Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN


MADING

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Perpustakaan dan


Mading SD
Dosen Pengampu : Ani Anjarwati, SP.d., M.P.d

Oleh Kelompok 2 :
Dewi Rafika Nur Diana 21.442.0018
Ika Putri Fadilah 21.442.0032
Devi Puspita 21.442.0033
Dita Refani Putri 21.442.0045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Sejarah
Perkembangan Perpustakaan dan Mading” tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perpustakaan
Dan Mading. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini, kami menyampaikan
terima kasih banyak kepada Ibu Ani Anjarwati, SP.d., M.P.d. selaku dosen
pengampu.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya
karena pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami
berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Probolinggo, 12 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ................................................................ 2
1.4 Manfaat Makalah .............................................................. 3
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................. 4
2.1 Sejarah Perpustakaan Dunia ............................................ 4
2.1.1 Perpustakaan Zaman Mesir Kuno ............................ 4
2.1.2 Perpustakaan Zaman Yunani Kuno .......................... 4
2.1.3 Perpustakaan Zaman Romawi Kuno ........................ 5
2.1.4 Perpustakaan Abad Pertengahan ............................. 5
2.1.5 Perpustakaan Era Modern dan Teknologi ................ 6
2.1.6 Perpustakaan Masa Depan ...................................... 7
2.2 Sejarah Perpustakaan di Indonesia ................................... 13
2.2.1 Perpustakaan Indonesia di Era Kerajaan ................. 13
2.2.2 Munculnya Perpustakaan Umum Zaman Kolonial .. 14
2.2.3 Perkembangan Perpustakaan Pasca Kemerdekaan ... 18
BAB III : PENUTUP ......................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 22

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Era Globalisasi merupakan era perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kehidupan manusia. Perubahan terjadi begitu cepat di era
globalisasi ini. Terjadinya era globalisasi memberikan dampak ganda. Dampak itu
bisa menguntungkan maupun merugikan. Dampak yang menguntungkan adalah
di dalamera globalisasi diberikan kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya
kepadanegara-negara asing. Namun jika kita tidak mampu bersaing dengan
mereka, makakonsekuensinya akan merugikan bangsa kita. Mereka yang mampu
bersaing adalahseseorang yang benar-benar telah mampu untuk menempatan
dirinya pada zamanmodern. Hal itu bisa ditentukan pada kualitas pendidikan yang
dimiliki. Bangsa yang berkualitas pada tingkat pendidikan akan mampu membawa
bangsanya untukmenjadi sosok yang lebih baik dimasa mendatang.
Teknologi informasi menjadikan membanjirnya informasi, tentu semakin
memanjakan pengguna. Perpustakaan sebagai pusat informasi sebagai institusi
cukup merasakan dampak perkembangan teknologi. Hadirnya beragam jenis
perpustakaan membuktikan evolusi layanan informasi. Dengan demikian
paperless society yang telah diprediksikan oleh Lancaster saat ini semakin
nyata.Perpustakaan digital menawarkan lebih banyak kemungkinan untuk
meningkatkan komunikasi secara ilmiah. Layanan komunitas ilmiah pada
perpustakaan konvensional bergeser komunitas ilmiah dunia maya, yang
memungkinkanmembangun proyek yang terbatas geografis. Keempat jenis
perpustakaan ini memiliki nilai masing-masing. Bagi sebagian masyarakat
belum dapat menerima layanan digital secara utuh. Masih ada materi
perpustakaan yang belum bisa tergantikan secara elekronik. Perpustakaan
hibrida menjadi penghubung layanan sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Perpustakaan hibrida menggambarkan keseimbangan dari meta
informasi dan informasi cetak semakin mendekati digital. Beragamnya jenis
perpustakaan bukanlah hal yang perludiperdebatkan. Hal ini sebagai wujud
perpustakaan yang senantiasa berkembang menyertai untuk memenuhi
2

kebutuhan masyarakat, dengan tujuan utamanya: untuk mendidik dan


mengilhami rasa ingin tahu intelektual masyarakat, maka dengan itu penulis akan
memaparkan materi mengenai sejarah perkembangan perpustakaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Sejarah Perpustakaan Dunia?
2. Bagaimanakah Sejarah Perpustakaan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan, adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Sejarah Perpustakaan Dunia.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perpustakaan di Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan, adalah sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa Dapat Memahami Sejarah Perpustakaan Dunia.
2. Agar Mahasiswa Dapat Memahami Sejarah Perpustakaan di Indonesia.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perpustakaan Dunia


2.1.1 Perpustakaan Zaman Mesir Kuno
Pada zaman Mesir Kuno, perpustakaan merupakan salah satu perpustakaan
tertua dalam sejarah manusia. Perpustakaan ini pertama kali muncul sekitar tahun
2600 SM di kota-kota seperti Tebas dan Alexandria. Pada masa itu, perpustakaan
digunakan sebagai penyimpanan buku-buku yang berisi teks-teks penting seperti
teks-teks religi, filsafat, ilmu pengetahuan, dan sejarah. Buku-buku tersebut ditulis
dengan menggunakan hieroglif atau hieratik, yaitu simbol-simbol yang digunakan
sebagai tulisan pada masa itu. Perpustakaan pada zaman Mesir Kuno juga
digunakan sebagai tempat belajar bagi siapapun. Mereka datang ke perpustakaan
untuk mempelajari teks-teks penting dan menyusun karya-karya baru.
Perpustakaan terkenal pada masa itu adalah Perpustakaan Tebas yang dibangun
oleh Firaun Amenhotep II pada tahun 1450 SM. Koleksi perpustakaan ini
diperkirakan memiliki lebih dari 30.000 buku yang ditulis dalam hieroglif dan
hieratik.

2.1.2 Perpustakaan Zaman Yunani Kuno


Perpustakaan pada masa di zaman Yunani kuno dikenal sebagai
bibliotheka. Bibliotheka pertama dibangun pada abad ke-3 SM oleh raja
Alexandria, Ptolemy I Soter. Perpustakaan ini menjadi yang terbesar dan paling
terkenal di dunia kuno dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan budaya.
Bibliotheka ini berisi ribuan papirus yang berisi teks-teks klasik Yunani dan
Mesir, termasuk karya-karya filsuf, sastra, dan ilmu pengetahuan. Bibliotheka ini
juga memiliki laboratorium ilmiah dan observatorium.
Selain Bibliotheka Alexandria, perpustakaan lain yang terkenal di zaman
Yunani kuno adalah Bibliotheka Pergamon di Pergamon, yang dibangun pada
abad ke-2 SM dan memiliki koleksi teks-teks Yunani yang luas. Perpustakaan
Yunani kuno juga dikenal sebagai institusi yang mempromosikan pendidikan dan
4

ilmu pengetahuan. Beberapa filsuf seperti Aristotle memiliki perpustakaan pribadi


yang dijadikan tempat diskusi dan pembelajaran.
Namun, banyak perpustakaan Yunani kuno hancur selama perang-perang
yang terjadi pada zaman itu, dan hanya sedikit catatan yang tersisa tentang koleksi
dan organisasinya. Namun, perpustakaan-perpustakaan ini sangat berpengaruh
dalam mempromosikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan budaya
Yunani kuno.

2.1.3 Perpustakaan Zaman Romawi Kuno


Perpustakaan zaman romawi kuno merupakan salah satu perpustakaan
terbesar dan terpenting dalam sejarah peradaban dunia. Didirikan pada abad ke-1
SM di kota Roma, Italia, perpustakaan ini merupakan bagian dari kompleks
pustakawan yang dikenal sebagai Bibliotheca Augusta.
Sejarah mencatat bahwa perpustakaan ini didirikan oleh Julius Caesar dan
dikelola oleh pustakawan terkenal, bernama Varro. Ia mengumpulkan berbagai
jenis buku dari seluruh dunia, termasuk dari Mesir, Yunani, dan Asia Minor.
Buku-buku tersebut diklasifikasikan dan dikatalogkan dengan sistem yang
canggih, sehingga mudah ditemukan oleh pengunjung.
Perpustakaan ini menjadi tempat belajar dan penelitian bagi ilmuwan,
penulis, dan intelektual dari seluruh dunia. Banyak buku yang diterbitkan di sini,
termasuk buku-buku sejarah, filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan
juga menyediakan fasilitas untuk mengkopi buku, sehingga memungkinkan
banyak orang untuk mengakses informasi yang tersedia di sana.
Namun, perpustakaan mengalami kehancuran pada abad ke-3 SM, ketika
kota Roma dibakar oleh pasukan barbarian. Banyak buku yang hilang dan rusak,
dan perpustakaan ini tidak pernah dibangun kembali. Namun, legasi perpustakaan
ini masih terlihat dalam sistem klasifikasi dan katalogisasi buku yang digunakan
hingga saat ini.

2.1.4 Perpustakaan Abad Pertengahan


Disebut dengan perpustakaan abad pertengahan adalah perpustakaan yang
berkembang pada masa pertengahan. Abad pertengahan yaitu sekitar tahun 400
5

hingga 1400. Pada masa ini, perpustakaan digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan dan mengkonservasi buku-buku yang dianggap penting oleh
masyarakat.
Perpustakaan abad pertengahan pertama kali muncul di wilayah Mesir,
Mesopotamia, dan India. Pada masa ini, perpustakaan digunakan oleh para
ilmuwan, filsuf, dan ahli teologi untuk menyimpan dan mengkaji kitab-kitab
klasik yang dianggap penting.
Pada abad ke-4, perpustakaan mulai berkembang di wilayah Roma. Di era
ini, perpustakaan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan buku-buku yang
dianggap penting oleh para pemimpin politik dan militer Roma.
Di abad ke-5 hingga ke-8, perpustakaan mulai berkembang di wilayah
Eropa. Waktu itu, perpustakaan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
buku-buku yang dianggap penting oleh para ilmuwan, filsuf, dan ahli teologi
Eropa.
Abad ke-9 hingga ke-13, perpustakaan mulai berkembang di wilayah
Islam. Di saat abad tersebut, perpustakaan digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan buku-buku yang dianggap penting oleh para ilmuwan, filsuf, dan ahli
teologi Islam.
Pada abad ke-14, perpustakaan mulai berkembang di wilayah Eropa Barat.
Pada masa ini, perpustakaan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan buku-
buku yang dianggap penting oleh para ilmuwan, filsuf, dan ahli teologi Eropa
Barat.
Perpustakaan abad pertengahan merupakan salah satu perpustakaan yang
paling penting dalam sejarah perpustakaan. Saat itu, perpustakaan digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan dan mengkonservasi buku-buku yang dianggap
penting oleh masyarakat. Perpustakaan ini juga menjadi tempat penting bagi para
ilmuwan, filsuf, dan ahli teologi untuk mengkaji kitab-kitab klasik yang dianggap
penting.

2.1.5 Perpustakaan Era Modern dan Teknologi


Sejarah perpustakaan di era modern dimulai abad ke-18, perpustakaan
mulai diakui sebagai institusi penting dalam pengembangan pengetahuan dan
6

budaya. Pada saat itu, perpustakaan mulai dikelola secara profesional dengan
sistem katalogisasi dan klasifikasi yang lebih baik.
Di tahun 1895, Dewey Decimal Classification System dikembangkan oleh
Melvil Dewey, yang membantu dalam pengelompokan dan pengorganisasian
buku di perpustakaan. Tahun 1901, perpustakaan pertama di dunia yang
menggunakan sistem katalog kartu dibuka di New York Public Library. Pada
tahun 1950-an, perpustakaan saat itu mulai menggunakan teknologi komputer
untuk mengatur koleksi dan melayani pelanggan.
Di abad ke-19, perpustakaan terlihat sudah mulai lebih terbuka bagi
masyarakat umum dan mulai menawarkan layanan seperti pinjaman buku dan
layanan referensi. Pada saat yang sama, perpustakaan juga mulai meningkatkan
koleksi mereka dengan menambahkan buku-buku baru dan koleksi lain seperti
jurnal, surat kabar, dan majalah.
Awal abad ke-20, perpustakaan mulai mengadopsi teknologi baru seperti
komputer dan internet untuk mempermudah proses katalogisasi dan pencarian
buku. Pada saat yang sama, perpustakaan juga mulai menawarkan layanan digital
seperti akses ke e-book dan database online.
Di era teknologi saat ini, perpustakaan telah menjadi lebih modern dan
inovatif dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Perpustakaan saat ini
menawarkan layanan seperti akses ke internet gratis, layanan pemesanan buku
online, dan aplikasi mobile untuk mempermudah proses peminjaman buku.
Keberadaan perpustakaan juga mulai meningkatkan koleksi mereka dengan
menambahkan konten digital seperti e-book, audio book, dan video.
Secara keseluruhan, perpustakaan di era modern dan teknologi telah
menjadi lebih mudah diakses, inovatif, dan memberikan layanan yang lebih baik
kepada masyarakat. Perpustakaan saat ini menjadi tempat yang menyediakan
informasi dan sumber belajar yang dapat diakses oleh semua orang, di mana saja
dan kapan saja. Saat ini, perpustakaan di dunia menggunakan teknologi terbaru
seperti katalog online, akses ke sumber-sumber elektronik, dan layanan digital
untuk memberikan akses yang lebih baik kepada koleksi dan layanan
perpustakaan.
7

2.1.6 Perpustakaan Masa Depan


Pada era sekarang ini mungkin beberapa prediksi tentang perpustakaan di
masa depan sudah mulai terlihat. Khususnya di beberapa perpustakaan yang
dikelola oleh pustakawan profesional yang memiliki fasilitas terbaik, serta
didukung oleh pendanaan yang besar.
Perpustakaan yang lain diprediksi akan mengikuti trend perkembangan
zaman, sejalan dengan peningkatan mutu SDM para pustakawan serta semakin
banyaknya alternatif teknologi yang jauh lebih murah sehingga banyak jenis
perpustakaan yang mampu membeli dan menggunakan teknologi dalam
membantu meningkatkan mutu dan kwalitas pelayanan perpustakaan.
Perpustakaan di masa depan akan mengalami perubahan yang signifikan
dalam hal teknologi dan inovasi.
A. Teknologi Digital
Dengan menggunakan teknologi digital dapat digunakan dalam perpustakaan
untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi
pengguna.
1. Katalog online: Dengan ini memungkinkan pengguna untuk mencari
buku, jurnal, dan sumber daya lainnya dengan cepat dan mudah.
2. Sistem peminjaman online: Membantu pengguna untuk melakukan
peminjaman dan pengembalian buku secara online.
3. Aplikasi perpustakaan mobile: Dengan Aplikasi ini pengguna bisa
mengakses katalog online, melakukan peminjaman, dan mengecek status
peminjaman dari perangkat mobile.
4. E-book: Dengan e-book ini, pengguna untuk membaca buku digital yang
dapat diakses melalui komputer atau perangkat mobile.
5. Digitalisasi koleksi: Dengan adanya digitalisasi pada koleksi dapat
digunakan perpustakaan untuk menyimpan dan menyediakan akses ke
sumber daya tertentu secara digital, seperti dokumen, foto, dan rekaman
suara.
6. Pembelajaran online: memungkinkan perpustakaan untuk menyediakan
tutorial, webinar, dan kursus online yang dapat diakses oleh pengguna.
8

Penggunaan teknologi digital dapat membantu perpustakaan menjadi lebih


mudah diakses dan membuatnya lebih efisien dalam menyediakan informasi dan
sumber daya kepada pengguna.

B. Viritual Reality
Perpustakaan di masa depan mungkin akan menggunakan teknologi Virtual
Reality untuk meningkatkan pengalaman belajar dan baca bagi pengguna.
Pengguna dapat mengeksplorasi koleksi perpustakaan dalam lingkungan 3D dan
mencari buku atau sumber daya lainnya dengan lebih interaktif.
Teknologi Virtual Reality dapat digunakan di perpustakaan untuk
meningkatkan pengalaman belajar dan mengejar pengetahuan bagi para
pengunjung.
Penggunaan VR di perpustakaan

1. Pembelajaran interaktif: Teknologi VR dapat digunakan untuk


memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan bagi
pengunjung. Beberapa diantaranya, pengunjung dapat melakukan
perjalanan virtual ke berbagai tempat di dunia untuk belajar tentang
sejarah, budaya, atau geografi.
2. Pameran virtual: Keberadaan VR bisa digunakan untuk menyajikan
pameran virtual yang dapat diakses oleh pengunjung dari mana saja.
Misalnya, pengunjung dapat mengunjungi pameran virtual tentang sejarah
kota mereka atau pameran virtual tentang keanekaragaman hayati.
3. Bibliografi virtual: Dengan adanya VR dapat digunakan untuk
menyediakan akses ke koleksi perpustakaan dari jarak jauh. Pengunjung
dapat menelusuri koleksi perpustakaan secara virtual dan meminjam buku
dengan menggunakan VR.
4. Pelatihan: VR mampu digunakan untuk memberikan pelatihan bagi
pengunjung. Contohnya pelatihan tentang cara menggunakan perpustakaan
atau pelatihan tentang cara mencari informasi di internet.
5. Edukasi: VR bisa digunakan untuk menyediakan pengalaman edukatif
9

yang menyenangkan bagi anak-anak dan remaja. Misalnya, anak-anak


dapat belajar tentang ilmu pengetahuan melalui permainan virtual yang
menyenangkan.

C. Artificial Intelligence
Perpustakaan di masa depan mungkin akan menggunakan teknologi Artificial
Intelligence. Salah satunya untuk membantu pengguna mencari buku atau sumber
daya lainnya. Sistem AI dapat menganalisis preferensi baca pengguna dan
memberikan rekomendasi buku atau sumber daya lainnya yang sesuai dengan
minat mereka.
Teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat digunakan dalam berbagai cara di
perpustakaan untuk meningkatkan layanan dan efisiensi.
1. Sistem rekomendasi bahan pustaka
Keberadaan AI dapat digunakan untuk menganalisis data bahan pustaka
yang telah dipinjam dan dibaca oleh pengguna untuk memberikan
rekomendasi bahan pustaka yang relevan untuk mereka.
2. Pencarian bahan pustaka
AI bisa digunakan untuk meningkatkan pencarian bahan pustaka dengan
menganalisis data bahan pustaka dan menyediakan hasil pencarian yang
lebih akurat dan relevan.
3. Pemeliharaan koleksi
Dengan AI dapat dipergunakan untuk menganalisis data peminjaman
bahan pustaka dan menentukan bahan pustaka yang perlu diganti atau
ditambahkan ke koleksi perpustakaan.
4. Sistem peminjaman
Dengan system AI dapat digunakan untuk menganalisis data peminjaman
bahan pustaka dan menentukan bahan pustaka yang perlu dikembalikan
atau diperpanjang.
5. Layanan pelanggan
Keberadaan AI mampu dipergunakan untuk meningkatkan layanan
pelanggan dengan menyediakan solusi masalah yang cepat dan efektif
melalui chatbot atau sistem pembelajaran mesin.
10

6. Pengelolaan ruangan
Lahirnya AI dapat digunakan untuk mengoptimalkan pengelolaan
ruangan dengan menganalisis data ruangan yang digunakan dan
menentukan ruangan yang perlu digunakan atau tidak.
7. Pengelolaan inventaris
Teknologi AI dapat digunakan untuk mengelola inventaris perpustakaan
dengan menganalisis data inventaris dan menentukan inventaris yang
perlu diganti atau ditambahkan.

D. Internet of Things (IoT)


Perpustakaan di masa depan mungkin akan menggunakan teknologi IoT untuk
meningkatkan pengalaman baca dan belajar bagi pengguna. Pengguna dapat
mengakses koleksi perpustakaan melalui perangkat IoT seperti smartwatch atau
smartspeaker dan mendapatkan akses ke sumber daya lainnya seperti video
tutorial atau webinar.
Teknologi IoT ini dapat digunakan dalam berbagai cara di perpustakaan untuk
meningkatkan efisiensi dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi
pengunjung.
IoT di perpustakaan
1. Sistem pemantauan ketersediaan buku: Teknologi IoT dapat digunakan
untuk memantau ketersediaan buku di perpustakaan dan memberikan
informasi kepada pengunjung tentang buku yang tersedia atau tidak
tersedia.
2. Pengaturan suhu dan cahaya: IoT bisa dipergunakan untuk mengontrol
suhu dan cahaya di perpustakaan untuk menyediakan lingkungan yang
nyaman bagi pengunjung.
3. Pemantauan ruangan: Dengan Kehadiran IoT mampu digunakan untuk
memantau ruangan di perpustakaan dan memberikan informasi tentang
jumlah pengunjung yang ada di ruangan tersebut.
4. Pengingat peminjaman buku: Teknologi IoT bisa dipergunakan untuk
mengingatkan pengunjung tentang peminjaman buku yang akan
kadaluarsa dan memberikan pengingat untuk mengembalikan buku
11

tersebut.
5. Sistem pembayaran: System IoT akan bisa digunakan untuk membuat
pembayaran di perpustakaan menjadi lebih mudah dan cepat.
6. Pengenalan wajah: IoT mampu dipergunakan untuk mengenali wajah
pengunjung dan menyediakan akses ke perpustakaan tanpa harus
menggunakan kartu akses.
7. Pemantauan kondisi buku: IoT dapat digunakan untuk memantau kondisi
buku di perpustakaan dan memberikan informasi tentang buku yang rusak
atau memerlukan perbaikan.

E. Teknologi Blockchain
Perpustakaan di masa yang akan datang mungkin akan menggunakan
teknologi Blockchain untuk meningkatkan keamanan dan transparansi dalam
manajemen koleksi. Sistem blockchain dapat digunakan untuk mencatat dan
mengamankan informasi tentang koleksi perpustakaan, sehingga membuatnya
lebih mudah diakses dan dipercayai.
Teknologi blockchain dapat digunakan dalam perpustakaan untuk
meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam manajemen koleksi buku dan
peminjaman.
Blockchain di perpustakaan
1. Pendaftaran koleksi buku: Blockchain dapat digunakan untuk menyimpan
informasi tentang koleksi buku di perpustakaan, termasuk judul,
pengarang, jumlah eksemplar, dll. Keberadaanya memungkinkan
perpustakaan untuk menyimpan data yang akurat dan dapat diandalkan
tentang koleksi buku mereka.
2. Peminjaman buku: Dengan adanya Blockchain bisa digunakan untuk
mencatat transaksi peminjaman buku, termasuk tanggal peminjaman,
tanggal pengembalian, dan informasi tentang peminjam. Dengan ini
memungkinkan perpustakaan untuk mengatur dan mengontrol
peminjaman buku dengan lebih efisien.
3. Keamanan data: Teknologi Blockchain menyediakan tingkat keamanan
yang lebih tinggi karena data yang disimpan di dalamnya tidak dapat
12

diubah atau dihapus. Hal ini membuat data yang disimpan di


perpustakaan aman dari peretasan atau pencurian.
4. Aksesibilitas: Adanya Blockchain dapat digunakan untuk membuat data
koleksi buku yang tersimpan di perpustakaan dapat diakses oleh
pengunjung perpustakaan dari mana saja melalui internet. Ini memberi
peluang pengunjung perpustakaan untuk mencari dan memesan buku dari
jarak jauh.
5. Pembayaran: Kehadiran Blockchain dapat digunakan untuk mencatat
transaksi pembayaran peminjaman buku, seperti biaya peminjaman atau
denda. Teknologi tersebut memungkinkan perpustakaan untuk mengelola
pembayaran dengan lebih efisien.

2.2 Sejarah Perpustakaan di Indonesia


2.2.1 Perpustakaan Indonesia di Era Kerajaan
Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika
dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat
bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah
perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu
dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien
dari tahun 414 Menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan
Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku
atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta.
Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota
Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan
dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di
berbagai biasa.
Di pulau Jawa, sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan
Mataram. Hal ini karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang
menulis berbagai karya sastra. Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang
Kamahayanikan yang memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul
kemudian Sembilan parwa sari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos
Ramayana. Juga muncul dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan
13

Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh
Mpu Kanwa.
Dari uraian tersebut nyata bahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan
dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat
khusus yaitu kerajaan. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan
karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-
sama menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga menggubah
kitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna
dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam Kresnayana.
Semua kitab itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat
terbatas dan tetap berada dalam lingkungan keraton. Periode berikutnya adalah
Kerajaan Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab
Pararaton yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari.
Pada jaman Majapahit dihasilkan dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis
oleh Mpu Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma. Pada
jaman ini dihasilkan pula karya-karya lain seperti Kidung Harsawijaya, Kidung
Ranggalawe, Sorandaka, dan Sundayana.
Kegiatan penulisan dan penyimpanan naskah masih terus dilanjutkan oleh
para raja dan sultan yang tersebar di Nusantara. Misalnya, jaman kerajaan Demak,
Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Demak,
Banten, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. Dari
Cerebon diketahui dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16 dan
ke-17. Buku-buku tersebut adalah Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara (25
jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka Nagarakretabhumi (12 jilid),
Purwwaka Samatabhuwana (17 jilid), Naskah hukum (2 jilid), Usadha (15 jilid),
Naskah Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18 jilid), Pustaka prasasti
(35 jilid), Serat Nitrasamaya pantara ning raja-raja (18 jilid), Carita sang Waliya
(20 jilid), dan lainlain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Cirebon
merupakan salah satu pusat perbukuan pada masanya. Seperti pada masamasa
sebelumnya buku-buku tersebut disimpan di istana.

2.2.2 Munculnya Perpustakaan Umum Zaman Kolonial


14

Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri.


Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program
penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling
awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal
Indische Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang
dibangun sejak 1624. Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru
diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds.
(Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi
diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh
masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk perawat rumah sakit
Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke Semarang dan Juana
(Jawa Tengah). Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa
perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan
atau interlibrary loan). Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan
khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap
van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan
berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian
perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M.
Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia
memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya.
Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia
yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia
Florest Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit
dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran
bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran adalah
Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het
Bataviaasch Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta
Werken buiten de Serie. Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan
ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah
menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada tahun 1950.
15

Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada


Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat.
Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan
Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi
menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan
Perpustakaan Museum Nasional.
Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat
Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat
Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. Sesudah pembangunan BKGW, berdirilah perpustakaan
khusus lainnya seiring dengan berdirinya berbagai lembaga penelitian maupun
lembaga pemerintahan lainnya. Sebagai contoh pada tahun 1842 didirikan
Bibliotheek?s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada tahun 1911 namanya
berubah menjadi Central Natuurwetenchap-pelijke Bibliotheek van het
Departement van Lanbouw, Nijverheid en Handel. Nama ini kemudian berubah
lagi menjadi Bibliotheca Bogoriensis. Tahun 1962 nama ini berubah lagi menjadi
Pusat Perpustakaan Penelitian Teknik Pertanian, kemudian menjadi Pusat
Perpustakaan Biologi dan Pertanian. Perpustakaan ini berubah nama kembali
menjadi perpustakaan ini bernama Perpustakaan Pusat Pertanian dan Komunikasi
Penelitian. Kini perpustakaan ini bernama Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Hasil-hasil Penelitian. Setelah periode tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda
menjalankan politik etis untuk membalas ?utang? kepada rakyat Indonesia. Salah
satu kegiatan politik etis adalah pembangunan sekolah rakyat.
Dalam bidang perpustakaan sekolah, pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Volksbibliotheek atau terjemahan dari perpustakaan rakyat, namun
pengertiannya berbeda dengan pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek
artinya perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur (kelak berubah menjadi
Balai Pustaka), sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Volkschool.
Volkschool artinya sekolah rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat
dua. Perpustakaan ini melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan
bagi rakyat setempat. Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat
umum dipungut bayaran untuk setiap buku yang dipinjamnya.
16

Kalau pada tahun 1911 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Hindia


Belanda mendirikan Indonesische Volksblibliotheken, maka pada tahun 1916
didirikan Nederlandsche Volksblibliotheken yang digabungkan dalam Holland-
Inlandsche School (H.I.S). H.I.S. merupakan sejenis sekolah lanjutan dengan
bahasa pengantar Bahasa Belanda. Tujuan Nederlandsche Volksblibliotheken
adalah untuk memenuhi keperluan bacaan para guru dan murid. Di Batavia
tercatat beberapa sekolah swasta, diantaranya sekolah milik Tiong Hoa, Hwe
Koan, yang memiliki perpustakaan. Sekolah tersebut menerima bantuan buku dari
Commercial Press (Shanghai) dan Chung Hua Book Co. (Shanghai).
Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan
sekolah, pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan
pengertian perpustakaan umum dewasa ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri
Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang
baca umum. Openbare leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der
Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging, dan Maatschappij tot Nut van het
Algemeen.
Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada
awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti
Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya
dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van
Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di
Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah
tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.
Pada jaman Hindia Belanda juga berkembang sejenis perpustakaan
komersial yang dikenal dengan nama Huurbibliotheek atau perpustakaan sewa.
Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang meminjamkan buku kepada kepada
pemakainya dengan memungut uang sewa. Pada saat itu tejadi persaingan antara
Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek. Sungguhpun demikian dalam
prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang disediakan. Volksbibliotheek
lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer ilmiah, maka perpustakaan
Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan berupa roman dalam
bahasa Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja serta bacaan gadis remaja.
17

Disamping penyewaan buku ter-dapat penyewaan naskah, misalnya penulis


Muhammad Bakir pada tahun 1897 mengelola sebuah perpustakaan sewaan di
Pecenongan, Jakarta. Jenis sewa Naskah juga dijumpai di Palembang dan
Banjarmasin. Naskah disewakan pada umumnya dengan biaya tertentu dengan
disertai permohonan kepada pembacanya supaya menangani naskah dengan baik.

2.2.3 Perkembangan Perpustakaan Pasca Kemerdekaan


Disamping perpustakaan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda,
sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pihak
Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton
Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah
kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat.
Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang
berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting diantaranya
Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen.
Selama pendudukan Jepang openbare leeszalen ditutup. Volkbibliotheek
dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang
kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen maka
koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari
Perpustakaan Nasional. Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat
dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru.
Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan
koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Indonesia.
Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking,
suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah
Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI
diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P & K.
Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok
tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha
Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf
tersebut. Pada periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi
18

sebagaiperpustakaan umum dan didirikan di Ibukota Propinsi. Perpustakaan


Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul
Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (1954); Padang (1956);
Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan,
Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan
Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda (1964).
Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga
instansi yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis,
Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan
Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas.
19

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Sejarah perpustakaan dimulai di Mesir Kuno sebagai tempat menyimpan
teks-teks penting. Pada waktu itu, perpustakaan digunakan oleh siapa pun yang
ingin mempelajari teks-teks tersebut. Selanjutnya, perpustakaan Yunani Kuno
seperti Bibliotheka Alexandria dan Bibliotheka Pergamon menjadi pusat
pengetahuan dan budaya. Mereka menyimpan buku-buku klasik Yunani dan
Mesir serta mempromosikan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan
Romawi Kuno juga terkenal sebagai salah satu yang terbesar dan terpenting dalam
sejarah. Didirikan oleh Julius Caesar, perpustakaan ini berisi berbagai jenis buku
dari seluruh dunia dan menjadi tempat penelitian ilmuwan dan intelektual.
Pada abad pertengahan, perpustakaan berkembang di Mesir, Roma, Eropa,
dan dunia Islam untuk menyimpan dan mengkaji kitab-kitab klasik yang dianggap
penting oleh masyarakat. Perkembangan zaman membuat perpustakaan diakui
sebagai institusi penting dalam pengembangan pengetahuan dan budaya. Sistem
katalogisasi dan klasifikasi diperkenalkan dan teknologi seperti komputer dan
internet digunakan untuk mempermudah proses katalogisasi dan pencarian buku.
Di era teknologi saat ini, perpustakaan telah menjadi lebih modern dan
inovatif. Mereka menawarkan layanan seperti akses internet gratis, pemesanan
buku online, dan aplikasi mobile. Koleksi perpustakaan juga ditingkatkan dengan
konten digital seperti e-book, audio book, dan video. Secara keseluruhan,
perpustakaan modern memberikan layanan yang lebih baik dan menggunakan
teknologi terbaru untuk memberikan akses yang lebih baik kepada masyarakat .
Perpustakaan di Indonesia memiliki sejarah yang relatif muda jika
dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Di era Kerajaan, perpustakaan
dikenal pada masa Kerajaan Kutai, Mataram, Kediri, dan Majapahit. Selama
kolonialisme Belanda, perpustakaan mulai berdiri dengan didirikannya
perpustakaan khusus oleh orang Belanda seperti Bataviaasche Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen. Setelah kemerdekaan, perpustakaan baru berdiri
seperti perpustakaan Yayasan Bung Hatta dan Stichting voor culturele
20

Samenwerking. Perkembangan perpustakaan juga meliputi perpustakaan milik


keraton, perpustakaan khusus seperti Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial
Departemen P & K, Perpustakaan Negara, dan perpustakaan komersial seperti
Huurbibliotheek. Perpustakaan juga didirikan di perguruan tinggi, sekolah tinggi,
dan perpustakaan rakyat untuk membantu pemberantasan buta huruf. Melalui
berbagai jenis perpustakaan ini, masyarakat Indonesia berupaya memperluas
akses ke ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas, maka terdapat saran untuk
pengembangan selanjutnya. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan yaitu:
1. Pemerintah dapat menggunakan perannya secara maksimal
dalammengembangkan perpustakaan di wilayah terpencil sehingga dapat
terwujud perpustakaan sesuai dengan fungsinya sebagai fasilitas
peningkatan kualitas pendidikan non formal.
2. Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam hal pengembangan
perpustakaan.
3. Perpustakaan berusaha melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi terus-
menerus agar keberadaannya dikenal, dimanfaatkan secara optimal
olehmasyarakat.
4. Perpustakaan berusaha mengembangkan berbagai kegiatan yang
melibatkan dan memfasilitasi kepentingan masyarakat, sehingga
masyarakat cenderung berkunjung ke perpustakaan. Mereka nantinya akan
merasa bahwa perpustakaan adalah milik masyarakat danuntuk mereka
pula. Dampaknya perpustakaan menjadi ramai pengunjungdanpemakai.
21

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Suseno. 2023. Sejarah Perpustakaan: Zaman Kuno, Kini, dan Prediksi Masa
Depan. Diakses 13 Maret 2024
https://duniaperpustakaan.com/2023/01/sejarah-perpustakaan-zaman-
kuno-kini-dan-prediksi-masa-depan.html
Ade, Suryadi. 2019. Sejarah Perpustakaan Di Indonesia. Diakses 13 Maret 2024
https://elibrary.bsi.ac.id/readnews/2019/01/10/sejarah-perpustakaan-di-
indonesia.html
Anna Nurhayati. 2018. Perkembangan Perpustakaan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Informasi Masyarakat. Di akses 12 Maret 2024
https://journal.uii.ac.id/unilib/article/view/12624/9115

Anda mungkin juga menyukai