0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang masalah rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa asal Papua di beberapa kota di Indonesia seperti Surabaya dan Malang. Rasisme ini berupa penindasan fisik dan verbal oleh aparat keamanan dan ormas terhadap mahasiswa Papua. Dokumen juga membahas dampak buruk dari rasisme ini bagi masyarakat Papua serta upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya rasisme di masa depan.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Dini Agustin Widyati_216201516019_Tugas 2 Pendidikan Pancasila
Dokumen tersebut membahas tentang masalah rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa asal Papua di beberapa kota di Indonesia seperti Surabaya dan Malang. Rasisme ini berupa penindasan fisik dan verbal oleh aparat keamanan dan ormas terhadap mahasiswa Papua. Dokumen juga membahas dampak buruk dari rasisme ini bagi masyarakat Papua serta upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya rasisme di masa depan.
Dokumen tersebut membahas tentang masalah rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa asal Papua di beberapa kota di Indonesia seperti Surabaya dan Malang. Rasisme ini berupa penindasan fisik dan verbal oleh aparat keamanan dan ormas terhadap mahasiswa Papua. Dokumen juga membahas dampak buruk dari rasisme ini bagi masyarakat Papua serta upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya rasisme di masa depan.
MARAKNYA RASISME DI INDONESIA DAN CARA MENGATASINYA.
DINI AGUSTIN WIDYATI
216201516019 Fakultas Biologi 1. Latar Belakang Pengertian Rasisme adalah suatu kepahaman dalam pembedaan sikap ataupun perlakuan terhadap berbagai kelompok masyarakat yang tertentu karena perbedaan rasial. Seorang yang menganut hal ini yaitu rasisme dimana dirinya menganggap bahwa ras tersebut lebih teratas atau lebih berkelas sehingga bahwa seorang tersebut bisa mengatur ras yang lainnya. Manusia memiliki keunikan yang sudah diciptakan dengan khas nya. Dari khas masing-masing pasti memiliki perbedaan maka dari itu manusia dapat melengkapi atau membantu satu sama lain meskipun manusia tersebut bukan dari keluarga kita tetapi dari kalangan lain. Namun, di dalam perbedaan itu pasti ada saja timbul sikap yang kurang mengenakan di diri kita seperti, tidak saling membantu, tidak menghormati satu sama lain dll, salah satunya adalah di perbedaan ras atau rasisme. Rasisme adalah masalah rasial yang dimana melonjak di tengah tengah dalam kehidupan masyarakat. Rasisme juga sangat berkembang dengan pesat di salah satu negara yang juga beiringan dengan kemajuan teknologi dan perdagangan yang dimana bisa menyebabkan perkembangan tingkat kemajemukan. Dalam suatu negara, dimana negara itu memiliki ketertarikan akan berlangsungnya kehidupan jauh lebih baik yang bisa ditawarkan oleh negara dengan berkembangnya perdagangan yang nantinya akan masyarakat dari berbagai kelompok ras.. Ada beberapa mitos-mitos yang mengenai tentang ras kelas atas dan ras kelas bawah yang merupakan faktor penyebab masalah rasisme. Masyarakat yang mempunyai kepribadian sebagai ras unggul seringkali melakukan perbuatan rasisme yang semena-mena terhadap golongan ras kelas bawah. Perbuatan rasisme tersebut terjadi di dalam berbagai bidang di kehidupan permasyarakatan seperti Pendidikan, di Lingkungan tetangga dan lain-lain. Rasisme yang menyakut di suatu negara multikultur bisa menyebabkan dampak buruk bagi masyarakat seperti tingginya angka kriminalitas, prasangka antar golongan ras dan ketidaknyamanan dalam kehidupan bermasyarakat. Ada salah satu contoh yang di ambil sebagai rasisme adalah kasus yang di Papua. Dimana ada dugaan rasisme terhadap mahasiswa Papua yang terjadi di daerah Malang dan Surabaya sangat dikhawatirkan sekali terhadap peristiwa tersebut. Hal ini sebaiknya tidak terjadi di Indonesia dimana kita sebagai generasi muda harus ke depankan bangsa negara kita dalam suatu keberagamaan dan persatuan bangsa bukannya seperti kericuhan yang terjadi ini. Peristiwa terjadi ini pasti adanya aksi provokasi terhadap seseorang sehingga memancing amarah ketika ada berita bohong yang memiliki motif mengadu domba beredar luas di media sosial, akhirnya menimbulkan unjuk rasa yang berujung kerusuhan dan meluas ke beberapa kota di papua. Sebaiknya seperti pemerintah, aparat keamanan, ormas, maupun masyarakat luas harus mengedepankan atau meningkatkan sikap sikap seperti mengormati dan menghargai satu sama lain antar sesama dan menerangi peristiwa yang terjadi ini apapun yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat agar tidak dapat memecah belah persatuan anak bangsa. Dalam bentuk rasa kecurigaan jangan selalu di kedepankan yang membuat orang tersebut bertindak yang tidak selayaknya ia lakukan apalagi bertindak seperti anarkis dan provokatif. Sebaiknya rasa kecurigaan tersebut bisa di tahan diri dan kita sebagai generasi muda selayaknya bisa memajukan anak bangsa agar melakukan perdamaian itu salah satu hal yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah agar tidak semakin memanas dan apalagi di zaman sekarang yang sudah modern ini dimana kalangan oknum-oknum bisa memanfaatkan peristiwa ini dijadikan isu yang disebarkan melalui media sosial. Meskipun pemerintah aslinya sudah berusaha melawan rasisme. ndang-undang pun dibuat untuk melindungi anak-anak bangsa dari diskriminasi ras. Peraturan yang berhubungan dengan diskriminasi ras dan etnis terdapat dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2008.
2. Isu dan Masalah
Dampak terhadap mahasiswa Papua di Jawa tidak bisa dikontrol oleh pemerintahan Indonesia di Jakarta. Ujung rasisme terhadap Mahasiswa Papua yaitu, jalan diblokir, gedung DPRD dibakar, rusuh di Papua Barat karena rasisme bukan yang lain. United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) organisasi perlindungan untuk gerakan politik kemerdekaan Papua, pada saat demo 14-18 Agustus polisi menangkap sebanyak 226 mahasiswa Papua. Lokasi demo tersebut berada di Jayapura, Maluku, Surabaya, dan Malang. Ketika di surabaya, anggota Brimob mendaratkan 23 kali tembakan gas air mata ke asrama mahasiswa Papua tersebut. Kurang lebih 43 mahasiswa Papua yang berada di asrama di tangkap secara paksa dan dibawa ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Dorlince Iyowau mengatakan bahwa salah satu mahasiswa yang ditangkap, “ada lima orang yang terluka. Satu orang terkena tembakan gas air mata di bagian kakinya, tiga orang dipukul, dan satu orang lagi babak belur”. Ada sekelompok TNI di beberapa hari sebelumnya mengdobrak – dobrak ke gerbang asrama tersebut yang dimana sekelompok TNI melihat terdapat bendera Merah Putih yang dipasang oleh pemerintah Surabaya terjatuh ke dalam selokan. Dan satu hari sebelum kejadian, ada sekumpulan TNI yang menggedor-gedor ke gerbang asrama tersebut.. Perlahan-lahan sekumpulan Satpol PP dan ormas datang lalu mengepung asrama tersebut selama 24 jam. Beraneka ragam makian yang berisi rasisme diteriakkan sembari melempari batu ke arah asrama Papua tersebut. Lalu keesokan harinya, sejumlah 43 mahasiswa Papua yang ditangkap itu dibebaskan oleh pihak kepolisian dikarenakan mereka tidak memiliki bukti yang kuat mengenai masalah penghinaan terhadap lambang negara. Akhirnya mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang melakukan aksi politik damai. Mahasiswa Papua memperingati Perjanjian New York yaitu pada tanggal 15 Agustus 1962 antara pemerintahan Indonesia dan Belanda. Pada tahun 1969 itu adalah dimana tahap internasional perdana di ingat oleh orang papua sebagai pertanda pintu masuk papua agar bisa bergabung ke Indonesia Pada tahun lalu, Anggara Suwahju (peneliti dari Institute for Criminal Justice Reform) menerangkan mengenai tuntutan hak menentukan nasib sendiri tidak termasuk perbuatan makar. Makar mempunyai arti sebagai serangan yang sifatnya fisik. Pada tanggal 16 Desember 1966 aparat keamanan maupun ormas di Indonesia mengacuhkan hukum internasional itu, yang sudah diangkat oleh Sidang Majelis Umum PBB,yang telah tergabung oleh konvenan hak-hak sipil dan politik yang sudah dikonfirmasi oleh Indonesia menjadi UU 12/2005. Sempitnya kebebasan berpendapat politik untuk mahasiswa Papua yang dilakukan secara damai, sudah tidak dianggap oleh aparat keamanan Indonesia melalui perbuatan penindasan. Walaupun demikian, peristiwa pekan lalu yang terjadi di asrama Papua di Surabaya dan Malang mengundang tindakan yang hebat di Papua dan tdak hanya sekali terjadi. Sejak tahun 2016 masa rasisme dan strategi yang mengekang aparat keamanan Indonesia terhadap mahasiswa Papua sebenarnya meningkat. Di Yogyakarta, walaupun Yogyakarta pada tahun 2017 disebut sebagai kota percontohan keberagaman untuk dunia dan Asia”, namun pada tahun sebelumnya kota pelajar ini dijadikan lokasi kekerasan yang berbalut rasialsime. Banyak mahasiswa Papua yang ditangkap secara paksa, asramanya dikepung oleh organisasi masyarakat dan juga seorang mahasiswa yang di jahati. Pihak kepolisian menangkap seorang mahasiswa di Papua, yang bernama Obby Kogoya, dengan melakukan tindakan keras terhadap dirinya, Obby berteriak kesakitan ketika tubuhnya dibanting, kemudian lehernya diapit dengan siku, dan mengaitkan kedua jari kedalam lobang hidungnya, dan kedua tangannya diborgol setelah itu kepalanya diinjak oleh seorang polisi. Kejadian tersebut tersebar luas dikarenakan Surya Wibowo mengambil foto pada saat itu. Surya Wibowo adalah salah seorang fotografer lepas untuk kantor berita Perancis AFP. Walaupun keputusan praperadilan mengatakan bahwa penghukuman Obby merupakan hasil rekayasa. Tetapi mahasiswa itu tetap saja ditahap dan dipenjara selama 4 bulan. Pihak kepolisian dalam Konfereujnsi Pers khusus untuk foto ikonik yang mengenai perlakuan rasisme terhadap Obby Kogoya, mengatakan bahwa tidak ada kericuhan di asrama Papua, kabar maupun foto Mahasiswa Papua yang beredar di sosial media adalah HOAKS. Diskusi Alinsi Mahasiswa Papua dibubarkan oleh sekelompok Ormas dan dikawal oleh Polres Malang Kota pada tanggal 1 Juli 2018. 3. Pembahasaan Veronika Kusumaryati, seorang peneliti Papua yang berasal dari Georgetown University Amerika Serikat mengatakan bahwa kasus rasisme Orang Asli Papua (OAP) selalu terjadi. Banyak kasus rasisme dan diskriminasi kepada Orang Asli Papua atau OAP di Indonesia, sementara itu faktanya Indonesia adalah Negara yang dikenal dengan memiliki suku, ras, adat, budaya dan agama yang beragam dan juga memiliki toleransi yang tinggi. Tetapi sebenarnya kasus rasisme dan diskriminasi kepada Orang Asli Papua (OAP) di Indonesia tidak dapat dihindari justru kerjadian tersebut selalu terjadi. Seperti kasus rasisme dan diskriminasi kepada Orang Asli Papua (OAP). Kasus rasisme yang terjadi kepada Obby Kagoya, ia adalah mahasiswa yang berasal dari Papua yang berkuliah di Universitas Respati Yogyakarta dan telah menjadi korban siksaan oleh polisi Indonesia karena dia di salahkan terhadap sikapnya yang melawan anggota polisi ketika terjadi pengepungan oleh aparat di Asrama Mahasiswa Papua, Yogyakarta. Sehabis ia di salahkan oleh aparat polisi, ia dibawa dan disiksa oleh polisi dengan cara tubuhnya dibanting, lehernya diapit oleh siku, diborgol, kemudian hidungnya di colok, dan bukan hanya itu saja setelah ia disiksa seperti itu ia masih tetap ditahan dan dimasukan kedalam penjara selama 4 bulan tanpa adanya pembenaran. Hebatnya lagi setelah bukti foto tersebar luas, aparat kepolisisan menyatakan bahwa tidak adanya perbuatan seperti itu pada saat di TKP dan menyatakan bahwa bukti yang tersebar itu tidak benar dalam konferensi persnya. Ada beberapa yang menyebabkan rasisme ini terjadi tidak hanya kasus yang seperti di daerah Papua tetapi dikeliling kit abisa saja terjadi seperti hal ini : a) Menjalin sosialisasi terhadap keluarga Orang tua selalu mengajarkan apapun untuk anak-anaknya, yang pasti akan melekat dalam diri anaknya, dari hal baik maupun hal buruk meskipun di dalam keluarga pastinya tidak mengajarkan hal buruk. Akan tetapi, yang biasanya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rasisme terjadi dilakukan dari orangtualah, sehingga hal ini menjadi rantai kebencian yang tidak putus karena terus didoktrin antargenerasi. b) Kebijakan Pemerintah Biasanya penyebab terjadinya rasisme yang sering terjadi yaitu karena ketentuan kebijakan pemerintah. Hal ini didorong oleh kekuasaan dari pemimpin dalam pemerintah. Contohnya seperti pada masa orde lama dan masa orde baru, beberapa etnis Tionghoa didiskriminasi dan memutuskan runag gerak mereka karena hal ini. c) Budaya serta Adat Istiadat Keberagaman budaya dan adat istiadat mempengaruhi pikiran dan pandangan setiap manusia, oleh karena itu dengan adanya keberagaman budaya dan adat istiadat dapat menimbulkan sikap rasisme. Selain itu, rasisme juga disebabkan karena kesenjangan ekonomi, sarana & pra sarana, dan sikap iri. Selain faktor yang disebutkan diatas, yang dapat menyebabkan rasisme yaitu karena kekurangan ekonomi, kekurangan sarana dan prasarana, memiliki rasa cinta yang berlebihan serta munculnya rasa iri. Dan rasisme ini kaitannya dengan pancasila yaitu, karena Pancasila lahir bukan hanya untuk kelompok atau golongan tertentu juga bukan untuk agama tertentu saja atau pun bukan untuk satu etis saja. Melainkan Pancasila lahir untuk seluruh rakyat indonesia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Dikarenakan kemerdekaan Indonesia ini untuk seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dan rasisme yang sedang ramai di Indonesia sangat menentang nilai-nilai Pancasila. Dari kasus tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang terkenal memiliki suku, agama, ras, adat dan budaya yang beragam serta toleransi yang tinggi. Yang berarti bahwa kasus rasisme ini tidak mencerminkan adanya wujud kemanusiaan dan keadilan sosial seperti yang terdapat dalam Pancasila pada sila ke-2 dan ke-5 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” 4. Kesimpulan Rasisme di Indonesia terjadi karena adanya perbedaan pendapat dari antar budaya, yang sebaiknya ormas harus memahami terlebih dahulu masing-masing budaya. Supaya tidak terjadi tindakan hukum mengenai rasisme. Dimana para penegak hukum sering kali memihak pada suatu ormas. Oleh karena itu, Indonesia yang disebut sebagai negara hukum, seharusnya lebih berani bertindak tegas untuk kesejahteraan bersama. 5. Daftar Pustaka https://loligintingz.wordpress.com/2014/09/24/memahami-rasisme-dan-perusakan- budaya/ https://www.kompasiana.com/suratsanti89/5d7b31a00d8230479c740fa3/stop- rasisme-papua-saudara-kita-dalam-bingkai-nkri https://jamaninfo.com/rasisme-bertentangan-dengan-nilai-nilai-pancasila/ https://www.kompasiana.com/nurilahf/61d52e234b660d58ee6a1a52/papua-menjadi- korban-rasisme-dan-diskriminasi-di-negaranya-sendiri Pratiwi Priska, I.A. 2019. Tugas Paper Filsafat Pancasila Kasus Rasisme Mahasiswa Papua Fakultas Bisnis. Kampus Madiun: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. https://osf.io/kcgqe/