Anda di halaman 1dari 3

Rasisme Di Tanah Air

Indonesia merupakan negara kepulauan yang didalamnya terdapat berbagai


suku dan bahasa, namun karena luasnya wilayah Indonesia, dan banyaknya suku
bangsa kadang terjadi sebuah hal yang mengancam intgrasi bangsa. Rasisme
adalah sebuah kepercayaan atau doktrin pemahaman, bahwa adanya perbedaan
secara biologis terhadap ras manusia, yang menentukan suatu kebudayaan atau
individu. Biasanya ras yang lebih tinggi memiliki hak untuk mengatur ras yang
lainnya.Rasisme adalah suatu paham yang merasa ras diri sendiri merupakan ras
yang paling tinggi daripada ras lainnya. Rasisme ini juga dikaitkan dengan paham
diskriminasi suku, agama, ras, adat, golongan atau ciri-ciri fisik pada
seseorang.Adanya rasisme ini bisa menyebabkan suatu perpecahan di lingkungan
sosial, bahkan hingga menyebabkan perpecahan dengan negara lain

Rasisme atau rasialisme adalah suatu paham yang merasa ras diri sendiri
merupakan ras yang paling tinggi daripada ras lainnya. Rasisme di Indonesia begitu
sering terjadi bahkan kadang inseden rasisme sampai merenggut nyawa. Dikutip
dari kompas.com , Irwan menjelaskan rasisme di Indonesia punya sejarah panjang.
“Rasisme tidak lepas dari warisan kolonial. Bagaimana dulu Belanda (Eropa)
membuat stratifikasi sosial pada masyarakat jajahannya,” ungkapnya. Di Indonesia
stratifikasi tersebut terbagi menjadi tiga. Yaitu golongan Eropa, golongan Timur
Asing yang pada masa itu didominasi keturunan Tionghoa dan Arab, serta golongan
pribumi. “Dari situ kita bisa lihat akar rasisme. Kemudian rasisme semakin
terbentuk pada masa Orde Baru, ketika pemerintah melakukan represi terhadap
etnis Tionghoa,” tambah Irwan. Baca juga: Ras Tidak Sama dengan Etnis, Simak
Perbedaannya Heddy juga menyebutkan hal serupa, rasisme di Indonesia muncul
ketika Dutch East India Company (Vereenigde Oostindische Compagnie/ VOC)
menetapkan stratifikasi kemudian melegalkannya. “Lebih parahnya lagi, golongan-
golongan itu dipertajam dengan legalitas. Bahkan dulu, orang pribumi tidak boleh
masuk stadion sepakbola,” tutur Heddy kepada Kompas.com. Papua tidak sama
dengan AS Mengenai #PapuaLivesMatter, Irwan menjelaskan bahwa suku-suku di
Papua memang berbeda secara biologis dengan wilayah lain di Indonesia. Namun
menurutnya, rasisme terhadap orang Papua juga terbentuk pada masa Orde Baru.
“Saya pikir di rasisme di Papua juga tidak bisa lepas dari Orde Baru, ketika daerah
tersebut menjadi lokasi operasi militer tahun 1974. Menurut saya ada andil sejarah
tersebut dalam diskriminasi yang sekarang,” tambahnya. Namun, kedua antropolog
menekankan isu rasisme di Papua berbeda dengan AS. Heddy menyebutkan bahwa
diskriminasi di Papua berbeda dengan perbudakan orang kulit hitam yang pernah
terjadi di Amerika Serikat. “Orang kulit hitam menjadi budak di AS itu sejarahnya
sangat panjang. Sementara di sini, masalahnya adalah perlakukan terhadap kawasan
itu (Papua) yang tidak bagus. Sempat ada perhatian terhadap kawasan timur
Indonesia yang tertinggal. Mungkin masih ada rasa marah, rasa sakit hati yang
dirasakan oleh orang Papua pada masa lampau,” lanjut Heddy. Lihat Foto Seorang
lelaki memegang plakat Stop Killing Black People ketika memprotes di dekat
daerah tempat seorang petugas Kepolisian Minneapolis yang diduga membunuh
George Floyd, pada 26 Mei 2020 di Minneapolis, Minnesota, Amerika
Serikat.(AFP/KEREM YUCEL) Lebih lanjut ia menjelaskan, justru isu besar yang
terjadi di Indonesia sejak masa lampau adalah rasisme terhadap keturunan
Tionghoa. “Pemerintah pada masa lampau melakukan represi sedemikian rupa
(terhadap keturunan Tionghoa), sehingga efeknya terasa sampai sekarang,” lanjut
Heddy. Minoritas dalam mayoritas Heddy menjelaskan bahwa di Indonesia,
rasisme akan terasa apabila terdapat kaum minoritas dalam hal biologis di dalam
sebuah populasi mayoritas. “Di Papua sendiri rasisme itu ada, ada sebutan ‘rambut
lurus’ dan ‘rambut keriting.

Seperti yang kita ketahui dari kutipan artikel di atas, di Indonesia saat ini masih
banyak terjadi rasisme salah satu suku yang mengalami masalah rasisme di tanah
air adalah Suku Papua, hampir disetiap penjuru tanah air selalu terdapat kasus
rasisme Suku Papua, adanya rasisme telah merenggut sebagian hak Suku Papua di
tanah air, salah satu hak yang di renggut adalah hak memperoleh perlakuan yang
adil,dengan adanya rasism juga menyebabkan imtegritas bangsa tergangu, bahkan
kadangkala menjadi pemicu pemberontakan pemberontakan di tanah air, untuk
menjadi bangsa yang penuh keadilan sosial, di perlukan kekompakan antara rakyat
dan pemerintah, dan mulai menamkan kembali nilai – nilai pancsila di tengah
tengah masyarakat, dan diperlukan kesadaran masyarakat bahwa Indonesia
merupakan negara yang terdiri dari banyak suku bangsa,sehingga diperlukan sikap
toleransi antar suku bangsa, sebenarnya lebih banyak kasus rasisme yang terjadi di
Indonesia yang tidak di ekspos media, di bandingkan yang di ekspos bahkan
rasisme kadang menjadi hal yang biasa di masyarakat. Masyarakat dewasa ini lebih
sering melaukan rasis, terutama di kalangan masyarakat ini merupakan salah satu
dampak yang buruk dari perkembangan zaman, bahkan rasis dapat di lakukan
melalui media sosial.
Pancasila adalah dasar ideologi-ideologi negara Indonesia. Didalam Pancasila
terkandung nilai-nilai luhur yang mampu menepis rasisme di tanah air, Pancasila
juga menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Rasisme sendiri
merupakan hal yang sangat bertentangan dengan Pancasila, terutama dalam sila ke-
2 dan sila ke-5 Pancasila yaitu ‘’kemanusiaan yang adil dan beradab ‘’ dan ‘’
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ‘’. Selain mengamalkan Pancasila
diperlukan juga menamkan sikap toleransi kepada masayarakat, mengenalkan
budaya – budaya yang ada di Indonesia, dan memberikan sosisalisi mengenai
keburukan rasisme dengan begitu masyarakat akan lebih sadar bahwa rasis
merupakan perbuatan yang buruk, dan di perlukan penindakan yang lebih tegas
kepada pelaku rasis sehingga akan menimbulkan efek jera.

Anda mungkin juga menyukai