BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era kemajuan Kemajuan Teknologi di zaman sekarang ini
menuntut masyarakat untuk cenderung dinamis dan menyesuaikan diri
dengan suatu perubahan tatanan kehidupan social kemasyarakatan
yang cepat, yang akan berpengaruh pada perubahan karakteristik
lingkungan kerja. Organisasi sebagai suatu bentuk kehidupan dalam
masyarakat juga mengalami perubahan. Organisasi yang awalnya
bersifat kaku dengan paradigma manajemen tradisional, dituntut harus
siap melakukan perubahan menuju ke manajemen baru yang dicirikan
oleh adanya visi, pelatihan dan pengembangan karyawan dalam rangka
pemberdayaan karyawan dan tim kerja. Kini organisasi yang statis
berubah menjadi organisasi dinamis. Organisasi yang mempunyai sikap
dinamis artinya organisasi itu selalu menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Organisasi pada dasarnya seperti mahluk hidup, kelangsungan
hidupnya sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Perubahan lingkungan strategik organisasi yang
sangat cepat dalam berbagai dimensi, seperti teknologi, sosial,
ekonomi, perundangan, globalisasi, dll. menuntut organisasi untuk
mampu beradaptasi pada perubahan itu. Apabila organisasi terlambat
untuk berubah maka sangat besar kemungkinan organisasi akan
mundur kinerjanya bahkan, dapat Punah. Oleh karena itu suatu hal
yang harus dilakukan oleh organisasi untuk tetap bertahan dan
berkembang adalah organisasi senantiasa mempelajari perubahan
lingkungan strategic dan segera beradaptasi pada perubahan itu.
Dalam dinamika organisasi tersebut muncul istilah Organisasi
Pembelajaran/Belajar dan Pembelajaran Organisasi.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Rumah Sakit Sinjai melakukan perubahan dalam
pelayanan dengan pendekatan Learning Organization ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi perubahan pada Rumah Sakit Sinjai
dengan pendekatan Learning Organization.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Learning Organization
1. Pengertian Learning Organization
Pada organisasi modern, memiliki karakteristik yang terbuka
terhadap lingkungan sekitarnya baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal, oleh karenanya setiap organisasi modern
secara terus menerus berinteraksi dengan dan dipengaruhi oleh
lingkungannya. Oleh karena organisasi adalah sistem yang terbuka,
maka bisa dikatakan bahwa faktor lingkungan sangatlah
mempengaruhinya (Certo, Samuel C., Peter, J. Paul, 1991:36)
Pandangan mengenai learning organization tersebut sudah
banyak dikembangkan dan diterapkan sebagai salah satu strategi
sebuah organisasi atau perusahaan dalam menghadapi perubahan
dan persaingan bisnis secara global. Pengertian-pengertian tersebut
disampaikan oleh beberapa ahli: Menurut Peter Senge
(1990) Organisasi belajar adalah organisasi dimana orang-orang
secara terus menerus memperbesar kapasitasnya untuk
menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola
berpikir yang ekspansif dan baru terpelihara dengan baik, dimana
aspirasi kolektif terwadahi, dan dimana orang terus menerus belajar
melihat keseluruhan secara bersama-sama. Dasar pemikiran
organisasi semacam itu adalah dalam situasi perubahan yang sangat
cepat hanya organisasi yang fleksibel, adaptif, dan produktif yang
akan unggul. Agar ini terjadi, organisasi perlu menemukan
bagaimana memberi jalan kepada munculnya komitmen dan
kapasitas orang untuk bisa belajar disemua level. Bagi sebuah
oraganisasi belajar, “belajar adaptasi” harus digabungkan dengan
“belajar memproduksi”, pembelajaran yang bisa memperbaiki
kapasitas kita dalam mencipta.
5
argumen tidak berjalan, apresiasi yang lebih baik dari sistem akan
tidak mengarah pada tindakan yang lebih tepat.
Peter Senge mendukung penggunaan ‘sistem peta’ –
diagram yang menunjukkan elemen kunci dari sistem dan
bagaimana mereka terhubung. Orang perlu melihat masalah
sistem, dan dibutuhkan kerja untuk memperoleh blok bangunan
dasar dari teori sistem, dan menerapkannya pada organisasi. Di
sisi lain, kegagalan untuk memahami dinamika sistem dapat
membawa organisasi ke dalam ‘siklus menyalahkan dan membela
diri: musuh selalu ada di luar sana, dan masalah selalu
disebabkan oleh orang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
anda bekerja, tetapi anda tidak perlu memahami benar tentang untuk
siapa anda bekerja dan apa hasil (output) yang diharapkan. Pada tipe
organisasi yang baru, ada orang yang kreatif “Mencari tahu untuk apa
anda bekerja”, merupakan langkah awal yang penting dalam memaknai
hubungan seseorang dengan atasan dan bawahan, konsep pekerjaan
dan peran anda dalam kegiatan di sekitar”.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu organisasi seperti Puskesmas memang sedikit sekali
merasakan tantangan untuk berubah. Pada dasarnya organisasi
dibangun dalam kondisi stabil, sedikit mengalami goncangan untuk
likuidasi atau bubar. Melakukan perubahan betul-betul justru
merupakan tantangan. Para manajer atau pimpinan yang sudah di
posisi nyaman dan memiliki kekuasaan akan merasa gamang untuk
melakukan perubahan. Pemimpin di Puskesmas memang harus
berjuang keras, karena staf dan bawahan akan melihat mereka
sebagai panutan. Kalau para manajer atau pemimpin itu sendiri tidak
mau berubah, maka janganlah mengharapkan terjadi perubahan
pelayanan di lini bawah.
B. Saran
Menerapkan learning organization di suatu organisasi bukan
tanpa hambatan. Banyak hambatan yang muncul yang dapat
menghalangi kesuksesan penerapan learning organization. Oleh
sebab itu untuk membentuk suatu learning organization dalam suatu
organisasi membutuhkan keinginan kuat serta adanya kerelaan dari
pemimpin untuk menginvestasikan profit dalam bentuk
pengembangan sistem organisasi dan pertumbuhan individu dalam
organisasi. Selain itu, yang terpenting dalam mewujudkan learning
organization adalah berbagi. Kemauan berbagi adalah sifat dasar
organisasi yang belajar; berbagi pengalaman sukses dan gagal,
sharing informasi dan pengetahuan harus menjiwai tiap individu dalam
organisasi.
20
DAFTAR PUSTAKA