Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN LITERASI INFORMASI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi Informasi

Dosen Pembimbing : Drs. Tawakkal Saleh, S.Sos., M.AP

Disusun oleh :

Nurwana (40100121014)

Dina Damayanti (40100121035)

Zakiyah Ramadhani (40100121036)

KELAS AR 1

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Melalui tugas ini kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Tawakkal Saleh, S.Sos., M.AP. Selaku dosen pembimbing
mata kuliah Literasi Informasi yang telah memberikan arahan, motivasi, serta
bimbingannya kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas ini di masa yang
akan datang.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih, mohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan kata-kata yang kurang berkenan. Semoga dengan selesainya tugas ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Penulis

Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Defenisi Literasi Informasi ..................................................................................... 2


B. Literasi Pada Zaman Kejayaan Islam ..................................................................... 2
C. Sejarah Perkembangan Literasi Informasi di Dunia ............................................... 3
D. Sejarah Perkembangan Literasi Informasi di Indonesia ......................................... 5

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sekarang ini literasi informasi bergema di mana-mana. Bagaimana kegiatan
literasi ini mampu diterapkan para pustakawan dalam kegiatan kepustakawannya.
Untuk ini tentunya membutuhkan pemahaman bahkan pelatihan terlebih dahulu.
Namun tidak berarti kegiatan literasi informasi tidak ada karena tidak ada
pemahaman. Mungkin saja sudah seorang pustakawan telah melakukan satu kegiatan
literasi informasi. Tetapi karena belum dipahami sepenuhnya, maka tidak dianggap
sebagai satu kegiatan literasi informasi. Bahkan bisa sebaliknya, sesuatu yang tidak
termasuk literasi informasi karena tidak ada paham , dipandang sudah memenuhi
syarat untuk layak disebut sebuah literasi informasi.
Literasi informasi ini bukan sekedar keterampilan sederhana yang diperoleh
tanpa pelatihan, tetapi satu kegiatan yang memerlukan pelatihan khusus. Sehingga
para pustakawan memiliki bekal kognitif untuk mampu melakukan kegiatan literasi
dengan benar, yang nantinya berkembang menjadi memiliki kompetensi khusus di
bidang literasi informasi. Mudah-mudahan tulisan ini bisa membuka perspektif kita
bersama bahwa literasi informasi tidak sekedar acungan jari tangan bersimbol “L”
semata.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Literasi Informasi?
2. Bagaimana literasi pada zaman kejayaan Islam?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Literasi Informasi di dunia?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Literasi Informasi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami defenisi dari Literasi Informasi
2. Untuk mengetahui dan memahami literasi pada zaman kejayaan Islam
3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Literasi Informasi di
dunia
4. Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan Literasi Informasi di
Indonesia

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Literasi Informasi


Literasi pada awalnya diterjemahkan sebagai keaksaraan. Literasi atau yang
biasa juga dikenal dengan literasi lama ini, menurut UNESCO dijelaskan maknanya
dengan pernyataan, “…literasi adalah kemampuan seorang individu untuk membaca
dan menulis yang ditandai dengan kemampuan memahami pernyataan singkat yang
ada hubungannya dengan kehidupannya.” Pada dasarnya, literasi adalah wahana
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut manusia untuk menguasai kemampuan literasi lain di luar melek
huruf. Hal ini melahirkan definisi literasi baru yang biasa juga disebut dengan literasi
media atau melek media. Makna lain literasi ini dinyatakan oleh Lamb dengan,
“kemampuan menempatkan, mengevaluasi, menggunakan, dan mengomunikasikan
melalui berbagai sumber daya termasuk sumber-sumber daya teks, visual, suara, dan
video.”
Sedangkan informasi dapat diartikan sebagai pesan yang disampaikan secara
sedemikian rupa yang dapat diterima dan dipahami artinya oleh si penerima
informasi.1
Berdasarkan standar dalam information Literacy standards tahun 2011,
definisi Information Literacy (Literasi Informasi) adalah seperangkat kemampuan
yang memungkinkan individu menyadari saat ia membutuhkan informasi dan
memiliki kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunkan informasi
yang dibutuhkan tersebut secara efektif.2

B. Literasi Pada Zaman Kejayaan Islam


Sejak awal kelahirannya, Islam sangat menekankan akan pentingnya tradisi
baca tulis. Hal tersebut seperti yang telah disampaikan Allah Swt. dalam firman-Nya
Q.S. Al-‘Alaq ayat 1-5. Nabi Muhammad Saw. dalam keperluan pencatatan wahyu
juga mempunyai beberapa orang yang ditunjuk sebagai ahli tulis. Selanjutnya
pembukuan Al-Qur’an dan Al-Hadits juga digalakkan umat Islam setelah Rasulullah
wafat.

1
https://id.scribd.com/document/374133234/Perkembangan-Literasi-Informasi-Dari-Masa-Ke-Masa
2
https://www.academia.edu/11686520/Sejarah_Literasi_Informasi

2
Perpustakaan Islam pertama kali berdiri pada masa Bani Umayyah. Pada masa
ini sudah terdapat penerjemahan karya Yunani ke bahasa Arab, akan tetapi masih
terbatas. Masa kejayaan Islam terdapat pada zaman Abbasiyah yang pemerintahannya
relatif stabil. Pada zaman Abbasiyah ini tersebar masjid-masjid ta’lim serta di
berbagai kota tersebar perpustakaan-perpustakaan besar. Perpustakaan tersebut tidak
hanya tempat penyimpanan buku, tapi juga merupakan pusat belajar, pusat penelitian,
dan pusat kegiatan ilmiah lainnya.
Masa kejayaan ilmu pengetahuan Islam pada zaman Abbasiyah ini terjadi saat
pemerintahan Al-Ma’mun, anak dari Harun Al-Rasyid yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan. Pada masa ini penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Selain itu
beliau juga mendirikan sekolah Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi
sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Kemunduran dan
kehancuran dari masa kejayaan ilmu pengetahuan Islam disebabkan oleh serangan
tentara salib, invansi pasukan tartar terhadap negeri-negeri Islam, konflik internal di
kalangan umat muslim, dan persoalan pribadi atau keluarga.3

C. Sejarah Perkembangan Literasi Informasi di Dunia


Istilah Literasi Informasi pertama kali muncul pada tahun 1974 dilaporkan
oleh Paul G Zurkowski, menulis atas nama the National Commission on Libraries and
Information Science. Dia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan
keterampilan dan teknik yang dimiliki seseorang yang literat informasi untuk
memanfaatkan sejumlah sarana informasi yang juga sebagai sumber utama membuat
solusi informasi terhadap masalah mereka. Catts mencatat bahwa literasi informasi
diungkapkan dalam Proklamasi Alexandria, sebagai aspek penting bagi seseorang
untuk meraih tujuan pendidikan, pekerjaan, tujuan sosial atau pribadi. Oleh karena itu,
ketrampilan literasi informasi penting bagi orang yang belajar sepanjang hayat untuk
menyumbangkan gagasannya pada komunasit pengetahuan, sehingga tidaklah
berlebihan jika Ketrampilan literasi informasi didukung oleh Information for All
Programme (IFAP) UNESCO dianggap sebagai hak asasi.
Literasi Informasi membuat pelajar menguasai isi dan ruang lingkup
pengamatan, menjadi lebih mandiri dan mempunyai kendali yang lebih besar terhadap
proses belajarnya sendiri. ACRL menyatakan bahwa seorang yang literat informasi
mampu:

3
https://id.scribd.com/document/374133234/Perkembangan-Literasi-Informasi-Dari-Masa-Ke-Masa

3
1. Menentukan ruang lingkup informasi yang diperlukan
2. Mengakses informasi secara efektif dan efisien
3. Mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis
4. Menggabungkan informasi terpilih kedalam pengetahuan dasar seseorang
5. Memanfaatkan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan khusus
Pada tanggal 10 Januari 1989, The Presidential Committee on Information
Literacy menerbitkan laporan, menekankan arti penting literasi informasi, dan adanya
peluang untuk mengembangkan literasi informasi di sekolah. Komisi ini
merekomendasikan terbentuknya Forum Nasional Literasi Informasi, sebuah koalisi
90 organisasi nasional dan internasional. Perkembangan mencolok dalam hal ini
adalah meningkatnya perhatian terhadap proses belajar dari pada proses mengajar.
Pada tahun 1989 American Library Accociation Presidential Commitiee on
Information Literacy mengimbau orang mengembangkan literasi informasi untuk ikut
ambil bagian dalam dinamika masyarakat informasi.
Dalam laporan ini, literasi informasi dirumuskan sebagai kemampuan untuk
mengenali apabila informasi itu diperlukan, mempunyai kemampuan untuk
mendapatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif, dan
menekankan bahwa literasi informasi itu penting untuk belajar sepanjang hayat.
Komite ini kemudian menetapkan tujuan khusus pendidikan literasi informasi,
menetapkan sebagian dari sembilan standar dalam kategori literasi informasi, belajar
mandiri, dan tanggungjawab sosial. Pada tahun yang sama Komite memperbaharui
laporan akhir, dengan menguraikan enam rekomendasi utama, laporan baru ini
melakukan advokasi literasi informasi dan menegaskan arti penting program ini.
Pada tahun 1998, the American Association of School Librarians dan the
Association for Educational Communications and Technology menerbitkan
Information Power: Building Partnerships for Learning, yang kemudian menetapkan
tujuan khusus utnuk pengajaran literasi informasi, sembilan standar yang masuk
kedalam kategori literasi informasi, diantaranya belajar mandiri, dan tanggungjawab
sosial.
SCONUL (the Society of College, National and University Libraries in the
UK), menerbitkan The Seven Pillars of Information Literacy model yang selalu
diperbarui sampai saat ini, untuk memberikan kemudahan perkembangan gagasan
diantara praktisi dalam bidang itu. Mendorong tumbuhnya debat tentang gagasan dan
penerapan gagasan oleh perpustakaan universitas dan staf terkait dengan
4
keterampilan mahasiswa. Sejak itu para pustakawan dan peneliti di sejumlah negara
tertarik mengadakan penelitian dan mengembangkan standar literasi informasi.
Pada tahun 2003, the National Forum on Information Literacy bersama
UNESCO dan the National Commission on Libraries and Information Science,
mensponsori konferensi internasional di Praha dengan wakil dari dua puluh tiga
negara untuk membicarakan arti penting literasi informasi dalam konteks global.
Hasilnya adalah Deklarasi Praha yang menggambarkan bahwa Literasi Informasi
sebagai kunci pembangunan sosial, budaya dan ekonomi bangsa dan komunitas,
lembaga dan pribadi di abad ke-21, dan mendeklarasikan bahwa literasi informasi
adalah bagian hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Literasi informasi menumbuhkan kesadaran nasional di Amerika Serikat
dengan proklamasi. PRLOG menyiarkan bahwa Presiden Barack Obama Oktober
2009 sebagai bulan Literasi Iinformasi Nasional. Barack Obama mengimbau rakyat
Amerika Serikat agar memahami peran informasi dalam kehidupan sehari-hari dan
menghargai kebutuhan pemahaman dampak literasi informasi lebih mendalam.
Perkembangan literasi informasi sebagai praktik khusus tercermin dengan
semakin banyaknya literatur tentang literasi informasi yang dicatat dalam bibliografi
beranotasi dalam Reference Service Review, sebuah jurnal degan mitra bestari, juga
Communications in Infornation Literacy dan Journal of Information Literacy, dan
adanya konferensi the Librarians’ Information Literacy Annual Conference (LILAC)
pada 2005 di Inggris sebagai mitra Library Orientation and Exchange (LOEX)
Amerika serikat yang kemunculannya sebagai spesialisme juga bukti perhatian yang
sekarang ditujukan pada pendidikan, pelatihan dan pengembangan para praktisi
sebagai pendidik literasi informasi.
Arti penting literasi informasi semakin meningkat terkait dengan perubahan
teknologi dan pelipat gandaan sumber informasi yang cepat. Karena meningkatnya
kompleksitas ini, orang dihadapkan pada banyak dan beragamnya pilihan informasi,
baik dalam dunia akademis, di tempat kerja dan dalam kehidupan sehari-hari.
Informasi tersedia di perpustakaan, sumber komunitas, organisasi minat tertentu,
media dan internet.4

D. Sejarah Perkembangan Literasi Informasi di Indonesia


1. Akar Literasi Bangsa Indonesia

4
https://www.academia.edu/11686520/Sejarah_Literasi_Informasi

5
Istilah literasi secara sederhana dipahami sebagai kemampuan atau
keterampilan membaca dan menulis. Jika pengertian literasi, membaca dan
menulis dipahami sesederhana demikian, maka sebenarnya bangsa ini telah
memiliki sejarah panjang mengenai aktivitas tersebut (membaca dan menulis).
Merujuk pada sejarah bangsa, peran pujangga di lingkungan kerajaan atau
kraton pada masa lalu menjadi bukti bahwa budaya membaca menulis telah ada
sejak dulu. Hal tersebut menjadi cikal bakal budaya literasi itu sendiri.
Pengembangannya pun didasarkan pada corak masyarakat setempat sesuai dengan
budayanya, mengingat bangsa ini memiliki bermacam suku. Budaya menulisnya
pun memiliki khas dengan penggunaan huruf/aksara (lambang bahasa) yang
bermacam-macam, di antaranya aksara latin dan aksara lokal nusantara, seperti
aksara Jawa, aksara Bugsis, aksara Bali, dan aksara Arab (pegon). Sebagai contoh,
penggunaan aksara latin dan aksara palawa di berbagai buku atau prasasti.
Diungkapkan bahwa budaya menulis ini pun tidak sekadar mengungkapan pikiran
secara gramatikal melainkan terdapat makna-makna mendalam, seperti aksara
palawa yang mengandung filosofi. Artinya di dalam setiap aksara memiliki arti
dan makna masing-masing.
Cikal bakal budaya membaca pun telah ada di bangsa ini sejak bertahun-
tahun lalu. Masyarakat bangsa ini mengenal tradisi membaca berbagai serat,
layang, dan kitab. Tradisi tersebut tidak berhenti pada keterampilan membaca,
melainkan menyatu dengan kehidupan masyarakat. Berbagai ritual keagamaan
atau upacara adat selalu menyertakan tradisi membaca berbagai serat atau kitab.
Sebagai contoh, pada masyarakat Sunda terdapat tradisi ruwatan yang di
dalamnya meliputi syarat menjabarkan aksara hingga pembacaan mantra-mantra.
Selain itu terdapat pula tradisi mamaca yang dalam bahasa Madura berarti
membaca. Tradisi tersebut berupa serangkaian acara membacakan kitab dengan
aksara Arab (pegon) berbahasa jawa. Pada cerita-cerita hikayat diketahui berbagai
kisah dengan bahasa melayu dan tulisan beraksara Arab (pegon).
Keberanekaragaman tersebut dikarenakan bangsa ini memiliki berbagai suku,
serta memeroleh pengaruh berbagai budaya luar, seperti budaya arab (islam) dan
melayu.
Literasi sebagai budaya membaca dan menulis terbukti telah tertanam
sejak lama di kebidupan bangsa ini. Pemaparan di atas menjadi bukti bahwa
pendahulu bangsa ini memiliki eksistensi yang menjadi akar budaya literasi.
6
Secara mendalam, literasi tidak sekadar serangkaian kegiatan mengeja atau
menggoreskan lambang bahasa, melainkan ada unsur kebermaknaan di setiap
aktivitasnya. Jika mengacu pada uraian tersebut, maka sebenarnya literasi di
bangsa ini tidak sekadar membaca dan menulis apa yang tampak. Misalnya,
masyarakat percaya akan berbagai fenomena alam yang mampu dibaca dan
dituliskan oleh ahlinya. Pembacaan dan penulisan tersebut tidak bisa secara
sederhana dinyatakan sebagai mitos, karena masyarakat hingga saat ini percaya
dan melakukan berbagai tradisi-tradisi yang ada.5

2. Perkembangan Literasi Informasi di Indonesia


Seiring dengan perkembangan waktu, sekarang istilah literacy sudah
diadaptasi menjadi literasi dalam bahasa Indonesia. Bahkan di Indonesia sekarang
istilah literasi lebih populer dibandingkan dengan istilah melek aksara,
keberaksaraan, dan kemahirwacanaan. Dapat dikatakan bahwa dalam beberapa
tahun belakangan istilah literasi dan gerakan literasi semakin dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia termasuk pegiat literasi di masyarakat dan kalangan
pendidikan baik kalangan sekolah maupun pegiat pendidikan nonformal.
Semakin populer dan dikenal luasnya istilah literasi dan gerakan literasi di
Indonesia paling tidak disebabkan oleh empat hal utama.
1) Semakin tumbuhnya kesadaran betapa fundemental, strategis, dan pentingnya
literasi bagi kemajuan dan masa depan masyarakat dan bangsa Indonesia. Baik
secara historis maupun sosiologis terbukti bahwa masyarakat dan bangsa yang
maju dan unggul selalu disokong oleh adanya literasi.
2) Semakin disadarinya oleh sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia
termasuk pemerintah Indonesia bahwa kemajuan dan keunggulan individu,
masyarakat, dan bangsa Indonesia juga ditentukan oleh adanya tradisi dan
budaya literasi yang mantap.
3) Semakin kuatnya kepedulian dan keterlibatan berbagai kalangan masyarakat,
komunitas dan pemerintah dalam usaha-usaha menumbuhkan, memantapkan,
dan bahkan menyebarluaskan kegiatan, program, tradisi, dan budaya literasi di
lingkungan masyarakat, lingkungan komunitas, dan lingkungan pendidikan.
4) Semakin banyaknya gerakan-gerakan literasi yang berkembang di masyarakat
dan sekolah yang dilakukan oleh berbagai kalangan. Tak mengherankan,

5
http://journal.upgris.ac.id/index.php/sasindo/article/view/2076

7
gerakan literasi makin marak di kalangan masyarakat dan pendidikan di
Indonesia. Lebih-lebih setelah pemerintah mencanangkan dan menggencarkan
gerakan literasi sekolah, pamor gerakan literasi mengalami pasang naik.
Berbagai festival, lomba, klinik, dan juga pertemuan ilmiah tentang literasi
sebagai bagian dari gerakan literasi makin sering dilaksanakan oleh berbagai
pihak.
Konsep literasi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada
mulanya literasi sering dipahami sebagai melek aksara, dalam arti tidak buta
huruf. Kemudian melek aksara dipahami sebagai kepahaman atas informasi yang
tertuang dalam media tulis. Tak mengherankan, kegiatan literasi selama ini identik
dengan aktivitas membaca dan menulis. Lebih lanjut, literasi dipahami sebagai
kemampuan berkomunikasi sosial di dalam masyarakat. Di sinilah literasi sering
dianggap sebagai kemahiran berwacana.
Dalam konteks inilah Deklarasi Praha pada tahun 2003 mengartikan
literasi sebagai kemampuan seseorang dalam berkomunikasi di masyarakat. Sejak
konferensi internasional di Praha tersebut, topik Literasi Informasi banyak
dibicarakan orang di banyak negara berkembang. UNESCO Indonesia dan
Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia mengadakan beberapa
seminar berkaitan denan topik ini. Dalam Deklarasi UNESCO tahun 2003
menyebutkan bahwa Literasi Informasi mengandung makna praktek dan
hubungan sosial yang berkaitan dengan bahasa, pengetahuan, dan budaya, selain
itu juga menyebutkan terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi,
menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan
terorganisasi, menggunakan serta mengomunikasikan informasi untuk mengatasi
bermacam-macam persoalan. Kemudian tahun 2004 Universitas Katolik
Atmajawa, dan Bachtar mengadakan penelitian mandiri tentang Literasi Informasi
Tenaga Pendidik Dan Kependidikan Pendidikan Non Formal Di Provinsi DKI
Jakarta. Setelah itu PDII-LIPI bekerja sama dengan Tiongkok melakukan
penelitian tentang kompetensi Literasi Informasi di beberapa perguruan tinggi
negeri Indonesia. Topik Literasi Informasi ini muncul dalam skala nasional ketika
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengadakan Kongres pada bulan November
2006 mengadakan di Denpasar, Bali.6

6
https://www.academia.edu/11686520/Sejarah_Literasi_Informasi

8
Sejalan dengan itu, dalam program Gerakan Literasi Sekolah Kemedikbud
mengartikan kemampuan berliterasi sebagai adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai kegiatan,
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Di tengah banjir
bandang informasi melalui berbagai media baik media massa cetak, audiovisual
maupun media sosial, kemampuan berliterasi tersebut sangat penting. UNESCO
menyatakan bahwa kemampuan berliterasi merupakan titik pusat kemajuan Vision
Paper, UNESCO menegaskan bahwa kemampuan berliterasi telah menjadi
prasyarat partisipasi bagi berbagai kegiatan sosial, kultural, politis, dan ekonomis
pada zaman modern.

Kemudian Global Monitoring Report Education for All (EFA) mengatakan


Literacy for All menyimpulkan bahwa kemampuan berliterasi berfungsi sangat
mendasar bagi kehidupan modern karena seperti diungkapkan oleh Koichiro
Matsuura, Direktur Umum UNESCO bahwa kemampuan berliterasi adalah
langkah pertama yang sangat berarti untuk membangun kehidupan yang lebih
baik.
Sejalan dengan gejala literasi yang terus berkembang, bentuk dan jenis
literasi juga terus berkembang di samping juga terus berkembang hakikat dan
konsepnya. Sampai sekarang telah terdapat berbagai bentuk dan jenis literasi yang
ditawarkan atau dikembangkan oleh berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut.
1) PISA (Programme for International Student Assesment) yang dikoordinasikan
oleh OECD telah mengategorikan literasi menjadi (a) literasi keilmu-alaman
(scientifical literacy), (b) kebeberaksaraan matematis (mathematical literacy),
dan (c) literasi membaca (reading literacy).
2) Dalam berbagai terbitannya mengenai masyarakat informasi, UNESCO
menyatakan adanya literasi informasi dan literasi media.
3) Mochtar Buchori (pemikir pendidikan dan pendidik cemerlang) menyebutkan
adanya literasi budayawi (cultural literacy) dan literasi sosial (social literacy).
4) Belakangan juga berkembang literasi ekonomis (economic literacy), literasi
keuangan (financial literacy), dan literasi kesehatan (health literacy).
Literasi yang komprehensif dan saling terkait memampukan seseorang
untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan
perannya sebagai warga negara global. Sebab itu, kemampuan menguasai

9
beraneka bentuk dan jenis literasi tersebut mendukung keberhasilan dan kemajuan
seseorang, masyarakat, bahkan bangsa. Dalam konteks pendidikan, kemampuan
menguasai berbagai bentuk dan jenis literasi tentulah akan membuat peserta didik
sukses dan maju. Lebih lanjut, juga akan menumbuhkembangkan tradisi dan
budaya literasi. Untuk itu dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku
kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan,
dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan
kemampuan berliterasi peserta didik. Agar lingkungan literasi tercipta, diperlukan
perubahan paradigma semua pemangku kepentingan. Selain itu, diperlukan juga
pendekatan cara belajar-mengajar yang mengembangkan komponen-komponen
literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan berbagai bentuk dan jenis
literasi menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi lain.7

7
https://matakita.co/2017/06/27/sejarah-perkembangan-literasi/

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Literasi pada awalnya diterjemahkan sebagai keaksaraan. Berdasarkan standar
dalam information Literacy standards tahun 2011, definisi Information Literaci
(Literasi Informasi) adalah seperangkat kemampuan yang memungkinkan individu
menyadari saat ia membutuhkan informasi dan memiliki kemampuan untuk
menempatkan, mengevaluasi, dan menggunkan informasi yang dibutuhkan tersebut
secara efektif.
Istilah Literasi Informasi pertama kali muncul pada tahun 1974 dilaporkan
oleh Paul G Zurkowski, menulis atas nama the National Commission on Libraries and
Information Science. Pada tanggal 10 Januari 1989, The Presidential Committee on
Information Literacy menerbitkan laporan, menekankan arti penting literasi informasi,
dan adanya peluang untuk mengembangkan literasi informasi di sekolah. Komisi ini
merekomendasikan terbentuknya Forum Nasional Literasi Informasi, sebuah koalisi
90 organisasi nasional dan internasional.
Sejak konferensi internasional di Praha, topik Literasi Informasi banyak
dibicarakan orang di banyak negara berkembang. Unesco Indonesia dan Kementrian
Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia mengadakan beberapa seminar
berkaitan denan topik ini, kemudian 2004 Universitas Katolik Atmajawa, dan Bachtar
mengadakan penelitian mandiri tentang Literasi Iinformasi Tenaga Pendidik Dan
Kependidikan Pendidikan Non Formal Di Propinsi DKI Jakarta, Setelah itu PDII-LIPI
bekerjasama dengan Tiongkok melakukan penelitian tentang kompetensi Literasi
Iinformasi di beberapa perguruan tinggi negeri Indonesia. Topik Literasi Informasi ini
muncul dalam skala nasional ketika Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengadakan
Kongres pada bulan November 2006 mengadakan di Denpasar, Bali.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan
makalah di atas. Kami juga berharap makalah di atas dapat menambah wawasan dan
pengetahuan serta menumbuhkan minat pembaca untuk meningkatkan kemampuan
berliterasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

▪ https://id.scribd.com/document/374133234/Perkembangan-Literasi-Informasi-Dari-
Masa-Ke-Masa
▪ https://www.academia.edu/11686520/Sejarah_Literasi_Informasi
▪ http://journal.upgris.ac.id/index.php/sasindo/article/view/2076
▪ https://matakita.co/2017/06/27/sejarah-perkembangan-literasi/

12

Anda mungkin juga menyukai