Anda di halaman 1dari 26

PROFIL GERAK NASTI PADA BUNGA Mirabilis Jalapa KETIKA

CUACA EKSTRIM DAN CUACA NORMAL


disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
dosen pengampu:
Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.S.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.

oleh:
Kelompok 3
Biologi A 2014

Emila Susheno 1401850


Karina Rachma 1401145
Muh. Dwiky Julian 1405389
Sulastri Eka Mardiah 1401949
Tri Indah Ramadina 1400049

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. Judul
Profil Gerak Nasti pada Bunga Mirabilis jalapa ketika Cuaca Ekstrim dan
Cuaca Normal
B. Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Berbeda dengan hewan,
gerak pada tumbuhan dapat berupa respon terhadap faktor lingkungan. Gerak
tanaman dapat menjauhi atau mendekati stimlus lingkungan. Kemampuan
menanggapi rangsangan atau memberi reaksi terhadap rangsangan disebut
iritabilitas. Jadi, gerak pada tumbuhan biasanya terjadi karena rangsangan
dari luar. Proses tumbuh dari tumbuhan juga merupakan gerak pada tumbuhan
(Mikrajuddi, 2006).
Gerak dari mekar dan kuncupnya bunga Mirabilis jalapa merupakan salah
satu contoh dari gerak fotonasti. Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang
arah geraknya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Sehingga
fotonasti merupakan gerak yang disebabkan oleh rangsangan cahaya (Rere,
2011). Secara fisiologis, cahaya mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung bagi tubuh tanaman. Pengaruhnya pada metabolisme secara
langsung melalui fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang merupakan respon metabolik
dan lebih kompleks (Franklin,1991).
Mekarnya bunga adalah waktu yang tepat untuk pollinator, karena bunga
melakukan kontrol pembukaan sehingga antera dan stigma dapat terjadi
fertilisasi. Hal tersebut biasanya terjadi karena respon dari lingkungan seperti
suhu, intensitas cahaya, ataupun kelembaban (Reid, 2005). Salah satu tanaman
yang dapat terlihat pergerakan kuncup mekarnya adalah bunga Mirabilis
jalapa. Menurut A. Le Duc (1995), kuncup dari bunga Mirabilis jalapa
berkembang meluas dengan cepat pada sore hari. Bunga ini awal mekarnya
ketika petang, dan secara koordinatif menutup kembali menjadi kuncup ketika
keesokan harinya pada pagi hari. Siklus kuncup mekarnya bunga Mirabilis
jalapa jika dihitung dalam hitungan jam yakni selang 14 jam sekali.
Berdasarkan hasil studi literatur di atas dapat diperkirakan menguncup dan
mekarnya bunga Mirabilis jalapa terjadi karena respon dari lingkungan dan
ada hubungannya dengan cuaca, karena cuaca ekstrim maupun normal dapat
menentukan seberapa besar intensitas cahaya, kelembaban, dan tinggi
rendahnya suhu lingkungan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Profil Gerak Nasti pada Bunga Mirabilis jalapa
ketika Cuaca Ekstrim dan Cuaca Normal”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana profil gerak nasti bunga Mirabilis jalapa ketika cuaca cerah?
2. Bagaimana profil gerak nasti bunga Mirabilis jalapa ketika cuaca ekstrim?
3. Faktor lingkungan apa yang paling berhubungan dengan sudut bukaan
bunga Mirabilis jalapa?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui profil gerak nasti bunga Mirabilis jalapa ketika cuaca cerah.
2. Mengetahui profil gerak nasti bunga Mirabilis jalapa ketika cuaca ekstrim.
4. Mengetahui faktor lingkungan yang paling berhubungan dengan sudut
bukaan bunga Mirabilis jalapa.
E. Dasar Teori
1. Gerak Nasti
Pengertian gerak nasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang
arahnya tidak ditentukan atau ditujukan ke atau dari sumber rangsang.
Rangsang tersebut dapat berupa sentuhan, suhu, cahaya, dan kelembaban
(Syahputra, 2013).
Berdasarkan jenis rangsang yang memengaruhi, gerak nasti dibedakan
menjadi (Syahputra, 2013):
a. Gerak Termonasti
Termonasti merupakan gerak bagian tubuh tumbuhan karena
pengaruh rangsang berupa suhu. Contoh termonasti yang terjadi di
daerah dingin, misalnya bunga tulip dan bunga crokus yang membuka
karena pengaruh suhu. Bunga-bunga tersebut mengembang jika
mengalami kenaikan suhu. Jika suhu menurun maka bunga-bunga
tersebut akan menutup lagi (Syahputra, 2013).
b. Gerak Seismonasti
Seismonasti adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh
rangsang sentuhan atau getaran. Contoh seismonasti adalah gerak
menutupnya daun putri malu ketika disentuh. Untuk memahami
pengertian gerak seismonasti pada tumbuhan dapat kamu lakukan
dengan mengamati tanaman putri malu (Mimosa pudica) (Syahputra,
2013).
Jika daun tanaman putri malu disentuh maka daun tersebut akan
menutup seperti layu. Sentuhan merupakan salah satu rangsang dari
luar terhadap gerakan daun tanaman putri malu. Arah menutupnya
daun akibat sentuhan adalah tetap walaupun rangsang sentuhannya
berbeda (Syahputra, 2013).
c. Gerak Niktinasi
Gerak niktinasti (nyktos = malam) adalah gerak bagian tubuh
tumbuhan karena pengaruh rangsang dari lingkungan di malam hari.
Contoh gerak niktinasti adalah gerak menutupnya daun tumbuhan yang
tergolong tu polong (Leguminoceae) pada menjelang malam hari.
Gerak ini disebabkan oleh perubahan tekanan turgor sel-sel pada
jaringan di dalam persendian daun (Syahputra, 2013).
d. Gerak Nasti Kompleks.
Gerak nasti kompleks adalah gerakan sebagian tubuh tumbuhan
yang disebabkan oleh lebih dari satu macam rangsang. Contoh gerak
nasty kompleks adalah gerak membuka dan menutupnya stomata
karena pengaruh cahaya matahari, zat kimia, dan air. Mekarnya bunga
pukul empat pada sore hari itu dipengaruhi oleh cahaya dan suhu
(Syahputra, 2013).
e. Gerak Fotonasti
Fotonasti (Greek, photos = cahaya, taxis = gerak menuju atau
menjauhi rangsang) adalah gerak yang melibatkan sebagian atau
seluruh bagian tumbuhan karena pengaruh rangsang berupa cahaya
(Syahputra, 2013). Selain itu, fototaksis juga merupakan gerak pindah
tempat menuju atau menjauhi rangsangan cahaya. Telah disepakati
bahwa gerak menuju cahaya disebut fototaksis positif, sedangkan yang
menjauhi cahaya disebut fototaksis negatif. Beberapa contoh
diantaranya yaitu gerak Euglena sp. dan ganggang hijau satu sel
menuju cahaya yang diperlukannya untuk berfotosintesis; kloroplas
dalam sel juga bergerak ke sisi yang mendapatkan cahaya; gerak
serangga menuju ke lampu neon atau lampu lainnya; dan gerak
mekarnya bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis) saat siang dan
menguncup saat malam hari, serta gerak mekarnya bunga pukul empat
(Mirabilis jalapa) saat sore hari (Himabioummy, 2015).
2. Intensitas Cahaya
Sinar matahari atau radiasi matahari adalah sinar yang berasal dari
Matahari. Tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk berfotosintesis
dan membuat makanan. Tanaman memerlukan cahaya matahari agar
tumbuh hijau. Dengan air tanpa cahaya matahari, tanaman akan tumbuh
tinggi dengan cepat, namun akan terlihat kuning dan kekurangan air,
meskipun saat disentuh, daunnya terasa amat basah. Tanpa cahaya
matahari, tidak akan ada kehidupan di bumi (Irwan, 2014).
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu
tanaman per satuan waktu. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela
(Cd). Pengertian disini sudah termasuk di dalamnya lama penyinaran,
yaitu matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya
menggunakan hari. Intensitas cahaya dan lamanya penyinaran
mempengaruhi sifat tanaman. Besarnya intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman tidak sama untuk setiap tempat dan waktu. Hal ini
tergantung dari beberapa hal, yaitu jarak antara matahari dan bumi,
tergantung pada musim, dan letak geografis (Bala, 2011).
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman.
Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang
tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat. Susunan pembuluh
kayupun lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal,
tetapi ukuranya lebih kecil disbanding dengan tanaman yang tidak terkena
sinar matahari (Arya, 2016). Pengaruh intensitas cahaya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman berhubungan erat dengan proses
nasti.
3. Kelembaban
Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di
dalam udara. Di dalam atmosfer terdapat H2O dalam bentuk uap atau gas,
cairan atau air dan salju atau es dalam bentuk padat. Banyaknya uap air
yang dikandung udara tidak sama di berbagai tempat. Setiap saat ada uap
air yang masuk dan dilepas oleh atmosfer. Uap air ditransfer ke udara
melalui proses penguapan karena panas matahari. Air yang menguap dari
permukaan bumi berasal dari lautan, sungai, hutan dan lain-lain.
Bervariasinya jumlah uap air ini dikarenakan adanya proses penguapan,
pengembunan, pembekuan dan lain-lain. Kelembaban udara dipengaruhi
oleh sinar matahari, kabut dan hujan (Winardi, 2014).
4. Suhu
Suhu adalah derajat panas. Dimana dengan suhu makhluk hidup
memerlukan energi untuk meregulasi temperatur (suhu) tubuhnya. Suhu
juga mempengaruhi distribusi tanaman dan hewan (Irwan, 2014). Suhu
udara akan berubah dengan nyata selama periode 24 jam. Perubahan suhu
udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di
atmosfer. Serapan energi sinar matahari akan mengakibatkan temperatur
udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat
setelah intensitas cahaya maksimum pada saat berkas cahaya jatuh tegak
lurus yakni pada waktu tengah hari (Winardi, 2014).
5. Mirabilis jalapa
Mirabilis jalapa termasuk pada family Nyctaginaceae merupakan
tumbuhan berhabitus herba dengan tinggi dapat mencapai 2 meter. Bunga
Mirabilis jalapa berbentuk tubular, berwarna putih, pink, atau merah,
memiliki 5-6 stamen. Selain itu bunga ini mekar saat sore hari dan
menguncup kembali pada pagi hari (Christman, 2010).
Pada pangkal bunga saat dipetik, akan keluar setitik air yang rasanya
manis. Mirabilis jalapa banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias di
pekarangan rumah atau sebagai pagar pembatas rumah. Pada saat muda
bijinya berwarna hijau, kemudian saat matang berubah menjadi hitam.
Buahnya keras, berwarna hitam, berbentuk telur dan bila sudah tua di
dalamnya terdapat zat tepung yang menagndung lemak. Tumbuhan
tersebut merupakan tanaman tropis, tumbuh pada tanah gembur dengan pH
6-7. Menurut berbagai hasil penelitian, gerak mekarnya bunga tersebut
karena pengaruh berbagai faktor yang saling terkait yaitu, cahaya, suhu,
dan kelembaban udara di sekitarnya yang menyebabkan terjadinya
perubahan turgor pada bunga (Bacajuga, 2017).
F. Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H0 : Suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban tidak berhubungan dengan
sudut bukaan bunga Mirabilis jalapa
H1 : Suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban berhubungan dengan sudut
bukaan bunga Mirabilis jalapa
G. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Waktu pengambilan data (cuaca cerah dan cuaca
ekstrim)
2. Variabel terikat : Sudut gerak kuncup mekarnya bunga (antara
mahkota dengan tangkai)
3. Variabel kontrol : Bunga Mirabilis jalapa
H. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan pada penelitian profil gerak nasti bunga
Mirabilis jalapa
No Nama Alat Jumlah
1. Lux meter 1 buah
2. Thermohygrometer 1 buah
3. Kamera 1 buah
4. Alat tulis 1 set
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian profil gerak nasti bunga
Mirabilis Jalapa
No Nama Bahan Jumlah
1. Mirabilis jalapa Secukupnya

I. Cara Kerja
Ditentukan Dilakukan studi Diukur intensitas
tumbuhan literatur mengenai cahaya, kelembaban,
Mirabilis waktu kuncup dan dan suhu udara di
jalapa yang mekarnya Mirabilis lingkungan tumbuhan
jalapa tersebut hidup
akan diamati

Data diolah Hasil pengamatan Gerak nasti pada bunga


dengan pada setiap aspek diamati sudut
menggunakan dicatat ke dalam pergerakkannya pada
analisis bentuk tabel data pagi dan sore hari
hasil pengamatan dimana masing-masing
korelasi
serta diamati selama 1 jam
kemudian
didokumentasikan dengan selang waktu 10
dibuat laporan menit
J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan suatu desain penelitian yang menggambarkan keadaan dengan
akurat. Adapun cara mendapatkan datanya dengan cara observasi.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
- Pengamatan ke-1 (cuaca cerah di sore hari)
Hari/tanggal : Jumat, 24 November 2017
Waktu : Pukul 16.00 – 17.00 WIB
Tempat : Geger Asih Geger Kalong Girang
- Pengamatan ke-2 (cuaca cerah di pagi hari)
Hari/tanggal : Minggu, 26 November 2017
Waktu : Pukul 05.30 – 06.30 WIB
Tempat : Geger Asih Geger Kalong Girang
- Pengamatan ke-3 (cuaca ekstrim di sore hari)
Hari/tanggal : Kamis, 7 Desember 2017
Waktu : Pukul 17.00 – 18.30 WIB
Tempat : Geger Asih Geger Kalong Girang
- Pengamatan ke-4 (cuaca ekstrim di pagi hari)
Hari/tanggal : Jumat, 8 Desember 2017
Waktu : Pukul 05.30 – 06.30 WIB
Tempat : Geger Asih Geger Kalong Girang
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam pengamatan gerak nasti pada
Mirabilis jalapa dilakukan dengan lembar observasi berupa tabel
pengamatan yang terdapat aspek intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan
derajat pergerakan bunga. Kemudian data diolah dengan analisis korelasi
antara pergerakan sudut ketika bunga menguncup dan mekar dengan
kondisi lingkungan.
4. Analisis Data
Data diperoleh dari hasil pengukuran profil gerak nasti pada bunga
Mirabilis jalapa, dimana diamati selama 1 jam dalam selang waktu 10
menit. Sebelumnya diukur terlebih dahulu intensitas cahaya, kelembapan,
dan suhu udara sebagai variabel bebas disekitar tumbuhan tersebut. Gerak
nasti pada bunga tersebut diukur sudut pergerakannya dan hasil
pengulangannya dirata-ratakan. Adapun hasil data yang didapat dibuat
dalam bentuk tabel perbandingan untuk mengetahui kecenderungan waktu
mekar dan menguncup dari bunga Mirabilis jalapa.
K. Hasil
1. Perolehan Data berdasarkan Hasil Pengamatan
a. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 3. Data Pengamatan Profil Gerak Nasti pada Bunga Mirabilis jalapa
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
1. Normal 16:00 s/d 10’ 158º Suhu 26 ºC
17:00 WIB
Kelembapan
82%

Intensitas
Gambar 1. Gerak cahaya
Mirabilis jalapa sore 2787 lux
hari dan normal 1580
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
20’ 149º Suhu 26 ºC

Kelembapan
82%

Gambar 2. Gerak Intensitas


Mirabilis jalapa sore cahaya
hari dan normal 1490 2781 lux
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
30’ 137º Suhu 26 ºC

Kelembapan
82%

Intensitas
Gambar 3. Gerak
Mirabilis jalapa sore cahaya
hari dan normal 1370 2775 lux
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
40’ 133º Suhu 26 ºC

Kelembapan
82%
Gambar 4. Gerak
Mirabilis jalapa sore Intensitas
hari dan normal 1330 cahaya
(Dok. Kelompok 3A, 2773 lux
2017)
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
50’ 127º Suhu 25 ºC

Kelembapan
84%
Gambar 5. Gerak
Mirabilis jalapa sore
Intensitas
hari dan normal 1270 cahaya
(Dok. Kelompok 3A, 2770 lux
2017)
60’ 70º Suhu 25ºC

Kelembapan
84%
Gambar 6. Gerak
Mirabilis jalapa sore Intesitas
hari dan normal 700 cahaya 2751
(Dok. Kelompok 3A, lux
2017)
05:30 s/d 10’ 79º Suhu 21ºC
06.30 WIB
Kelembapan
74%

Intesitas
cahaya 1541
Gambar 7. Gerak
lux
Mirabilis jalapa pagi
hari dan normal 790
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
20’ 82º Suhu 21ºC

Kelembapan
74%

Intesitas
cahaya 1536
Gambar 8. Gerak lux
Mirabilis jalapa pagi
hari dan normal 820
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
30’ 86º Suhu 21ºC

Kelembapan
74%

Intesitas
Gambar 9. Gerak
cahaya 1540
Mirabilis jalapa pagi lux
hari dan normal 860
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
40’ 87º Suhu 21ºC

Kelembapan
74%

Intesitas
Gambar 10. Gerak cahaya 1540
Mirabilis jalapa pagi lux
hari dan normal 870
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
50’ 96º Suhu 23ºC

Kelembapan
74%

Intesitas
cahaya 1600
Gambar 11. Gerak
lux
Mirabilis jalapa pagi
hari dan normal 960
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
60’ 97º Suhu 23ºC

Kelembapan
76%

Intesitas
Gambar 12. Gerak cahaya 1690
Mirabilis jalapa pagi lux
hari dan normal 970
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
2. Ekstrim 17: 00 s/d 10’ 111º Suhu
18: 30 24,3ºC
WIB
Kelembaban
97 %

Gambar 13. Gerak Intensitas


Mirabilis jalapa sore cahaya 1982
hari dan ekstrim 1110
(Dok. Kelompok 3A, lux
2017)
20’ 94º Suhu
24ºC

Kelembaban
97 %
Gambar 14. Gerak
Mirabilis jalapa sore Intensitas
hari dan ekstrim 940 cahaya 1980
(Dok. Kelompok 3A, lux
2017)
30’ 91º Suhu
24ºC

Kelembaban
97 %
Gambar 15. Gerak
Mirabilis jalapa sore Intensitas
hari dan ekstrim 910 cahaya 988
(Dok. Kelompok 3A, lux
2017)
40’ 80º Suhu
24ºC

Kelembaban
97 %

Gambar 16. Gerak Intensitas


Mirabilis jalapa sore cahaya 978
hari dan ekstrim 800 lux
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
50’ 80º Suhu
23,3 ºC

Kelembaban
95 %
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
Gambar 17. Gerak Intensitas
Mirabilis jalapa sore cahaya 980
hari dan ekstrim 800
(Dok. Kelompok 3A,
lux
2017)
60’ 61º Suhu
23,3 ºC

Kelembaban
95 %

Gambar 18. Gerak Intensitas


Mirabilis jalapa sore cahaya 980
hari dan ekstrim 610 lux
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
05:30 s/d 10’ 78º Suhu 20ºC
06.30 WIB
Kelembapan
82,5%

Intesitas
cahaya 934
Gambar 19. Gerak
Mirabilis jalapa pagi lux
hari dan ekstrim 780
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
20’ 81º Suhu 20ºC

Kelembapan
82,5%

Intesitas
Gambar 20. Gerak cahaya 934
Mirabilis jalapa pagi lux
hari dan ekstrim 810
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
30’ 149º Suhu 21ºC

Kelembapan
82,5%

Intesitas
cahaya 954
lux
Gambar 21. Gerak
Mirabilis jalapa pagi
hari dan ekstrim 1490
Menit
No Cuaca Waktu Gambar Sudut Keterangan
ke-
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
40’ 152º Suhu 21ºC

Kelembapan
82,5%

Intesitas
cahaya 958
Gambar 22. Gerak
lux
Mirabilis jalapa pagi
hari dan ekstrim 1520
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
50’ 156º Suhu 21ºC

Kelembapan
80%

Intesitas
cahaya 970
Gambar 23. Gerak
Mirabilis jalapa pagi
lux
hari dan ekstrim 1560
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
60’ 173º Suhu 21ºC

Kelembapan
80%

Intesitas
cahaya 973
Gambar 24. Gerak lux
Mirabilis jalapa pagi
hari dan ekstrim 1730
(Dok. Kelompok 3A,
2017)
b. Grafik Hasil Pengamatan
1) Pagi hari

Grafik perubahan suhu saat pagi hari


cuaca cerah dan ekstrim
24
23
23 23
Suhu (0C)

22
21 21 21 21 21
21 21 21 21 Cuaca normal
20 20 20
Cuaca ekstrim
19
18
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 1. Grafik perubahan suhu saat pagi hari cuaca cerah

Grafik kelembaban saat pagi hari cuaca


cerah dan ekstrim
84
82 82 82 82 82
Kelembaban (%)

80 80 80
78
76 Cuaca Normal
76
74 Cuaca ekstrim
74 74 74 74 74
72
70
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 2. Grafik perubahan kelembaban saat pagi hari cuaca cerah


Grafik perubahan intensitas cahaya saat
pagi hari cuaca cerah dan ekstrim
1800

Intensitas Cahaya (lux)


1600 1690
1400 1541 1536 1540 1540 1600
1200
1000 934 934 954 958 970 973
800 cuaca normal
600
400 cuaca ekstrim
200
0
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 3. Grafik perubahan intensitas cahaya saat pagi hari cuaca


cerah

Grafik perubahan sudut bukaan bunga


pagi hari cuaca cerah dan ekstrim
200
173
Perubahan Sudut ( 0 )

150 149 152 156

100
78 81 96 97 cuaca normal
79 82 86 87
50 cuaca ekstrim

0
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 4. Grafik perubahan sudut bukaan bunga saat pagi hari


cuaca cerah
2) Sore Hari

Grafik perubahan suhu saat sore hari cuaca cerah dan


ekstrim
26.5
26
25.5 26 26 26 26
25
25 25
Suhu (0C)

24.5
24 24 24 24 24
23.5
cuaca normal
23 23 23 cuaca ekstrim
22.5
22
21.5
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 5. Grafik perubahan suhu saat sore hari cuaca cerah

Grafik perubahan kelembaban saat sore hari cuaca


cerah dan ekstrim
100
97 97 97 97
95 95 95
Kelembaban (%)

90

85
84 84 Cuaca normal
80 82 82 82 82
Cuaca ekstrim
75

70
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 6. Grafik perubahan kelembaban saat sore hari cuaca cerah


Grafik perubahan intensitas cahaya saat
sore hari cuaca cerah
3000

Intensitas Cahaya (lux) 2500 2787 2781 2775 2773 2770 2751
2000 1982 1980
1500
cuaca normal
1000 988 978 980 980
cuaca ekstrim
500
0
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 7. Grafik perubahan intensitas cahaya saat sore hari cuaca


cerah

Grafik perubahan sudut bukaan bungan


saat sore hari cuaca cerah
180
160
Perubahan Sudut ( 0 )

140 158
120 149 137
111 133
100 94 91
80 80 80 cuaca normal
60 70 61
cuaca ekstrim
40
20
27
0
10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)

Grafik 8. Grafik perubahan sudut bukaan bunga saat sore hari


cuaca cerah
2. Pengolahan Data berdasarkan Tabel Hasil Pengamatan
c. Analisis Korelasi
1) Normal di sore hari
- Korelasi suhu terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi intensitas cahaya terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi kelembaban terhadap sudut bukaan bunga


2) Normal di pagi hari
- Korelasi suhu terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi intensitas cahaya terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi kelembaban terhadap sudut bukaan bunga


3) Ekstrim di sore hari
- Korelasi suhu terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi intensitas cahaya terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi kelembaban terhadap sudut bukaan bunga


4) Ekstrim di pagi hari
- Korelasi suhu terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi intensitas cahaya terhadap sudut bukaan bunga

- Korelasi kelembaban terhadap sudut bukaan bunga


L. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis korelasi, yakni
membuktikan adanya hubungan antara sudut bukaan bunga Mirabilis jalapa
dengan keadaan lingkungan diantaranya suhu, kelembaban, dan intensitas
cahaya pada saat cuaca normal dan cuaca ekstrim menunjukkan ada beberapa
data yang tidak signifikan. Hasil korelasi yang signifikan yakni adanya
hubungan antara sudut bukaan bunga dengan intensitas cahaya pada data hasil
pengamatan di sore hari ketika cuaca normal. Selain itu ketika di pagi hari
cuaca normal dan cuaca ekstrim menunjukkan korelasi yang signifikan antara
sudut bukaan bunga dengan intensitas cahaya dan suhu lingkungan.
Sedangkan ketika sore hari di cuaca ekstrim tidak ada korelasi yang signifikan
antara sudut bukaan bunga baik dengan suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban lingkungan.
Jika dilihat berdasarkan hasil analisis korelasi, bahwa hubungan yang
paling signifikan terhadap sudut bukaan bunga Mirabilis jalapa dengan
keadaan lingkungan yakni intensitas cahaya. Hal tersebut terjadi karena gerak
menguncup dan mekarnya bunga Mirabilis jalapa termasuk ke dalam gerak
fotonasti yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya tanpa mengikuti arah
rangsangan (Rere, 2011). Namun analisis data hasil pengamatan ketika sore
hari di cuaca ekstrim tidak ada korelasi yang signifikan antara sudut bukaan
bunga baik dengan suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban lingkungan. Hal
tersebut kemungkinan terjadi karena adanya kesalahan dalam teknis
pengambilan data, seperti terlambat melakukan pengamatan karena cuaca
terlalu ekstrim sehingga pengamatan baru dimulai pada pukul 17.00 yang
seharusnya dilakukan pada pukul 16.00 sehingga sudah ada beberapa bunga
yang mulai mekar. Seperti yang dipaparkan oleh A. Le Duc (1995), bahwa
siklus kuncup mekarnya bunga Mirabilis jalapa jika dihitung dalam hitungan
jam yakni selang 14 jam sekali.
Selain itu, jika dilihat dari kecepatan kuncup mekarnya bunga Mirabilis
jalapa dibandingkan antara cuaca normal dan cuaca ekstrim, yakni ketika sore
hari bunga Mirabilis jalapa lebih cepat mekar pada cuaca normal. Hal tersebut
dilihat dari derajat bukaan antara mahkota bunga dengan tangkainya pada
setiap selang waktu 10 menit dalam 1 jam. Semakin kecil derajat bukaan maka
menunjukkan bunga tersebut sangat mekar. Pada menit ke 60 bunga pada
cuaca normal sudah sangat mekar dengan sudut antara mahkota bunga dan
tangkainya yakni sebesar 270. Sedangkan ketika cuaca ekstrim pada menit ke
60, sudut antara kelopak dan tangkainya masih sebesar 610. Dan ketika pagi
hari, bunga Mirabilis jalapa lebih cepat menguncup pada cuaca ekstrim.
Semakin besar sudut maka menunjukkan bunga tersebut menguncup. Pada
menit ke 30 saat cuaca ekstrim, besar sudut semakin bertambah dari 820
menjadi 1490. Sehingga di akhir, pada menit ke 60 bunga pada cuaca ekstrim
mencapai sudut 1730 sedangkan ketika cuaca normal sudut menguncupnya
hanya 970.
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, gerak nasti pada bunga Mirabilis jalapa
saat cuaca cerah di sore hari lebih cepat mekar karena besar sudut antara
mahkota dan tangkai bunga lebih kecil saat menit ke 60 dibandingkan saat
cuaca ekstrim, sedangkan di pagi hari lebih lambat menguncup karena besar
sudut antara mahkota dan tangkai bunga masih lebih kecil dibandingkan saat
cuaca ekstrim.
Berdasarkan hasil pengamatan, intensitas cahaya merupakan faktor yang
paling signifikan berkoleasi dengan gerak mekar dan menguncupnya bunga
Mirabilis jalapa sehingga termasuk feomena fotonasti karena gerakan tersebut
tidak mengikuti arah rangsang.
DAFTAR PUSTAKA

A. Le Duc, (1995). A revision of Mirabilis section Mirabilis (Nyctaginaceae),


SIDA Contributions Bot. 16. Page: 613_/648.

Arya, D. (2016). Makalah Klimatologi. [Online]. Diakses dari:


https://www.slideshare.net/dewariarya001/makalah-klimatologi-59072278
[10 November 2017]

Bacajuga, 2017. Bunga Pukul Empat (Klasifikasi, Morfologi, gerak). [Online].


Diakses dari: http://bacajuga.com/bunga-pukul-empat/ [10 November
2017]

Bala, Q. (2011). Intensitas Cahaya. [Online]. Diakses dari:


https://www.scribd.com/doc/72993532/itensitas-cahaya [10 November
2017]

Christman, Steve. 2010. Mirabilis jalapa. [Online]. Diakses dari:


https://floridata.com/Plants/Nyctaginaceae/Mirabilis+jalapa/974 [10
November 2017]

Franklin, G. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press : Jakarta.

Himabioummy. 2015. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Tentang Gerak


pada Tumbuhan. [Online]. Diakses dari:
https://www.slideshare.net/himabioummy/laporan-praktikum-fisiologi-
tumbuhan-tentang-gerak-pada-tumbuhan. [10 November 2017]

Irwan, Z. D. (2014). Prinsip - Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan


Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara

Mikrajuddin, dkk. 2006. IPA Terpadu Jilid 2A. Gramedia, Jakarta

Reid, M. S. (2005). Flower Development: From Bud to Bloom. Department of


Environmental Horticulture, University of California, Davis, CA 95616
USA. Acta Hort. 669,

Rere T. (2011). Gerak Tumbuhan. [Online]. Diakses dari:


https://www.academia.edu/8151711/Gerak_tumbuhan [16 Desember
2017]

Syahputra, Irfan. 2013. Pengertian dan Macam-Macam Gerak Nasti. [Online].


Diakses dari: http://www.irfansyahputra.web.id/2013/12/pengertian-dan-
macam-gerak-nasti.html. [10 November 2017]

Winardi. (2014). The Effect of Temperature And Humidity Factor Against Lead
(Pb) Concentration In The Air Of Pontianak City. 1(01). Hlm. 17-19.

Anda mungkin juga menyukai