TESIS
Oleh
LIZA SALAWATI
077010005/IKM
PA
K O LA
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
TESIS
Oleh
LIZA SALAWATI
077010005/IKM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
PERILAKU,
MANAJEMEN
: HUBUNGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH TAHUN 2009
: Liza Salawati
: 077010005
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
: Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Direktur
Anggota
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
PERNYATAAN
HUBUNGAN PERILAKU, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT UMUM
DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Banda Aceh,
Penulis
Maret 2009
Liza Salawati
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
ABSTRACT
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaian tesis ini, yang berjudul Hubungan Perilaku,
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2009.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Jurusan Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai Ketua Komisi Pembimbing
yang selalu bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan
masukan
dan
pemikiran
dengan
penuh
kesabaran
ditengah-tengah
kesibukannya.
4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Anggota Komisi Pembimbing dengan
tulus ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. dr. Taufik Mahdi, SpOG, selaku Direktur Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh beserta staf yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam melakukan penelitian.
6. Suami tercinta Ir. Ibnu Abbas Majid, MSc dan ananda tercinta M. Zhafran, M.
Naufal, serta Siti Sarah Safira yang senantiasa memberikan dorongan,
semangat, dan mendoakan selama penulis mengikuti perkuliahan hingga
selesai pendidikan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
7. Ayahanda tercinta Drs. Hasbullah Tjoetgam dan ibunda tercinta Sakinah Ishaq
yang telah mendoakan dan memberikan dorongan serta perhatian kepada
penulis.
8. Pekerja Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang menjadi responden penelitian yang telah meluangkan waktu
dalam mengisi kuesioner penelitian.
9. Teman-teman
mahasiswa/mahasiswi
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Liza Salawati
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Masyarakat
Konsentrasi
Kesehatan
Kerja
Sekolah
Pascasarjana
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................
ABSTRACT ...................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i
ii
iii
v
vi
viii
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................
1.2 Permasalahan ......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................
1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................
1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................
1
1
9
9
10
10
BAB II
11
11
12
16
METODE PENELITIAN.............................................................
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...........................................
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................
3.5 Variabel dan Definisi Operasional.......................................
3.6 Metode Pengukuran ............................................................
3.7 Metode Analisa Data...........................................................
48
48
48
48
49
52
54
58
BAB III
19
32
43
46
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB IV
BAB V
BAB VI
60
PEMBAHASAN .........................................................................
5.1 Kecelakaan Kerja ................................................................
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja ..................................................................................
5.3 Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ......
5.4 Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ..
5.5 Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja ...................................................................................
5.6 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja ...................................................................................
5.7 Pengawasan, Investigasi, dan Pelaporan ...............................
5.8 Keterbatasan Penelitian .........................................................
72
72
60
62
67
74
76
78
80
82
84
85
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
3.1.
58
4.1.
63
63
64
65
65
65
66
66
67
68
69
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
4.12.
4.13.
70
71
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1.
44
2.2.
47
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
92
2.
Kuesioner....................................................................................
93
3.
99
4.
100
5.
104
6.
Master Data.................................................................................
110
7.
111
8.
121
9.
122
10.
123
124
11.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia, maka telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2002).
Garis-garis Besar Haluan Negara (1993), menegaskan bahwa perlindungan
tenaga kerja meliputi hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta jaminan
sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan
kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, jaminan kematian, serta syarat-syarat kerja
lainnya. Hal tersebut perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan
mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneter-nya, kesiapan sektor terkait,
kondisi pemberi kerja, lapangan kerja, dan kemampuan tenaga kerja. Amanat GBHN
ini menuntut dukungan dan komitmen untuk perwujudannya melalui penerapan K3.
Upaya K3 sendiri sudah diperkenalkan dengan mengacu pada peraturan perundangan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
adalah paling buruk dibandingkan dengan negara kawasan Asia Tenggara lainnya.
Selama tujuh bulan pertama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.528 kecelakaan kerja.
Selain itu ILO (2007) melaporkan terdapat 65.475 kasus kecelakaan kerja, di mana
1.457 orang meninggal, 5.326 orang cacat dan 58.697 orang sembuh tanpa cacat.
Badan Pusat Statistik (1998/1999) dalam Buku Sumatera Dalam Angka
melaporkan bahwa jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada masing-masing tahun
adalah 4.162 dan 3.846 kasus. Pada tahun 1999/2000 jumlah kasus kecelakaan akibat
kerja yang dilaporkan PT. Jamsostek Sumatera adalah 4.562 kasus. Menurut Badan
Pusat Statistik (1999/2000), jumlah kasus kecelakan kerja dalam bidang industri
meningkat dari 6.580 kasus menjadi 7.786 kasus. Pada tahun 2000/2001 PT.
Jamsostek menerima laporan kecelakaan kerja sebanyak 8.661 kasus di mana 5.940
kasus memerlukan perawatan, 2.400 kasus mengalami cacat dan 271 kasus
mengakibatkan kematian (Depkes RI, 2002).
Menurut
Pulungsih
(2005)
selama
tahun
2000
di RSUPN
Cipto
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
berbagai hal yang berkaitan dengan K3RS agar dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya (PMK Perdhaki, 2000).
Laboratorium umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan, misalnya
praktikum, penelitian, dan kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi. Oleh karena dalam
laboratorium melibatkan banyak orang, maka risiko bahaya kerja di laboratorium juga
dapat melibatkan banyak orang, sehingga semua yang terlibat di laboratorium harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan kesehatan kerja
di laboratorium. Masalah keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium diberikan
perhatian dan penekanan yang cukup sejalan dengan pelaksanaan kegitan pendidikan,
penelitian dan analisis. Perlu kiranya terus diupayakan pemberian informasi yang
jelas, terperinci dan menyeluruh tentang bahaya di laboratorium serta berupaya
menciptakan keselamatan kerja di laboratorium (Hartati, 2006).
Pekerja di laboratorium harus selalu mempelajari dan mendeteksi setiap
kemungkinan
timbul
risiko
kecelakaan
di
laboratorium,
harus
senantiasa
sering tertusuk oleh jarum suntik saat mengambil sampel darah pasien ataupun saat
menutup kembali jarum suntik selesai mengambil sampel darah pasien. Merekapun
sering terkena pecahan tabung reaksi, pecahan objek gelas saat bekerja, menurut
mereka kejadian tersebut merupakan hal yang biasa saja dan tidak pernah dilaporkan
kepada kepala laboratorium. Setelah peristiwa Tsunami tahun 2004 mereka bekerja
memakai hand scund karena saat itu ada bantuan dari salah satu rumah sakit dari
Jerman, walaupun sudah disediakan hand scund sampai dengan sekarang ini masih
ada pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang bekerja tidak
menggunakan hand scund dengan alasan Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) RSUZA
Banda Aceh tidak cukup memberikan hand scund (tidak sesuai dengan jumlah
amprahan) ke Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dan alasan lain
adalah repot dan malas menggunakannya.
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin (RSUZA) Banda Aceh merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan
secara khusus segi K3RS karena mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
tinggi sehingga memerlukan penataan ruangan yang khusus, peralatan yang khusus,
dan pengelolaan bahan yang berbahaya secara khusus pula, oleh karena itu pengelola
RSUZA perlu mengetahui secara rinci berbagai hubungan dengan K3RS sehingga
dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan
kesehatan tidak dapat dikatakan bermutu apabila tidak memperhatikan K3RS.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Hubungan
Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Kecelakaan Kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin mengetahui:
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah:
1.4.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1.5.
Manfaat Penelitian
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
manusia
yang
tidak
memenuhi keselamatan
misalnya kelengahan,
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
2.2.
7) Benda-benda melayang.
8) Radiasi.
9) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan.
2) Di bangunan.
3) Di bawah tanah.
f. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
1) Hewan.
2) Penyebab lain.
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak
memadai.
3. Kasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang.
b. Dislokasi.
c. Renggang otot/urat.
d. Memar dan luka dalam yang lain.
e. Amputasi.
f. Luka-luka lain.
g. Gegar dan remuk.
h. Luka baker.
i.
Luka dipermukaan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
j.
Keracunan akut.
Mati lemas.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
2.3
tidak sama, namun ada kesamaan umum yaitu kecelakaan kerja disebabkan oleh:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain.
b. Lingkungan kerja.
c. Proses kerja.
d. Sifat pekerjaan.
e. Cara Kerja.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia
a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik.
b. Kurang pengetahuan dan ketrampilan.
c. Cacat tubuh yang tidak terlihat.
d.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas. Akibat: luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian dan timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
a. Konstruksi bangunan yang tahan api.
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
d. Sistem tanda kebakaran:
1) Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera.
2) Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis.
3) Jalan untuk menyelamatkan diri.
4) Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
5) Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas (Depkes RI, 2008).
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
2.3.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
(SMK3). SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang
dilakukan oleh seluruh tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam
pelaksanaan pekerjaan, agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk
melaksanakan program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif (Kepmenkes
RI, 2007).
UU Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 1996 Pasal 3 mewajibkan setiap
perusahaan yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja
tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi, untuk mengembangkan SMK3
dan menerapkannya di tempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian
dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup
hal-hal berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif
(Kepmenkes RI, 2007).
Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga
inspektor/pengawas untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam menerapkan
aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak
satu kali dalam tiga tahun (Wirahadikesumah, 2007).
2.4.2. Komitmen dan Kebijakan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Perencanaan meliputi:
a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko
Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan PAK.
Penilaian faktor risiko adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan. Pengendalian faktor risiko dilaksanakan melalui 4
tingkatan pengendalian risiko yakni: 1) menghilangkan bahaya, 2) menggantikan
sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak
ada (engineering/rekayasa), 3) administrasi, 4) alat pelindung diri (APD).
b. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
c. Tujuan dan sasaran
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
a. Model 1
Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada direktur
rumah sakit, bentuk organisasi K3RS merupakan organisasi struktural yang
terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan kondisi/
kelas masing masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial.
b. Model 2
Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab
langsung ke direktur rumah sakit. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3
RS, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di rumah
sakit.
Keanggotaan:
1. Organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan
jajaran direksi RS.
2. Organisasi/unit pelaksana K3RS terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua,
Sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3RS dipimpin oleh ketua.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
3. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota.
4. Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di rumah sakit atau sekurang-kurangnya manajemen
di bawah langsung direktur rumah sakit.
5. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seorang tenaga
profesional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/unit pelaksana K3RS. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS
memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3RS. Anggota organisasi/unit pelaksana K3
RS mengikuti rapat organisasi/unit pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
organisasi/unit pelaksana K3RS (Kepmenkes RI, 2007).
Organisasi/unit pelaksana K3RS agar dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3RS. Sumber
data antara lain: 1) dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa
keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit
khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan; 2) dari tempat pengobatan
rumah sakit sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik karena
kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama
perawatan dan lama berobat; 3) dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat
kecelakaan dan biaya perbaikan; 4) dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
kerja rumah sakit, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik
yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan berbahaya; 5) dari bagian K3
berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya (Kepmenkes RI, 2007).
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan
preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur RS.
Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3RS serta
alternatif-alternatif
pilihan
serta
perkiraan
hasil/konsekuensi
setiap
pilihan
kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas rumah sakit.
2) Menetapkan cara penerapan K3RS
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan jika
rumah sakit memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mengarahkan orang.
3) Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3RS
4) Membentuk kelompok kerja penerapan K3
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit
kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota
kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah
anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
5) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan
dana.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penyuluhan K3 ke semua petugas rumah sakit
2) Pelatihan K3
Pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam
organisasi rumah sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
langkah
untuk
mengendalikan
bahaya
potensial
serta
2.5.
Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Perilaku ini sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking
behavior) yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mecari pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
kegiatan
seseorang
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatannya.
b. Perilaku sakit (illness behavior).
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup
hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang
sakit (the sick role).
2.5.2. Domain Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respon atau
reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang bersangkutan. Meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang besifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.
b Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses Adopsi Perilaku
Penerimaan suatu inovasi biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang
disebut tahapan putusan inovasi (Rogers dan Everett, 1983) yaitu:
1) Tahapan pengetahuan, dalam tahap ini seseorang sadar dan tahu adanya
inovasi.
2) Tahap bujukan, yaitu seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang
membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya.
3) Tahap putusan, dalam tahap ini seseorang membuat putusan menerima atau
menolak inovasi tersebut.
4) Tahap implementasi, dalam tahap ini seseorang melaksanakan keputusan yang
telah dibuatnya.
5) Tahap
pemastian,
yaitu
di
mana
seseorang
memastikan
atau
kognitif, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3). Aplikasi (Aplicatiori)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan seabgai aplikasi atau penggunaan hukutn-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek
di
lingkungan
tertentu
sebagai
suatu
penghayatan
terhadap
objek
(Notoatmodjo, 2003).
a. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap mempunyai 3
komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
b. Berbagai Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan:
1). Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2). Merespon (responding)
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
Tresnaningsih (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin
menghilangkan kecelakaan kerja hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak
aman, karena pelaku kecelakaan kerja adalah manusia. Para ahli belum dapat
menemukan cara yang benar-benar jitu untuk menghilangkan tidakan karyawan
yang tidak aman. Tindakan-tindakan tersebut seperti:
1. Melempar atau membuang material.
2. Mengoperasikan dan bekerja pada kecepatan yang tidak aman, apakah itu terlalu
cepat ataupun terlalu lambat.
3. Membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan cara
memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali.
4. Memakai peralatan yang tidak aman atau menggunakannya secara tidak aman.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
mengisi,
menempatkan,
2.6.
Landasan Teori
Pembicaraan mengenai konsep penyebab incident bertalian dengan runutan
sejarah perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari permulaan hingga
saat ini. Secara keseluruhan model/konsep tentang penyebab kecelakaan berkembang
hingga yang paling akhir dewasa ini diterapkan, tapi kemudian pada titik tertentu
berbalik pada konsep awal/dasar seperti sebuah mode. Seperti kita ketahui trend yang
saat ini dominan, banyak diterapkan terutama di perusahaan-perusahaan besar
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
di samping menjadi tuntutan global dan memang telah disepakati/diakui baik oleh
para ahli maupun praktisi K3 di perusahaan-perusahaan bahwa muara/diagnosis akhir
terjadinya kecelakaan sekaligus terapi awal upaya pencegahan kecelakaan adalah
manajemen sebagai sebuah sistem. Namun, pada bahasan/titik tertentu akan kembali
pada konsep awal seperti yang dikemukakan oleh H.W. Heinrich dengan dominasi
human error/unsafe action atau kembali ke perilaku manusia. Hal lain yang menonjol
adalah terdapatnya fenomen gunung es (ice berg) pada accident cost, angka kejadian
incident serta sebab-sebab yang menyertai munculnya incident (Riyadi, 2007).
International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 yang dipelopori
oleh Frank E. Bird mengemukakan teori Loss Caution Model yang menyatakan
bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab terjadinya kecelakaan.
Teori yang dikemukakan Frank E. Bird pada dasarnya merupakan penyempurnaan
dari yang ditemukan H.W. Heinrich. Frank E. Bird menggambarkan cara berfikir
modern terjadinya kecelakaan/banyak dipergunakan sebagai landasan berfikir untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan (Riyadi, 2007).
Model yang dikemukakan Frank E. Bird dan George L. Germain dalam
Riyadi (2007) adalah seperti gambar di bawah ini:
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Sumber: The "Practical Loss Control Leadership" by Frank E. Bird, Jr. and George L.
Germain. Copyright International Loss Control Institute, Inc. 1985. Revised
edition, 1990. Now part of DNV Training, USA.
2. Sebab-sebab utama
a. Human factor (Faktor manusia):
1) Pengetahuan kurang.
2) Motivasi kurang.
3) Keterampilan kurang.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
tergantung dari bagaimana dan di mana kejadian itu terjadi. Besar kecilnya kerugian
yang dialami akibat dari suatu kecelakaan akan sangat tergantung dari sebab-sebab
yang ada. Kalau dikategorikan tentang variasi kecelakaan mulai dari seseorang
tergores jari tangan sampai musnahnya suatu kilang serta korban manusia dalam
jumlah besar. Banyak sudah contoh kecelakaan yang dialami industri besar di dunia
ini sehingga menderita kerugian yang cukup besar pula meliputi material, mesin,
manusia dan lingkungan sekitarnya (Riyadi, 2007).
2.7.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Variabel Independen
Perilaku:
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Variabel Dependen
Kecelakaan Kerja
Manajemen K3:
- Pengawasan
- Promosi K3
- Pelatihan
- Investigasi
- Pelaporan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan
desain cross sectional survey yaitu pengumpulan data pada suatu saat (point time
approach) untuk menganalisis hubungan antara perilaku, manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009.
3.2.
3.3.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
3.4.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Menurut Sugiyono (2007) untuk melihat apakah instrumen tersebut valid atau
tidak valid dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (r), dengan
ketentuan:
a. Jika nilai r hitung > r tabel maka dinyatakan valid.
b. Jika nilai r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid.
Untuk melihat reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien Cronbachs
Alpha (Sugiyono, 2007) dengan kriteria keputusan:
a. Jika nilai r alpha > r tabel maka reliabel.
b. Jika nilai r alpha < r tabel maka tidak reliabel.
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada suatu
angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut
(Sugiyono, 2007).
Hasil uji validitas kuesioner terhadap 8 item pertanyaan kecelakaan kerja, 28
item pertanyaan perilaku, 8 item pertanyaan promosi K3, dan 2 item pertanyaan
pelatihan semuanya mempunyai nilai r hitung berada di atas nilai r tabel (0,632) pada
tingkat kemaknaan 5%, maka semua item pertanyaan (46 butir) adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu kewaktu (Sugiyono, 2007).
Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap 8 item pertanyaan kecelakaan kerja,
nilai r alpha (0,973) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,632), 28 item
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
pertanyaan perilaku, nilai r alpha (0,976) lebih besar dibandingkan dengan nilai r
tabel (0,632), 8 item pertanyaan promosi K3 dan 2 item pertanyaan pelatihan
mempunyai nilai r alpha (0,958) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel
(0,632). Semua pertanyaan mempunyai nilai r alpha > r tabel maka 46 item
pertanyaan adalah reliabel.
3.5.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
3.6.
Metode Pengukuran
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Variabel
A.
Variabel
Dependen
Kecelakaan
Kerja
Variabel
Independen
Perilaku
1
B.
1.
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
2.
Manajemen
K3
Pengawasan
Promosi K3
Pelatihan
Investigasi
Pelaporan
3.7.
Alat
Ukur
Skala
Ukur
Pernah
Tidak Pernah
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Observasi
Ordinal
Dokumen
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Dokumen
Ordinal
Dokumen
Ordinal
Sub Variabel
Kategori
Baik
Kurang
Setuju
Tidak Setuju
Benar
Salah
Ada
Tidak Ada
Baik
Tidak Baik
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
analisa:
4. Analisis univariat
Untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing
variabel independen yang meliputi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan),
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3,
pelatihan, investigasi, pelaporan), dan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
5. Analisis bivariat
Untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen yang
meliputi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan)
dengan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.
Analisa data dan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji ChiSquare (Budiarto, 2002).
2 =
(O - E) 2
E
Keterangan:
O (Observed) = Nilai hasil pengamatan
E (Expected) = Nilai ekspektasi
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
M. Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m dengan luas
bangunan 174.728 m. Tanggal 22 Februari 1979 sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51/Menkes/SK/II/1979 ditetapkan
sebagai rumah sakit kelas C. Hadirnya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh maka terjadilah perubahan, perkembangan dan peningkatan
RSUZA Banda Aceh menjadi rumah sakit kelas B pendidikan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 233/Menkes/SK/IV/1983
tanggal 11 Juni 1983, dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 153/Menkes/SK/II/1998 tentang persetujuan rumah sakit umum daerah
yang digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis.
Tanggal 1 Januari 2004 sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan
Pelayanan Kesehatan (BPK) RSUZA Banda Aceh No. 445/BPK-RSUZA/2004
ditetapkan Kebijakan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana
di RSUZA Banda Aceh. Kegiatan yang ditetapkan adalah memberikan pelayanan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, pengembangan staf,
pencatatan, pelaporan, evaluasi K3, dan penyuluhan K3 di lingkungan RSUZA Banda
Aceh.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
4.2.
Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Frekuensi
7
16
23
Persentase
30,4
69,6
100,0
Frekuensi
13
5
1
11
14
4
48
Persentase
27,1
10,4
2,1
22,9
29,2
8,3
100,0
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Bagian
Hematologi
Kimia Klinik
Mikrobiologi Klinik
Serologi
Urinalisa
Ruang Sampel
Jumlah
Frekuensi
2
4
1
3
4
2
16
Persentase
12,50
25,00
6,25
18,75
25,00
12,50
100,00
4.2.2. Perilaku
A. Pengetahuan
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 23 responden, yang
berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang (52,2%) dan 11 orang (47,8%)
berpengetahuan baik.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Pengetahuan
Jumlah
Frekuensi
11
12
23
Persentase
47,8
52,2
100,0
C. Sikap
Berdasarkan Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan bahwa lebih banyak
responden yang bersikap tidak setuju yaitu berjumlah 13 orang (56,5%) dari pada
bersikap setuju yaitu sebanyak 10 orang (43,5%).
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh
No.
1. Setuju
2. Tidak Setuju
Sikap
Jumlah
Frekuensi
10
13
23
Persentase
43,5
56,5
100,0
D. Tindakan
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
bertindakan salah dalam bekerja di Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda
Aceh yaitu berjumlah 12 orang (52,2%) dari pada bertindakan benar yaitu sebanyak
11 orang (47,8%).
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh
No.
1. Benar
2. Salah
Tindakan
Jumlah
Frekwensi
11
12
23
Persentase
47,8
52,2
100,0
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Frekuensi
8
15
23
Persentase
34,8
65,2
100,0
B. Pelatihan K3
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
tidak ada mengikuti pelatihan K3 yaitu berjumlah 14 orang (60,9%) dari pada yang
ada mengikuti pelatihan K3 yaitu sebanyak 9 orang (39,1%).
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pelatihan K3 di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh
No.
Pelatihan K3
1. Ada
2. Tidak Ada
Jumlah
Frekuensi
9
14
23
Persentase
39,1
60,9
100,0
kecelakaan kerja, dan tidak pernah membuat laporan mengenai kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, sehingga variabel
pengawasan, investigasi, dan pelaporan tidak dapat dilakukan uji statistik pada
penelitian ini.
4.3.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara
No
Pengetahuan
1
2
Baik
Kurang
Jumlah
Kecelakaan Kerja
Tidak
Pernah
n
% n
%
6
54,5
5
45,5
1
8,3 11
91,7
7
30,4 16
69,6
Jumlah
n
%
11 100,0
12 100,0
23 100,0
p-Value
0,027
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada Confidence Interval (CI) 95%
menunjukkan probabilitas (p) < 0,05 (p = 0,027) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan
ada
hubungan
antara
pengetahuan
dengan
terjadinya
kecelakaan
kerja
4.10.
No
Sikap
1
2
Setuju
Tidak Setuju
Jumlah
Kecelakaan Kerja
Tidak
Pernah
n
% n
%
6
60,0
4
40,0
1
7,7 12
92,3
7
30,4 16
69,6
Jumlah
n
%
10
100,0
13 100,0
23 100,0
Kerja
p-Value
0,019
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p < 0,05 (p =
0,019) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan sikap pekerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh terbukti.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
No
Tindakan
1
2
Benar
Salah
Jumlah
Kecelakaan Kerja
Tidak
Pernah
n
% n
%
6
54,5
5
45,5
1
8,3 11
91,7
7
30,4 16
69,6
Jumlah
n
%
11 100,0
12 100,0
23 100,0
p-Value
0,027
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p < 0,05 (p =
0,027) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan tindakan pekerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara tindakan dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.
4.3.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang
mendapat promosi K3 yang tidak baik 13 orang (86,7%) pernah mengalami
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
kecelakaan kerja dan dari 8 responden yang mendapat promosi K3 yang baik 5 orang
(62,5%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Tabel 4.12. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
No
Promosi K3
1
2
Baik
Tidak Baik
Jumlah
Kecelakaan Kerja
Tidak
Pernah
n
% n
%
5
62,5
3
37,5
2
13,3 13
86,7
7
30,4 16
69,6
Jumlah
n
%
8
100,0
15 100,0
23 100,0
p-Value
0,026
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p < 0,05 (p =
0,026) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan promosi K3 dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara promosi K3 dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.
B. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang
tidak mengikuti pelatihan K3RS yaitu berjumlah 14 orang di mana 13 orang (92,9%)
pernah mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 9 responden yang ada mengikuti
pelatihan K3RS sebanyak 6 orang (66,7%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
No
Pelatihan
1
2
Ada
Tidak Ada
Jumlah
Kecelakaan Kerja
Tidak
Pernah
n
% n
%
6
66,7
3
33,3
1
7,1 13
92,9
7
30,4 16
69,6
Jumlah
n
%
9
100,0
14 100,0
23 100,0
Kerja
p-Value
0,005
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p < 0,05 (p =
0,005) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelatihan K3 dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
Kecelakaan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009 menunjukkan bahwa 69,6% pekerja pernah
mengalami kecelakaan kerja dan 30,4% pekerja tidak pernah mengalami kecelakaan
kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendria dan fitri (2006) bahwa
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA
Banda Aceh tahun 2006 sebesar 52,2%. Hal ini menunjukkan peningkatan kejadian
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh pada tahun
2008.
Menurut
Pulungsih
(2005)
selama
tahun
2000
di RSUPN
Cipto
sebesar 22,9%. Mayoritas pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah di bagian
kimia klinik dan urinalisa masing-masing yaitu 25,0%, selanjutnya 18,75% pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja di bagian serologi, dan masing-masing 12,5%
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di bagian hematologi dan ruang sampel,
serta yang paling sedikit pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah di bagian
mikrobiologi klinik yaitu sebesar 6,25%.
Secara teoritis menurut Perdhaki (2000) kegiatan di laboratorium kesehatan
mempunyai risiko untuk terjadinya kecelakaan yang berasal dari faktor fisik, kimia,
ergonomi dan psikososial. Seiring dengan kemajuan IPTEK maka risiko yang
dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat. Pelayanan laboratorium di rumah
sakit merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus segi K3RS ini
karena mempunyai risiko yang lebih tinggi dan memerlukan penataan ruangan yang
khusus, peralatan yang khusus dan pengelolaan bahan berbahaya secara khusus pula.
Oleh karena itu pengelola rumah sakit perlu mengetahui secara rinci berbagai hal
yang berkaitan dengan K3RS agar dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sebaik-baiknya.
Masalah penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu faktor manusia karena
kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, kurangnya kesadaran dari direksi
dan karyawan sendiri untuk melaksanakan peraturan perundangan K3 serta masih
banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS sebagai pengeluaran yang mubazir,
demikian juga di kalangan karyawan banyak yang menganggap remeh atau acuh tak
acuh dalam memenuhi SOP kerja (Pusat Kesehatan Kerja, 2003).
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
5.2.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Menurut
Hartati (2006)
pekerja tahu
akan
5.3.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
penting komponen itu, akan makin positif sikap yang terbentuk. Sebaliknya makin
banyak segi negatif dari komponen pengetahuan makin negatif sikapnya.
Menurut Annanto (1993) proses pembentukan sikap berlangsung melalui
proses belajar sosial. Proses pembentukan sikap yang positif karena adanya interaksi
sosial yang dialami individu.
Diketahui pula bahwa 10 responden yang bersikap setuju sebanyak 4 pekerja
(40,0%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja
yang bersikap setuju mengalami juga kecelakaan kerja oleh karena pekerja tersebut
ada yang tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak pernah mengikuti
pelatihan, ada yang berpengetahuan kurang, dan ada yang bertindakan salah saat
bekerja.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang akan menentukan sikap
yang terwujud dalam tindakan nyata akan tetapi tidak selamanya demikian bahkan
bisa terjadi sebaliknya, perilaku negatif tetapi sikap dan pengetahuan positif karena
sikap juga dipengaruhi oleh situasi, pengalaman, dan nilai. Pembentukan sikap juga
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media masa, institusi atau lembaga tertentu, dan faktor emosi dalam diri individu
yang bersangkutan.
5.4.
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Diketahui bahwa dari 12 pekerja
yang bertindakan salah 11 pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar
91,7%, sedangkan dari 11 pekerja yang bertindakan benar 6 pekerja tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 54,5%, hal ini menunjukkan bahwa pekerja
yang bertindakan salah saat bekerja di Laboratorium Patologi Klinik mengalami
kecelakaan kerja lebih tinggi dari pada yang bertindakan benar oleh karena masih ada
pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tidak
menggunakan jas lab, memakai hand scund bekas, tidak menggunakan hand scund,
jarum suntik yang telah digunakan tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan,
dan tidak menyimpan bahan kimia dengan benar.
Penelitian Hendria dan Fitri (2006) yang menyatakan bahwa dari 18 pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang tidak menggunakan APD
saat bekerja sebesar 55,6% mengalami kecelakaan kerja. Menurut Hartati (2006)
pekerja tahu akan peraturan tetapi tidak melaksanakannya karena menganggap kurang
leluasa, misalnya ketika menggunakan sarung tangan karet dan baju pelindung.
Diketahui pula bahwa 11 responden yang bertindakan benar sebanyak 5
pekerja (45,5%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa
pekerja yang bertindakan benar mengalami juga kecelakaan kerja oleh karena
pekerja tersebut ada yang tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak
pernah mengikuti pelatihan, ada yang berpengetahuan kurang, dan ada yang bersikap
tidak setuju.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Pusat Kesehatan Kerja (2003) yang
menyatakan bahwa kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi, sebagai faktor
penyebab sering terjadi kecelakaan kerja oleh karena kurang kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Tresnaningsih (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin menghilangkan
kecelakaan kerja hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak aman, karena pelaku
kecelakaan kerja adalah manusia. Para ahli belum dapat menemukan cara yang benarbenar jitu untuk menghilangkan tindakan karyawan yang tidak aman.
5.5.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
5.6.
pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami kecelakaan kerja lebih
tinggi dibandingkan dengan pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lopez (2003) dan Sugiharto
(2002) yang menyatakan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan seseorang
setelah mendapat pelatihan. Pierewan (1999) menyatakan pelatihan efektif
meningkatkan kemampuan peserta pelatihan, karena proses belajar, teori Green
(1980) menyatakan bahwa pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan. Menurut Notoatmodjo (1993) pelatihan adalah salah satu proses
pendidikan, melalui pelatihan sasaran belajar akan memperoleh pengalaman yang
akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku.
Diketahui pula bahwa 9 responden yang pernah mengikuti pelatihan K3
sebanyak 3 pekerja (33,3%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini
menunjukkan bahwa pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami juga
kecelakaan kerja oleh karena masih ada pekerja yang berpengetahuan kurang
mengenai K3 walaupun sudah mendapatkan pelatihan K3, ada yang bersikap tidak
setuju, ada yang bertindakan salah saat bekerja, dan ada yang tidak memperoleh
promosi yang baik, serta bisa juga oleh karena pekerja kurang terampil walaupun
sudang mengikuti pelatihan K3.
Tujuan pelaksanaan pelatihan K3 pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
pekerja
dalam
melakukan
pekerjaannya
5.7.
pelaporan oleh karena bagian K3RS tidak pernah melakukan pengawasan, tidak
pernah melakukan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja, dan tidak pernah
membuat laporan kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh oleh karena belum ada supervisor untuk melakukan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja, investigasi kecelakaan kerja, dan membuat laporan kecelakaan
kerja. Diketahui pula bahwa sekretaris bagian K3 bukan seorang tenaga profesional
K3RS (manajer K3 atau ahli K3).
Menurut Kepmenkes RI (2007) organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah
direktur dan bukan merupakan kerja rangkap dan sekretaris organisasi/unit
pelaksanaan K3 adalah seorang tenaga profesional K3RS, yaitu manajer K3 atau ahli
K3. Pelaksanaan K3RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
5.8.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup desain penelitian, di mana
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian maka diperoleh
6.2.
Saran
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
kecelakaan
kerja
secara
komprehensif
sehingga
dapat
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Annanto; Ghufron, A.; Tjokrosanto, S., 1993, Government Official Knowledge and
Attitude on Handling of AIDS in Yogyakarta, The Journal of Indonesian
Epidemiologi, 2: 31-48.
Astuti, D.; Supardi, S.; Sumarni, 2002, Peranan Pendidikan Kesehatan pada Ibu
terhadap Reinfeksi Penyakit Cacing pada Anak Usia Sekolah Dasar, Sains
Kesehatan. Vol. 15, No. 2: 145-153.
Azwar, S., 2003, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Cetakan VII, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta.
Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 2003, Buku
Standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pemerintah Provinsi Nanggroe
Aceh Darusssalam.
Budiarto, E., 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC,
Jakarta.
Bakar, A., 2003, Efektifitas Penyuluhan Gizi oleh Kader dengan Media Pood Model
di Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Coggon, D.; Rose, G.; Barker, D.J.P., 1996, Epidemiologi Bagi Pemula, EGC,
Jakarta.
Depkes, R.I., 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Jakarta.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI, 2006, Subdinas Pengawasan
Ketenagakerjaan, Jakarta.
Hartati, 2006, Keselamatan Kerja, Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan
di Laboratorium, FMIPA, Unair, Surabaya.
Hasyim, H., 2005, Manajemen Hiperkes dalam Keselamatan Kerja di Rumah Sakit,
Fakultas Kedokteran Unsri, Sumatera Selatan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Hendria & Fitri, L., 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Laboratorium di Bagian Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
Ginting, R., 2006, Analisis Perilaku Petugas Laboratorium Patologi Klinik terhadap
Pengendalian Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RSU dr.
Pirngadi Medan, Program Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Green, L.; Kreuter, W.M.; Deeds, G.S.; Partridge, B.K., 1980, Health Education
Planing, A Diagnostic Approach, Mayfield Publishing Company, California.
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 432/Menkes/SK/IV/2007, Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta.
Komite K3, 1994, Seminar K3 di Rumah Sakit, Jakarta.
Kompas, 2003, Standar Keselamatan Kerja di Indonesia Paling Buruk di Asia
Tenggara.
Lopez, P.Y., 2003, Promosi Kesehatan pada Kader Posyandu dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Ketrampilan tentang Penanggulangan Malaria
di Kabupaten Timor Tengah Utara, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Laporan Tahunan, 2006, Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Marpaung, L.T., 2006, Pengaruh Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Pekerja untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
di Perusahaan Meubel PT. Yunesia Tanjung Morawa, Program Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Murti, B., 1996, Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu
Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
_______, 2006, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan.
Matondang, A.R; Nazlina; Wahyuni, D.; Lubis, H.S., 2007, Modul Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.
Santosa, S., 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Shariff, S.M., 2007, Occupational Safety and Health Management, University
Publication Centre (UPENA), Universiti Teknologi MARA, Malaysia.
Stoner, J.A.F., 1982, Management, Prectice Hall Inc, New Jersey.
Subarniati, R.; Saenun; Qomaruddin, M.B.; Rahayuwati, L.; Hargono, R., 1996,
Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Sugiharto, D.; Doejachman; Wahyuni, B., 2003, Pendidikan Kesehatan Melalui
Metode Kombinasi Ceramah dan Diskusi tentang HIV/AIDS pada Kader
di Kecamatan Grinsing, Jawa Tengah.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, Alfabeta,
Bandung.
Suma`mur, P.K., 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta.
_______, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji
Masagung, Jakarta.
Supardi, S.; Sampurno, O.D.; Notosiswoyo, M., 2002, Pengaruh Ceramah dan Media
Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri Sesuai dengan Aturan, Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol. 30 No. 3 Hal. 128-138.
Tresnaningsih, E., 2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Pusat Kesehatan Kerja, Jakarta, http://www.depkes.go.id/index.php
?option=articles&task=viewarticle&artid=127<emid=3-51kWirahadikesumah, R.D., 2007, Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Yanri, Z., 2005, Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja, Lembaga
ASEAN OSHNET, Indonesia.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.