Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 14

WAWASAN
NUSANTARA
Kasus Rasisme Terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya
KELOMPOK 14
Dosen : Neny Fidayanti, S. T., M. Si

NADIA AURELLIA WIDYADHANA 203010502001


RYAN PAREI 203010502006
JESICA LEILANI SAVIRA A. 203010502016
I GUSTI NGURAH PUTU E. 203020502036
NI MADE BULAN PURWANI S. 203020502039
WANDRY AGUSTIANTO 203030502067
PUPUT SULASTRI NINGSIH 203030502075
JARDAYATI MEYZA 203030502079
Landasan Teori
"cara pandang terhadap bangsa dengan tujuan menjaga
persatuan dan kesatuan, yang diwujudkan dengan
mengutamakan kepentingan nasional dibanding
kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu".
Menurut Prof. Wan Usman
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
air sebagai negara kepulauan dalam segala aspek kehidupan yang beragam.

Menurut Munadjat Danusaputro, 1981


Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensi yang saling berhubungan serta penerapannya di
tengah lingkungan berdasarkan asas nusantara. Asas nusantara sendiri merupakan
suatu ketentuan dasar yang harus ditaati, dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan
nasional dapat terwujud.

Menurut Samsul Wahidin, 2010


Wawasan Nusantara merupakan cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara
bertindak, cara berpikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil dari
interaksi psikologis, sosiokultural dalam arti luas dengan aspek-aspek astagatra

Menurut Sabarti Akhadiah MK, 1997


Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya sesuai dengan Pancasila serta UUD 1945 sebagai bentuk aspirasi bangsa
yang merdeka, berdaulat dan bermartabat yang menjiwai kebijakan dalam mencapai
tujuan bangsa.
"Suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan
pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih
superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya."
Menurut Pramoedya Ananta Toer
Rasisme adalah pemahaman yang menolak suatu golongan masyarakat yang
berdasarkan atau berbeda ras. Dengan kata lain, mempunyai kelainan daripada
umumnya.

Menurut Alo Liliweri


Rasisme adalah suatu ideologi yang mendasarkan diri pada diskriminasi terhadap
seseorang atau sekelompok orang, karena ras mereka bahkan ini menjadi doktrin
politis.

Menurut Human Rights and Equal Opportunity Commission


Rasisme adalah suatu ideologi yang menyumbangkan pernyataan mitos perihal
kelompok ras dan etnis lainnya yang merendahkan kelompok atau komunitas tersebut.

Menurut Oliver C. Cox


Rasisme merupakan peristiwa, situasi yang menilai berbagai tindakan, dan nilai dalam
suatu kelompok berdasar perspektif kulturalnya yang memandang semua nilai sosial
masyarakat lain diluar diri mereka itu salah dan tidak dapat diterima.
.
"Perbedaan perlakuan yang bisa disebabkan warna kulit,
golongan atau suku, dan bisa pula karena perbedaan jenis
kelamin, ekonomi, agama, dan sebagainya."
Menurut Theodorson & Theodorson (dalam Danandjaja: 2013)
Diskriminasi adalah perlakuan tidak seimbang terhadap golongan atau kelompok
berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorial, atau atributatribut khas, seperti
berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah
tersebut biasanya akan melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan
dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa
perilaku mereka bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis.

Menurut Banton (dalam Sunarto 2009: 157)


Diskriminasi merupakan perlakuan berbeda terhadap orang yang termasuk dalam
kategori tertentu yang dapat mewujudkan jarak sosial.

Menurut Brigham (Kuncoro: 2008)


Diskriminasi adalah perlakuan secara berbeda karena keanggotaanya dalam suatu
kelompok etnik tertentu. Kelompok etnik tersebut diantaranya adalah suku bangsa,
bahasa, adat istiadat, agama, kebangsaan, dan lainnya.

Menurut Ransford (dalam Sunarto, 2009: 156)


Diskriminasi dibedakan menjadi dua yaitu diskriminasi individu dan diskriminasi institusi.
Diskriminasi individu merupakan tindakan seorang pelaku yang berprasangka,
sedangkan diskriminasi institusi merupakan diskriminasi yang tidak ada sangkut
pautnya dengan prasangka individu melainkan merupakan dampak kebijaksanaan atau
praktik tertentu berbagai institusi dalam masyarakat
Kasus Wawasan Nusantara
BUKANKAH KITA
SEMUA
BERSAUDARA ?
Kasus Pengepungan Mahasiswa Papua
di Surabaya
KRONOLOGI
Aparat menggerebek asrama Mahasiswa
Papua karena beredarnya foto bendera 1
merah putih yang rusak di depan asrama
mahasiswa Papua tersebut.
Pihak aparat menduga perusakan bendera merah
putih dilakukan oleh oknum mahasiswa Papua
yang tinggal di asrama. Mahasiswa sempat ingin
mengajak aparat berdiskusi, tetapi di tolak.
2 Satpol PP dan berbagai ormas datang
mengepung asrama, sambil meneriakkan
ujaran-ujaran yang rasis dan penuh
kebencian.
Ormas dan aparat tmengepung asrama tanpa
melakukan investigasi mendalam terlebih dahulu
mengenai kejadian yang terjadi. Mahasiswa yang
Polisi dan tokoh lingkungan turut
datang meminta mahasiswa 3 ketakutan berkumpul di aula asrama tersebut.

menyerahkan diri.
Mahasiswa Papua menolak untuk
menyerahkan diri karena mereka
menganggap bahwa mereka tidak bersalah
KRONOLOGI

4
Kepolisian memaksa masuk ke dalam
asrama dengan kekuatan penuh.
Personil aparat melancarkan 23 kali tembakan gas
air mata ke asrama mahasiswa Papua tersebut.

5
Akhirnya 43 mahasiswa Papua ditangkap.
Terdapat empat mahasiswa yang terluka. Mereka
digelandang ke Mapolres Surabaya untuk diperiksa
terkait dugaan perusakan bendera yang diadukan ke
kepolisian.
DAMPAK KASUS
Melukai hati dan perasaan semua warga Papua
akibat tindakan diskriminatif yang diterima oleh
saudara setanah air sendiri.

Membuat situasi nasional panas khususnya di


daerah Papua dan Papua Barat yang berujung
pada kerusuhan massal.
Massa memblokade jalan di Manokwari, Papua
Barat dan membakar Gedung DPRD Manokwari.
Kerusuhan merembet ke Jayapura. Mahasiswa
Universitas Cendrawasih mendesak agar pelaku
rasisme di Surabaya diproses secara hukum.

Munculnya kembali isu referendum dan ingin


memisahkan dari NKRI.
Membuka jalan bagi Gerakan Papua
Merdeka untuk mengkampanyekan ideologi
baru mereka terkait Papua Merdeka.
PENYELESAIAN KASUS YANG MENIMPA MAHASISWA PAPUA
DI ASRAMA KAMASAN, SURABAYA

PENEGAKKAN
PENEGAKKAN PRAKTIK
PRAKTIK KEMANUSIAAN,
KEMANUSIAAN,
HUKUM
HUKUM YANG
YANG ADIL
ADIL JURNALISME
JURNALISME DAMAI
DAMAI ETIKA,
ETIKA, DAN
DAN MORAL
MORAL
Pemerintah harus bergerak cepat Mengimbau jurnalis dan media Menerapkan kemanusiaan di
menuntaskan pengusutan tindak massa menerapkan prinsip damai dalam kenasionalisan untuk benar-
pidana atas penghinaan terhadap dalam pemberitaan di tengah benar mewujudkan tujuan dasar
bendera Merah Putih dan para suasana konflik seperti yang terjadi yang berlandaskan pada kesatuan
pelaku terkait penghinaan di Jawa Timur dan Papua Barat dan kedamaian
rasialisme agar dapat segera dengan tidak memberikan berita Penanaman kembali karakter yang
dihukum sesuai dengan atau liputan yang bersifat berlandaskan wawasan nusantara
ketentuan. Dengan begitu, provokatif maupun berat sebelah. sangat diperlukan di setiap lapisan
mahasiswa dari Papua yang masyarakat guna menyadarkan tiap
sempat kehilangan kepercayaan individu betapa pentingnya
untuk berdialog, diharapkan kemanusiaan yang berjalan
merasakan keadilan dalam insiden bersama kenasionalan dalam
tersebut. kesatuan NKRI.
PENYELESAIAN KASUS KERUSUHAN PAPUA DAN
PAPUA BARAT
PENDEKATAN
PENDEKATAN HUMANIS,
HUMANIS,
DIALOG,
DIALOG, DAN
DAN KOMPHERENSIF
KOMPHERENSIF
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN YANG
YANG RELEVAN
RELEVAN
Melakukan pendekatan non-militer seperti
penggalangan sebagai upaya yang perlu dilakukan
Perundingan yang berjalan atas dasar saling
untuk mewujudkan masyarakat Papua yang cinta
menghormati, bermartabat, tidak merendahkan, tidak
terhadap NKRI. Hal ini merupakan bentuk pendekatan
manipulatif, dan harus benar-benar mengedepankan
lunak yang bisa diterapkan.
dialog.
Pemenuhan jaminan hak bersuara, berkumpul, dan
Pihak aparat militer dapat memberlakukan pendekatan
perlindungan keamanan bagi masyarakat Papua untuk
teritorial dan pendekatan intelijen sebagai upaya
membangun sikap saling percaya.
memperdekat diri dengan masyarakat Papua. Kehadiran
Pemerintah tidak menutup mata lagi dengan cara
TNI – POLRI akan lebih tepat guna dan sasaran jika
mempercepat upaya penyelesaian kasus-kasus HAM
digunakan secara kompherensif membantu
Pelibatan Papua dalam kepentingan dan kegiatan
menyelesaikan masalah di bidang kesehatan, pendidikan,
negara untuk menuntaskan pemahaman masyarakat
bahkan infrastruktur sebagai contoh dari pendekatan
Papua yang merasa dianggap sebagai saudara tiri di
humanis dan kompherensif itu sendiri.
Indonesia.
Perlunya membangun pemahaman baru mengenai
Papua
PENTINGNYA
BERWAWASAN NUSANTARA
Indonesia adalah negara majemuk, hal ini merupakan suatu
wawasan nusantara yang dipahami seluruh warga negara
Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika, semboyan bagi bangsa Indonesia untuk
memahami bahwa negara majemuk ini memiliki banyak jenis
budaya, bahasa, ras, suku, agama dan lain sebagainya.
Kemajemukan ini melahirkan suatu kewajiban bagi Bangsa
Indonesia agar dapat bersikap rasialis terhadap berbagai
macam perbedaan yang ditemui di Indonesia.

Jadikan perbedaan untuk bisa belajar saling menghargai, menghormati satu sama lain, bukan untuk saling memecah belah. Satukan lah perbedaan-perbedaan itu agar
menjadi sempurna.
REFERENSI Ahmad Suaedy dalam buku Gus Dur : Islam Nusantara &
Kewarganegaraan Bineka (2018).

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan


Sosial dan Kemanusiaan dam buku Papua Road Map (2008).

Sari, Elia N dan Samsuri. 2020. Etnosentrisme dan Sikap Intoleran


Pendatang Terhadap Orang Papua.
http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro/article/view/19
1/143

Kapanlagi.com. (2021). Kata Wawasan dalam Definisi Wawasan Nusantara


Mengandung Arti Penting, Pahami Maksud dan Tujuannya. [online]
Available at: https://plus.kapanlagi.com/kata-wawasan-dalam-definisi-
wawasan-nusantara-mengandung-arti-penting-pahami-maksud-dan-
tujuannya-c760af.html

Fulthoni, Renata, A., Siti, A., & Uli, P. S. (2009). MEMAHAMI DISKRIMINASI
Buku Saku Untuk Kebebasan Beragama. Jakarta Selatan: The Indonesian
Legal Resource Center (ILRC).

Anda mungkin juga menyukai