Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH MONUMEN NASIONAL (MONAS)

Disusun oleh:
1. MUHADI CANDRA A.
2. MADYANI
3. RIPA ARDIANSYAH
4. RODIAH

SMP NEGERI 1 SINDANGRESMI


PANDEGLANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pandeglang, Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 2
C. Tujuan Makalah............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Monas................................................................ 3
B. Ukuran dan Isi Monas..................................................... 4
C. Pembangunan dan Rancang Bangun Tugu Monas....... 5

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas
atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433
kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan
rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan
kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada
tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan
dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai
lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat
perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di
tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan
museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu
Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya
ditutup untuk umum.
Monas atau Monumen Nasional merupakan icon kota Jakarta.
Terletak di pusat kota Jakarta, menjadi tempat wisata dan pusat
pendidikan yang menarik bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Monas
didirikan pada tahun 1959 dan diresmikan dua tahun kemudian pada
tahun 1961.Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959.
Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia
yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17
Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai
dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Sedangkan wilayah taman hutan kota di sekitar Monas dahulu
dikenal dengan nama Lapangan Gambir. Kemudian sempat berubah
nama beberapa kali menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka,
Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Monumen Nasional?
2. Bagaimana Ukuran dan Isi Monas?
3. Pembangunan dan Rancang Bangun Tugu Monas?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Monumen Nasional.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Ukuran dan Isi Monas.
3. Untuk mengetahui Pembangunan dan Rancang Bangun Tugu
Monas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Monas
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke
Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun
1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh
pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai
memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara
dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka.
Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan
perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945,
agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme
generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk
dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun
1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya
yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang
ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa
Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara
kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136
peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban
untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi
Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan
monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta
merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan
yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat
besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih
kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang
bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda
hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta

3
4

R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono


memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945
memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan
monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di
areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R.
M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.

B. Ukuran dan Isi Monas


Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni.
Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.

1. Lidah Api
Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah
api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter
dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg.
Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.
2. Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran
puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan
sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari
pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung
pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah,
5

pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun


Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
3. Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke
pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat
melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.
4. Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu
Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini
menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari
museum ini adalah 80x80 m. Pada keempat sisi museum terdapat
12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah
Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa
Indonesia hingga G30S PKI.

C. Pembangunan dan Rancang Bangun Tugu Monas


Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun
1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi
pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara
seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton
digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi
ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan
pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding
museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada
bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada
kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965
(G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir
berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama
pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung,
masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang
6

menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum


dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik
Indonesia Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal
dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali
penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada,
Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di
sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa
lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan
Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati
pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam
taman.
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep
pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang
menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen
maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang
hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang
melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif,
serta melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan
lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi
sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga
dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung", alat penumbuk
padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional
Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi
khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter
obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran
cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter
dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus
mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam
air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang
menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu
7

dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh


Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk
Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung
Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3
m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk
pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung
terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di
sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat
relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah
nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah
menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak
monumen.
BAB III
KESIMPULAN

Monas atau Monumen Nasional merupakan icon kota Jakarta.


Terletak di pusat kota Jakarta, menjadi tempat wisata dan pusat
pendidikan yang menarik bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Monas
didirikan pada tahun 1959 dan diresmikan dua tahun kemudian pada
tahun 1961.Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959.
Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu
Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus
1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk
umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

1. Lidah Api
Di bagian puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api
dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan
berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api
Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.

2. Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak,
pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3
menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak
Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di
kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat
Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan
Seribu.

3. Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke
pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat
melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.

8
9

4. Museum Sejarah Perjuangan Nasional


Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu
Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan
sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah
80x80 m.
DAFTAR PUSTAKA

Heuken, A, (2008) Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI, Yayasan Cipta


Loka Caraka, Jakarta, No ISBN

Jakarta Local Government website: Museums in Jakarta

National Monument Office, Jakarta Capital City Administration (1996),


National Monument: The Monument of the Indonesian National
Struggle ISBN 979-95172-0-6

Anda mungkin juga menyukai