Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

LAPORAN MUSEUM FATHILLAH DAN MONAS

TAHUN PELAJARAN 2023/2024

NAMA : ANDIEN PUTRI ANANDA

KELAS : VIII-4 TERBUKA

UPTD SMP NEGERI 12 DEPOK TERBUKA

Jln.banjaran pucung kel.cilangkap

Kec. Tapos kota depok


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya bisa menyelesaikan makalah wisata museum Fatahillah
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

III
KATA PENGESAHAN

Judul : wisata museum fatahillah


Nama penyusun : andien putri Ananda
Sekolah : SMP NEGERI 12 DEPOK
Kelas : VIII-4

Disetujui oleh:

Penyusun Wali kelas

Andien putri Ananda Ruyyan Fikri Rabbani S.Pd

Mengetahui:
Kepala sekolah

Mu’awanah, M.Pd

IV
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………..iii
Kata pengesahan………………………………………………………………iv
Awal mula Museum Fatahillah ……………………………………………………………1
Sejarah Museum Fatahillah ……………………………………………………………….4
Koleksi Museum…………………………………………………………………………….5
Fungsi Museum fatahillah………………………………………………………………….9
Kerajaan Tarumanegara…………………………………………………………………..11
Kedatangan Protugis di Malaka……………………………………………………….….13
Jakarta……………………………………………………………………………………...14
Monas………………………………………………………………………………….……18
Awal mula berdirinya musieum fatahillah

Awal mula balai kota pertama di Batavia dibangun pada tahun 1620 di tepi timur Kali Besar.
Bangunan ini hanya bertahan selama enam tahun sebelum akhirnya dibongkar demi
menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung pada tahun 1626.[1] Sebagai gantinya,
dibangunlah kembali balai kota tersebut atas perintah Gubernur-Jenderal Jan Pieterszoon
Coen pada tahun 1627. Lokasinya berada di daerah Nieuwe Markt (sekarang Taman
Fatahillah).[2] Menurut catatan sejarah, balai kota kedua ini hanya bertingkat satu dan
pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi balai kota sangat
buruk. Tanah di kota Batavia yang sangat labil dan beratnya bangunan ini menyebabkan
perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
Akhirnya pada tahun 1707, atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn, bangunan ini
dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama. Peresmian Balai
kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada tanggal 10 Juli
1710, dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan.[2] Selama dua abad, balai
kota Batavia ini digunakan sebagai kantor administrasi kota Batavia. Selain itu juga
digunakan sebagai tempat College van Schepenen (Dewan Kotapraja) dan Raad van Justitie

1
(Dewan Pengadilan). Awalnya sidang Dewan Pengadilan dilakukan di dalam Kastil Batavia.
Namun dipindahkan ke sayap timur balai kota dan kemudian dipindahkan ke gedung
pengadilan yang baru pada tahun 1870.
Balai kota Batavia juga mempunyai ruang tahanan yang pada masa VOC dijadikan penjara
utama di kota Batavia. Sebuah bangunan bertingkat satu pernah berdiri di belakang balai
kota sebagai penjara. Penjara tersebut dikhususkan kepada para tahanan yang mampu
membiayai kamar tahanan mereka sendiri. Namun berbeda dengan penjara yang berada di
bawah gedung utama. Hampir tidak ada ventilasi dan minimnya cahaya penerangan hingga
akhirnya banyak tahanan yang meninggal sebelum diadili di Dewan Pengadilan. Sebagian
besar dari mereka meninggal karena menderita kolera, tifus dan kekurangan oksigen. Penjara
di balai kota pun ditutup pada tahun 1846 dan dipindahkan ke sebelah timur Molenvliet
Oost. Beberapa tahanan yang pernah menempati penjara balai kota adalah bekas Gubernur
Jenderal Belanda di Sri Lanka Petrus Vuyst, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro.
Di akhir abad ke-19, kota Batavia mulai meluas ke wilayah selatan. Sehingga kedudukan
kota Batavia ditingkatkan menjadi Gemeente Batavia. Akibat perluasan kota Batavia,
aktivitas balai kota Batavia dipindahkan pada tahun 1913 ke Tanah Abang West (sekarang
jalan Abdul Muis No. 35, Jakarta Pusat) dan dipindahkan lagi ke Koningsplein Zuid pada
tahun 1919 (sekarang Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8-9, Jakarta Pusat) sampai saat ini.
Bekas bangunan balai kota kemudian dijadikan Kantor Pemerintah Jawa Barat sampai tahun
1942. Selama masa pendudukan Jepang, bangunan ini dipakai untuk kantor pengumpulan
logistik Dai Nippon. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini kembali digunakan sebagai
Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat disamping ditempati markas Komando Militer KI
sampai tahun 1961. Setelah itu digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Djakarta.
Pada tahun 1970, bangunan bekas balai kota Batavia ini ditetapkan sebagai bangunan Cagar
Budaya.[4] Setelah itu Gubernur DKI Jakarta pada masa itu Ali Sadikin merenovasi seluruh
bangunan ini dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 sebagai Museum Sejarah Jakarta.
Seperti umumnya di Eropa, balai kota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan
Stadhuisplein. Menurut sebuah lukisan yang dibuat oleh Johannes Rach, di tengah lapangan
tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi
masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa
menuju Stadhuiplein. Tetapi air mancur tersebut hilang pada abad ke-19. Pada tahun 1972,
diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap
dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar
Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973
Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu
‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenangpanglima Fatahillah pendiri kota Jayakarta

2
Bangunan ini dahulu merupakan Balai Kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia)
yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.
Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan
dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor,
ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal
30 Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan oleh bapak Ali Sadikin sebagai Museum
Sejarah Jakarta.Bangunan ini dahulu merupakan Balai Kota Batavia (bahasa Belanda:
Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal
Joan van Hoorn. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan
utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan
sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai
penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan oleh bapak Ali
Sadikin sebagai Museum Sejarah Jakarta.

3
Sejarah Museum

Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah
museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan
Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara
No. 27 (kini Museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia.
Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah
naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum
Djakarta Lama'’ diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat
itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada
tanggal 30 Maret 1974.

Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999
bertekad menjadikan museum ini bukan sekadar tempat untuk merawat, memamerkan benda
yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang
baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang
cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat
rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah Jakarta berusaha menyediakan informasi mengenai
perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam
bentuk yang lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata pamernya Museum Sejarah Jakarta
berusaha menggambarkan “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai
kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta
seutuhnya. Museum Sejarah Jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang
rekreatif sehingga dapat merangsang pengunjung untuk tertarik kepada Jakarta dan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.

4
Koleksi museum

Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan sejarah Jakarta, replika
peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel
antik mulai dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa,
Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia. Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti.
Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang
Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang
Batavia.
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi, numismatik, dan becak. Bahkan
kini juga diletakkan patung Dewa Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa
keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan
Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di
Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah tanah yang dulu sempat digunakan
pada zaman penjajahan Belanda.
Berikut koleksi di museum fatahillah :
1.Meriam si jagur

Meriam Si Jagur dibuat oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Baccaro di Macau,
China, yang kemudian oleh Portugis dibawa ke Melaka. Di Macau, meriam ini oleh Portugis
ditempatkan di benteng St. Jago de Barra (St. Jago = nama orang suci, de Barra = dekat
pantai, karena itu kemudian mendapat julukan "Si Jagur").
Si Jagur dipindahkan dari Macau ke Malaka pada suatu waktu di abad ke-16. Kemudian
dibawa ke Batavia oleh Belanda setelah merebut Malaka pada 1641.

5
2. prastasti tugu
prastasti tugu adalah salah satu prastasti yang berasal dari
Kerajaan taramanegar. prastasti tersebut isinya menerangkan
penggalian Sungai Sandramaga oleh rajadirajaguru dan
pengalian Sungai gomati oleh purnawarman pada tahun ke -22
masa pemerintahannya. Pengalian Sungai tersebut merupakan
gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang
serung terjadi pada masa pemerintahan purnawarman , dan
kekeringan yang terjadi pada musim kemarau .

3. Pradrao
pradrao merupakan batu peringatan perjanjian antara portugis dan
kerjaan sunda. Pada tahun 1522, Gubenur Portugis di Malaka jorge
d’albuquerque mengutus hendri que Leme untukk mengadakan
hubungan dagang dengan raja sunda yang bergelar” Samian”
perjanjian antaara portugis dan kerajaan Sunda di buat pada tanggal
21 Agustus 1522

4. prasasti ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan di tepi Ci (Sungai) Aruteun, anak sungai
dari Ci Sadane, Bogor. Prasasti tersebut merupakan peninggalan masa Tarumanagara. Kapal
layer bermeriam

6
5.harijadi sumodidjojo

Harijadi Sumodidjojo (25 Juli 1919 – 3 Juni 1997) adalah seorang seniman realis yang
berkarya di masa Revolusi Indonesia melalui karya seninya yang menjunjung paham
kerakyatan.[1] Hasil karyanya mampu menggambarkan wujud fisik dan pikiran rakyat yang
dapat dengan nyata dinikmati oleh masyarakat.[
6. lukisaan jendral jan pieterszoom coen

Pemerintahan Gubernur - jendral jan pieterszoon coen pada tahun 1627 . Meriam Si Jagur
dibuat oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Baccaro di Macau, China, yang
kemudian oleh Portugis dibawa ke Melaka. Di Macau, meriam ini oleh Portugis ditempatkan
di benteng St. Jago de Barra (St. Jago = nama orang suci, de Barra = dekat pantai, karena itu
kemudian mendapat julukan "Si Jagur").
Si Jagur dipindahkan dari Macau ke Malaka pada suatu waktu di abad ke-16. Kemudian
dibawa ke Batavia oleh Belanda setelah merebut Malaka pada 1641.

7
7. pot keramik jepang

Meriam Si Jagur dibuat oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Baccaro di Macau,
China, yang kemudian oleh Portugis dibawa ke Melaka. Di Macau, meriam ini oleh Portugis
ditempatkan di benteng St. Jago de Barra (St. Jago = nama orang suci, de Barra = dekat
pantai, karena itu kemudian mendapat julukan "Si Jagur").
Si Jagur dipindahkan dari Macau ke Malaka pada suatu waktu di abad ke-16. Kemudian
dibawa ke Batavia oleh Belanda setelah merebut Malaka pada 1641.

8. Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo

Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo merupakan salah satu karya Harijadi
Sumodidjojo yang menggambarkan kehidupan di kota Batavia pada tahun 1880 hingga 1920
yang belum terselesaikan.

8
9.patung dewa Hermer

Berdasarkan data p2k.unkris.ac.id, patung Dewa Hermes berasal dari mitologi Yunani. Dewa
Hermes dipercaya sebagai tanda dari keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang.
Anda dapat menemukan patung ini terletak di depan bekas penjara bawah tanah masa
penjajahan. Patung Dewa Hermes berbentuk patung perunggu. Mukanya mengarah ke langit-
langit, sedangkan kakinya mengangkat satu sembari membawa tongkat yang dililit ular.
Pada awalnya, patung ini merupakan milik seorang warga negara Belanda yang menjual
barang logam dan pecah belah. Kemudian ia membeli patung Hermes dari Jerman pada
tahun 1920-an.
Singkat cerita, patung tersebut diberikannya kepada pemerintah Batavia. Oleh pemerintah
Hindia Belanda, patung ini dipasang di jembatan Harmoni. Terakhir, patung Hermes ini
dipindahkan atas izin Gubernur Sutiyoso. Hingga akhirnya, patung Dewa Hermes yang asli
sekarang berada di halaman belakang Museum Fatahila

9
Fungsi Museum Fatahillah

Bangunan Museum Fatahillah merupakan bangunan sejarah yang telah banyak digunakan
untuk kegiatan pada masa-masa sebelum merdeka maupun sesudah merdeka. Berikut ini
fungsi Museum Fatahillah, diantaranya:
▪ Tahun 1942, menjadi Kantor Pengumpulan Logistik Dai Nippon atau Kekasiran
Jepang dan menjadi Kantor Pemerintahan Jawa Barat.
▪ Tahun 1961 berfungsi sebagai Kantor Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
▪ Tahun 1974- sampai sekarang berfungsi sebagai tempat untuk merawat dan
memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia
▪ Menjadi tempat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta tempat rekreasi
bagi semua orang mulai dari orang asing, anak-anak, orang dewasa sampai
penyandang disabilitas.
▪ Berusaha menyelenggarakan kegiatan yang kreatif sehingga dapat merangsang
pengunjung supaya tertarik dengan kebudayaan jakarta.

10
Kerajaan tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah kerajaan tertua kedua di Nusantara setelah
Kerajaan Kutai, yang meninggalkan bukti arkeologi. Kerajaan ini pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi.
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Jayasingawarman pada periode 358 – 382 M. Ia
merupakan seorang maharesi berkebangsaan India dari Dinasti Salankayana yang terletak di
India.
A, Sistem kepercayaan tarumanegara
Kepercayaan yang dianut oleh warga Kerajaan Tarumanegara sama dengan corak agama
15ungai15n tersebut, yakni Hindu Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu adalah dewa
yang bergelar shtiti (pemelihara) yang bertugas untuk memelihara dan melindungi segala
ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).Corak agama Hindu Wisnu yang dianut
15ungai15n Tarumanegara ini juga disebut dengan Wisnawa.Selain itu, ada juga unsur
keyakinan 15ungai15 dan dinamisme yang menjadi adat istiadat dan tradisi 15ungai15n
Tarumanegara.
Animisme ini berkaitan dengan mempercayai dan menghormati roh nenek moyang.
Sedangkan dinamisme berkaitan dengan mempercayai dan menghormati roh benda-benda di
sekitar, seperti pohon, gunung, 15ungai, hingga hewan yang disucikan
B. pemerintahan tarumanegara:
1. jayasingawarman (358-3820m)
2. dharmayawarman (382-395m)
3. purnawarman (395-434m)
wisnuwarman (434-455)
C. kehidupan di tarumanegara
Kehidupan politik pada masa Kerajaan Tarumanagara diketahui berdasarkan prasasti yang
telah ditemukan. Berdasarkan prasasti tersebut, raja yang berhasil meningkatkan kehidupan
rakyat adalah Raja Purnawarman yang dibuktikan dalam prasasti tugu yang menuliskan
bahwa penggalian kali yang dilakukan membuat kehidupan rakyat makmur dan merasa
aman. Selanjutnya, kondisi sosial pada masa pemerintahan Raja Purnawarman terus
meningkat dengan memperhatikan kedudukan kaum Brahmana sebagai tanda penghormatan
kepada para dewa. Agama yang dianut oleh Raja Purnawarman dan rakyatnya adalah Hindu
Siwa dengan kaum Brahmana sebagai pemegang peran penting dalam upacara. Sikap
toleransi beragama pada masa ini cukup tinggi dibuktikan dengan adanya agama Budha dan
agama nenek moyang (animisme).

11
Prasasti tugu menuliskan bahwa Raja Purnawarman membuat terusan (sepanjang) 6122
tombak yang dipergunakan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan perdagangan dengan
daerah sekitarnya (Kalimalang (?)). Hal ini menandakan kehidupan ekonomi rakyatnya
tertata rapi. Selain itu, kehidupan budaya pada masa itu sudah berada di dalam taraf tinggi
yang ditandai dengan teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti yang
memperlihatkan perkembangan budaya tulis menulis.

D. Kehidupan Masyarakat di tarumanegara


Kehidupan sosial dalam kerajaan Tarumanegara ditandai dengan adanya tiga kelas sosial,
yaitu bangsawan, rakyat biasa, dan budak. Bangsawan merupakan golongan tertinggi dalam
kerajaan ini dan memiliki hak istimewa, seperti mendapatkan akses ke pendidikan dan
memegang jabatan di pemerintahan.
Kehidupan ekonomi dari masyarakat Kerajaan Tarumanegara bisa dikatakan maju. Hal ini
karena ekonomi masyarakat sudah tertara rat dan ada pemanfaatan teknologi yang digunakan
untuk mendukung kehidupan Ekonomi. Ekonomi masyarakat Tarumanegara didasarkan pada
pertanian dan perdagangan. Pertanian menjadi sumber utama pangan dan pendapatan bagi
rakyat. Hal ini dapat dilihat dari upaya raja Purnawarman yang menggali sungai Candrabaga
dan Gomati untuk mengairi sawah-sawah di sekitarnya.

12
KEDATANGAN PORTUGIS DI MELAKA

Pada tanggal 11 September 1508, Raja Portugal yaitu Raja Manuel mengirim Lopez de
Squieira dengan rombongan yang mendarat di Melaka. Awalnya, utusan Ini disambut baik
oleh Sultan Melaka, namun akhirnya 18 orang berkebangsaan Portugis telah ditangkap dan
dipenjarakan di Melaka. Rombongan Portugis telah meninggalkan Melaka setelah
permohonan untuk melepaskan tawanan ditolak. Pada tahun 1509, Portugis untuk pertama
kalinya melancarkan serangan, namun tidak berhasil menghancurkan Melaka. Kali berikut
pada tanggal 24 Juli 1511, Melaka jatuh ke tangan Portugis saat Sultan Mahmud Syah dan
putranya, Sultan Ahmad melarikan diri ke Johor. Berakhirlah Riwayat Kesultanan Melayu
Melaka yang berdiri di Kota Melaka selama 111 tahun.

A.Malaka, pusat penyebaran islam di Kawasan melayu


Kedatangan saudagar-saudagar dari Arab danIndia (Muslim) telah menyebabkan agama
Islamberkembang di Melaka. Melaka menjadi pusat penyebaran agama Islam di kawasan
Melayu.Kitab seperti Durr al-Manzum dan Ummal-Barahim merupakan beberapa kitab
tasawuf yang diajarkan di Melaka.

B.Kesultanan Melayu Melaka

Kesultanan Melayu Melaka didirikan pada tahun


1400 dan berakhir pada tahun 1511, saat Portugis
datang dan menjajah Melaka Sepanjang periode
Kesultanan Melayu Melaka terdapat 7 sultan yang
memerintah Melaka yaitu:
1. 1400-1424:Parameswara, yang bergelar Iskandar Syah
2. 1424-1444:Sultan Muhammad Syah, yang bergelar Seri Maharaja
3. 1444-1446:Seri Parameswara Dewa Syah
4. 1446-1456:Sultan Muzaffar Syah
5. 1456-1477:Sultan Mansyur Syah
6. 1477-1488:Sultan Alauddin Riayat Syah
7. 1488-1511:Sultan Mahmud Syah

13
Jakarta

Jakarta, secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau DKI Jakarta adalah ibu
kota Indonesia dan sekaligus daerah otonom setingkat provinsi. Jakarta memiliki lima kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi. Sementara menurut pengertian secara umum,
Jakarta merupakan kota metropolitan. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa.
Dahulu pernah dikenal sebagai Sunda Kelapa, Jayakarta, dan Batavia. Jakarta juga
mempunyai julukan The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding dengan

A.Sejarah Jakararta

Jakarta bermula dari pelabuhan kecil di estuari sungai Ciliwung sekitar 500 tahun yang lalu.
Lambat laun, pelabuhan kecil ini bertransformasi menjadi pusat perdagangan internasional
yang mempertemukan ragam bangsa di dunia. Rekam jejak Jakarta bisa ditemukan melalui
beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar pelabuhan dan sepanjang sungai Ciliwung.
Sejarah tentang Jakarta tercatat oleh para pengembara Eropa di abad ke-16. Kala itu, Jakarta
marak disebut sebagai Kalapa, yang merupakan pelabuhan utama kerajaan Sunda. Pelabuhan
yang turut menjadi pusat perniagaan Portugis kala itu diserang oleh Pangeran Fatahillah pada
22 Juni 1527. Sejak itu, Pangeran Fatahillah mengganti nama Sunda Kalapa menjadi
Jayakarta. Tanggal penyerangan itu hingga kini diperingati sebagai HUT Kota Jakarta.
Kemudian pada abad ke-16, VOC Belanda tiba dan mengambil alih kekuasaan atas Jayakarta
dan mengganti namanya menjadi Batavia, yang diambil dari nenek moyang bansa Belanda,
Batavieren. Kondisi geografis Batavia serupa dengan negara Belanda, sehingga pemerintah
kolonial Belanda membangun kota dengan kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman
banjir seperti di Belanda. Pemerintah kolonial Belanda selanjutnya mendirikan pusat
pemerintahan, dan memindahkannya ke daratan yang lebih tinggi dengan nama Weltevreden.
Batavia mulai menjadi pusat pergerakan nasional di awal abad ke-20 yang ditandai dengan
Kongres Pemuda Kedua di tahun 1928. Sejak pendudukan Jepang di Indonesia akibat perang
Dunia ke-II pada tahun 1942-1945, Batavia berganti nama menjadi Jakarta, atau Jakarta
Tokubetsu Shi.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, Jakarta menjadi pusat
kegiatan politik dan pemerintahan pada masa awal kemerdekaan. Kemudian secara resmi
pada tahun 1966 Jakarta menjadi Ibu Kota Negara. Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta
berkembang pesat dengan dibangunnya lokasi bisnis, akomodasi, hingga kedutaan besar bagi
negara sahabat.

14
Jakarta terus berkembang menjadi megapolitan dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia
di abad ke-21 ini. Kehidupan perkotaan yang semarak dengan berbagai keragaman, warisan
budaya, hingga destinasi kelas dunia kini berkumpul dan bisa ditemukan di Jakarta.
Pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah datang dan mendirikan Kota Jayakarta untuk
mengganti Sunda Kelapa. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai peristiwa
berdirinya Kota Jakarta, seperti dikutip dari laman Pemprov DKI Jakarta.v

B. Lini masa Sejarah Jakarta


riwayat panjang Kota Jakarta penuh dengan cerita. Mulai dari masa kerajaan hingga
bertransformasi menjadi kota global.
• Abad ke-14, bernama Sunda Kalapa dan menjadi pusat pelabuhan kerajaan
Padjadjaran.
• 22 Juni 1527, penyerangan pangeran Fatahillah ke Sunda Kalapa dan berubah nama
menjadi Jayakarta.
• 4 Maret 1621, Belanda mulai mendirikan pemerintahan kolonial dan menamakannya
Stad Batavia.
• 1 April 1905, pemerintah kolonial Belanda merubah nama menjadi Gemeente Batavia.
• 8 Januari 1935, pemerintah kolonial Belanda merubah nama menjadi Stad Gemeente
Batavia
• 8 Agustus 1942, pasukan Jepang tiba di Batavia dan merubah namanya menjadi
Jakarta Tokubetsu Shi.
• September 1945, Jakarta menjadi pusat politik dan pemerintahan Indonesia dengan
nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
• 28 Maret 1950, Pemerintah RI merubah nama Jakarta menjadi Praj’a Jakarta.
• 22 Juni 1956, Wali Kota Jakarta kembali mengukuhkan nama menjadi Jakarta.
• 18 Januari 1958, Jakarta menjadi daerah otonom dengan nama Kotamadya Djakarta
Raya yang berada di bawah Provinsi Jawa Barat.
• 1959, Jakarta berubah statusnya menjadi Daerah Tingkat Satu (Provinsi) yang
dipimpin Gubernur.
• 1961, Status Jakarta dari Daerah Tingkat Satu kembali diubah menjadi Daerah Khusus
Ibu Kota (DKI).
• 31 Agustus 1964, Ibu Kota Jakarta Raya resmi menjadi Ibu Kota Negara Republik
Indonesia dengan nama Jakarta.

15
• 31 Agustus 1999, status Jakarta kemudian diperbarui menjadi pemerintah provinsi
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta dengan status otonomi
yang memiliki kota administrasi.
• 30 Juli 2007, Melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibuokta Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Jakarta berganti nama menjadi DKI Jakarta serta mengukuhkan status
sebagai daerah otonomi khusus ibukota.

C. Dari Batavia menjadi Jakarta


Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia. Pada 8 Januari
1935 nama kota ini diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia. Setelah pendudukan
Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi "Jakarta" oleh Jepang untuk
menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.

D. Jakatra sebagai kota megapolitan Jakarta


Setelah kembalinya ibu kota pemerintahan RI dari Jogjakarta ke Jakarta pada tahun 1969.
Jakarta berkembang menjadi pusat berbagai aktivitas di Indonesia. Berbagai urusan ,
mulai dari pemerintahan hingga perdanganngan bepusat di Jakarta investasi perdanaan
yang di peroleh pun lebih besar di bandingkan kota kota lain, dan investasi ini yang
kemudian di gunakan untuk membangun berbagai intrastruktur kota dan mumukiman.

Dalam visi v pembanguna Soekarno, Jakarta menjadi etalase Indonesia di dunia


Pembangunan monumen – monumen di ibu kota Jakarta menjadi tonggak yang menandai
semangat kelahiran sebuah bangsa baru yang menjadi bangian perkembangn Sejarah
dunia abab ke -20. Selain monument yang mewakili gambaran simbolik kemajuan
Indonesia Soekarno juga menjalani Pembangunan projek-projek “mercusuar” mewakili
modernitas kota Jakarta seperti hotel Indonesia, glora bung karno dan mesjib istiqal yang
menjadi mesjib termegah di asia Tenggara . termasuk dalam projek “ mercusuar” ini
adalah Pembangunan wisma Nusantara setinggi 100m yang menjadi gudung pencakar
langit pertama di Indonesia.

16
E. Indentitas Masyarakat Jakarta masa kini
Jumlah penduduk DKI Jakarta pada 2015 mencapai 10,18 juta penduduk kemudian
meningkat menjadi 10,28 juta jiwa. Dan bertambah menjadi 10,37 juta jiwa pada 2016
(sumber;badan pusat statisti). Artinya , selama dua tahun terahir jumlah penduduk kota
bertambah 269 jiwa setiap hari atau 11 orang perjam.
Latar belakang masyarakat Jakarta yang beraneka ragam membuat kota ini menjadi kita
yang paling dinamis di Indonesia. Indentitas masyarakat Jakarta merupakan hasil
pembauran dari berbagai macam etnis dan sukubangsa yang terbentuk dari sejarah
panjang kota Jakarta. Representasi dari indentitas masyarakat urban tampaj pada setiap
aspek yang ada di kota Jakarta, mulai dari hererogenitas, moderitas, hingga realisasi
sosial yang ada di Masyarakat.
F. Pembangunan di Jakarta kini dan masa depan
Perubahan fisik kota Jakarta sebagai sebuah kota modern mulai terjadi di tahun
1960/1970-an. Pembangunan gedung-gedung perkantoran,mall, perumahan elit, jalan
layang, hingga infrastruktur kota lainnya mulai 'menghiasi'ruang-ruang di Jakarta.
Perubahan fisik tersebut merupakan simbol atas ke-modern-an kota Jakarta, begitu pula
dengan masyarakat yangtinggal di dalamnya, merupakan representasi darimasyarakat
urban yang modern.
Kini, pembangunan di Jakarta masih terusberlangsung, namun dengan penekananyang
berbeda, tidak lagi untuk mewujudkan kota megapolitan tetapi untuk
mengatasipermasalahan yang muncul akibat populasi yang terus bertambah.
Kepadatan penduduk, banjir dan kemacetan menjadi momok bagi warga Jakarta saat ini.
Tigahal ini menjadi prioritas utama yang harus diatasi oleh pemerintah Ibu Kota Jakarta,
demi kualitashidup masyarakat yang lebih baik di masa depan

17
Monas

Monumen Nasional atau yang disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen
peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan
Merdeka, Jakarta Pusat. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan
rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Kekaisaran
Belanda. Pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno
dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto. Tugu
ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat
perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia.

18
Sejarah monas

Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga
kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro. Setelah pusat
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali ke Jakarta yang sebelumnya
berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia oleh pemerintahan kolonial Kekaisaran Belanda pada tahun
1949, perencanaan pembangunan sebuah Monumen Nasional yang setara dengan Menara
Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan Tugu Monas bertujuan
mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan
1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus
bangsa.
Monas Tahun 1969 di TropenmuseumAmsterdam, Belanda Pada tanggal 17 Agustus 1954,
sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan Monumen Nasional digelar
pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat
oleh Friedrich Silaban yang memenuhi
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962–1964/1965 dimulai
dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan
Soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton
digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi
museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret
1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk
kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap
kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September
sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan
menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung,
masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen
secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden
Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama
Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan
Gambir, Lapangan
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan
mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan
Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara,
barat daya, dan barat laut.
Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia
dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang
memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan
19
Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan
Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia
modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam,
namun beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan
serta cuaca tropis.

Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan
mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan
Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara,
barat daya, dan barat laut.

B. Rancang bangun monas


Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi;
Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan
laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari.
Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan,
elemen feminin yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni
merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa
prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang
"alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani
tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya
bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi
17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi;
Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan
laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari.
Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan,
elemen feminin yang pasif dan negatif serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni
merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa
prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang
"alu" dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani
tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya
bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi
17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.

20
C. Pelantaran puncak dan api kemerdekaan
Sebuah lift (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran
puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini
berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50
orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling
badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu
Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila
kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak
di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-
pulau kecil.
Sebuah lift (elevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran
puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini
berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50
orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling
badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu
Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila
kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak
di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-
pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang
beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini
berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35
kilogram,[1] akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50
kilogram lembaran emas.[9] Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang
bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam
berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan
pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran
cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga
mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi
antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5
meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran
45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI
(17-8-1945).

21

Anda mungkin juga menyukai