071324753004
Email: tasya.geviranthi.chan-2019@Fisip.Unair.ac.id
Abstrak
Isu menganai rasisme bukanlah hal yang pertama kali didengar. Ini sudah terjadi bahkan sejak ratusan
tahun yang lalu. Rasisme berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi dan ilmu pengentahuan
yang menyebabkan isu rasial dalam masyarakat modern saat ini masih merupakan topic yang sarat
dengan pergunjingan. Secara umum rasisme di dunia selalu berakar pada perbedaan warna kulit. Karena
adanya orang-orang mempercayai superioritas yang mereka warisi terhadap ras yang lain. Secara teoritis,
rasisme itu berkaitan dengan persoalan biologis dan antropologis. Isu-isu mengenai ras perlu diwaspadai
karena memungkinkan provokator untuk memanfaatkan isu tersebut untuk kepentingannya. Di Indonesia,
sebagian public membandingkan Isu ini dengan Isu Papua, dan memunculkan tagar #PapuanLivesMatter
di media sosial. Beberapa saat yang lalu diskusi yang terjadi adalah terdapat standar ganda yang di
masyarakat Indonesia yang menunjukan kepudian tinggi terhadap rasisme di Amerika Serikat, namum
cenderung diam mengenai isu diskriminasi terkait masyarakat asli papua.
Isu menganai rasisme bukanlah hal yang pertama kali didengar. Ini sudah terjadi bahkan
sejak ratusan tahun yang lalu. Rasisme berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi dan
ilmu pengentahuan yang menyebabkan isu rasial dalam masyarakat modern saat ini masih
merupakan topic yang sarat dengan pergunjingan. Dunia modern saat ini dikenal sebagai dimana
kebebasan sangat dijunjung tinggi. Setiap orang berhak mengembangkan potensi dirinya
semaksimal mungkin tanpa adanya pengelompokan kelas, ras, maupun etnis. Akan tetapi
kenyataannya berbeda, mitos-mitos mengenai ras unggul dan ras kelas bawah merupakan faktor
penyebab semakin peliknya masalah rasisme. Isu rasial ini dikonstruksikan sebagai ras unggul
seringkali melakukan tindakan rasisme terhadap golongan ras tertentu. Tindakan rasisme tersebut
sering kali terjadi dalam berbagai bidang dalam kehidupan masayrakat seperti pendidikan,
kesehatan, hiburan, keadilan social, dan lain sebagainya yang ada dalam unsur bermasyarakat.
Reliatanya babeberapa waktu belakangan isu rasisme kembali menjadi topic yang hangat
di masyarakat dunia. Kasus George Floyd adalah kasus rasisme warga kulit hitam di Amerika,
kasus in merupakan kekerasan polisi kulit putih terhadap George Floyd hingga menyebabkan
demo besar-besar di AS beberapa waktu yang lalu. Kasus George Floyd menimbulkan berbagai
rekasi public yang beragam dari aksi demo yang dilakukan bebrapa tokoh dan masyarakat
ditengah pandemic global, donasi untuk keluarga George Floyd, hingga Hastag di social media.
Kasus George Floyd merupakan salah satu kasus rasisme yang terjadi di dunia hingga saat ini.
Asal istilah ras masih menjadi bahan perdebatan teori dan termininologi, bahasa ras
setiap negera berbeda-beda bahsa latin “generatio”, “ratio”, dan “radix”, bahasa Italia rasa
adalah “razza”, bahasa Spanyol ras “raza”, dan bahasa Prancis kuno ras “haraz” dengan arti
yang beragam pula seperti generasi, akar, darah bangwasan, kain rusak, noda, dan kontaminasi
atau pembiakan kuda. Kata ras muncul beberapa abad lebih dahulu dari pada etnis (Alim, 2006).
Asal mula istilah ras diketahui sekita tahun 1600. Saat itu Francois Bernier sebagau seorang
manusia berdasarkan katagori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah (Liliweri, 2005).
Menurut Gill dan Gilbert (1988) ras merupakan pengertian biologis yang menjelaskan
sekumpulan orang yang dapat dibedakan menurut karakteristik fisik yang dihasilkan melalui
proses produksi. Kerap kali ras juga termasuk status social yang didefininisikan oleh istilah
kebudayaan daripada rasa dan istilah biologis. Kerap kali perbedaan antara kelompok etnik itu
meliputi lebuh dari satu kebudayaan. Klasifikasi ras dan rasial meliputi tampilan fisik yang juga
Ras dijabarkan sebagai suatu golongan manusia yang menunjukan berbagai ciri tubuh
tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Kergaman dan perbedaan warna kulit itu harusnya
1990). Ras menurut Soerjono Soekanto (1993) adalah suatu kelas populasi yang didasarkan pada
kriteria genetic, kedua genotip-genotip, dan ketiga, setiap populasi yang secara genetis berbeda
dengan populasi lainnya. Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa secara mendasar pengertian
ras dipahami sebagai bentuk perbedaan yang melakat pada setiap individu, kelompok, dan
masyarakat tertentu, dimana terdapat sisi perbedaan dalam setiap bentuk yang dimilikinya,
Dari beberapa definisi ras diatas salah satu yang paling jelas adalah warna kulit, akhirnya
mengunggulkan ras-nya masing-masing. Teori Darwin dijadikan sebagai dasar tindakan untuk
membenarkan penguasaan ras satu atas ras lainnya, maka timbullah superioritas ras, dimana rasa
yang lebih unggul menindas ras yang dianggap lebih rendah (Sochmawardiah,2013).
Rasisme sudah menyebar keseluruh dunia, masyarakat yang rasial bahkan secara
terangan melakukan diskriminasi, intimidasi terhadap kelompok tertentu yang mereka anggap
tidak lebih unggul dari mereka (Samovar, 2010). Rasisme sendiri memiliki definisi yang sama
dengan ras, menurut George M Fredickson (2005) istilah “rasisme” sering digunakan secara
longgar dan tanpa banyak pertimbangan untuk melukiskan permusuhan dan persaan negative
suatu kelompok etnis atau “masyarakat” terhadap kelompk lain, serta sebagai tindakan yang
terhadap ras yang lain (Samovar, 2010). Rasisme adalah suatu gagasan atau teori yang
mengatakan bahwa kaitan kausal antara ciri-ciri jasmanilah yang diturunkan dan ciri-ciri tertentu
dalam hal kepribadian, intelek, budaya, atau gabungan dari semua, menimbulkan superoritas dari
Pemikiran secara rasisme, mempengaruhi dasar-dasar secara alami tentang pemikiran dan
tindakan untuk memberikan perlakukan yang berbeda pada setiap anggota sebuah ras yang
berbeda dengan ras yang lain. Sebuah suku bangsa di klasifikasikan sesuai dengan keanggotaan
mereka pada suatu grup atau suku, yang menciptakan ke tidak seimbangan antara satu suku
dengan suku yang lainnya (Marger, 1994). Berbeda dengan ras, rasisme merupakan prilaku oleh
sekelompok ras tertentu yang menganggap kelompok mereka lebih superior dari ras yang lain.
Isu mengenai ras dan rasisme adalah isu yang cukup sensitive bagi beberapa kelompok tertentu
maka penulisan artikel ini sebisa mungkin tidak akan menyudutkan dan menyalahkan tanpa
Ras atau lebih dikenal dengan sebut rasisme sering disama artikan dengan rasialisme.
Istilah rasialisme digunkan untuk menyebut gagasan yang meyakini adanya kaitan kausal antara
tertentu terhadap ras lain. Rasialisme sering kali bertalian dengan kelompok non biologis dan
non rasial, seperti sekte keagamaan, kebangsaan, kebahasaan, etnik, atau kultural atau hanya
sekedar prasangka yang sering kali dilihat dari stereotip dan kecemburuan sosia. Dapat
disimpulkan bahwa ilmu mengai ras dan rasialisme berbeda, ras ditentukan bukan secara social
Istilah diskriminasi rasial tersebut kadang disamakan dengan istilah segresi rasila atau
ketidakadilan, dan kemudian dipertentangkan dengan istilah keadilan rasial. Dalam prisnsip
keadilan rasial, ketidak adilan adalah masalah pengucilan arbitret dari institusi masyarakat yang
dominasi dan persamaan adalah persoalan non diskriminasi serta kesempatan yang sama untuk
berperan serta. Dari prinsip ini, peraturan perundang-undangan yang memberikan institusi
terpisah bagi minoritas bangsa tak berbeda dari segresi rasial, sehingga perluasan alaminya
adalah melepaskan status terpisah kebudayaan minoritas, dan mendorong partisipasi yang sama
Isu ras sudah ada dan mendarah dagi bagi beberapa kelompok tertentu, hampir di
berbagai belahan dunia mana pun ras kerap kali menjadi permasalahan. Diskriminasi ini hampir
selalu dirasakan masyarakat yang dianggap minoritas dan selalu terulang tiap tahunnya tanpa ada
penyelesaian yang jelas. Berikut beberapa negara demgan isu rasisnya, Amerika isu ras di
negara yang dikenal dengan negeri paman sam ini sudah terjadi sejak awal system perbudakan
pada abad 18-19. Sistem yang menjadi awal terbentuknya rasisme yang meyakini bahwa ras,
kelompok, suku, atau warga kulit hitam memiliki atau berbeda di tingkat social yang lebih
rendah dibandingkan dengan ras, kelompok, suku atau warga kulit putih di Amerika (Marger,
1994). Lalu India, isu ras ini sudah lama mengakar, dan beragam dari diskriminasi warna kulit
hingga isu konflik suku Bodo dengan kaum minoritas muslim. Isu ras Myanmar adanya
perlakuan diskriminatif kaum Rohingya yang merupakan kaum minoritas muslim. Kemudian isu
ras lainnya berasal dari Jepang, adalah negara yang pertama memiliki undang-undang khusus
yang membahas soal rasisme dikarenakan tingginya rasisme di Jepang. Meskipun sudah diatur
oleh undang-undang pada kenyataan praktik diskriminasi ras masih terjadi dan sulit dihapuskan.
Negara yang mengalami rasis selanjutnya adalah Arab Saudi, sejak zaman dahulu sebagian
masyarakat Arab kerap kali melakukan diskriminasi. Berikutnya adalah Israel, masyarakat Israel
Secara umum rasisme di dunia selalu berakar pada perbedaan warna kulit. Karena adanya
orang-orang mempercayai superioritas yang mereka warisi terhadap ras yang lain. Secara
teoritis, rasisme itu berkaitan dengan persoalan biologis dan antropologis. Isu-isu mengenai ras
perlu diwaspadai karena memungkinkan provokator untuk memanfaatkan isu tersebut untuk
kepentingannya. Beberapa saat yang lalu dunia dihebohkan dengan isu rasisme di Amerika yang
menyebabkan kematian George Floyed pada 25 Mei 2020 yang menambah deretan kasus
diskriminasi ras hingga mengalami kekerasan, dan kembali menyulut emosi public yang ada di
dunia dan muncul lah gerakan protes #BlackLivesMatter (BLM). Bebrapa warga negara di
masyarakat yang mendukung tindakan anti rasisme mulai dari, Afrika Selatan, Australia, Jerman,
dan beberapa negara lainnya. Hal ini menyebabkan tersebut juga menimbulkan isu rasisme di
Indonesia kembali menjadi pembicaraan. Namun isu rasisme George Floyd berbeda dengan
Indonesia adalah suatu negara yang berbentuk multi budaya, multi etnis, agama, ras dan
multi golongan1. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
bangsa dalam naungan Negara Kesatauan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang
luas dari Sabang sampai Marauke, memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya
budaya yang beraneka ragam bentuknya (Koentjaraningrat, 1980). Indonesia juga merupakan
negara dengan jumlah kependudukan terbanyak, berdasarkan hasil survei penduduk antar sensus
(SUPAS) 2015 julmlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 269,6 juta jiwa. Dimana
jumlah penduduk laki-laki 135,34 juta jiwa, lebih banyak sedikit dibandingkan dengan jumlah
Dengan kepadatan perdaerah yang memiliki ciri khas budaya yang berbeda pula antar
satu wilayah dengan wilayah lainya. Akan tetapi dari sisi lain, multi budaya juga berpotensi
dapat menimbulkan konflik yang mengancam integrase bangsa. Karena konflik antar bidaya
dapat menimbulkan pertikaian antar etnis, anatar penganut agama, anatar ras, ataupun antar
golongan tertentu yang bersifat sensitive dan rapuh terhadap suatu keadaan yang menjurus
Dari perspektif Sosiologi, konflik memiliki banyak pandangan menurut berbagai ahli,
menurut Ranupandoyo dan Hasnan (1990) konflik adalah ketidak setujuan antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok-kelompo dalam organisasi yang timbul karena mereka harus
menggunakan sumber daya yang langka secara bersama-sama, atau menjalankan kegiatan
bersama-sama, atau mempunyai status, tujuan, nilai dan persepsi yang berbeda. Pandangan
konflik menurut Robbin (1996: 431) bahwa disisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
1
Lihat alinea kedua Penjelasan Umum atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentan penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis.
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Karena konflik adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan bersama. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah bagaimana konflik itu
dikendalikan dan diselesaikan secara damai dan bijaksana, agar tidak menimbulkan disintegrasi
Konflik berasal dari kata kerja, yaitu configure yaitu yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyinkirkan pihak lain dengan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya (Chotim,2017). Menurut Soerjono Soekanto (2006), konflik
sosial dimana individu atau kelompokberusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan”. Teori konflik
menganggao bahwa unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat cenderung bersifat dinamis
atau sering kali mengalami perubahan (Chotim,2017). Adanya perbedaan peran dan status di
dalam masyarakat menyebabkan adanya golongan penguasa dan yang dikuasai. Distribusi
kekuasaan dan wewenang yang tidak merata menjadi factor terjadinya konflik sosial secara
konflik menjadi lima bentuk khusus berdasaekan tingkatannya, yaitu sebagai berikut;
a) Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu
b) Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan ras.
e) Konflik yang bersifat internasional yaitu konflik yang terjadi karena perbedaan
Dari penjelasan jenis konflik diatas maka isu yang diangkat mengnai rasisme termasuk
jenis konflik pertentangan rasional. Konflik ras di Indonesia sudah lama terjadi bahkan setelah
Indonesia merdeka konflik ras sudah pernah terjadi. Beberapa konflik ras yang terjadi tidak dapat
diselesaikan dengan baik atau masih menyisakan unsur-unsur dendam dari salah satu pihak.
Beberapa waktu terakhir ini, kasus konflik ras di Indonesia kembali menjadi topik yang hangat
dan sangat memperhatikan karena harus memakan korban. Mulai pertengahan Agustus 2019
hingga 2019 rentetan kerusuhan pecah di tanah Papua. Kerusuhan pecah pertama kali di
Monokwari, Papua Barat pada 19 Agustus 2019. Kerusuhan berikutnya pecah di kota-kota lain
seperti Sorong, Fakfak, Timika, Deiyai dan Jayapura. Kemudian pada September, kerusuhan
kembali terjadi di Jayapura dan Wamena. Pemicu kerusuhan ini berulang Karena ada kasus rasial
Kerusuhan berawal di bulan Agustus. Kerusuhan yang pecah di Manokwari dan sejumlah
daerah lain di Papua, bukan tanpa sebab. Berawal dari aksi protes terhadap dugaan persekusi dan
rasisme yang dilakukan oleh organisasi masyarakat (ormas) dan oknum apparat terhadap,
mahasiswa Papua di Malang, Surabaya, dan Semarang. Ormas disebut mendatangi asrama
mahasiswa Papua dipicu insiden dugaan perusujan bendera Merah Putih di asrama tersebut, di
Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 2019. Juru bicara Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Surabaya,
Dorlinc Iyowau telah membantah pengehuni Asrama Mahasiswa di Jalan Kalasan, Surabaya,
melakukan hal tersebut. Ormas mengepung Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya hingga
malam hari. Polisi meminta agar massa membubarkan diri, dan membuat laporan jika memang
Tidak adanya dialog yang dilakukan oleh kedua belah pihak dan menyebabkan sebanyak
Minggu 18 Agustus, seharu sebelum kerusuhan di Manokwari pecah. Kemudian kasus yang
terjadi di Malang sedikit berbeda dengan kasus yang terjadi di Surabaya. Mahasiswa asal Papua
yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMO) Kota Malang terlibat bentrok dengan
warga di perempatan Rajabali, Kayutangan, Kota Malang pada kamis 15 Agustus 2019. Hal ini
bermula saat AMP hendak mengadakan demo di depan Balai Kota Malang. Namun, aksi demo
yang disebut untuk memperingati 57 tahun perjanjian New York tidak memiliki izin. Pihak polis
menyamaikan secara terus terang agenda demostrasi tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang,
pihak kepolisian boleh tidak memberikan izin jika aksi demonstrasi tersebut bertolak belakang
Selanjutnya adalah berita hoaks mahasiswa Papua tewas. Sebuah unggahan yang
menyebutkan seorang mahasiwa Papua meninggal dunia di Surabaya beredar di media sosial
Teittwe pada senin 19 Agustus 2019. Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa mahasiswa
tersebut diduga meninggal akibat pemukulan oleh apparat TNI/ Polri. Menanggapu hal tersebut,
Polri menegaskan bahwa informasi tersebut hoaks. Faktanya, pria yang ada dalam foto yang
beredar merupakan foto korban kecelakaan lalu lintas yang meniggal di TKO atau kecelakaan
lalu lintas. Kejadian laka lantas terjadi di Jalan Trikora tepatnya di depan TK paud DOK V Atas
Kerusuhan di bulan September terjadi lagi di Papua tidak berlangsung lama. Pada 23 September
2019, kerusuhan pecah lagi. Kerusuhan pecah di Wamena dan Jayapura. Kasus yang terjadi yakni
karena munculnya hoaks guru yang berkata rasis di sekolah. Dan pihak polisi sudah mengklaim
dan mengkonfirmasi mengenai kebenaran isu tersebut dan ternyata tidaklah benar. Dampak dari
isu dan kejadian yang ada menimbulkan kerusuhan yang terjadi di enam wilayah Papua dan
Papua Barat, yang tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga kerugian materi yang tak
Di Indonesia, sebagian public membandingkan Isu ini dengan Isu Papua, dan
memunculkan tagar #PapuanLivesMatter di media sosial. Beberapa saat yang lalu diskusi yang
terjadi adalah terdapat standar ganda yang di masyarakat Indonesia yang menunjukan kepudian
tinggi terhadap rasisme di Amerika Serikat, namum cenderung diam mengenai isu diskriminasi
terkait masyarakat asli papua. Pada dasarya, kedua isu tersebut tamoaj sangat sesuai untuk
sesungguhnya apa yang melatar belakangi kedua gerakan ini, dana pa yang menjadi tujuan dari
Terdapat perbedaan mengenai kedua isu tersebut. Sejarah AS tidak dapat dipisahkan dari
perbudakan keturunan kaum Afrika (bisa disebut disana sebagai African American). Meskipun
perbudakan keturuan Afrika di AS dihapuskan pada abad ke-19, dan hak sipil serta hak untuk
berpartisipasi dalam pemilihan umum disahkan pada 1960-an, diskriminasi masih terus dialami
oleh masyarakat African American. Hal yang berbeda dengan kasus yang terjadi di Papua, adalah
isu yang paling utama adalah adanya tuntutan kemerdekaan bagi Papua. Berbeda dengan African
American, masyarakat asli Papua telah menempati wilayah tersebut bahkan jauh sebelum
Indonesia merdeka. Dari sejarah yang berbeda ini juga menjadikan tujuan kedua gerakan berbeda
(theconversation.com).
Analisis konflik dari uraian diatas adalah pertama-tama adalah melakukan pemetaan
konflik. Menurut Wehr dan Bartos (2003), dengan pemetaan sebagai berikut;
1) Specify the context; langkah pertama adalah menelusuri informasi mengenai sejarah
konflik, dan konflik yang terjadi bahwa konflik yang terjadi karena diskriminasi ras yang
2) Indentify the parties; langkah selanjutnya menemukan siapakah yang menjadi pihak-
pihak berkonflik.
3) Separate causes from Consequences; disisni peneliti perlu memisahkan sebab akar
4) Separate goals from Interest; goal adalah sasaran selama proses konflik, lebih spesifik.
Konflik yang terjadi di Papua merupakan jenis konflik rasial menurut Soerjono Soekanto
dalam Furkan Abdi (2009). Konflik yang terjadi pun konflik non material karena konflik yang
terjadi bukanlah konflik mengenai perebutan suatu sumber daya. Melainkan konflik non material
yang dimana konflik ini dilihat dari akarnya. Jika konflik ini dianalisis melalui pemikiran Lewis
A Coser teori konfliknya bahwa suatu fakta konflik diperbaiki dengan cara menekankan pada sisi
konflik yang positif yakni bagaimana konflik itu dapat memberi sumbangan pada tatanan dan
adaptasi dari kelompok, interaksi dan sistem sosial atau ia sebut dengan istilah konflik
fungsional.
Coser menyatakan bahwa konflik itu bersifat fungsional (baik) dan bersifat disfungsional
(perpecahan) bagi hubungan dan struktur-struktur yang tidak terangkum dalam sistem sosial
sebagai suatu keseluruhan (Wallence dan Wolf, 1995). Bahkan, menurut Coser suatu konflik
yang terjadi dipandang fungsional positif sejauh konflik tersebut memperkuat kelompok dan
sebaliknya memiliki fungsional negatif sejauh konflik tersebut bergerak melawan struktur.
Sebab, konflik secara positif dapat meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok
yang memantapkan keutuhan dan keseimbangan, dia menjelaskan dari hasil pengamatan
terhadap masyarakat dimana ternyata terdapat adanya hubungan antara peningkatan konflik
dalam kelompok dengan peningkatan interaksi dengan dan ke dalam masyarakat secara
keseluruhan.
Karena itu, Coser memahami konflik sebagai suatu yang inheren dalam sistem
masyarakat; dan ini tak lepas dari fakta hubungan kekuasaan dalam sistem sosial dan sifat
kekuasaan yang mendominasi dan diperebutkan. Fakta ini menciptakan steering problem.
Baginya, konflik merupakan kondisi dominasi struktural, kelompok yang berada di dalam
struktur dengan berbagai perangkat kewenangan mampu mengarahkan berbagai bentuk kebijkan
dan aturan main di luar struktur wewenang tersebut. adi, Coser dengan teori fungsi sosial konflik
2) Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih
kelompok.
4) Katup penyelamat (savety-valve) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat
Dari penjelasan diatas bahwa konflik yang terjadi di Papua atau terjadi bagi masyarakat
dengan ras yang berbeda. Dimana konflik ini terjadi dapat memiliki nilai positive bagi
masyarakat Papua dimana solidaritas mereka semakin kuat. Langkah selanjutnya setelah
pemetaan konflik adalah menganalisis dinamika konflik. Kunci memahami dinamika konflik
pertama adalah dengan melihat pada sumber konflik. Adapun tahapan dinamika Konflik menurut
1) Prakonflik adalah priode di mana terdapat suatu ketidak sesuaian sasaran di antara
dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Dimana konflik yang terjadi
belakangan hanya karena isu hoaks mengenai hal tertentu yang menyingung ras
tertentu.
2) Konfortasi memperlihatkan satu tahap di mana konflik mulai terbuka. Melihat dimana
3) Krisis adalah puncak konflik dimana tahap konflik pecah bentuk aksi-aksi kekerasan
Dengan menganalisis dinamika konflik, seorang analis konflik bisa menemukan langkah
multidisipliner yang bisa digunkan untuk mengintervensi konflik. Menurut Moore dalam
Bukunya Mediation Process (2003). Intervensi berarti maasuk ke dalam sistem hubungan yang
sedang berlangsung, melakukan kontak di antara dua pihak atau beberapa pihak, untuk
membantu mereka. Pada saat intervensi berlangsung sistem hubungan tersebut berjalan secara
1) Peace Making menciptakan perdamaian yang bisa muncul dalam bentuk intervensi
militer.
2) Peace keeping menjaga perdamian yang juga muncul dalam bentuk intervensi militer
agar pihak yang sudah tidak bertikai tidak kembali melakukan aksi kekerasan.
beberapa tindakan pengelolahan konflik ini bisa dalam bentuk negosiasi, mediasi,
Semua proses diatas merupakan bagian dari taransformasi konflik, yaitu suatu proses
konflik.
Daftar Pustaka
Alo Liliweri. 2005. Perangka dan konflik, komunikasi lintas budaya multi kultur. LKIS.
Yogyakarta.
Coser, Lewis. The Funcions of Social Conflict. NewYork: Free Press, 1956.
Fisher, Simon, dkk. 2001.Mengelola Konflik: Ketrampilan & Strategi Untuk Bertindak. The
British Council. Jakarta.
Hesti Arniwulan Sochmawardani. 2013. Diskriminasi rasial dalam hukum HAM, studi Tentang
diskriminasi terhadap Etnis Tionghoa. Genta Publishing. Yogyakarta.
Dardji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok filsafat hukum, apa dan bagaimana filsafat
hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996.
Marger, Martin N. (1994) Race and ethic relations: 3rd ed Belmount, California: Wadswouth
Publishing Company
Otomar, Bartos J. and Paul Wehr. Using Conflict Theory. Cambridge University Press, 2002.
Paul, Collier. 2003. Breaking the Conflict Trap: Civil War and Development Policy. Washinton,
DC.: The World Bank,.
Rachman., Munawar, B., Hidayat., Dedy N., dkk. (1999). Dari Keseragaman Menuju
Keberagaman : Wacana Multikultural Dalam Media. Jakarta : Lembaga Studi Pers dan
Pembangunan (LSPP).
Wallance and Wolf. Reading in Contemporary Sociological Theory from Modernity to Post
Modernity. New Jersey: Prentice Hall, 1995.
https://suarapapua.com/2020/06/05/indonesia-dan-rasisme-terhadap-rakyat-west-papua/
https://theconversation.com/membandingkan-gerakan-black-lives-matter-di-amerika-dan-
papuan-lives-matter-di-indonesia-apa-yang-sama-apa-yang-beda-140069
https://suarapapua.com/2020/01/03/diskriminasi-rasial-terhadap-orang-papua-tidak-akan-pernah-
berhenti/
https://theconversation.com/telah-lama-dunia-menghadapi-pandemi-rasisme-bagaimana-cara-
menghentikannya-140845
https://tirto.id/rusuh-di-papua-barat-karena-rasisme-bukan-yang-lain-egAf
https://www.medcom.id/nasional/politik/nN9011RK-polemik-papua-tak-bisa-dibandingkan-
dengan-kasus-george-floyd?
utm_source=nasional&utm_medium=terkait&utm_campaign=detail_desktop
https://regional.kompas.com/read/2019/12/30/07000031/kaleidoskop-2019--kerusuhan-di-papua-
buntut-kasus-rasial-dan-hoaks?page=all
http://www.pinterpolitik.com/bara-sosial-di-rasisme-papua/