Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK II

Pertemuan 14
Pemeriksaan Pengaruh Kadar Garam pada Pertumbuhan Bakteri

Oleh
Nama : Annisa Nur Syahadah
NIM/ SHIFT: J410200115/B

Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si

Asisten:
Muhammad Masykuri A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
A. PEMERIKSAAN PENGARUH KADAR GARAM PADA PERTUMBUHAN
BAKTERI

B. ALAT DAN BAHAN

ALAT

1. Cawan petri

2. Jarum ose

3. Inkubator

4. Bunsen

5. Korek api

6. Semprotan alkohol

7. Rak tabung

BAHAN

1. Larutan garam30%, 3% dan 0,3%

2. Akuades steril

3. Alkohol 70%

4. Spirtus

5. Kapas

6. Media agar cair

7. Biakan murni bakteri E. Coli.

C. CARA KERJA

1. Buat 3buah tabung reaksi yang mengandung garam30%, 3%, 0,3 %

2. Setiap konsentrasi garam diberi 1ose biakan murnibakteri uji(misal :


E.coli, Staphylococcus aureus,atauBacillus subtilis)

3. Buat perlakuan dengan membiarkan berinteraksi dengan masing-masing


konsentrasi larutan berdasarkan waktu yang berbeda (0 menit, 30 menit dan 60
menit)

4. Siapkan 3buah nutrient agar cawan dan setiap cawan dibuat 3juring,
berikan kode huruf yang berbeda pada masing-masing cawan.
5. Tanam inokulum dari setiap tabung reaksi yang berisi konsentrasi larutan
garam yang berbeda ke tiap juring di NA cawandengan metode streak
plate. Bedakan untuk setiap perlakuan waktu yang berbeda.

6. Masing-masing cawan kemudian diinkubasipada suhu 370Cselama 48 jam


dan amati pertumbuhannya.

Adapun bagan cara kerja adalah sebagai berikut.

1-2 ose biakan murni bakteri uji (misal: E.coli, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis)

30 % 3% 0,3%

0 jam ½ jam 1 jam

inkubasi 2 X 24 jam Inkubasi 2 X 24 jam Inkubasi 2 x 24 jam

T= 37 ˚C T = 37 ˚C T = 37 ˚C
D. HASIL

Waktu di Gambar Keterangan


kontakkan

0 jam Pada waktu kontak 0 jam bakteri


tumbuh banyak pada kadar garam
0,3%, pada kadar garam 3%
lumayan banyak bakteri yang
tumbuh, pada kadar garam 30%
ada bakteri tetapi tidak sebanyak
kadar garam sebelumnya

½ jam Pada waktu kontak ½ jam bakteri


yang tumbuh tidak banyak
(berkurang)

1 Jam Pada waktu kontak 1 jam bakteri


masih ada tetapi sangat sedikit
E. PEMBAHASAN

1. GARAM

Garam merupakan salah satu produk inferior yang hanya diproduksi oleh
negara-negara tropis seperti Indonesia. Garam bahan baku diproduksi oleh petani
garam dan PT. Garam. Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia harus mengimpor
garam, namun pada tahun 2012 surplus garam. Pada tahun 2012 produksi garam
nasional mencapai 2,02 juta ton sementara kebutuhan untuk garam konsumsi 1,5 juta
ton

Peningkatan Pengaruh Pengadukan Bertahap terhadap Pertumbuhan Bakteri


Halofolik Dengan Nutrisi Artemia salina pada Pembuatan Garam (Nilawati).
kemurnian garam dilakukan dengan menggunakan bakteri halofilik pada meja
kristalisasi dengan hasil kemurnian NaCl mencapai hingga 97-98,55%. Untuk
menumbuhkembangkan bakteri ini dibutuhkan nutrisi. Media atau nutrisi yang biasa
digunakan untuk bakteri halofilik adalah Luria Berthani (LB), karena media ini
harganya mahal (lebih kurang 2,8 juta rupiah per kilogram) maka dicari alternatif
pengganti LB yaitu Artemia salina (lebih kurang 200 ribu rupiah per kilogram)
dimana kandungan protein 52% dan karbohidrat 15,49%. Ini merupakan sumber
nitrogen dan karbon bagi bakteri halofilik. Bakteri halofilik merupakan jenis
mikroorganisme yang habitatnya berada pada kadar garam tinggi. Bakteri halofilik
dapat diklasifikasikan berdasarkan kadar garam yang dibutuhkan diantaranya jenis
halofil rendah yang tumbuh optimal pada 2-5% NaCl, jenis halofil sedang yang
tumbuh optimal pada 5-20 NaCl dan untuk jenis halofil yang ekstrim (kadar garam
tinggi) tumbuh optimal pada kadar garam sekitar 20-30% NaCl (Dassarma, 2001).
Menurut Falb, dkk. (2008), jenis bakteri halofilik Archea berupa Halobacterium
salinarum, Haloarcula marismortui, Haloquadratum walsbyi dan haloalkaliphile
Natronomonas pharaonis mempunyai kebutuhan nutrisi yang berbeda dan tingkat
mendegradasi senyawa-senyawa organik yang berbeda seperti gliserol, pentosa dan
folat.

Natrium klorida atau yang biasa disebut garam dapur adalah senyawa dengan
rumus NaCl. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan, natrium klorida
bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah
pertumbuhan sebagian organisme. Namun, bakteri tertentu masih dapat tumbuh dalam
larutan berkadar garam tinggi (Desrosier, 2008). Garam merupakan salah satu bahan
pembantu yang sangat penting bagi manusia salah satunya garam digunakan untuk
proses pengawetan ikan. Selain itu garam juga mempunyai peran dalam menghambat
pertumbuhan bakteri khususnya Staphylococcus aureus (Indarti, 2009). Garam dapat
memperpanjang umur simpan produk, karena garam mempunyai sifat bakteriosid
(daya membunuh) dan bakteriostatik (daya menghambat). Aksi osmotik larutan garam
terhadap bahan pangan disebabkan karena bahan pangan bertindak sebagai membran
semipermiabel menurunkan kadar air sehingga garam berperan untuk menghambat
kegiatan bakteriologis dan enzimatis (Ilyas dan Arifudin dalam Helmiyati, 2010).

Garam (NaCl) dapat diklasifikasikan berdasarkan manfaat utamanya, yaitu


garam proanalisis (garam untuk reagent (tester) pengujian dan analisis di
laboratorium, juga untuk keperluan garam farmasetis di industri farmasi), garam
konsumsi, dan garam industri. Garam konsumsi umumnya digunakan untuk konsumsi
rumah tangga (garam dapur) sebagai bahan peningkat rasa makanan. Untuk konsumsi
rumah tangga, garam ditambahkan zat aditif berupa Kalium Iodida (KI) dan Kalium
Iodat (KIO3). Selain digunakan untuk meningkatkan rasa makanan, garam digunakan
pula sebagai pengawet, penguat warna, bahan pembentuk tekstur, dan sebagai bahan
pengontrol fermentasi (Mayasari, dkk, 2011).

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif
(kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa
bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Ada banyak macam
garam antara lain: garam netral, garam basa, garam asam (Kurlansky, 2002).

Garam beryodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam yang
telah difortifikasi (ditambah) dengan yodium. Di Indonesia yodium ditambahkan dalam
garam sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium iodat (KIO3) berupa
larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh campuran yang merata.

Bentuk garam yang beredar di pasaran ada tiga jenis yaitu garam halus,
bata/briket dan curai/krosok. Garam halus adalah garam yang kristalnya sangat halus
menyerupai gula pasir, dan biasa disebut dengan garam meja. Garam halus mempunyai
kualitas terbaik dari pada garam briket/bata maupun garam curai/krosok. Garam briket
adalah garam yang berbentuk bata. Garam ini lebih baik kualitasnya dari pada garam
curai/krosok, sedangkan garam curai/krosok adalah garam yang kristalnya kasar-kasar.
Kadar garam yang tinggi menyebabkan mikroorganisme yang tidak tahan
terhadap garam akan mati. Kondisi selektif ini memungkinkan mikroorganisme yang
tahan garam dapat tumbuh. Pada kondisi tertentu penambahan garam berfungsi
mengawetkan karena kadar garam yang tinggi menghasilkan tekanan osmotik yang
tinggi dan aktivitas air rendah. Kondisi ekstrim ini menyebabkan kebanyakan
mikroorganisme tidak dapat hidup. Pengolahan dengan garam biasanya merupakan
kombinasi dengan pengolahan yang lain seperti fermentasi dan enzimatis. Contoh
pengolahan pangan dengan garam adalah pengolahan acar (pickle), pembuatan kecap
ikan, pembuatan daging kering, dan pembuatan keju (Estiasih, 2009).

2. ESCHERICHIA COLI

Bakteri Escherichia coli adalah bakteri opurtunis yang banyak ditemukan di


dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare. Bakteri ini berbentuk batang
pendek (kokobasil), negatif gram, dan berukuran 0,4 – 0,7 μm, sebagian besar gerak
positif dan beberapa strain mempunyai kapsul (Staf Pengjar FK- UI,1994).

Sistematika bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut :

Divisio : Bacteriophyta

Class : Bacteria

Ordo: Eubacteriales

Family: Enterobacteriaceae

Genus: Escherichia

Spesies: Escherichia coli

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif bagian dari anggota flora normal
usus dan memiliki peranan dalam beberapa proses pencernaan makanan namun dapat
berubah menjadi patogen jika jumlah dalam saluran pencernaan meningkat atau
berpindah tempat dari habitat normalnya di tubuh manusia. Bakteri Escherichia coli
dapat menyebabkan infeksi system saluran kencing, diare, sepsis dan menginitis
(Jawetz, 2001)

3. HUBUNGAN KADAR GARAM DENGAN BAKTERI E.COLI

Natrium klorida dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli karena dapat


meningkatkan tekanan osmotik substrat yang menyebabkan terjadinya penarikan air
dari dalam sel mikroorganisme sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami
pengerutan hal ini menyebabkan aktifitas mikroorganisme terhambat. Selain itu
konsentrasi NaCl dapat menyebabkan protein mikroba terdenaturasi (Winiati P R,
1992). Natrium klorida juga memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikroba,
ionisasi garam akan menghasilkan ion klor yang beracun terhadap mikroorganisme
serta dapat memblokir sistem respirasinya (Indarti, 2009).

Efek tekanan osmotik berhubungan dengan jumlah ion dan molekul terlarut di
dalam larutan. Beberapa organisme disebut halofil ekstrem karena dapat beradaptasi
dengan baik pada kadar garam yang tinggi. Beberapa bakteri bahkan membutuhkan
garam untuk pertumbuhannya. Bakteri yang seperti ini digolongkan sebagai halofil
obligat. Halofil fakultatif tidak membutuhkan konsentrasi garam yang tinggi, tetapi
dapat tumbuh dalam larutan garam 2%; pada konsentrasi ini, bakter-bakteri lain
kemungkinan mati atau terhambat pertumbuhannya. Beberapa spesies halofil lain
bahkan dapat tumbuh pada kondisi dengan konsentrasi garam mencapai 15%.

Garam juga memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikroba, ionisasi garam
akan menghasilkan ion klor yang beracun terhadap mikroorganisme serta dapat
memblokir sistem respirasinya (Indarti, 2009)

Dalam penelitian ini menggunakan metode streak plate / gores. Metode gores
digunakan mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni
terpisah dan merupakan biakan murni. Dasar metode ini yaitu menggoreskan suspensi
bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada
cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni
terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang
memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan
lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan agar yang
benar-benar kering permukaannya

Bakteri ditanam ke dalam media NA dengan metode streak plate pada cawan
Petri. Cawan Petri ditutup dan diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37 o C selama 2
x 24 jam (Hardiningsih dkk., 2006).

Pada pengamatan ini waktu garam juga berkaitan dengan hasil dari pertumbuhan
bakteri E. coli. Semakin lama waktu fermentasi garam, dan semakin banyak kadar
garam maka akan semakin terhambat bakteri E. coli yang tumbuh pada media. Lama
fermentasi adalah parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap masa molekul, isi,
dan komposisi garam yang dihasilkan.

F. KESIMPULAN

1. Garam adalah senyawa kimia netral yang komponen utamanya berupa natrium klorida
dan dapat mengandung unsur lain, seperti magnesium, kalsium, besi, dan kalium
dengan bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan iodium.
2. Bakteri yang digunakan sebagai sampel dalam praktikum ini adalah E. coli termasuk
golongan Gram negatif. Bakteri ini berbentuk batang yang dapat ditemukan dalam usus
besar manusia berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat. Kebanyakan E.
Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. Coli tipe O157:H7 dapat
mengakibatkan keracunan makanan.
3. Semakin besar kadar garam yang digunakan maka pertumbuhan bakteri E. coli semakin
terhambat.
4. Waktu perlakuan juga berpengaruh terhadap banyaknya pertumbuhan bakteri E. coli.
5. Praktikum kali ini metode yang digunakan adalah teknik Streak plate / gores untuk
mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan
merupakan biakan murni.
G. DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo, R., Purbowatiningrum Ria Sarjono dan Mukhammad Asy’ari. 2017. Pengaruh
Konsentrasi NaCl Terhadap Aktivitas Spesifik Protease Ekstraseluler dan Pertumbuhan
Bakteri Halofilik Isolat Bittern Tambak Garam Madura. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 20
(3) : 142 – 145

DasSarma, S. & Arora, P. (2001). Halophiles: Encylopedia of life sciences. USA: Nature
Publishing Group.

Estiasih, Teti., 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Malang: Bumi Aksara.

Girard F, I. Batisson, J. Harel and J.M. Fairbrother. 2003. Use of Egg Yolk-Derived
Immunoglobulins as an Alternative to Antibiotic Treatment for Control of Attaching and
Effacing Escherichia coli Infection. 103rd General Meeting of American Society for
Microbiology, Washington D.C. Virginie, USA. (Abstract).

Janos K. Lanyi. Salt-dependent properties of proteins from extremely halophilic bacteria,


Bacteriological Reviews, 38, 3, (1974) 272-290

Janos K. Lanyi, Joann Stevenson, Studies of the Electron Transport Chain of Extremely
Halophilic Bacteria: IV. Role of Hydrophobic Forces in The Structure of Menadione
Reductase, Journal of Biological Chemistry, 245, 16, (1970) 4074-4080

Juliarsi, M., Nazaruddin., Werdiningsih, W. 2018. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama
Fermentasi terhadap Mutu Sambal Masin Khas Sumbawa. Reka Pangan 12(1):1 - 11.

Kurlansky, Mark., 2002. Salt: A World History. Walker Publishing Company.

Mahulette, Ferymon, dkk. Pengaruh Kadar Garam Dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas
Bakasang Laor. 2020. Jurnal Teknologi Pangan, 14 (01) : 40 – 51

Marihati, Nani, H., Asyari, dkk. (2012). Pilot Project Peningkatan Mutu dan Produktivitas
Garam Rakyat dengan Peladangan Garam Sistem Salt House Berbasis Biomanajemen Bakteri
Halofilik dan Artemia salina. Laporan Akhir Pengembangan dan Aplikasi Hasil Litbang
Teknologi Industri, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Badan
Pengkajian dan Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Semarang.
Mayasari, V.A., dan Lukman, R., 2011. Studi Peningkatan Mutu Garam dengan
Pencucian.http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10536Paper.pdf. (Diakses tanggal
6 Mei 2018).

Nadira, Ghania Aziza. 2018. Uji Daya Hambat Garam Bermerek Yang Mengandung Yodium
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Ri Medan, Jurusan Analis Kesehatan.

Nilawati, Muryati dan Marihati. 2014. Pengaruh Pengadukan Bertahap Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Halofilik dengan Nutrisi Artemia Salina pada Pembuatan Garam. Jurnal
Biopropal Industri 5(01) : 29 – 35.

Purwaningsih, S., Garwan, R., Santoso J. 2011. Karakteristik Organoleptik Bakasang Jeroan
Cakalang (Katsuwonus pelamis, Lin) sebagai Pangan Tradisional Maluku Utara. Jurnal Gizi
dan Pangan 6(1): 13 - 17.

Radji, Maksum., 2016. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi & Kedokteran.
Jakarta: EGC.

Shiladitya DasSarma, Priya DasSarma, Halophiles, in: Encyclopedia of Life Science, Wiley,
2006.

Sopandi, Tatang. dan Wardah., 2014. Mikrobiologi Pangan: Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Andi.

Sutiknowati, Lies Indah. 2016. Bioindikator Pencemar, Bakteri Escherichia Coli. Oseana, XLI
(04): 63 – 71

Tantri, B. U. N., 2016. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli, Shigella Sp, dan Salmonella Sp
pada Air Sumur di Wilayah Pembuangan Limbah Tahu dan Limbah Ikan Kota Bandar
Lampung. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai