Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGANGGURAN
1. PENGERTIAN PENGANGGURAN
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak
mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari
pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera mendapatannya. Contoh dalam paragraf
diatas merupakan pengantar untuk membuat lebih mudah memahami konsep
pengangguran (memployment). Sebab definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik
dengan tidak mau bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja
dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran, yaitu:
1. Pendekatan angkatan kerja (Labour Force Approach)
Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak
bekerja.
2. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam pedekatan ini angkatan kerja dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran
terbuka (Open Unemployment). Berdasrkan definisi ini, tingkat pengangguran
di indonesia umumnya relatif rendah, yaitu 3%-5% per tahun.
b. Setengah menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja, belum
dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang
dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat pengangguran di indonesia relatif
tinggi, karena angkanya berkisar 35% per tahun.
c. Pekerja penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam
kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2. JENIS-JENIS PENGANGGURAN
Namun ada beberapa jenis pengangguran yang diklasifikasikan berdasarkan latar
belakang dan alasan mengapa golongan ini tidak memiliki pekerjaan. Mereka
dikelompokan berdasarkan sifat dan ciri-ciri pengangguran. Dua jenis pengangguran
tersebut, yakni berdasarkan jumlah jam kerja dan jenis pengangguran berdasarkan
penyebabnya.

a. pengangguran berdasarkan jumlah jam kerja


 pengangguran terselubung atau pengangguran tersembunyi
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja atau orang yang bekerja tidak
maksimal karena tersedia. Contoh: seorang anak yang turut bekerja menggarap
sawah. Padahal sudah ada cukup 1 orang untuk menggarap 1 sawah. Tapi karena
anak tersebut tidak memiliki pekerjaan, pemilik sawah terpaksa mempekerjakan
anak itu untuk membantu buruh tani yang sudah ada.
 pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah orang yang sedang mencari pekerjaan, baik
sebelumnya orang tesebut pernah bekerja atau baru pertama kali mencari
pekerjaan. Orang yang tidak mencari pekerjaan karena pesimis juga termaksuk
dalam pengangguran terbuka. Contoh: mahasiswa yang baru lulus kuliah dan sedang
mencari pekerjaan untuk pertama kalinya.
 Setengah pengangguran
Setengah pengangguran adalah mereka yang kerja kurang dari jam kerja
pada umumnya. Misalkan jam kerja normal adalah 8 jam per hari, 6 hari per minggu,
maka orang yang bekerja kurang dari jam tersebut dikategorikan dalam jenis
setengah pengangguran. Contoh: pekerja paruh waktu (part-time) seperti penjaga
toko, pengasuh bayi, dan kurir.

b. Pengangguran berdasarkan penyebabnya


 Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan karena
adanya perubahan struktur dalam ekonomi negara. Contoh: petani yang kehilangan
pekerjaannya karena tanah garapannya diubah menjadi pabrik. Petani tersebut
tidak memiliki keterampilan dalam mengoperasikan mesin pabrik dan akhirnya
menjadi pengangguran struktural. Jenis pengangguran ini terjadi saat revolusi
industri dan diprediksi akan terjadi lagi beberapa tahun mendatang.
 Pengangguran siklis atau konjungtural
Pengangguran siklis atau konjungtural adalah tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaannya karena keadaan ekonomi yang buruk seperti krisis moneter. Contoh:
pengangguran konjungtural atau siklis terjadi pada saat tahun 1998 dimana banyak
pabrik tutup karena bangkrut dan pabrik harus memecat semua karyawan.
Pengangguran friksional adalah tenaga kerja yang memiliki kemampuan tidak
sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Contoh: sarjana pertanian yang
menganggur karena tidak ada lapangan pekerjaan di bidang pertanian yang baik di
indonesia. Mereka menganggur karena gelar atau kemampuan mereka tidak sesuai
dengan lapangan kerja yang tersedia.
 Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah tenaga kerja yang tidak memiliki pekerjaan
karena tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan teknologi. Contoh:
tukang pos yang sekarang tidak memiliki pekerjaan karena bertukar pesan kini
lebih mudah sejak adanya teknologi berupa ponsel.

c. Pengangguran berdasarkan ciri-cirinya


 Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah tenaga kerja yang harus kehilangan
pekerjaan di saat-saat tertentu. Contoh: petani cengkih yang tidak bekerja selama
musim hujan karena tanaman tidak dapat tumbuh subur di musim ini.
 Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang tidak punya pekerjaan
karena sempitnya lapangan kerja. Lowongan kerja yang sedikit dan pencari kerja
yang banyak merupakan penyebab pengangguran terbuka. Contoh: mahasiswa yang
tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena kesempatan atau lowongan kerja yang
sedikit.
 Pengangguran voluntary
Pengangguran voluntary adalah orang yang tidak bekerja karena mereka
sudah kaya. Contoh: anak orang kaya yang secara sukarela tidak bekerja karena
memiliki puluhan rumah kontrakkan.

3. CARA MENGATASI MASALAH PENGANGGURAN


 Menyediakan lowongan pekerjaan merupakan Kebijakan pemerintah
untuk mengatasi pengangguran merupakan usaha terus-menerus. Dalam
jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah
penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga
kerja yang terus-menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran
yang semakin serius, tambahan lowongan pekerjaan yang cukup perlu
disediakan dari tahun ketahun.
 Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat Kenaikan kesempatan
kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan dengan
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan
kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional.
Perkembangan ini selanjutnya akan menambah kemakmuran masyarakat.
Dengan demikian, kesempatan kerja yang semakin meningkat dan
pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan
nasional, tetapi juga meningkatkan pendapatan perkapita, sehingga melalui
perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah
 Memperbaiki pembagian pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi
menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian pendapatan.
Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Semakin besar
pengangguran, maka semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar
cenderung untuk menurunkan upah golongan berpendapatan rendah.
Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan
semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa
usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.Tujuan bersifat
sosial dan politik.
 Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga Apabila
kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan,
berbagai masalah akan timbul. Misalnya: keluarga tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan dan mengurangi
kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
 Menghindari masalah kejahatan Terdapat perkaitan yang erat di antara
masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu semakin tinggi
pengangguran, maka semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian,
usaha mengatasi pegangguran secara tidak langsung menyebabkan
pengurangan dalam kejahatan.
 Mewujudkan kestabilan politik Tanpa kestabilan politik tidak mungkin
suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus-menerus.
Penggangguran merupakan salah satu sumber/penyebab dari
ketidakstabilan politik, sehingga menyebabkan masyarakat tidak merasa
puas dengan pihak pemerintah karena mereka merasa pemerintah tidak
melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat sehingga mereka
melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritikan-kritikan terhadap
pemerintah.

B. INFLASI
1. PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinuitas) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Jadi, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.

2. PENYEBAB INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) , kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk
kurangnya distribusi) dan yang ketigan adalah Inflasi Campuran (Mixed
Inflation). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran
negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiscal(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

a. Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation) terjadi akibat adanya


permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu
perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas
yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan
dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan
volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank
sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang
tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai
dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut
akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi
(pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku
untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga
memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal
yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.

3. JENIS – JENIS INFLASI


a. Inflasi menurut sifatnya
 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun.
 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
 Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya
harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
b. Inflasi berdasarkan sebabnya
 Demand Pull Inflation, Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa
menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi.
Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan
total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan
sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand
pull inflation.
 Cost Push Inflation, disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi. Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan
oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan
jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik
menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
c. Inflasi berdasarkan asalnya
 Domestic Inflation, inflasi ini semata-mata disebabkan dari dalam negeri.
Adapun penyebabnya antara lain misalnya karena deficit anggaran belanja
yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dan
lain-lain.
 Imported Inflation, inflasi ini disebabkan karena naiknya harga barang-
barang impor.hal ini terjadi karena biaya produksi barang di luar negeri
tinggi atau karena adanya kenaikan tariff impor barang.

4. DAMPAK INFLASI

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam


perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan
salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari
inflasi adalah sebagai berikut.

a. Dampak Negatif Inflasi


 Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan
uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala
macam kekacauan yang ditimbulkannya.
 Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup
(bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
 Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
 Distribusi barang relatife tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
 Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
 Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir
pada penjarahan dan perampasan.

b. Dampak Positif Inflasi


 Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
 Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
 Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.

5. CARA MENCEGAH INFLASI


 Kebijakan Moneter
Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang
beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi,
yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter
adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan
sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan
berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.
 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk
mengurangi inflasi adalah mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif
pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.
 Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal
Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan
nonmoneter/ nonfiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi,
menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.

C. TEORI A.W. PHILLIPS

Teori A.W. Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi
ekonomi Amerika Serikat, hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan
diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. berdasarkan pada fakta itulah A.W.
Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran. Dari
hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara Inflasi dengan tingkat
pengangguran, jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah. Hasil pengamatan
Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.

Gambar 2.1 Kurva Phillips

Sumber: oliveramesmacrog.wordpress.com
A.W Phillips menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat
pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari
adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat,
berdasarkan teori permintaan, permintaan akan naik, kemudian harga akan naik pula.
Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen
meningkatkan kapasitas produksinya denganmenambah tenaga kerja (tenaga kerja
merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari
peningkatan permintaan tenaga kerja, maka dengan naiknya harga-harga (inflasi)
pengangguran berkurang.

D. PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Pembangunan ekonomi merupakan salah satu sasaran pembangunan. Menurut
Sadono Sukirno pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil
menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi
pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Laju
pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan
GDP/GNP atau PDB / PNB.

Faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber penting yang mempengaruhi


pertumbuhan ekonomi antara lain:
 Tanah dan Kekayaan lainnya.
 Jumlah, Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja
 Barang Modal dan Tingkat Teknologi
 Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat.
 Luas Pasar dan Sumber Pertumbuhan
Kuznets memberikan enam ciri pertumbuhan yang muncul dalam analisis yang
didasarkan pada produk nasional dan komponennya, dimana ciri-ciri tersebut seringkali
terkait satu sama lain dalam hubungan sebab akibat. Keenam ciri tersebut adalah :
 Laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan produk per kapita yang tinggi.
 Peningkatan produktifitas yang ditandai dengan meningkatnya laju produk
perkapita .
 Laju perubahan struktural yang tinggi yang mencakup peralihan dari kegiatan
pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-
unit produktif dan peralihan dari usaha-usaha perseorangan menjadi
perusahaan yang berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.
 Semakin tingginya tingkat urbanisasi
 Ekspansi dari negara lain.
 Peningkatan arus barang, modal dan orang antar bangsa.
EKONOMI MAKRO I
PENGANGGURAN, INFLASI, PEMBANGUNAN DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI

OLEH:
HERYANTODO SIBURIAN
170202032

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2019

Anda mungkin juga menyukai