam mitologi Yunani, Hermes adalah nama anak Dewa Zeus. Hermes
adalah dewa untuk para pedagang, pejalan kaki, dan atlet. Hermes digambarkan
seperti sedang berlari. Ini merupakan simbol dari kecepatan.
Awalnya, patung Hermes ini milik seorang pedagang Jerman, Karl
Wilhelm Stolz. Nama tokonya ‘Jenny & Co’, menjual barang logam dan barang
pecah belah dari Geislingen. Ia membeli Patung Hermes ini di sekitar tahun
1902.
Singkat cerita, Stolz menghadiahkan patung Hermes tersebut kepada
pemerintah kota Batavia sebagai tanda terima kasih. Karl Stolz meninggal dunia
dalam penjara Jepang dan dimakamkan di Semarang pada akhir Maret 1945.
Patung yang memiliki berat 120 kg dan tinggi sekitar 2 meter itu oleh
Pemerintah Hindia Belanda diletakkan di atas Jembatan Harmoni, sebuah
jembatan yang menjadi simol gembang masuk daerah kekuasaan Belanda
sayangnya, patung tersebut tidak terurus hingga sempat hilang dicuri. Bahkan
Patung Dewa Hermes sempat nyemplung ke Kali Harmoni.
Karena itu guna menghindari pencurian dan agar lebih mudah dirawat,
sehak 1999 hingga sekarang patung asli Dewa Herms dipindahkan ke Museum
Sejarah Jakarta, Kota Tua. Jika Sedulur melihat patung Dewa Hermes di
Jembatan Harmoni itu hanyalah replikanya. sekaligus menghubungkan wilayah
kota dengan luar kota Batavia kala itu.
8. Mimbar
Mimbar secara simbolis adalah tempat
keudukan imam yang memimpin shalat di
masjid dan menyampaikan khotbah. Pada
mulanya, mimbar adalah sebuah gundukan
sebagai tempat duduk Nabi Muhammad,[2]
dan kemudian diikuti oleh para khalifah
setelahnya, yang masing-masing secara
resmi menjadi pemimpin umat Islam.
Namun, belakangan mimbar akhirnya
menjadi standar untuk masjid dan digunakan
16
oleh imam setempat. Meskipun demikian, makna mimbar sebagai simbol
kewibawaan tetap dipertahankan.
Pada masa selanjutnya, Khalifah Ummayyah Mu’awiya I (memerintah
661–680) memodifikasi minbar dengan meninggikan mimbar asli
Muhammad dengan menambah jumlah anak tangga dari tiga menjadi enam,
sehingga meningkatkan keunggulannya. Selama periode Bani Umayyah
mimbar digunakan oleh para khalifah atau gubernur perwakilan mereka
untuk membuat pengumuman publik yang penting dan menyampaikan
khutbah Jumat. Pada tahun-tahun terakhir Kekhalifahan Umayyah, sebelum
kejatuhannya pada tahun 750, Bani Umayyah memerintahkan mimbar
dibangun untuk semua masjid sebagai media khotbah shalat Jumat di Mesir,
dan segera setelah itu praktik ini diperluas ke wilayah Muslim lainnya.
Pada periode awal Abbasiyah (setelah 750) telah menjadi standar di
masjid-masjid Jumat di semua komunitas Muslim Mimbar masjid sekilas
mirip dengan mimbar gereja, tetapi keduanya memiliki fungsi dan posisi
yang lebih mirip dengan podium gereja, yang digunakan oleh imam
memimpin berbagai bacaan dan doa. Mimbar terletak di sebelah kanan
mihrab, sebuah ruang yang menjorok di dinding masjid yang menandakan
kiblat shalat (yaitu menuju Makkah). Biasanya, mimbar memiliki tempat
duduk di pincakdan anak tangga untuk mencapainya di bagian depan. Bagian
bawah tangga sering memiliki pintu daun. Berbeda dengan banyak mimbar
Kristen, tangga menuju mimbar biasanya berada dalam satu garis lurus pada
sumbu yang sama dengan tempat duduk.
17
memiliki lukisan potret diri yang bagus. Pelukis-pelukis andal pun banyak
bermunculan karena tingginya permintaan pasar tersebut.
Ernest Alfred Hardouin, seorang pelukis yang menghabiskan sebagian
hidupnya di Hindia Belanda. Lukisan itu mengabadikan suasana di sekitar
gedung Balai Kota Batavia sekitar pertengahan abad ke-19.
Setelah VOC bangkrut pada akhir tahun 1799, Hindia Belanda berada
di bawah kendali pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kehadiran
pemerintahan modern di Hindia Belanda dan birokrasinya ini merupakan
yang pertama di Asia. Gedung Balai Kota Batavia dalam lukisan ini juga
merupakan infrastruktur birokrasi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Lukisan ini juga memperlihatkan pemandangan dan orang-orang di
sekitar gedung. Menariknya, yang terlihat jelas dalam lukisan tersebut adalah
orang Belanda dan Tionghoa, namun masyarakat Pribumi tidak tampak
beraktivitas di sekitar Balai Kota. Hal ini tidak mengherankan mengingat
orang Tionghoa memang dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda untuk memungut pajak dan cukai dari masyarakat.
Gedung Balai Kota Batavia masih ada sampai sekarang dan berfungsi
sebagai Museum Sejarah Jakarta. Jika anda berkunjung ke kawasan Kota
Tua Jakarta anda bisa memasuki gedung ini, banyak sekali wawasan yang
bisa kita lihat dari peninggalan-peninggalan yang ada di museum tersebut.
Begitu memasuki kawasan Kota Tua Jakarta pun pikiran langsung melayang
ke suasana Jakarta ratusan tahun lalu dengan bangunan-bangunan tua di
sekitar kita.
18
Kapal VOC memiliki sejarah yang panjang dan signifikan. VOC atau
Vereenigde Oost-Indische Compagnie (Perusahaan Hindia Timur Bersatu)
adalah perusahaan dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602. Kapal-
kapal VOC berperan penting dalam perdagangan rempah-rempah antara Eropa
dan Hindia Timur.
Pada puncak kejayaannya, VOC memiliki armada besar yang terdiri dari
kapal-kapal dagang dan perang. Misi utamanya adalah memonopoli
perdagangan rempah-rempah seperti cengkih, lada, dan kayu manis. Kapal-
kapal VOC melakukan perjalanan panjang dari Belanda ke Hindia Timur,
membawa kembali rempah-rempah yang sangat bernilai.
Namun, pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran finansial dan
kebangkrutan akibat manajemen yang buruk dan persaingan dengan negara-
negara lain. Pada tahun 1799, VOC resmi dibubarkan. Sejarah kapal VOC
mencerminkan era kolonial dan dominasi perdagangan global pada masa itu.
Pada tahun 1596, kapal Belanda dibawah pimpinan Cornelis De Houtman
pertama kali mendarat di Banten. Sejak saat itu banyak kapal – kapal dagang
Belanda datang ke Indonesia. Untuk menghindari persaingan diantara para
pedagang Belanda, maka pada tahun 1602 dibentuklah kongsi dagang VOC
( Vereenigde Oast Indische ). VOC itu memperoleh hak-hak yang mana hak
tersebut membawa dampak permusuhan dengan bangsa pribumi dan penjajah
Belanda atas Indonesia.
19
11. Papan kayu bertuliskan yang memulai dan meresmikan Balai Kota
Batavia
Papan kayu panjang dengan tulisan dalam bahasa Belanda. Bila diterjemahkan
berarti, bangunan Balai Kota (Stadhuis) itu dimulai pembangunannya pada 25
Januari 1707 ketika pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.
Bangunan itu kemudian diresmikan dan digunakan oleh Gubernur Jenderal
Abraham van Riebeeck sejak 10 Juli 1710.
Itu berarti untuk pembangunan Balai Kota tersebut membutuhkan waktu tak
kurang dari 3 tahun.
20
13.Miniatur Kursi
Pada awal abad ke-17, para pedagang India datang ke Batavia dengan
membawa banyak benda berharga untuk dijual. Miniatur bangku cantik ini
adalah salah satunya. Dibawa ke Batavia sekitar tahun 1630-1680, miniatur ini
21
termasuk salah satu koleksi paling langka. Bentuknya dikenal dengan Gaya
India dan merupakan replika settre asli yang dibawa ke Batavia dari Pantai
Coromandel (Inha Seluruh rangka kursi dihiasi dengan detail ukiran bunga dan
dedaunan.
14.Gereja Belanda
22
atau De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) yang kemudian
dipakai sebagai Gereja utama kota Batavia sampai pada akhirnya hancur
oleh gempa bumi pada tahun 1808.
15.Patung Yunani
23
dari tubuhnya menggunakan strigil. Patung ini dibuat sekitar tahun 320 SM,
tidak lama setelah kematian Aleksander. Sayangnya, patung aslinya, yang
dibuat dari perunggu, sudah tidak ada, dan yang kini masih bertahan adalah
tiruannya buatan Romawi yang dibuat dari marmer
24
Januari 1619, prajurit VOC ingin menyerah. Pasukan Banten membela
mereka. Dale lari ke kapalnya sedangkan Wijayakrama harus lari ke bukit di
sebelah selatan Jayakarta. Bulan Mei, Coen balik dengan 17 kapal, menyerang,
menaklukkan dan menghancurkan Jayakarta.
Sepeninggal dirinya, putranya yang bernama Ahmad Jaketra, melanjutkan
kepemimpinan sebagai penguasa Sunda Kelapa/Jayakarta juga dengan gelar
yang sama, Pangeran Jayakarta, atau tepatnya Pangeran Jayakarta IV.
25
Kapten Winkler, menuliskan laporan akan penemuan prasasti tersebut.
Laporan tersebut kemudian disusul oleh laporan dari ekspedisi VOC lainnya
yang masih berisikan terkait penemuan prasasti Batutulis.
Melalui bukunya yang berjudul The History of Java, II Thomas Stamford
Raffles turut menuliskan tentang prasasti ini. Uniknya, penulisan akan prasasti
Batutulis tersebut disertai dengan sebuah faksimil.
Setelah itu, penerbitan karya tulis akan prasasti Batutulis terus berlanjut
dan diterbitkan oleh beberapa peneliti. Mereka akan menuliskan transliterasi
dan terjemahannya dalam bahasa Belanda serta pertanggalan prasasti Batutulis.
Hingga pada tahun 1921, seorang epigraf terkemuka, yaitu R.Ng.
Poerbatjaraka menerbitkan tulisan yang berjudul De Batoe Toelis nabij
Buitenzorg. Setelahnya, tulisan akan prasasti ini masih diterbitkan oleh para
sejarawan maupun ahli filologi Sunda.
18. Lukisan Jan Pieterszoon Coon
26
Lukisan tersebut menggambarkan pertempuran antara pasukan Sultan
Agung melawan pasukan Belanda yang dipimpin Gubernur Jenderal Hindia
Belanda, Jan Pieterszoon Coen (JP Coen). Di balik lukisan yang telah berusia
48 tahun tersebut, terdapat cerita di balik pembuatan lukisan yang dituangkan S
Sudjojono dalam 38 sketsa.
Pelukis kelahiran 1913 ini melakukan riset hingga ke Belanda untuk
menghasilkan maha karya pesanan Gubernur DKI Ali Sadikin waktu itu.
Sebanyak 38 sketsa tersebut dipamerkan dalam pameran bertajuk Mukti
Negeriku di Tumurun Private Museum, Solo, Jawa Tengah, sejak 28 Agustus
2021 sampai 28 Februari 2022 mendatang.
Replika lukisan berukuran 3x10 meter juga ditampilkan dalam pameran
itu. Bukti Negeriku mengangkat dua sosok yakni Sultan Agung dan S
Sudjojono. Pameran menyajikan sejarah Sultan Agung dan sejarah S Sudjojono.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Museum FATAHILLAH merupakan rumah dari salah satu istri mantan presiden
pertama Indonesia, Ir. Soekarno, yaitu Ratna Sari Dewi Soekarno yang
dialihfungsikan menjadi museum dan diresmikan pada tahun 1972 oleh mantan
Presiden Indonesia, Soeharto. Dalam perjalanan sejarah dapat disarikan bahwa sejarah
perjuangan nasional termasuk didalam sejarah TNI mempunyai peran penting dalam
meningkatkan jiwa dan semangat serta memperkuat jati diri bangsa dalam mencapai
tujuan nasional. Karena dengan belajar sejarah masyarakat bangsa diharapkan mampu
bersikap serta bertindak arif dan bijaksana dalam menghadapi masa depan sehingga
dengan mengunjungi sebuah museum di antaranya adalam Museum FATAHILLAH
yang merupakan Museum yang berada dalam lingkungan Pusjarah TNI, menyajikan
peninggalan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya sejarah perjuangan TNI
dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan melalui diorama-diorama
sehingga kita bisa membayangkan peristiwa yang terjadi dahulu dengan melihat
diorama.
3.2 SARAN
27
Karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kesalahan kata maupun
kekurangan bahan materi penelitian, karena terbatasnya kemampuan saya
sendiri dalam penyusunan. Oleh karena itu, diharapkan pada semua pihak
untuk memberikan saran yang membangun, bimbingan yang bermanfaat, serta
kritik untuk perbaikan dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya. Kritik
akan sangat bermanfaat guna memperbaiki penulisan sebuah karya tulis agar
kedepannya lebih sempurna lagi dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik maupun secara non akademik.
28