Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................

1.2 Tujuan Penelitian. .................................................................................................

1.3 Manfaat Penelitian.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Tua....................................................................................................

2.2 Museum Fatahillah di Kota Tua............................................................................

2.3 Museum Wayang di Kota Tua...............................................................................

2.4 Isi bagian dalam Museum Wayang........................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................

3.2 Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat banyaknya sumber pengetahuan yang bisa diambil dari berbagai tempat

bersejarah seperti museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah, maka tidak

ada salahnya apabila kita juga dapat berkunjung ke museum dan tempat bersejarah.

Tetapi, seringkali kita sebagai pelajar tidak pernah berkunjung ke tempat bersejarah

dan lebih memilih tempat-tempat yang ramai seperti mall,cafe dan tempat-tempat

nongkrong yang lainnya. Ini salah satu penyebab kita tidak mencintai budaya sendiri

dan tidak mengetahui sejarah-sejarah yang tersimpan.

Padahal dari sebuah museum saja kita dapat melihat dan mengetahui berbagai hal

yang tidak diketahui sebelumnya. Maka dari itu diperlukan kesadaran untuk para

remaja saat ini untuk mencintai budaya sendiri dan apa sejarahnya.

1.2 Tujuan Penelitian

Sebagai pengetahuan bagi para remaja tentang sejarah suatu benda atau tempat

tertentu Meningkatkan rasa cinta terhadap budaya sendiri Mengetahui sejarah tempat

yang dikunjungi Mengetahui apa saja yang ada di dalam tempat itu Mengetahui

manfaat apa yang dapat kita ambil dari mengunjungi sebuah museum

1.3 Manfaat Penelitian

 Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

 Memberikan kesan rekreasi untuk menyegarkan pikiran


 Mendapat banyak pengetahuan sejarah

 Memotivasi untuk selalu mencintai tanah air

 Mengetahui banyaknya budaya yang dimiliki negara kita


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Tua

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah

sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3

kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari

dan Roa Malaka). Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16

oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua

Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah. Tahun 1526,

Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di


kerajaan Hindu Pajajaran, kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15

hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC

menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun

kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati

Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai

Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah. Penduduk Batavia disebut "Batavianen",

kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan

keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.

Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas

Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda

Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini

diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai

dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur.

Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena

sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870

mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden

(sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat

administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang,

Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota

Indonesia sampai sekarang.

Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi

menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk

melindungi sejarah arsitektur kota atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di

sana. Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan Banyak warga
yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk

melindungi warisan era kolonial Belanda.

2.2 Sejarah Museum Fatahillah

Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum

Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta

Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi. Gedung ini dulu adalah sebuah

Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas

perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di

Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat

serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-

ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal 30 Maret 1974,

gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah. Arsitektur

bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan cat

kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap

utama memiliki penunjuk arah mata angin. Museum ini memiliki luas lebih dari
1.300 meter persegi. Pekarangan dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi

beberapa pohon tua. Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain

perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran,

hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19,

yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia.

Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai

ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta,

Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.

Ket : Sebuah ruangan luas berlantai kayu di Museum Sejarah Jakarta dengan lemari kaca

berukuran besar menempel pada dinding dengan ornamen

indah terbuat dari perunggu.


Ket : Sebuah sudut di Museum Sejarah Jakarta yang memamerkan contoh dapur

tradisional di kampung-kampung Betawi.

2.3 Museum Wayang di Kota Tua


Gedung yang artistik di Jalan Pintu Besar Utara No.27 Jakarta Barat ini dibangun

tahun 1912,sebelumnya adalah tanah gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan

nama de Oude Holandsche Kerk. Pada tahun 1732 diperbaiki dan namanya diganti

menjadi de Nieuw Holandsche Kerk. Bangunan gereja ini pernah hancur total akibat

gempa bumi. Genootshap van Kunsten en Wetwnschappen yaitu lembaga yang

menangani pengetahuan dan kebudayaan Indonesia membeli banguna ini. Oleh

lembaga itu gedung tersebut diserahkan kepada Stichting Oud Batavia dan pada

tanggal 22 Desember 1039 dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche

Museum.

Pada tahun 1957 gedung ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan

Kebudayyaan RI yang selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta pada

tanggal 23 Juni 1968 untuk dijadikan Museum Wayang. Museum Wayang

diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Bapak H. Ali Sadikin pada tanggal 13
Agustus 1975 dan sejak 16 September 2003 mendapat perluasan bangunannya hibah

dari Bapak H. Probosutejo.

2.4 Isi Bagian Dalam Museum Wayang

Di dalam Museum Wayang ini terdapat banyak macam wayang dari berbagai belahan

nusantara. Di sana pengunjung diajak untuk mengenal berbagai karakter, sikap

maupun perilaku lakon dari berbagai daerah melalui tampilan wayang yang

mempunyai bobot yang luhur dan tinggi nilainya dalam budaya kita dengan

menyaksikan sejumlah koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, patung

wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kaca, gamelan serta lukisan-lukisan

wayang.

Museum Wayang menampilkan pula berbagai koleksi wayang dan boneka dari

negara-negara sahabat di antaranya: Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam,

Perancis, Rusia, Polandia, India, dan Kamboja.


Semar merupakan tokoh wayang yang sangat terkenal yang selalu memihak terhadap

kebenaran. Dalam cerita sayembara, ia bisa menelan Gunung, tetapi tidak bisa keluar,

akhirnya tubuhnya menjadi gemuk.

Tembikar pada masa yang lalu berfungsi sebagai alat untuk menyimpan uang

(menabung) sedikit demi sedikit menabung akhirnya menjadi untung. Tembikar ini

berasal dari Cirebon, Jawa Barat dibuat ± pada tahun 1968, menjadi koleksi Museum

Wayang pada tahun 1975.

Di dalam Pedalangan sangat terkenal menjadi Punakawan keturunan Pandawa dan

memberi jalan dan memberi bimbingan bagi para ksatria membenarkan yang salah,

meluruskan tindakan yang keliru menuju perbaikan/kebenaran, terkenal sebagai

Dewa yang mengejawantah, apabila diperlukan dalam penyelesaian yang sangat

penting, berubah wujud dengan Shangyang Ismaya. Mempunyai pengikut : Gareng,

Petruk, Bagon
Kehayangan Jongringsaloka
Wayang Kulit Purwa

Boneka Wayang Chanton China

Boneka katakali dari kerala india selatan


Boneka Rusia

Bukan sekedar menjadi obyek rekreasi semata, di museum ini dapat dilakukan studi

bagi para pelajar dan akademis , bahkan dapat dijadikan tempat pelatihan , pusat

dokumentasi, dan penelitian pewayangan, serta dapat dijadikan media pengetahuan

budaya antar daerah, dan antar bangsa. Untuk mendukung keberadaannya, di museum

ini secara periodik diadakan, perubahan tata pamer,pagelaran wayang dan atraksi

pembuatan wayang.

Secara periodik museum ini juga mengadakan pagelaran wayang yang dapat

dinikmati pada hari mingu II,III dan terakhir, pada jam 10.00- 14.00 WIB.

Wayang Indonesia telah diakui oleh UNESCO ( United Eduacational and Cultural

Organization) pada tanggal 7 November 2003 di Kota Paris, dengan

memproklamirkan Wayang Indonesia “ Masterpiece of the Oral and Intengible

Heritage of Humanity “ dimana wayang Indonesia telah diakui sebagai karya agung

budaya dunia. Secara resmi penyerahan Piagam Penghargaan UNESCO dilaksanakan

pada tnggal 21 April 2004 di Paris, Perancis.


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak sekali sumber-sumber sejarah di kita bisa dapatkan di kota ini, sekalipun kota

ini merupakan kota Metropolitan yang ramai dan berpolusi. Museum – museum yang

ada saat ini harus kita lestarikan dan dipelihara sebaik mungkin karena di dalamnya

tersimpan banyak sekali budaya-budaya terdahulu yang mengandung nilai sejarah

yang sangat tinggu.

3.2 Saran

Sebagai genarasi penerus bangsa ini, kita harus mampu melestarikan budaya- budaya

bangsa ini supaya budaya kita dapat diperkenalkan di mancanegara dan aset bangsa

yang sangat berharga ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai